DINAS KESEHATAN
Kompleks Perkantoran Bundaran Ponggiha-Lasusua No Kp 93911
URUSAN : Kesehatan
di Fasyankes
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum / Kebijakan
a. Hondsdolheid Ordonati, Staatsblad tahun 1926 No.451 dan 452;
b. Undang – undang Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan No.6 tahun 1967;
c. Peraturan Pemerihtah No. 22 tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Vetenir;
d. Undang – undang Pokok Kesehatan No. 3 tahun 1992;
e. Keputusan Menteri Pertanian No.190/Kpts/Org/5/1975;
f. Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri (Kesehatan,Pertanian,Dalam Negeri)
tahun 1978;
g. Surat Keputusan Bersama (SKB) Dirjen (Peternakan, PPM & PLP, PUOD) tahun
1989 dan tahun 1999;
h. Edaran Pangab ke seluruh jajaran ABRI untuk membantu pemberantasan rabies;
i. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang wabah Penyakit Menular;
j. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
k. Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan;
l. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
m. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
n. Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;
o. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular;
p. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1973 tentang Pembuatan, Persediaan,
Peredaran dan Pemakaian Vaksin, Sera dan Bahan-bahan Diagnostika Biologis
untuk Hewan;
q. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan,
Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan;
r. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
s. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan;
t. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI, Menteri Pertanian RI dan Menteri
Dalam Negeri RI No. 279A/Menkes/SK/VIII/1978 No. 143 Tahun 1978 tentang
Peningkatan Pemberantasan dan Penanggulangan Rabies;
u. Keputusan Menteri Pertanian RI No. 478/Kpts/Kpts/Um/6/1981 tentang Pencegahan
dan Pengobatan Penyakit Hewan Menular;
v. Keputusan Menteri Pertanian RI No. 363/Kpts/Um/5/1982 tentang Pedoman Khusus
Pencegahan dan Pemberantasan Rabies;
w. Instruksi Menteri Dalam Negeri RI No. 32 Tahun 1982 tentang Koordinasi bagi
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Rabies di Daerah;
x. Surat Keputusan 4 Gubernur se Sulawesi Tahun 1994 tentang Koordinasi
Pemberantasan Rabies Terpadu se Sulawesi;
y. Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 1995, 1999 dan 2003 tentang
Tim Koordinasi Pemberantasan Rabies di Sulawesi Tenggara;
z. Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 43 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Lalu Lintas Hewan/Ternak antar daerah/pulau;
Mengingat akan adanya bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat karena
dampak buruknya yang selalu diakhiri dengan kematian, maka usaha pemberantasan dan
penanggulangan perlu dilaksanakan seintensif mungkin, bahkan menuju pada program
pembebasan
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat kegiatan ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten, Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan petugas rabies
C. JENIS KEGIATAN
Pembinaan Manajemen dan Monitoring Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan Penyakit Rabies di Fasyankes
- Pembinaan teknis
- Diskusi
No Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
1. Pembinaan ✓ ✓
Manajemen dan
Monitoring
Kegiatan
Pencegahan dan
Pengendalian
Penyakit Rabies di
Fasyankes
Demikian kerangka acuan kegiatan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
URUSAN : Kesehatan
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN : tercapai propersi keberhasilan VAR dan Sar dengan
rata-rata kasus kegiatan pertahun 80 %
1. LATAR BELAKANG
Dasar Hukum
1. Undang – undang Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan No.6 tahun 1967
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
4. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian
Zoonosis.
6. International Health Regulation Tahun 2005.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Hewan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501 Tahun 2010 Tentang
Jenis-jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular.
