Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN

SANITAS RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH JATIWINANGUN


PURWOKERTO
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT kita panjatkan, karna atas berkat rahmat-Nya Pedoman
Pengorganisasian Komite PPI Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun Purwokerto Tahun 2015 dapat
diterbitkan sebagai salah satu produk penting dari Sistem Informasi Kesehatan. Pedoman Sanitasi Rumah
Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun Purwokerto ini dapat digunakan sebagai bahan acuan RSKB
Jatiwinangun Purwoketo.

Semoga pedoman Sanitasi Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun ini dapat digunakan untuk
membantu Rumah Sakit dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSKB Jartiwinangun
Purwokerto.

Purwokerto, 2015
DIREKTUR

Dr.H.Achmad Santosa,Sp.B,FIna.Cs
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................
BAB II PENGERTIAN............................................................................................................................
BAB III TUJUAN....................................................................................................................................
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI SANITASI...................................................................................
BAB V PROSES PENYELENGGARAAN SANITASI..........................................................................
BAB VI PENUTUP..................................................................................................................................
PEDOMAN SANITASI
RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH JATIWINANGUN

I. PENDAHULUAN
Sampah Rumah Sakit mulai disadari sebagai bahan buangan yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan lingkungan dan sampah Rumah Sakit dapat dianggap sebagai mata rantai
penyebaran penyakit menular disamping itu di dalam sampah juga mengandung berbagai bahan kimia
beracun, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia dan radioaktif. Maka dari itu harus
dilakukan pengolahan sampah medis dengan baik dan benar. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang
terjadi di Rumah Sakit atau infeksi yang disebabkan oleh kuman yang didapat selama di Rumah
Sakit. Diharapkan dengan pengelolaan sanitasi yang baik dan benar maka terhindar dari adanya
infeksi nosocomial.

Limbah Cair Rumah Sakit Adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang
mungkin mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif. Rumah Sakit merupakan
penghasil dari limbah cair tersebut sehingga perlu adanya pengelolaan Khusus limbah cair di Rumah
Sakit.

Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari dari kegiatan di Rumah
Sakit namun mengingat bahwa Rumah Sakit merupakan tempat tindakan dan perawatan orang sakit,
maka kualitas dan kuantitasnya perlu dipertahankan setiap saat agar tidak mengakibatkan sumber
infeksi baru bagi penderita.

II. PENGERTIAN

Yang dimaksud dengan Sanitasi Rumah Sakit adalah upaya pengendalian berbagai factor
lingkungan fisik, kimiawi, biologi dan social psikologi di Rumah Sakit yang menimbulkan dampak
buruk pada kesehatan jasmani, rohani dan kesejahteraan sosial bagi petugas, pengunjung maupun
masyarakat disekitar rumah sakit.

Yang dimaksud air minum dan air bersih adalah air yang memiliki kualitas dan terbebas dari
mikrobiologi dan kimia fisik di Rumah Sakit harus tersedia air bersih baik kualitas dan kuantitasnya.
Sumbaer air bersih di Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun berasal dari air tanah.

Limbah cair Rumah Sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari Rumah Sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif. Bila bahan-bahan
yang terkontaminasi dengan bahan tersebut tidak ditangani dengan baik selama proses pengumpulan
maka akan dapat terjadi kontaminasi yang mengakibatkan terjadinya infeksi nosocomial. Sampah
rumah Sakit dapat digolongkan menurut jenisnya namun dalam garis besarnya perlu dibedakan
menjadi sampah medis dan non medis untuk sampah medis diperlukan penanganan khusus dalam
pengelolaanya.

Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan mendis, perawatan, poli farmasi,
kamar oprasi, laboratorium yang menghasilkan bahan berbahaya yang mengakibatkan terjadinya
infeksi nosocomial.

Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di Rumah Sakit. Penanganan linen rutin
waktu membersihkan tempat tidur, pengangkutan linen rutin di Rumah Sakit dapat menebarkan
mikroba keseluruh bagian rumah sakit. Di tempat pencucian penumpukan linen kotor juga
menimbulkan gangguan kesehatan kepada para pekerja laundry. Untuk mengurangi terjadinya
kontaminasi udar akibat linen kotor harus ada penanganan dan pengangkutan linen secara khusus.

