Hubungan antara Islam dan sains sangatlah kompleks. Saat ini, negara-negara
berpenduduk mayoritas Muslim menikmati urbanisasi dan perkembangan
teknologi yang tinggi, tetapi mereka masih tertinggal dalam bidang sains
dibandingkan dengan wilayah lain (di luar Barat) seperti India dan Cina (Edis
2007).
Beberapa Muslim lebih percaya kepada apa yang disebut pengobatan islami
dari pada pengobatan secara saintifik. (Guessoum 2011).
Saintis Sarjana Islam
Al-Farabi (872-950), filsuf politik, juga menyelidiki teori musik, sains, dan
matematika.
Ibn Sina (Avicenna, 980-1037) umumnya dianggap sebagai salah satu inovator
paling signifikan, tidak hanya dalam filsafat, tetapi juga dalam kedokteran
dan astronomi. Canon of Medicine-nya, sebuah ensiklopedia medis, adalah
buku teks standar di universitas-universitas di seluruh Eropa selama berabad-
abad setelah kematiannya. Avicenna (Ibn Sina) dianggap sebagai pelopor
pengobatan awal tetapi juga dihormati sebagai sarjana Islam. Ibnu Sina
mengusulkan bahwa harus ada masa karantina selama 40 hari untuk
menghentikan penyebaran penyakit menular.
Ibn Rusydi (Averroes, 1126-1198) menulis tentang kedokteran, fisika,
astronomi, psikologi, fiqh, musik, dan geografi, di samping mengembangkan
teologi filosofis.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
(1710-1812)
Islam dan Sains dalam pemikiran Syekh
Arsyad al-Banjari
Do bees lay eggs or give birth?
Islam dan Sains dalam pemikiran Syekh
Arsyad al-Banjari
Are kalimbuai and haliling lawful to be consumed
Islam dan Sains dalam pemikiran Syekh
Arsyad al-Banjari
The direction of qiblah
Saintisme dan Skripturalisme: Dua klaim
kebenaran dalam krisis Covid-19
Tidak semua saintis membenarkan saintisme.
Semua ahli agama meyakini keberanaran skriptur (kitab suci) tapi tidak
semuanya adalah skripturalisme.
Membangun relasi konstruktif antara
Sains dan Islam
Ada banyak distorsi dalam hubungan antara sains dan Islam selama masa
Covid-19.
Islam menentang saintisme, bukan sains!
Sains dan Islam (agama) secara epistemologis tidak bertentangan, keduanya
bermain di lapangan yang berbeda.
Sains dan Agama berperan masing-masing di wilayahnya dalam penanganan
kasus Covid-19.
Jadi, dalam praktik sosial, pertanyaannya bukan mana yang paling benar di
antara agama (Islam) dan Sains, tapi apa kontribusi keduanya dalam
memberikan solusi bagi persoalan yang dihadapi masyarakat.
Daftar Pustaka
Barbour, Ian G., 2000, When Science Meets Religion: Enemies, Strangers, or
Partners?, New York: HarperCollins.
De Cruz, Helen, "Religion and Science", The Stanford Encyclopedia of
Philosophy (Fall 2022 Edition), Edward N. Zalta (ed.), forthcoming URL =
<https://plato.stanford.edu/archives/fall2022/entries/religion-science/>.
Edis, Taner, 2007, An Illusion of Harmony: Science and Religion in Islam,
Amherst, NY: Prometheus Books.
Guessoum, Nidhal, 2011, Islam’s Quantum Question: Reconciling Muslim
Tradition and Modern Science, London and New York: Tauris.
Harrison, 2015, The Territories of Science and Religion, Chicago: University of
Chicago Press.
Popper, Karl, 1959, The Logic of Scientific Discovery, New York: Hutchinson.