4264 10828 1 SM
4264 10828 1 SM
ABSTRACT
digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan hasil jagung (t/ha) pada tanaman ganda, Ym1: hasil
Petak Terpisah. Petak utama adalah sistem Parit jagung (t/ha) pada tanaman monokultur, Yl2: hasil
terdiri atas 3 taraf: Tanpa parit (Kontrol, P0), Parit kacang hijau (t/ha) pada tanaman ganda, Ym2: hasil
(P1), Parit diberi bahan organik (P2). Anak petak kacang hijau (t/ha) pada tanaman monokultur.
adalah pola tanam terdiri dari 2 taraf: Jagung Parit berukuran, lebar 30 cm, dalam 40
monokultur (J) dan Jagung tumpangsari kacang hijau cm, dan panjang parit disesuaikan dengan jumlah
(J+H), sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan plot perlakuan parit. Parit hanya berada pada 2 sisi
diulang 3 kali. Jagung yang diuji adalah varietas plot, tidak mengelilingi plot. Pada perlakuan P2 parit
Bima-2 Bantimurung yang paling tahan terhadap diisi dengan bahan organik berupa residu tanaman
kondisi kekeringan berdasarkan penelitian yang ada di sekitar percobaan. Setelah persiapan
sebelumnya. Analisis tanah untuk sifat fisik dan selesai, maka penanaman jagung dan kacang hijau
kimia dilakukan sebelum penelitian berupa: kadar siap dilakukan. Pemupukan Urea dan SP-36
lengas tanah kapasitas lapang dan titik layu dilakukan dengan dosis berdasarkan rekomendasi
permanen, pH (H2O), N-total, N, K-tersedia, P- Dinas pertanian yaitu 300 Urea ha-1, 75 kg KCl ha-
1
tersedia, dan C-organik seperti pada Tabel 1. dan 100 kg SP-36 ha-1. Pupuk urea diberikan dua
Parameter yang diamati: indeks luas daun kali masing-masing setengah bagian, yaitu 15 hari
(ILD), dilakukan dengan mengambil seluruh daun setelah tanam dan saat tanaman berumur 40 hari
pada dua tanaman sampel lalu dihitung luas daunnya setelah tanam. SP-36 dan KCl diberikan semuanya
dengan leaf areameter, kemudian dihitung indeks bersamaan pemupukan urea pertama dengan cara
luas daun dengan persamaan: ILD = (Ld1 + Ld2)/2 x tugal sekitar 15 cm dari tanaman. Lubang tanam
1/LI, dimana: ILD: Indeks luas daun; Ld1: luas daun diisi pupuk organik petrokimia sebanyak 100 gram
sample 1; Ld2: luas daun sample 2; LI: luas lahan atau setara dengan 2,5 ton per hektar. Jarak tanam
atau jarak tanam (Gardner et al., 1985); laju jagung 130 cm x 40 cm dengan jumlah populasi per
pertumbuhan tanaman (LPT), dilakukan pada lubang 2 tanaman. Varietas kacang hijau yang
masing-masing sampel saat tanaman berumur 2-12 digunakan adalah varietas Murai, menggunakan jarak
MST, dihitung dengan rumus: LPT = 1/LI x (B2- tanam 30 cm x 40 cm.
B1)/(U2-U1). dimana LPT adalah laju pertumbuhan Data hasil pengamatan dianalisis ragamnya
tanaman (mg/m2/minggu), LI: luas lahan atau jarak dan pemisah nilai dilanjutkan dengan uji beda nyata
tanam (m2); B: bobot kering tanaman (g); U: umur terkecil (BNT) pada taraf 5%.