Ruang bangun adalah semua ruang atau unit yang ada dalam batas atau pagar Rumah Sakit
yang dipergunakan untuk berbagai kegiatan Rumah Sakit. Pemeliharaan ruang bangunan dan peralatan
non medis yang baik dapat mencegah penularan penyakit.

Serangga dan tikus dalam program Sanitasi Rumah Sakit adalah semua jenis serangga dan tikus
yang dapat menularkan beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang atau dapur dan
peralatan instalasi Rumah Sakit sehingga serangga dan tikus merupakan masalah di Rumah Sakit maka
dari itu pengendalianya harus dilakukan secara rutin.

Infeksi nosocomial adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman yang didapat selama di Rumah
Sakit dan infeksi nosocomial terjadi karna hasil interaksi antara penyebab yaitu kuman, HOST brupa
manusia dan ENVIROMENT yaitu lingkungan yang disertai mata rantai penularan.

III. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tercapainya kondisi lingkungan Rumah Sakit yang memenuhi syarat kesehatan
sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat terpapar
atau terpajan oleh factor-faktor resiko atau bahaya lingkungan termasuk infeksi
nosocomial. Membantu proses pengobatan/ penyembuhan pasien dan pencegahan
pencemaran terhadap lingkungan.
b. Tujuan Khusus
1. Terbentuknya dan terbinanya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah
Sakit melalui program sanitasi.
2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan kerja untuk masyarakat pekerja di
Rumah Sakit.
3. Menjadikan Rumah Sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan yang professional dan
terhindar dari pencemaran atau timnulnya penyakit lain yang terjadi di Rumah Sakit.
4. Terciptanya pengelolaan limbah medis dan non medis Rumah Sakit dengan baik dan
benar.
5. Tersedianya saran air bersih, peralatan medis / non medis dan ruang bangunan yang
memenuhi standar.

IV. PENGORGANISASIAN SANITASI RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH


JATIWINANGUN
Organisasi RSKB Jatiwinangun diatur berdasarkan Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun yang telah ditentukan dan mengacu pada peraturan
pemerintah Nomor 77 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi di Rumah Sakit.
Unit sanitasi perlu dikelola secara professional dengan menerapkan tanggungjawab serta
penatalaksanaanya agar berjalan dengan baik.
A. Tanggung Jawab
Terselenggaranya sanitasi Rumah Sakit dengan baik dan benar.
B. Tugas Pokok
Mengacu pada fungsi unit sanitasi, tugas pokok unit sanitasi adalah :
1. Merencanakan langkah-langkah kegiatan sanitasi agar rencana kerja dapat terlaksana
sesuai dengan yang diharapkan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Merencanakan kebutuhan sumberdaya berupa sarana, prasarana, tenaga, peralatan,
bahan dan kebutuhan lainya, sesuai dengan strategi rumah sakit serta prosedur dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Memasukan data, mengumpulkan data, menganalisis dan menyajikan data kegiatan
sanitasi RSKB Jatiwinangun, untuk bahan informasi dan kegiatan sanitasi.
4. Melakukan penelitian dan pengembangan mutu sanitasi rumah sakit.
5. Membuat laporan hasil kegiatan sanitasi sebagai bahan informasi kesehatan
lingkungan dan pertanggungjawaban kepada atasan.
6. Melaksanakan tugas-tugas lainya yang diberikan oleh atasan.
C. Hubungan Kerja Antara Bagian
1. Bagian sanitasi bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan sakitasi sesuai
dengan batas wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala unit sanitasi wajib menerapkan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan intern unit atau dengan bagian lain
yang terkait, sesuai dengan tugasnya masing-masing.
3. Unit sanitasi dan bagian terkait, dalam pelaksanaan kegiatan sanitasi,
bertanggungjawab dan mengkoordinasikan anggotanya masing-masing serta
memberikan petunjuk bagi tugas bawahanya.
4. Unit sanitasi dan bagian lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan sanitasi, wajib
mengikuti dan memenuhi petunjuk dan tanggungjawab kepada atasan masing-masing
dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.
5. Unit sanitasi dan bagian lain yang terkait dengan kegiatan sanitasi, dalam rangka
pembinaan dan pemberian bimbingan wajib mengadakan rapat berkala baik antara
petugas sanitasi maupun pimpinan bagian lainya yang terkait dalam melaksanakan
kegiatan sanitasi di Rumah Sakit.

