Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN OPERASI

INSTALASI BEDAH SENTRAL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN

TAHUN 2022

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH


BIREUEN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH
BIREUEN

Nomor :

Tentang

PANDUAN PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN OPERASI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN

Dengan Rahmat Alloh SWT

Direktur Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon Malang

a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


MENIMBANG :
pelayanan Unit Kamar Bedah Rumah Sakit
Madinah Kasembon, maka perlu disusun panduan
penggunaan implan pada pasien operasi
b. Bahwa agar pelayanan Unit kamar Bedah di Rumah
Sakit Madinah Kasembon dapat terlaksana dengan
baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah
Sakit Madinah Kasembon sebagai landasan bagi
pengguanaan implan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b,perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Madinah
Kasembon.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN TENTANG
PANDUAN PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN
OPERASI

KEDUA : Panduan penggunaan implan pada pasien operasi Rumah


Sakit Umum Daerah Bireuen sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan


pelayanan kamar bedah Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Fauziah Bireuen dilaksanakan oleh Wadir Pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.

KEEMPAT : Panduan penggunaan implan pada pasien operasi Rumah


Sakit Umum Daerah Bireuen harus dibahas sekurang-
kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali apabila
diperlukan , dapat dilakukan perubahan sesuai dengan
perkembangan yang ada.

KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan


apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Bireuen

Pada tanggal : 01 September 2022

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr.


Fauziah Bireuen

dr. Amir Addani, M.Kes

NIP:

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN
NO:
TENTANG PENGGUNAAN IMPLAN PADA
PASIEN OPERASI

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan
keadaan steril. Banyak tindakan bedah yang menggunakan implant prostetik
antara lain panggul, lutut, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan pembedahan
seperti ini mengharuskan tindakan operasi rutin yang dimodifikasi dengan
mempertimbangkan factor-faktor tertentu.
Peralatan kesehatan merupakan salah satu factor penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Guna mencapai kondisi maupun fungsi pengelolaan
yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya asuhan
pasien operasi yang menggunakan implan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan hal-hal khusus tentang tindakan yang dimodifikasi.

2. TUJUAN
a. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman bagi pasien operasi
dengan pemasangan implan
b. Terciptanya pengendalian infeksi yang khusus bagi pasien operasi yang
terpasang implant
c. Memudahkan dalam hal penelusuran pasien jika terjadi penarikan kembali
alat implant
d. Terciptanya alur pelaporan terkait penggunaan implan pada pasien operasi

3. PENGERTIAN
Implan adalah bahan atau materi yang secara buatan di pasang pada tubuh.
Banyak tindakan bedah di rumah sakit yang menggunakan implan prostetik
antara lain panggul, lutut, jantung, dan pompa insulin. Tindakan Operasi seperti
ini mengharuskan tindakan yang di modifikasi dengan mempertimbangkan
beberapa factor.
Penilaian kebutuhan implan pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan
implan sesuai kemampuan rumah sakit, kebutuhan implan dan pengembangan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi.
Perencanaan kebutuhan implan dilakukan karena faktor:
1. Perkembangan teknologi
2. Kesesuaian terhadap standard keselamatan/regulasi
3. Ketersediaan jumlah dan jenis implan
4. Anggaran Pembelian Barang
BAB II

RUANG LINGKUP

2.1 Ruang lingkup asuhan pasien operasi yang menggunakan implan mencakup
1. Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundang-undangan
2. Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implan di kamar
operasi dan pertimbangan khusus untuk untuk penandaan lokasi operasi
3. Kulaifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk pemasangan
implan
4. Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implan
5. Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dengan standart
6. Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus
7. Instruksi khusus pada pasien setelah operasi
8. Kemampuan penelusuran alat jika terjadi penarikan kembali alat
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Pemilihan dan penyelenggaraan implan Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Fauziah Bireuen

1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen menyediakan pelayanan


tindakan operasi yang menyangkut pemasangan implan. Implan dalam hal
ini adalah implant yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
2. Penilaian kebutuhan implan harus dilakukan secara teliti dan melalui
proses anamnesa serta perencanaan yang tepat
3. Berkaitan dengan implan tersebut Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Fauziah Bireuen tidak menyediakan pengadaan implan tersebut secara
langsung
4. Penyelenggaraan implan yang digunakan dalam tindakan operasi tersebut
dibawa dan dikelola sendiri oleh DPJP/ operator yang bersangkutan
5. Adapun beberapa implan yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Fauziah Bireuen antara lain:
6. Peralatan mata : implan lensa mata
7. Peralatan bedah : hernia mess
8. Peralatan orthopedic : implant plate, wire dll

3.2 Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implan di kamar
operasi dan pertimbangan khusus untuk untuk penandaan lokasi operasi
1. Setiap tindakan operasi yang memerlukan pemasangan implan harus
dilakukan pencatatan
2. Untuk memeastikan ketersediaan implan yang akan dipasang pada tubuh
pasien, petugas kesehatan harus melakukan pengecekan alat/implan dan
menulisnya dalam form checklist keselamatan pasien (surgical safety
checklist).
3. Penandaan letak operasi menjadi bagian penting dalam pemilihan implan
yang akan dipasang , apabila implan tersebut memiliki bentuk/model yang
berbeda untuk sisi yang berbeda
4. Untuk itu pada operasi yang memiliki unsur lateralisasi dan diperlukan
pemasangan implan, petugas kesehatan wajib melaporkan terlebih dahulu
mengenai lokasi yang akan dipasang implan kepada DPJP.