tanaman (minggu); 1 dan 2 : pengambilan sample ke-
1 dan ke-2 dengan umur berbeda-beda menurut Tabel 1. Sifat fisik dan kimia tanah lokasi penelitian
nomer penelitian (Gardner et al., 1991); efisiensi di Desa Wareng Kecamatan Wonosari
penggunaan air (EPA), ditentukan terhdap bobot Kabupaten Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta
kering biomas terbentuk (BK) dari masing-masing
jenis tanaman tersebut tiap satu satuan jumlah air Sifat fisik dan kimia Nilai
yang diterima per tanaman, dengan persamaan Tekstur
menurut Beets (1982) dalam Sharratt and Denise Lempung (%) 66,39
(2005): Debu (%) 20,15
Pasir (%) 13,47
Kelas Lempung
Hasil tanaman (kg/petak)
berat
EPA = -----------------------------------------------
Kandungan lengas tanah
ETa selama musim tanam (m3/petak)
Kering udara (%) 13,82
Kapasitas lapangan, pF 2.54 (%) 48,36
dimana, ETa = evapotraspirasi aktual. Titik layu permanen, pF 4,2 (%) 33,31
pH (H2O) 7,60
Pengamatan untuk memperoleh hasil biji C-organik (%) 1,09
jagung dan kacang hijau per hektar dari masing- Bahan organik (%) 1,88
masing tanaman dicari dengan menggunakan rumus: N-total 0,21
H/hektar = (100-ka)/(100-14) x b/l x 10, dimana: H= P-tersedia (ppm) 9,19
hasil biji kering dengan kadar air 14% (ton ha-1); l = K-tersedia (me/100 g) 0,15
luas petak panen; b = berat biji kering matahari pada Ca-tersedia (me/100 g) 0,14
petak panen; ka = berat biji kering matahari Mg-tersedia (me/100 g) 0,11
ditentukan dengan moisture tester; 10 = faktor
pengubah dari ton dan dari m2 ke hektar (Hartati,
1998); Nisbah kesetaraan lahan (NKL), dihitung
dengan rumus yang dikemukakan oleh Treanbath
(1976), NKL = (Yl1/Ym1) + (Yl2/Ym2), dimana Yl1:
Jurnal Agrotropika 16(1):38-44, Januari – Juni 2011 39
Edy et al.: Respon jagung tumpangsari kacang hijau terhadap perlakuan parit pada lahan kering
Laju pertumbuhan tanaman organik dan juga perlakuan parit saja yang dapat
meningkatkan laju pertumbuhan tanaman sekitar
Perlakuan parit dan parit+ bahan organik 57%. Air dapat berfungsi dalam proses pembelahan
memberikan pengaruh terbaik terhadap laju dan pembesaran sel sehingga tanaman dapat tumbuh
pertumbuhan tanaman dibandingkan tanpa parit dan berkembang. Cekaman air dapat menurunkan
(Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa dengan pemanjangan akar dan pengembangan daun.
adanya parit dapat menyiapkan lengas tanah yang Cekaman air mengakibatkan pertumbuhan daun
dibutuhkan tanaman selama pertumbuhannya. menurun lebih besar dibandingkan pertumbuhan
Ketersediaan air dalam bentuk lengas tanah akar, dan pembagian fotosintat mengakibatkan
selama periode tumbuh sangat berperan dalam proses nisbah akar tajuk meningkat (Arnon, 1975). Pada
metabolisme tanaman sehingga penambahan bobot penelitian yang sama dinyatakan bahwa cekaman air
tanaman dapat meningkat sejalan dengan makin juga dapat menurunkan laju asimilasi bersih sampai
bertambahnya umur tanaman. Perlakuan parit+bahan 50% (Arnon, 1975). Pertumbuhan sel sangat peka
terhadap perubahan turgor, maka kekurangan air terhadap laju pertumbuhan tanaman jagung memberi
yang terjadi pada fase vegetatif akan mengurangi indikasi bahwa tanaman jagung dapat tumbuh baik
perkembangan daun dan tajuk sehingga mengurangi tanpa terpengaruh oleh keberadaan tanaman kacang
akumulasi bahan kering (Unger et al., 1981). Pola hijau.