V. PROSEDUR PENYELENGGARAAN SANITASI RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH


JATIWINANGUN

A. PENYEDIAAN AIR BERSIH


Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di
Rumah Sakit namun mengingat bahwa rumah sakit merupakan tempat tindakan dan
perawatan orang sakit makan kualitas dan kuantitas airnya harus dijaga sesuai standar.
Semakin banyak pengunjung maka kebutuhan air bersihnya semakin banyak pula dan
perkiraan kebutuhan air bersih minimal 500 liter per tempat tidur per hari, sumber air
bersih Rumah Sakit bedah jatiwinangun berasal dari sumur bor atau air tanah.
Pengawasan kualitas air dilakukan pada seluruh titik penyediaan air bersih yang ada di
Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun.
Air bersih di Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun dilakukan inspeksi melalui
pemeriksaan air yang dikirim ke Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kabupaten
Banyumas setiap satu bulan sekali, guna menjaga kualitas air bersih. Rumah Sakit
Khusus Bedah Jatiwinangun memerlukan mutu air lebih dari mutu untuk keperluan
sehari-hari. Air sumur atau PAM mungkin cukup untuk kebutuhan air pada umumnya
tetapi untuk keperluan khusus perlu dilakukan pengolahan tambahan. Unit-unit pelayanan
yang memerlukan mutu air secara khusus antara lain : laboratorium, farmasi, unit
perawatan, bedah, laundry dan peralatan mekanis tertentu (misalnya: unit pembuatan
media laboratorium, pembuatan larutan intravenus, cairan irigasi,pencucian gelas dan
perlengkapan laboratorium, irigasi selama prosedur bedah. Bahan kimia yang biasanya
ditambahkan pada proses pengolahan air untuk konsumsi umum biasanya dipandang
sebagai kontaminan untuk keperluan khsus misalnya, khlorin yang digunakan untuk
desinfektan air minum merupakan kontaminan bila digunakan untuk membuat media
mikrobiologi: fluride ditambahkan kedalam air untuk mencegah pembusukan gigi, dapat
menjadi penyebab perubahan bentuk tulang jika dianalisa ginjal menggunakan air
mengandung florida, karna itu perlu memperhatikan persyaratan tertentu bila air akan
digunakan secara khusus.
B. Pengelolaan Air Limbah
Pada setiap tempat dimana orang berkumpul akan menghasilkan limbah dan
memerlukan pembuangan. Rumah Sakit seperti halnya pemukiman yang menghasilkan
limbah. Orang mulai lebih berkepentingan terhadap limbah Rumah Sakit karena limbah
yang dibuang, tetapi sebenernya komposisi limbah pada dasarnya tidak banyak berbeda
dengan limbah rumah tangga, bahkan dari segi mikrobiologi sekalipun kecuali limbah
yang berasal dari bagian penyakit menular atau sanatorium TBC karna organisme belum
dipisahkan melalui proses olahan khusus setempat.
Sumber limbah Rumah Sakit ini terdiri dari buangan pasien, jaringan tubuh, limbah
laboratorium, bahan kimia, sisa makanan dari dapur, limbah laundry, dan lain-lain.
Limbah Rumah Sakit biasanya mengandung mikroorganisme yang mengandung bahan-
bahan organik dan anorganik. Pengolahan limbah medis di Rumah Sakit Khusus Bedah
Jatiwinangun Purwokerto menggunakan septictank dan IPAL konvensional, kecuali
limbah dari gizi yang harus melalui grease trap / bak penangkap lemak dan langsung
disalurkan ke IPAL, semua limbah cair di Rumah Sakit Jatiwinangun disalurkan ke IPAL
dan dilakukan desinfeksi menggunakan kaporit sebelum dibuang ke badan air.
C. Pengelolaan Sampah
Jenis sampah yang dihasilkan Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi dua yaitu sampah
medis dan non medis :
a. Sampah Medis
Di Rumah Sakit Khsus Bedah Jatiwinangun sampah medis dihasilkan dari
farmasi, laboratorium, IGD, Poli, Keperawatan, dan kamar orasi, yang berupa obat-
obatan, citotoksis, spuit, jarum, jaringan tubuh, kassa, dan botol obat sebelum dibuang
atau dimusnahkan, dari stiap unit sudah disediakan tempat sampah khusus berwarna
kuning dengan label sampah medis dan dilapisi kantong plastik didalamnya berwarna
kuning untuk membedakan sampah medis dan sampah domestik, selain itu juga
disediakan saftybox / tempat khusus untuk membuang sampah benda tajam sperti spuit
dll, dan sampah tersebut nantinya akan diangkut oleh CS selum penuh atau stelah
terisi 80% dan untuk pengelolaan sampah medis Rumah Sakit bekerjasama dengan
pihak ke 3 dan dilengkapi dengan perjanjian tri party. Utuk pengangkutan setiap 3 hari
sekali dari pihak pengelola dan di TPS juga tersedia coolbox storage agar sampah
medis yang disimpan terutama jaringan tubuh tidak busuk dan sisimpan dalam suhu
yang aman dibawah 0°C.
b. Sampah Non Medis
Di Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun sampah non medis dihasilkan dari
semua unit yang ada di Rumah Sakit Khsus Bedah Jatiwinangun yang berupa kertas,
plastik, sampah dapur, sampah daun kering, sampah bungkus makanan dan lain-lain di
semua unit dan ruangan pasien serta kamar mandi disediakan tempat sampah non
medis yang setiap 80% terisi akan diangkut oleh petugas dan dikumpulkan ditempat
penampungan sementara yang tertutup rapat. Untuk pengakutanya Rumah Sakit
Jatiwinangun bekerjasama dengan KSM setempat dan akan diangkut setiap hari oleh
petugas.