Di Kabupaten Kolaka Utara, kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR) setiap
tahunnya meningkat. pada tahun 2014 kasus GHTR meningkat lagi menjadi 145
kasus, 132 diantaranya yang diberi VAR dan pada tahun ini pula terjadi 2
kematian,kasusu GTHR menurun terjadi 132, 2015, kasus GHTR menurun menjadi
117 kasus, 95 diantaranya yang diberi VAR, pada tahun, 2016, kasus GHTR
menurun menjadi 140 kasus, 137 diantaranya yang diberi VAR, pada tahun, 2017,
kasus GHTR menurun menjadi 121 kasus, 118 diantaranya yang diberi VAR, pada
tahun, 2018, kasus GHTR menurun menjadi 111 kasus, 11 diantaranya yang diberi
VAR, pada tahun dan pada tahun ini pula terjadi 3 kematian,kasusu GTHR, 2019,
kasus GHTR menurun menjadi 70 kasus, 70 diantaranya yang diberi VAR, pada
tahun dan pada tahun ini pula terjadi 1 kematian,kasusu GTHR
F. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat kegiatan ini adalah masyarakat yang digigit oleh hewan penulan rabies
dapat memperoleh pelayanan secepat mungkin sesuai dengan protap telakaksananya kasus
kigigtan hewan penularan rabies
G. JENIS KEGIATAN
Pengambilan bahan logistik VAR dan SAR di dinas provensi
No Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
1. Pembinaan ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Manajemen dan
Monitoring
Kegiatan
Pencegahan dan
Pengendalian
Penyakit Rabies di
Fasyankes
Demikian kerangka acuan kegiatan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
URUSAN : KESEHATAN
I LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum :
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
5. Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
6. K.eputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistepm Surveilans Epidemiologi Kesehatan
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular..
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulannya.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan.
b. Gambaran Umum
Gambaran Umum Singkat
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang disebabkan oleh
Lyssa-virus (virus rabies) dan ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan penderita
rabies terutama anjing, kucing dan kera.
Dalam usaha menyukseskan konsep paradigma sehat yang diimplementasikan
dalam bentuk usaha-usaha yang bersifat preventif, di antara upaya-upaya yang
dilakukan yang berkaitan dengan hal itu adalah dengan peningkatan sanitasi
lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan kesehatan,
pengorganisasian pelayanan perawatan kesehatan, peningkatan ekonomi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan
mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki sebagai wujud untuk mencapai tujuan
tersebut.
Kebijakan dan Strategi Pemberantasan Penyakit Rabies secara Nasional
mengacu pada peraturan perundang-undangan, pedoman umum, pedoman teknis,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis serta pedoman khusus Protap (Kiat
Vetindo Rabies) kemudian masing-masing provinsi menyesuaikan kebijakan pusat
berdasarkan kondisi nyata dilapangan seperti sasaran eliminasi (70%) dan
vaksinasi (30%).
Di Indonesia 98% kasus rabies ditularkan akibat gigitan anjing dan 2% adalah
akibat gigitan kucing dan kera. Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 1972 menjadi
daerah tertular atau endemis penyakit Rabies, oleh karena itu sejak tahun 1994
pemerintah pusat memprogramkan pemberantasan penyakit Rabies di Provinsi ini
sampai sekarang.
Di Kabupaten Kolaka Utara, kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR) setiap
tahunnya meningkat. pada tahun 2014 kasus GHTR meningkat lagi menjadi 145
kasus, 132 diantaranya yang diberi VAR dan pada tahun ini pula terjadi 2
kematian,kasusu GTHR menurun terjadi 132, 2015, kasus GHTR menurun menjadi
117 kasus, 95 diantaranya yang diberi VAR, pada tahun, 2016, kasus GHTR
menurun menjadi 140 kasus, 137 diantaranya yang diberi VAR, pada tahun, 2017,
kasus GHTR menurun menjadi 121 kasus, 118 diantaranya yang diberi VAR, pada
tahun, 2018, kasus GHTR menurun menjadi 111 kasus, 11 diantaranya yang diberi
VAR, pada tahun dan pada tahun ini pula terjadi 3 kematian,kasusu GTHR, 2019,
kasus GHTR menurun menjadi 70 kasus, 70 diantaranya yang diberi VAR, pada
tahun dan pada tahun ini pula terjadi 1 kematian,kasusu GTHR
B. PENERIMA MANFAAT
Terbangunnya Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Penyakit Potensial KLB di seluruh
puskesmas ( Programer puskesmas dan Kabupaten serta lintas program ) di Kabupaten
Kolaka Utara pada Tahun 2020.
D. STRATEGI PENCAPAIAN
1. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan selama pertemuan adalah arahan, penyajian dan tanya
jawab, curah pendapat dan diskusi.
No Kegiatan jan Feb Mar Aprl Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
t
1. Pertemuan √
pengendalian dan
penanggulangan
kasus rabies
D. WAKTU PENCAPAIAN
Untuk biaya pelaksanaan kegiatan Pertemuan ini dibebankan pada DAK Non Fisik
Bantuan Operasional Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2020,
sejumlah Rp. 14.675.000,- ( Dua Puluh Lima Juta Rupiah ) dengan rincian sebagaimana
RAB terlampir.