tanam tumpangsari tidak berpengaruh nyata
Tabel 3. Laju pertumbuhan tanaman pada perlakuan parit dan pola tanam (g/m2/minggu)
Tabel 5. Produksi kacang hijau kering kupas per ha meningkat 60,8% dibandingkan pertanaman
(ton) monokultur. Hal ini sejalan dengan penelitian Grema
dan Hess (2003) menemukan bahwa tumpangsari
Perlakuan Produksi BNTα0.05 cowpea dan millet tidak meningkatkan laju
Tanpa parit (P0) 0,270a 0,040 penggunaan air dibandingkan dengan pertanaman
Parit (P1) 0,369b tunggal. Tumpangsari dan sisipan cowpea dan millet
Parit+B.Organik (P2) 0,418c meningkatkan efisiensi penggunaan curah hujan.
Keterangan: Penelitian lain menunjukkan bahwa tangkapan air
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak hujan oleh tanaman pada pola tanam ganda
berbeda nyata pada taraf uji BNT0.05 meningkat dari 0,53 hingga 0,71 sedangkan pada
pola tanam tunggal 0,26 hingga 0,51 (Caviglia et al.,
Efisiensi penggunaan air 2004). Perlakuan parit tidak berpengaruh nyata
terhadap efisiensi penggunaan air mengindikasikan
Pola tanam tumpangsari lebih efisien dalam bahwa ketersediaan air relatif masih cukup sampai
menggunakan air dibandingkan monokultur jagung panen, namun ada kecenderungan perlakuan parit
sedangkan perlakuan parit dan interaksi tidak nyata maupun parit+bahan organik lebih efisien dalam
terhadap efisiensi penggunaan air (EPA) (Tabel 6). penggunaan air.
Efisiensi penggunaan air tanaman jagung yang
ditumpangsarikan dengan kacang hijau dapat
Nisbah Kesetaraan Lahan tumpangsari jagung Hasil penelitian Nyambo, et al (1978) dalam
dan kacang hijau Keswani dan Ndunguru (1980) menemukan bahwa
NKL pada pertanaman tumpangsari beberapa jenis
Perlakuan parit+bahan organik dapat tanaman palawija selama 3 tahun rata-rata berada
meningkatkan nisbah setara lahan, demikian pula antara 1,10-1,61. Penelitian lain menunjukkan bahwa
dengan perlakuan pola tanam tumpangsari. NKL NKL pada pertanaman tumpangsari jagung dan
meningkat sekitar 76,05% dengan perlakuan tanaman legum diperoleh sekitar 1,5 dibandingkan
parit+bahan organik dibandingkan dengan tanpa parit dengan monokultur, yang mengindikasikan bahwa
(kontrol), sedangkan dengan perlakuan parit tanpa potensi biologi tumpangsari meningkat lebih besar
bahan organik NKL meningkat sekitar 40,70% 50% dibandingkan monokultur (Francis et al., 2003).
dibandingkan tanpa parit (Tabel 7). Hal ini Jagung tumpangsari kacang hijau memberi dampak
menunjukkan bahwa perlakuan parit+bahan organik positif karena terjadi sinergisme dalam
dan parit tanpa bahan organik dapat menyiapkan meningkatkan NKL. Interaksi antara perlakuan tidak
lengas tanah selama periode pertumbuhan tanaman terjadi mengindikasikan bahwa masing-masing
jagung dan kacang hijau yang cukup hingga perlakuan mampu meningkatkan nilai kesetaraan
berproduksi. Penelitian Jones dan Stewart (1990) lahan, namun tetap ada kecenderungan kombinasi
menunjukkan bahwa perlakuan dam parit dapat perlakuan parit+bahan organik dengan pola tanam
meningkatkan hasil tanaman pada kondisi curah tumpangsari NKL-nya lebih tinggi dibandingkan
hujan apabila tidak kurang dari 20 mm per bulan. kombinasi perlakuan lainnya.
Tabel 7. Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) tumpangsari jagung dan kacang hijau
Anonim. 2007. Galur Harapan Baru. Informasi National Scientific Research Council
Ilmiah Populer. Balai Penelitian Tanaman International Development Research Centre,
Serealia, Maros, Sulawesi Selatan. Tanzania.
