Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN

REFRESHING TATALAKSANA KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR)


DAN SOSIALISASI PENGGUNAAN VAKSIN ANTI RABIES (VAR)
DAN SERUM ANTI RABIES (VAR)

TANGGAL 08 - 15 NOVEMBER 2021

A. Pendahuluan

Rabies adalah zoonosis yaitu penyakit yang berasal dari hewan yang dapat
menginfeksi manusia dan terjadi akibat adanya interaksi antara manusia dengan hewan.
Di Indonesia, ada berbagai zoonosis selain Rabies, antara lain : antraks, leptosprosis, flu
burung, pes, dan toksoplasmosis..
Rabies masih menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama di benua Asia dan
Afrika. Menurut laporan WHO tahun 2018, setiap tahun ada sekitar 59.000 orang yang
meninggal akibat rabies. Sebanyak 95% kematian rabies terjadi di Asia dan Afrika.
Rabies masih muncul di beberapa provinsi di Indonesia. Penyebaran rabies di
Indonesia cukup mengkhawatirkan, karena rabies cenderung menyebar ke berbagai
wilayah yang semula bebas rabies. Rabies juga merupakan masalah kesehatan
kompleks, karena tidak hanya terkait dengan aspek kesehatan namun terkait juga
dengan aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Oleh karena itu diperlukan upaya
penanggulangan secara terpadu, lintas sektor dan berkesinambungan.
Pada tahun 2019, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang semula bebas rabies dinyatakan
sebagai daerah tertular rabies. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan hewan penular
rabies yang antara lain dibawa oleh masyarakat. Akibatnya, kini di Indonesia ada 26
provinsi yang tertular rabies dan berlokasi di 311 kabupaten/kota. Hanya 8 provinsi yang
masih merupakan daerah bebas rabies, yaitu : (1) DKI Jakarta, (2) Jawa Tengah, (3) Jawa
Timur, (4) DI Yogyakarta, (5) Kepulauan Riau, (6) Kepulauan Bangka Belitung, (7) Papua,
dan (8) Papua Barat.
Rabies ditularkan ke manusia melalui air liur hewan yang terinfeksi oleh virus
rabies. Penularan rabies terjadi karena Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR). Hewan
Penular Rabies (HPR) adalah anjing, kucing, kera dan kelelawar. Sekitar 99% kematian
rabies terkait gigitan anjing yang terinfeksi rabies dan sekitar 40% yang digigit anjing
terduga rabies adalah anak berusia di bawah 15 tahun.
Gejala awal dari rabies menyerupai gejala flu selama beberapa hari. Selanjutnya gejala
akan semakin parah. Tanda dan gejala dari rabies yang perlu diketahui adalah: demam,
nyeri kepala, mual, muntah, gelisah dan tidak nyaman, cemas berlebihan, kebingungan,
hiperaktif, sulit menelan, banyak keluar air liur, takut air, takut cahaya, takut angin,
halusinasi, insomnia, dan kelumpuhan sebagian anggota gerak.

1
Jika pada kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) dilakukan tatalaksana
dengan baik, cepat dan tepat, maka kasus tersebut dapat terhindar dari infeksi rabies.
Jika kasus GHPR terinfeksi rabies serta sudah menunjukkan gejala dan tanda rabies
maka angka kematiannya (Case Fatality Rate) mencapai 100% , artinya semua kasus
meninggal.
Jumlah kasus GHPR di Indonesia sepanjang 5 tahun terakhir (2016-2020) adalah
413.571. Dari jumlah ini, sebanyak 309.472 (74%) mendapatkan Vaksin Anti Rabies
(VAR) dan 471 di antaranya meninggal dunia. Jumlah kematian paling tinggi terjadi di
Provinsi Sulawesi Utara dengan 76 kasus, kemudian diikuti oleh Kalimantan Barat,
Sulawesi Selatan, NTT, dan Sumatera Utara.
Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan di beberapa provinsi, kabupaten/kota
dan Puskesmas terhadap capaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan pemahaman
pengelola program penanggulangan rabies dalam penatalaksanaan kasus GHPR dan
penggunaan VAR dan SAR masih perlu ditingkatkan, serta belum adanya kesepahaman
antara pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan para dokter dan
paramedis di Rumah Sakit tentang metode pemberian VAR dan SAR. Para dokter dan
paramedis di Rumah Sakit berpedoman pada brosur yang terdapat/disertakan pada setiap
kotak vaksin, sedangkan para pengelola program penanggulangan rabies mengacu pada
pedoman yang diterbitkan oleh Kemenkes yang telah disesuaikan dengan pendekatan di
lapangan namun tetap memberikan perlidungan yang optimal kepada pasien, berdasarkan
latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan pertemuan refreshing dan sosialisasi
tatalaksana kasus GHPR dan metode pemberian VAR dan SAR melalui daring.