D. Pengelolaan Limbah Klinis


Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
farmasi, kamar oprasi, dan laboratorium yang menggunakan bahan-bahan beracun,
infeksius dan berbahaya yang berupa benda tajam, limbah infeksius, jaringan tubuh,
citotoksik dan limbah farmasi. Limbah infeksius merupakan limbah yang berkaitan
dengan pasien penyakit menular, limbah laboratorium dengan pemeriksaan mikrobiologi.
Untuk pembuangan atau pengelolaan limbah klinis disesuaikan dengan kondisi limbah
klinis tersebut bila berbentuk cair akan diolah sesuai dengan limbah cair medis sedangkan
yang berbentuk padat akan dikelola sesuai dengan pengelolaan sampah medis.

E. Penyehatan Makanan dan Minuman


Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit menekankan terwujudnya
kebersihan makanan dalam jalur perjalanan makanan seblum dikonsumsi oleh pasien.
Penyehatan makan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi yang mempengaruhi pertumbuhan kuman dan
bertambahnya bahan additive pada makanan dan minuman. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pencegahan penyakit yang ditularkan oleh makanan adalah melakukan
pengamatan yang cermat mulai dari jalur makanan, pengadaan bahan, pengolahan,
penyajian, dan petugas sehari-hari.
Dasar-dasar yang harus diperhatikan :
1) Hanya mempekerjakan tenaga penjamah makanan yang sehat dan terlatih.
2) Biasakan membuang makanan yang kualitasnya tidak bagus dan diragukan.
3) Gunakan peralatan yang bersih dan refigerator yang baik dan sealalu diusahakan
bahan-bahan beracun jauh dari ruangan pengelolaan makanan.
4) Cuci dengan bersih semua buah dan sayur sebelum digunakan.
5) Jagalah makanan potensial berbahaya pada suhu yang tepat yaitu dibawah
100°C atau diatas 65°C kecuali pada saat penyajian tepat atau pengolahan.

