Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PERJALANAN DINAS PEMETAAN DAERAH RESEPTIFITAS MALARIA

DI KOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO TAHUN 2019

i. Yang Melaksanakan Tugas :

1. Nama : Uliadi Barrung Limbong, SKM


N I P : 19860410 201012 1 003
Pangkat/Gol : Penata Muda Tk. I, III/B
Jabatan : Epidemiolog
2. Nama : Nofrianus Sirapa, SKM
N I P : 19871127 201503 1 003
Pangkat/Gol : Penata Muda, III/A
Jabatan : Epidemiolog
3. Nama : Synthia Wilda Tanumang, SKM
NIP : 19900922 201503 2 003
Pangkat/Gol. : Penata Muda, III/A
Jabatan : Epidemiolog
4. Nama : Hermawan Lianto
NIP : 19881126 201503 1 001
Pangkat/Gol. : Pengatur, II/C
Jabatan : Pranata Laboratorium Kesehatan

ii. Maksud Tugas


Melaksanakan kegiatan pemetaan daerah reseptiftas malaria

iii. Waktu Pelaksanaan


Tanggal 20 – 23 Maret 2019

iv. Tempat Tujuan


Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo

v. Kegiatan
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit yang berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia
ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap munculnya berbagai masalah sosial dan
ekonomi. Berdasarkan data World Malaria Report Badan Kesehatan Dunia atau World
Health Organization (WHO) tahun 2016 terdapat sekitar 212 juta kasus baru malaria dan
menyebabkan kematian sekitar 429 ribu orang di seluruh dunia.
Program Pengendalian malaria difokuskan untuk mencapai eliminasi malaria secara
bertahap paling lambat pada tahun 2030, yang merupakan komitmen global dan
regional dalam indikator Sustainable Development Goal’s (SDG’s) target 3.3. target ini
ditindaklanjuti dengan kesepakatan komitmen pimpinan negara di wilayah Asia Pasifik
dalam pertemuan East Asia Summit ke-9 pada tahun 2014 yang menyepakati eliminasi
malaria wiayah Asia Pasifik paling lambat tahun 2030. Pentahapan eliminasi terdiri dari
tahap pemberantasan, pre-eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan. Masing-masing
tahapan mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda.
Kegiatan surveilans pun disesuaikan berdasarkan tahapan eliminasi tersebut.
Surveilans merupakan hal yang sangat penting untuk ditingkatkan dalam pencapaian
eliminasi karena salah satu syarat eliminasi adalah adanya surveilans yang baik. Dalam
rangka menuju eliminasi malaria sesuai dengan Kepmenkes nomor 293 tahun 2009
daerah yang telah masuk tahap eliminasi perlu melaksanakan kegiatan penyelidikan
epidemiologi terhadap setiap kasus positif malaria sehingga dapat dilaksanakan upaya
pencegahan penularan dan pengendalian yang tepat.
Tujuan dilakukannya pemetaan wilayah reseptivitas malaria adalah untuk
memperoleh data reseptivitas daerah malaria dan faktor risiko penularan malaria
berdasarkan parameter bionomic nyamuk Anopheles dan mengetahui tempat
perindukan nyamuk (breeding place). Masalah yang dihadapi dalam pengendalian vektor
di Indonesia antara lain kondisi geografi dan demografi yang memungkinkan adanya
keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor (pemetaan sebaran vektor) di
semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan penggunaan pestisida dalam
pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vektor terhadap pestisida
tertentu, keterbatasan sumber daya baik tenaga, logistik maupun biaya operasional dan
kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor. Mapping Vektor/Pemetaan Vektor
merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan karena pengendalian vektor akan
efektif, efisien dan tepat sasaran jika berdasarkan evidence based.
Survei yang dapat memetakan lokasi-lokasi keberadaan vektor dan luasnya daerah
yang reseptif terhadap malaria akan memudahkan dalam upaya pengendalian vektor
malaria dan melihat gambaran penyebaran penyakit tersebut untuk kemudian akan
mendukung program pengendalian malaria. Dengan alasan tersebut Tahun 2019,
BTKLPP Kelas I Manado melaksanakan kegiatan Pemetaan Daerah Reseptifitas Malaria di
