PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Kepmenkes RI No.
340/MENKES/PER/III/2010).
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Upaya kesehatan lingkungan berperan penting dalam mendukung
keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat. Hal ini diperkuat melalui
pengaturan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang menjadi acuan utama dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di berbagai kegiatan diseluruh wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit
dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan ini diselenggarakan melalui
upaya penyehatan, pengamanan, dan pengendalian, yang dilakukan terhadap
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
umum. Salah satu tempat dan fasilitas umum tersebut adalah rumah sakit.
Menurut Permenkes Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit
dan Kewajiban Pasien, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Sebagai pelayanan kesehatan, tentu Rumah Sakit menghasilkan limbah cair.
Limbah cair rumah sakit mulai disadari sebagai bahan buangan yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan baik pada manusia maupun lingkungan
sekitar rumah sakit karena bahan-bahan beracun yang terkandung di dalamnya
dapat menimbulkan berbagai penyakit. Oleh karena potensi dampak limbah cair
rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah
sakit diharuskan mengolah air limbahnya sesuai dengan baku mutu sebelum
dibuang ke badan air.
Limbah cair yang dihasilkan dari rumah sakit dalam kondisi yang kurang
baik, mengandung bahan berbahaya, infeksius dan bersifat radioaktif yang dapat
menimbulkan masalah bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat. Oleh
karena potensi dampak terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat
sangat besar maka berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit maka setiap fasilitas pelayanan kesehatan diwajibkan memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sedangkan baku mutu air limbah mengacu pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah.
Rumah Sakit Ibu Dan Anak Muhaya tergolong rumah sakit tipe C yang
memberikan pelayanan Khusus Ibu dan Anak, pelayanan medik dan lain-lain,
dan telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Seiring berjalan nya
waktu jumlah pasien di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Muhaya mengalami kenaikan
yang signifikan. Kenaikan jumlah pasien tentu sangat mempengaruhi
meningkatnya volume limbah cair yang akan dihasilkan dan juga mempengaruhi
kualitas limbah. Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Ibu Dan Anak Muhaya IPAL tersebut
belum mempunyai bak pengolah lumpur dan belum ada media pada bak
indikator nya. Limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Muhaya harus diperhatikan kualitasnya, mengingat Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Muhaya merupakan rumah sakit yang besar, terletak ditengah pemukiman dan
pembuangan akhirnya langsung menuju badan air. Apabila pengolahan limbah
cair rumah sakit ini kurang baik maka akan menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan maka dari itu limbah cair rumah sakit ini harus diolah dengan baik dan
dijalankan secara optimal sehingga menghasilkan limbah cair yang memenuhi
baku mutu dan tidak mencemari lingkungan.
5. Sebagai bahan masukan bagi petugas Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Muhaya agar meningkatkan sistem pengolahan limbah cair Rumah Sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air limbah yang dihasilkan biasanya sekitar 60-85 % dari pemakaian air
bersih. Limbah cair rumah sakit umumnya bersifat infeksius atau toksik yang
dapat membahayakan lingkungan dan manusia. Untuk itu diperlukan suatu
sistem pengolahan limbah cair yang berfungsi untuk mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan sekitarnya.
Metode pengolahan limbah cair Rumah Sakit dilakukan dalam satu Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang spesifikasinya ditentukan oleh karakteristik
limbah cair atau kelompok pencemar yang dikandungnya. Penurunan kualitas
lingkungan akibat limbah cair sangat ditentukan oleh :
1. Karakteristik limbah cair, dan
a. Air kotoran tinja manusia yang berasal dari toilet, penanganan dan
pegolahan limbah tinja ini dapat dilakukan dengan sistem setempat
yang memakai tangki septic atau dengan sistem terpusat yang
menggunakan IPAL.
b. Air limbah dari kegiatan domestik rumah sakit yang berasal dari
kamar mandi, dapur dan air bekas pencucian pakaian. Limbah ini
umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi.
Bahan-bahan kimia eperti detergen, sabun, dan minyak yang
bercampur dengan kotoran dapur seperti lemak, susu, sisa nasi dan
sebagainya. Ini sangat berbahaya apabila mengandung
mikroorganisme pathogen, bahan beracun dan berbahaya (B3)
ataupun polutan lainnya. Selain itu deterjen dan desinfektan yang
digunakan pada pencucian peralatan dapur dapat membunuh
mikroorganisme yang dibutuhkan dalam pengelolaan biologis.