F. Pengelolaan Linen
Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di Rumah Sakit. Penanganan
linen rutin waktu membersihkan tempat tidur, pengangkutan linen sepanjang koridor dan
ruang-ruang di Rumah Sakit karna dapat menebarkan mikroba ke seluruh Rumah Sakit.
Untuk mengurangi terjadinya kontaminasi udar akibat linen kotor selama penanganan dan
pengangkutan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan biasanya dengan menggunakan
kantong plastik. Sebelum dicuci linen dipisah antara linen kotor infeksius dan non
infeksius.
Tempat pencucian linen yang terbuat dari bak porseline dan untuk pencucian
melalui pembilasan dilanjutkan penyabunan dan pemberian desinfektan yang terakhir
pembilasan akhir dengan air mengalir. Untuk linen-linen non ifekisus pencucianys
dibedakan dengan infeksius agar tidak terkontaminasi oleh linen infeksius. Setelah proses
pencucian lalu dilakukan proses pengeringan menggunakan mesin, dan selajutnya proses
pnyetrikaan dan penyimpanan.

G. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu


Vektor dan Binatang Pengganggu merupakan masalah rutin di Rumah Sakit,
karena itu pengendaliaannya juga harus dilakukan secara rutin karna Vektor dan Binatang
Pengganggu merupakan hewan pembawa penyakit dan dapat menimbulkan kerugian
ekonomi. Serangga yang sering berada di Rumah Sakit dinataranya tomcat, lalat, nyamuk,
tikus, kucing. Rumah Sakit hendaknya di design sedikit mungkin dapat menjadi
tempat/sarang bagi vektor dan binantang penganggu, selain itu untuk mencegah vektor
sperti nyamuk dilakukan penycucian bak kamar mandi secara rutin dan penaburan bubuk
abate, untuk pengendalian tikus dan kucing dilakukan pemasangan trap agar populasinya
tidak berkembang di Rumah Sakit.

H. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di Rumah Sakit atau infeksi yang
disebabkan oleh kuman yang didapat selama berada di Ruamh Sakit.
Berikut ini beberapa penyebab terjadinya infeksi nosokomial:
1) Infeksi Silang : hal ini disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang /
penderita lain di rumah sakit baik secara langsung atau tidak langsung.
2) Infeksi Lingkungan : disebabkan kuman yang berasal dari bahan / benda tak
bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit.
3) Ifeksi sendiri : disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang
berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan lain dan penyebab infeksi
nsoskomial adalah kuman, bakteri, virus, fungi atau parasit.

Sumber infeksi yaitu suatu tempat bersarang kuman dari mana kuman penyebab
infeksi keluar / dikeluarkan untuk mencapai hospes baru yang rentan. Sumber infeksi
dapat berupa suatu yang bernyawa dan yang tidak bernyawa.

Pencegahan infeksi nosokomial yaitu dengan cara :

1) Dasar upaya pencegahan yang berkaitan dengan petugas rumah Sakit :


a. Selalu mencuci tangan dengan bersih menggunakan sabun dan antiseptic
b. Melaksanakan hygine perorangan
c. Selalu memakai alat steril
d. Menjaga kebersihan lingkungan
e. Memakai pakian khsus, masker, sarung tangan, ketika menangani pasien
khusus.
2) Isolasi penderita dan isolasi perlindungan bagi penyakit khusus dan penyakit
menular. Untuk mencegah terjadinya Infeksi Nosokomial secara menyeluruh
di lingkungan Rumah Sakit perlu adanya program pengendalian yang
ditunjang dengan survilance rumah sakit yang tentunya didukung oleh semua
pihak terkait dan seluruh petugas di Rumah Sakit.

VI. PENUTUP
Buku pedoman Sanitasi Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun merupakan
pedoman dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khsusnya kegiatan sanitasi. Dengan
tersusunya buku pengelolaan Ssanitasi Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun ini semoga
dapat meningkatkan pengelolaan sanitasi dengan baik dan benar, sehingga tercipta rumah
sakit yang bersih dan tertib. Diharpkan kedepanya semua pihak dapat memberikan masukan
dan usulan guna meningkatkan pengolahan Sanitasi di Rumah Sakit Khusus Bedah
Jatiwinangun ini.
Dengan telah selesainya “Buku Pedoman Sanitasi” kami mengharapkan insan di
Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun khususnya yang terkait dengan tugas sanitasi untuk
memperhatikan ketentuan yang ada dan menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh.
Mudah-mudahan kegiatan sanitasi di Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun dapat
berjalan dengan lancar dan semestinya.

Anda mungkin juga menyukai