3.3 Kualifikasi dan pelatihan staf

1. Pelayanan pmebedahan dilakukan oleh dokter bedah dibantu dengan


asisten bedah dan perawat instrument
2. Semua petugas yang memberikan pelayanan bedah harus memiliki
keterampilan khusus sesuai dengan bidangnya.
3. Terkait produk implan diperlukan pelatihan pemasangan implan bagi
setiap staf yang terkait dari pihak produsen.
4. Kalibrasi implan dilakukan oleh pihak produsen/ staf pabrik

3.4 Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implan

1. Jika terdapat kejadian yang tidak diharapkan terkait implan yang dipasang
, harus ada bukti pelaporan terkait hal ini.
2. Laporan yang diterima dicatat dalam formulir pelaporan yang nantinya
akan dilakukan investigasi oleh pihak Rumah Sakit
3. Apabila dalam investigasi ditemukan grading yang tinggi terkait implan
maka pihak Rumah Sakit akan menyerahkan bukti pelaporan kepada
DPJP selaku penyelenggara peralatan (implan) agar bisa melakukan
tindak lanjut terhadap implan tersebut.

3.5 Proses pelaporan malfungsi implant

1. Jika didapati malfungsi terkait implan yang dipasang dalam tubuh pasien
maka Rumah Sakit akan melakukan pelaporan terkait hal ini kepada
penyelenggara peralatan (implan)
2. Pelaporan tersebut akan dijadikan pertimbangan bagi penyelenggara
implan dengan produsen terkait
3. Jika ditemukan kesepakan untuk melakukan penarikan kembali (recall)
implan maka Rumah Sakit harus melakukan penelusuran kembali
(traceability) terhadap pasien – pasien yang telah terpasang implan
tersebut.

3.6 Pengendalian infeksi

1. Semua pasien yang menjalani operasi dengan pemasangan implan


dilakukan surveilens sebelum tindakan operasi, meliputi perawatan pra
operasi, intra operasi, post operasi dan perawatan luka operasi.
2. Antibiotic profilaksis diberikan secara sistemik dan harus memenuhi
syarat dan diberikan tidak lebih dari 24 jam
3. Bila ditemukan pus pada waktu dilakukan operasi harus dilakukan kultur
4. Surveilens pada pasien operasi dengan implan dilakukan sampai batas
waktu satu tahun pasca operasi

3.7 Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi:

1. Setiap pasien operasi dengan pemasangan implan diberikan informasi/


penyuluhan mengenai manajemen pasca operasi
2. Evaluasi perlu dilakukan pada pasien pasca operasi yang terpasang
implant, dalam hal ini pasien disarankan untuk memeriksakan
kesehatannya secara rutin dan berkala .
3. Menyarankan kepada pasien untuk segera memeriksakan ke diri ke
Rumah Sakit jika didapati tanda-tanda demam, muncul kemerahan,
bengkak, atau nanah dari luka operasi, sert a terjadi peningkatan rasa
nyeri pada area operasi. Kondisi ini menjadi tanda-tanda terjadinya
infeksi atau penolakan tubuh terhadap implant
4. Pasien dengan pemasangan implant pasca operasi harus memiliki
kedisiplinan dalam mengkonsumsi obat-obatan immunosupresan untuk
mencegah kerusakan implant akibat proses penolakan yang terjadi
5. Memiliki gaya hidup sehat pasca operasi penting untuk meminimalkan
terjadinya resiko komplikasi

3.8 Kemampuan penelusuran (traceability) terhadap recall alat /implan


1. Pasien operasi dengan pemasangan implant dicatat identitas pribadinya
dalam rekam medis secara lengkap
2. Identitas/barcode implant ditempelkan pada rekam medic pasien dan juga
pada data pasien yang ada di unit kamar bedah

BAB III

DOKUMENTASI

1. Identitas dan pengumpulan data pasien operasi yang terpasang implan


tersedia di unit kamar bedah .
2. Untuk memastikan ketersediaan implan dan prosedur keselamatan pasien ,
pada lembar surgical safety checklist juga disertakan modifikasi asuhan
tentang implan yang akan digunakan.
BAB IV

PENUTUP

Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu


bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan
peningkatan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan.

Untuk menjamin keselamatan pasien, Rumah Sakit dituntut dalam Proses


perencanaan dan pengadaan peralatan medis/ Implant yang komprehensif dan
berkesinambungan, untuk mendapatkan perencanaan dan pengadaan Yang
berkesinabungan dibutuhkan komitmen dalam menerapkan perencanaan.
Panduan ini dibuat bertujuan untuk memberikan acuan dalam
pengelolaan implan pada pasien operasi.

Anda mungkin juga menyukai