2. Limbah Cair Klinis
Limbah cair klinis berasal dari kegiatan klinis Rumah Sakit, antara lain
dari pelayanan medis, perawatan gigi, laboratorium / farmasi, serta
limbah yang dihasilkan di Rumah Sakit pada saat dilakukan perawatan,
pengobatan dan penelitian. Limbah cair klinis dikelompokkan atas :
3. Limbah cair yang berasal dari darah, plasenta dan cairan tubuh
lainnya.
a. Parameter Fisika
2. Suhu
Suhu air limbah Rumah Sakit biasanya lebih tinggi dari air biasa
yang disebabkan oleh air panas yang berasal dari dapur, laundry
serta ruang sterilisasi yang menggunakan air panas dalam
aktifitasnya. Temperature berperan penting dalam reaksi kimia,
kecepatan reaksi, kehidupan air dan penentuan kualitas air. Pada
suhu yang terlalu tinggi akan mengganggu kehidupan air yang
mengakibatkan oksigen terlarut akan berkurang, sehingga
berpengaruh pada jumlah kehidupan air yang ada, suhu optimum
untuk bakteri melakukan aktifitasnya antara 25oC-35oC.
3. Total solid
Sumber penghasil solid ini dapat berasal dari air minum domestik,
sampah industri dan domestik erosi tanah, infiltrasi dan
sebagainya. Materi total solid ini terdiri atas :
b. Parameter Kimia
Karakteristik yang akan dibahas disini adalah :
1. Materi organik
Kelompok utama yang ada pada buangan ini adalah protein (40-
60)%, karbohidrat (25-50)%, minyak dan lemak (10)%. Kelompok
tersebut umumnya ditentukan dengan analisa BOD dan COD.
BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang diperlukan untuk
mengoksidasi seluruh senyawa organik secara biologis.Kegunaan
dari BOD sebagai salah satu parameter adalah menentukan
secara tepat jumlah oksigen yang diperlukan untuk menstabilisasi
seluruh senyawa organik yang ada. Sedangkan COD adalah
jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa
organik secara kimiawi. Analisa COD memerlukan waktu sekitar 3
jam atau lebih cepat bila dibandingkan dengan analisa BOD
dengan waktu 5 hari.
2. Materi Anorganik
1) pH
4) Logam Berat
Umumnya digolongkan pada polutan utama. Beberapa logam
berat dibutuhkan untuk pertumbuhan dalam proses biologis dan
dapat meningkatkan pertumbuhan alga.Tetapi ada juga logam
berat yang menjadi toksik bagi mikroorganisme dalam
pengelolaan secara biologis.
3. Gas
Gas yang sering ditemukan dalam air buangan diantaranya adalah
nitrogen (N2), oksigen (O2), karbodioksida (CO2), hydrogen
sulfide (H2S), ammonia (NH3), dan metan (CH4). Ketiga gas
terakhir diatas berasal dari dekomposisi materi organik yang ada
pada limbah cair.
c. Parameter Biologi
Limbah cair Rumah Sakit mengandung mikroorganisme yang dapat
bertindak sebagai media transmisi penyakit (mikroorganisme
pathogen). Di sisi lain mikroorganisme, khususnya bakteri berperan
penting dalam pengelolaan secara biologi. Mikroorganisme banyak
berasal dari kamar mandi / wc yang bersumber dari buangan
ekskreta manusia. Beberapa mikroorganisme ditemukan dalam urin
karena kadar ammonia yang tinggi dan pH yang rendah.