salah satu wilayah layanan yaitu kota Gorontalo Propinsi Gorontalo yang sejak tahun
2014 telah berada dalam tahap eliminasi malaria.
Adapun bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain sebagai berikut :
1. Koordinasi ke Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan Dinas Kesehatan Kota
Gorontalo untuk persiapan turun lapangan, pengecekan ulang data lokasi sasaran
dan permintaan bantuan tenaga pendampingan. Sesuai hasil pertemuan
ditentukan bahwa lokasi sasaran kegiatan adalah desa Dembe I, wilayah kerja
Puskesmas Pilolodaa.
2. Pertemuan dengan petugas Puskesmas Pilolodaa, melaksanakan briefing tentang
data – data yang dibutuhkan serta bentuk kegiatan serta jenis data yang akan
dikumpulkan. Pendampingan di lokasi oleh 1 orang tenaga Entomolog Dinas
Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2 tenaga dari Dinas Kesehatan Kota Gorontalo dan 4
orang tenaga Puskesmas Pilolodaa.
3. Pelaksanaan kegiatan di desa Dembe I, sebagai desa dengan gambaran wilayah
yang memiliki potensi besar menjadi kantong – kantong tempat perindukan
nyamuk, karena di desa tersebut terdapat danau Limboto. Target kegiatan adalah
melakukan pencidukan di 100 tempat potensial perindukan nyamuk Anopheles,
yang dimulai pada pukul 06.00 – 09.00 Wita dan dilanjutkan pada pukul 15.00 –
18.00 Wita sebagai waktu – waktu efektif jentik nyamuk mudah untuk ditemukan.
Setiap titik lokasi akan dilakukan 10 kali pencidukan. Selain data pencidukan dan
jentik, dilakukan pula pengukuran suhu, pH dan titik geografis lokasi breeding
places.
4. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa telah banyak titik – titik
perindukan nyamuk yang telah mongering karena musim panas, sehingga
pelaksanaan pencidukan dipusatkan pada genangan – genangan rawa yang
terbentuk di pinggiran danau Limboto. Beberapa habitat yang berhasil dijadikan
titik pencidukan yaitu sumur tanah, kolam tidak produktif, kubangan, parit,
genangan limbah rumah tangga dan rawa – rawa. Selama kegiatan jumlah lokasi
yang berhasil dijadikan sebagai titik pencidukan adalah sebanyak 43 lokasi, dan
ditemukan sebanyak 10 lokasi yang didapati positif jentik anopheles. Jentik yang
dikumpulkan tersebut akan dibawa ke kantor BTKLPP Kelas I Manado untuk di-
rearing agar lebih mudah diidentifikasi speciesnya.
5. Sesuai rekomendasi subdit malaria, jika dalam suatu lokasi yang telah melakukan
eliminasi malaria ditemukan 1 saja titik yang terdapat jentik anopheles maka dapat
disimpulkan bahwa daerah tersebut sudah reseptifitas malaria sehingga tidak perlu
memeriksa hingga 100 breeding places terutama jika di lapangan kesulitan untuk
menemukan atau mencapai target lokasi. Untuk menguatkan hasil temuan di
lapangan, maka pada malam terakhir kegiatan dilakukan kegiatan penangkapan
nyamuk pada hewan ternak di lokasi yang berdekatan dengan tempat pencidukan.
Pada penangkapan malam hari menggunakan aspirator petugas Dinas setempat,
ditemukan 2 jenis nyamuk Anopheles yaitu An. barbirostis dan An. Vagus.

vi. Saran/Rekomendasi
a. Pengelola program malaria di Dinas Kesehatan Kota Gorontalo dan Puskesmas di
wilayah kerjanya diharapkan dapat secara rutin melaksanakan surveilans malaria
dan breeding places, untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya kejadian
penyakit malaria dan mempertahankan sertifikat eliminasi malaria yang telah dimiliki.
b. Koordinasi dengan Puskesmas dan RS serta pusat layanan kesehatan lainnya di
wilayah kota Gorontalo untuk mengantisipasi penderita malaria import agar
mengurangi risiko digigit nyamuk, mengingat vector malaria masih ditemukan di
wilayah kerjanya.
c. Masyarakat setempat diedukasi untuk waspada terhadap gigitan nyamuk dan
melakukan perlindungan diri dari gigitan nyamuk ketika malam hari terutama
mereka yang tinggal di daerah dekat dengan tempat potensial perindukan nyamuk.

vii. Penutup
Demikian Laporan Perjalanan Dinas ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Manado, Maret 2019

Tim Survei

Anda mungkin juga menyukai