Anonim. 2009. Ensiklopedia Jagung. http://id. Levitt, J. 1980. Renponses of Plants to
wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses: 12 Mei Environmental Stresses. Vol. II. Second
2009. Edition. Academic Press, New York.
Arnon, I. 1975. Physiological principles of dryland Muchow, R.C., T.R. Sinclair, J.M. Bennett, and L.C.
crop production. p. 3-145. In: Gupta, U.S Hammond. 1986. Response of leaf growth,
(ed.). Physiological Aspect of Dryland leaf nitrogen and stomatal conductance to
farming. Oxford and IBH Publ. Co. New water deficits during vegetatif growth of
Delhi. field grown soybean. Crop. Sci. 26: 1190-
Caviglia, O.P., V. O. Sadras and F. H. Andrade. 1195.
2004. Intensification of agriculture in the Nielsen, D.C., P.W. Unger and P.R. Miller. 2005.
south-eastern Pampas: I. Capture and Efficient water use in dryland cropping
efficiency in the use of water and radiation in system in Great Plains. Agron. J. 97: 364-
double-cropped wheat–soybean. Field Crops 372.
Research 87: 117-12. Premachandra, G.S., H. Saneoka, K. Fujita, S. Ogata.
Francis, C.A., M. Prager and G. Tejada, 2003. 2008. Water stress and potassium
Effects of relative planting dates in bean fertilization in field grown maize (Zea mays
(Phaseolus vulgaris L.) and maize (Zea mays L.): Effects on leaf water relations and leaf
L.) intercropping pattern., Bean Program, rolling. Journal Agr. and Crop Sci, 170: 195-
Centro Internacional de Agricultural 201.
Tropical (CIAT), Apartado Aereo, Cali Sharratt, B.S and A.M. Denise. 2005. Microclimatic
Colombia. and rooting characteristics of narrow-row
Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.L.Mitchell, 1991. versus conventional-row corn. Agr. J.
Fisiologi Tanaman Budidaya (diterjemahkan 97:1129-1135.
Herawati Susilo). Penerbit Universitas Trang, K.M. and J. Giddens. 1980. Shading and
Indonesia, Jakarta. temperature as environmental factor
Grema, A.K. and T.M. Hess. 2003. Water balance affecting growth, nodulation and simbiotic
and water use of pearl millet-cowpea N2-fixation by soybean. Agron. J. 72: 305-
intercrops in North East Nigeria. Agricultural 308.
Water Management 26: 169-185. Trenbath, B.R., 1976. Light use efficiency of crops
Hale, M.G and D.M. Orcutt. 1987. The Physiology and potential for Environment throught
of Plant under Stress. John Wiley and Sons. intercropping. p. 141-154. Proceedings of
New York. International Workshop on Intercropping,
Hartati, S. 1998. Pengaruh Saat Tanam dan Populasi ICRISAT. Patancheru, India.
Jagung Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Turk, K.J., and Hall. 1980. Drought adoption of
Tanaman dalam Sistem Tumpang Gilir cowpea. III. Influence of drought on plant
Kedelai Jagung. Tesis Program Pascasarjana growth and relations with seed yield. Agron.
UGM. Yogyakarta J. 72: 428-433.
Jones, O.R., and B.A. Stewart. 1990. Basin tillage. Unger, P.W., H.V. Eck and J.T. Musick. 1981.
Soil Tillage Res. 18:249-265. Alleviating plant water stress. p: 61-98. In:
Keswani, C.L., and B.J. Ndunguru, 1980. Arkin, G.F. and H.M. Taylor. Modifying the
Intercropping. Proceedings of the Second Root Environment to Reduce Crop Stress.
Symposium on Intercropping in Semi-Arid American Soc. Agric. Enginering. Michigan.
Areas, Morogoro, Tanzania, 4-7 August
1980. University of Dar es Salaan Tanzania