1. Gangguan Kesehatan
Standard kualitas atau baku mutu yang digunakan adalah standard efluen
yaitu batas yang ditetapkan terhadap konstituen yang dikandung limbah cair
yang boleh dibuang ke badan air penerima. Standar efluen ini diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup NOMOR: 68/MENLH/2016 tentang “Baku
Mutu Air Limbah Domestik”, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Baku Mutu Air Limbah Domestik
pH - 6-9
BOD Mg/L 30
TSS Mg/L 30
Ammoniak Mg/L 10
c. Rendahnya dosis
6. Pengolahan Akhir
J. Kerangka Konsep
Limbah Domestik
Limbah Klinis
Sistem Pengolahan
Limbah Cair
Rumah Sakit
Menurut Permen LH No 68
Tahun 2016
Volume IPAL
Ukuran IPAL
Tahap-Tahap Pengolahan
Limbah Cair
K. Defenisi Operasional
Alat Hasil Skala
No. Variabel Defenisi Ukur Ukur Ukur
Operasional
1. Sumber Tempat/kegiatan yang Check Menghasilka Nomina
Penghasil menghasilkan limbah List n, l
Limbah Cair cair seperti limbah Tidak
domestik yang berasal Menghasilka
dari kamar mandi, n
ruang inap, dapur dan
laundry, dan limbah
klinis yang berasal dari
ruang ICU, ruang
farmasi, ruang operasi
dan poliklinik
2. Volume Banyaknya limbah cair Flowm Meter Nomina
Limbah Cair yang dihasilkan oleh eter l
kegiatan Rumah Sakit
dalam satu hari.
3. Ukuran IPAL Besarnya IPAL untuk Meter Meter Nomina
manampung limbah an l
cair secara
keseluruhan.
4. Tahap Pre-Treatment, Checkl Ada, Nomina
Pengolahan Primary Treatment, ist l
Tidak Ada
Limbah Cair Secondary Treatment,
Tahap
Tertiary Treatment,
Desinfektion,
Pengolahan Akhir.
5. Kualitas Parameter utama yang Check Memenuhi Ordinal
Limbah akan diuji dalam List Syarat
penentuan baku mutu Apabila
limbah cair setelah Sesuai
pengolahan seperti Dengan
BOD, COD, Amoniak, Permen LH
pH. No.68
Tahun 2016,
Tidak
Memenuhi
Syarat
Apabila
Tidak
Sesuai
Dengan
Permen LH
No.68
Tahun 2016
BAB III
3. Ruang Poliklinik
Ruang ini menghasilkan air limbah yang berasal dari bak cuci
tangan/watafel yang terdapat di ruangan tersebut sehingga air
limbah yang dihasilkan dari sisa pelayan terhadap pasien
maupun dari medis mempunyai karakteristik yang perlu
diperhatikan. Limbah yang dihasilkan juga dapat berupa sisa
alkohol dan obat-obatan.
4. Ruang IGD
Limbah yang dihasilkan berupa zat-zat kimia dari sisa obat-obat
pasien.
5. Ruang Laboratorium
Limbah yang mengandung logam berat.
6. Ruang Laundry
Limbah yang dihasilkan berupa limbah bekas pencucian
pakaian yang banyak mengandung detergen.
7. Dapur
Limbah yang dihasilkan berupa sisa-sisa makanan dan
minuman yang mengandung lemak.
3.3 Jumlah Limbah yang Dihasilkan dan Kapasitas IPAL Per Hari
1. Berdasakan jumlah pegawai dan tempat tidur maka limbah yang
dihasilkan :
= 12.000 l/hari
=27.500 l/hari
= 39.000 l/hari
No Unit Ukuran
1 Bak equalisasi 1 4m x 4 m x 4m
6 Bak Kontrol 1m x 1m x 2m
Gambar 3.2 Lay Out IPAL Rumah Sakit Ibu Dan Anak Muhaya
2019
1. Equalisasii
Equalisasi berfungsi sebagai proses an aerob ( Biologi ) juga
berfungsi sebagai equalisasi
2. Bak Aerasi
Bak ini berfungsi sebagai proses aerobic yaitu proses biologi yang
menggunakan mikro organisme yang membutuhkan udara sebagai
pengurai air limbah
3. Bak Clarifier ( Pengendap Lumpur )
Bak ini berfungsi untuk mengendapkan Total Suspended Solid
( TSS ) pada bak aerasi
4. Bak Kontrol
Bak ini berfungsi untuk menampung air limbah yang sudah terolah
kemudian dialirkan melalui pompa ke sand carbon filter
5. Bak Pengambil Sampel.
3.6 Hasil Uji Laboratorium IPAL
Tabel 3.3
Hasil Uji Laboratorium IPAL Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Muhaya Maret 2020
BAKU
PARAMETER SATUAN HASIL MUTU