B. Tujuan Umum
Mendukung pencapaian target Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yaitu Jumlah Kab/Kota
yang memiliki ≧ 20% Puskesmas rujukan Rabies Center dan menurunnya angka
kematian akibat rabies pada manusia untuk mencapai Indonesia bebas rabies di tahun
2030
C. Tujuan Khusus
1. Meningkatnya pemahaman para pengelola program penanggulangan rabies di
Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota dan Puskesmas dalam tatalaksana kasus
Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)
2. Meningkatnya pemahaman para pengelola program penanggulangan rabies di
Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota dan Puskesmas dalam menggunakan Vaksin
Anti Rabies (SAR) dan Serum Anti Rabies untuk tatalaksana kasus GHPR
3. Adanya kesepahaman antara pengelola program penanggulangan rabies di Dinas
Kesehatan Provinsi/Kab/Kota, Puskesmas dengan tenaga medis, paramedis di

2
Rumah Sakit dalam menggunakan Vaksin Anti Rabies (SAR) dan Serum Anti
Rabies untuk tatalaksana kasus GHPR

D. Dasar Hukum
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Negara Nomor 4437 (sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4844.
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular.
e. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata
Cara Penanggulangannya.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular.

E. Narasumber dan Peserta


1. Narasumber
a. dr. Asep Purnama, Sp.PD-FINASIM dari RSUD dr. T.C. Hillers Maumere, Kabupaten
Sikka, Nusa Tenggara Timur.
b. Kelompok Substansi Zoononis, Direktorat P2PTVZ, Ditjen P2P, Kementerian
Kesehatan
2. Peserta
a. Pengelola program pencegahan dan penanggulangan rabies di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kab/Kota dan Puskesmas
b. Tenaga Medis dan Paramedis dari Rumah Sakit Umum Daerah di Kabupaten/Kota

3
F. Waktu Pelaksanaan
JADWAL REFRESHING TATALAKSANA KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR)
DAN SOSIALISASI PENGGUNAAN VAKSIN ANTI RABIES (VAR) DAN SERUM ANTI RABIES (SAR)
TANGGAL 08 - 15 NOVEMBER 2021

Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
No. Waktu Pelaksanaan Provinsi Perwakilan Perwakilan Total
Kab/Kota Puskesmas
Puskesmas Rumah Sakit peserta
Senin, 08 Nov 2021, jam
10.00 - 12.00 WIB
1 Aceh 23 361 50 23
2 Sumatra Utara 33 596 90 33
3 Sumatra Barat 19 275 40 19
4 Riau 12 84 20 12
5 Kepulauan Riau 7 226 40 7
6 Jambi 11 197 30 11
105 270 105 480
Senin, 08 Nov 2021, jam
13.30 - 15.30 WIB
7 Bengkulu 10 180 40 10
8 Sumatra Selatan 17 341 50 17
9 Bangka Belitung 7 64 10 7
10 Lampung 15 307 50 15
11 Banten 8 242 45 8
12 Jawa Barat 27 1.072 117 27
84 312 84 480
Rabu, 10 Nov 2021, jam
10.00 - 12.00 WIB
13 DKI Jakarta 6 321 60 6
14 Jawa Tengah 35 878 110 35
15 Jawa Timur 38 968 112 38
16 DI Yogyakarta 5 121 30 5
84 312 84 480
Rabu, 10 Nov 2021, jam
13.30 - 15.30 WIB
17 Kalimantan Timur 10 185 50 10
18 Kalimantan Utara 5 56 20 5
19 Gorontalo 6 93 30 6
20 Sulawesi Selatan 24 458 100 24
21 Sulawesi Tenggara 17 285 70 17
22 Sulawesi Tengah 13 206 60 13
75 330 75 480
Senin, 15 Nov 2021, jam
10.00 - 12.00 WIB
23 Sulawesi Utara 15 193 60 15
24 Sulawesi Barat 6 95 35 6
25 Maluku 11 209 60 11
26 Maluku Utara 10 144 40 10
27 Papua 29 408 70 29
28 Papua Barat 13 159 47 13
84 312 84 480
Senin, 15 Nov 2021, jam
13.30 - 15.30 WIB
29 Bali 9 120 40 9
30 Nusa Tenggara Barat 10 166 50 10
31 Nusa Tenggara Timur 22 384 80 22
32 Kalimantan Barat 14 244 60 14
33 Kalimantan Selatan 13 234 56 13
34 Kalimantan Tengah 14 200 30 14
82 316 82 480

4
G. Sasaran dan Metode
1. Sasaran :
Para pengelola program pencegahan dan pengendalian rabies di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota, Perwakilan Puskesmas dan Rumah Sakit.
2. Metode
Paparan, diskusi dan tanya jawab dilakukan secara daring melalui zoom meeting dan
dapat disimak melalui chanel Youtube sebanyak 6 kali dimana dalam satu hari
dilakukan dalam dua sesi pagi dan siang sehingga membutuhkan waktu tiga hari. Pada
setiap sesi diikuti oleh peserta sebanyak maksimal 500 orang yang terdiri pengelola
program pencegahan dan pengendalian rabies di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota, Perwakilan Puskesmas dan Rumah Sakit sebagaimana
jadwal yang tercantum dalam lampiran surat undangan. Selanjutnya Puskesmas dan
Rumah Sakit yang belum berkesempatan mengikuti dalam format zoom meeting dapat
menyimak dalam rekaman atau di chanel youtube Direktorat P2PTVZ.

H. Sumber Dana
Sumber dana berasal dari APBN Direktorat Pencegahan dan Pendengalian Penyakit Tular
Vektor dan Zoonotik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Tahun 2021.

Jakarta, 1 November 2021


Koordinator Substansi Zoonosis,

NIP. 196310291991032002

Anda mungkin juga menyukai