I. PENDAHULUAN
Klinik sanitasi merupakan suatu wahana bagi masyarakat melalui perbaikan kondisi
kesehatan lingkungan untuk mencegah berbagai penyakit menular dengan bimbingan,
penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas.
II. LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar
masyarakat Indonesia. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh
masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan jamban, meningkatnya
pencemaran, kurang higienisnya cara pengilahan makanan, rendahnya perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS).
I. PENDAHULUAN
Kunjungan lapangan/ rumah pasien barbasis lingkungan sebagai tindak lanjut dari
pasien yang di rujuk ke klinik sanitasi. Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara
pasien atau keluarganya dengan petugas sanitasi
VI. SASARAN
Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan dengan faktor lingkungan.
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Kunjungan pasien dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
I. PENDAHULUAN
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat
yang timbul dari tempat-tempat umum.
VI. SASARAN
Sarana TTU yang berada di wilayah binaan Puskesmas.
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Inspeksi sanitasi TTU dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat pada jam kerja
yang dilakukan diluar gedung puskesmas.
I. PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang disediakan di
luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh perusahaan atau perorangan
yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan untuk kepentingan umum, haruslah terjamin
kesehatan dan keselamatannya.
VI. SASARAN
Sarana TPM yang berada di wilayah binaan Puskesmas.
I. PENDAHULUAN
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang
sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan.
Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana
orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus
memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya
agar dapat bekerja dengan produktif.
VI. SASARAN
Rumah yang berada di wilayah binaan Puskesmas.
I. PENDAHULUAN
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
VI. SASARAN
Sarana air bersih yang berada di wilayah binaan Puskesmas.
I. PENDAHULUAN
Masalah kesehatan yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang
memenuhi syarat kesehatan yang mencakup tentang penyediaan air bersih, jamban keluarga
dan saluran pembuangan air limbah. Dengan kurangnya penyediaan air bersih, jamban
keluarga dan saluran pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
menimbulkan berbagai penyakit salah satu diantaranya adalah kejadian diare.
I. PENDAHULUAN
Masalah kesehatan yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang
memenuhi syarat kesehatan yang mencakup tentang penyediaan air bersih, jamban keluarga
dan saluran pembuangan air limbah. Dengan kurangnya penyediaan air bersih, jamban
keluarga dan saluran pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
menimbulkan berbagai penyakit salah satu diantaranya adalah kejadian diare.
VI. SASARAN
Sarana SPAL yang berada di wilayah binaan Puskesmas.
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Inspeksi sanitasi sarana SPAL dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat pada
jam kerja yang dilakukan diluar gedung puskesmas.
I. PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Nyamuk
Aedes Aeggepti berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi,
tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Pemberantasan nyamuk Demam Berdarah
akan lebih efektif jika dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang dilakukan oleh
petugas Puskesmas disemua desa non endemis sekaligus memberikan abate pada
penampungan air yang ada jentiknya.
e) SASARAN
Rumah/TTU yang berada di wilayah binaan Puskesmas.
f) JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
PJB dilaksanakan secara berkala setiap satu bulan sekali.
g) EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan PJB hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Dinas kesehatan Kabupaten
sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.
h) PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan dilakukan dibuku kegiatan dan dilaporkan ke dinas kesehatan setiap
sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN
PENERAPAN STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016
I. LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar
masyarakat di Kabupaten Bandung, hal ini tercermin dari tingginya angka kejadian dan
kunjungan penderita beberapa penyakit berbasis lingkungan ke Puskesmas. Tingginya
kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh masih buruknya kondisi
sanitasi dasar terutama air bersih dan jamban keluarga, meningkatnya pencemaran air dan
tanah karena pembuangan sampah, kurang hygienisnya cara pengelolaan makanan,
rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat.
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2009, sekitar 70 juta orang di
Indonesia masih mempraktikkan buang air besar sembarangan (BABS), dan hanya sekitar
12% masyarakat Indonesia yang melakukan cuci tangan setelah buang air besar. Di
Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (infeksi Saluran Pernafasan
Atas). Angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 adalah sebesar 423 per 1000 penduduk
pada semua umur dan KLB (Kejadian Luar Biasa) diare terjadi di 16 propinsi.
Di Kabupaten Bandung, pada tahun 2013 angka kasus diare terjadi sebanyak 126.243
kasus (40 per 1000 penduduk). Meskipun tidak ada kasus kematian, namun angka tersebut
menunjukkan masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan akibat hygiene
dan sanitasi yang buruk.
Sebagai jalan keluar dari permasalahan ini, pemerintah memperkenalkan pendekatan
sanitasi total, yaitu kondisi ketika suatu komunitas ; 1) tidak buang air besar (BAB)
sembarangan, 2) mencuci tangan pakai sabun, 3) mengelola air minum dan makanan yang
aman, 4) mengelola sampah dengan benar, 5) mengelola limbah cair rumah tangga dengan
aman. Namun demikian program pendekatan sanitasi total tidaklah dapat berjalan dengan
baik tanpa dukungan dan peran serta masyarakat secara langsung. Untuk itu, dalam
pelaksanaan pendekatan sanitasi total, masyarakat merupakan subyek yang berperan dalam
mengambil keputusan dan bertanggungjawab terhadap keputusan tersebut. Dengan demikian
diharapkan program dapat berjalan secara berkelanjutan.
Selanjutnya pemerintah memperkenalkan program ini dengan nama Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM). STBM merupakan pendekatan untuk merubah perilaku
hygienes dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM
menekankan kepada 5 (lima) pilar perubahan perilaku hygienes, yaitu :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
3. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAM-RT)
Adalah pengolahan air minum, penggunaan wadah penyimpanan air minum yang aman dan
perilaku penanganan air minum agar bebas dari kuman.
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Adalah pengelolaan sampah rumah tangga yang terdiri dari pembuatan kompos dari sampah
organik, dan penggunaan ulang (reuse dan recycling) sampah an organik.
5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
Adalah pengolahan limbah cair yang termasuk di dalamnya drainase yang sesuai stándar,
penggunaan tangki septik untuk penampungan kotoran manusia.
Dengan sanitasi total berbasis masyarakat diharapkan terjadinya perubahan perilaku
hygiene dari masyarakat dan adanya peningkatan akses sarana sanitasi hingga pada akhirnya
tercapai tujuan dari STBM itu sendiri, yaitu terciptanya kondisi sanitasi total dalam rangka
mengurangi penyakit berbasis lingkungan. Dalam mencapai tujuan tersebut, program STBM
memiliki indikator hasil (outcome) yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit
berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
Program STBM menunjang pencapaian target sub bidang perumahan dan permukiman
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yaitu
terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014.
Penerapan STBM di Kabupaten Bandung telah dilaksanakan sejak tahun 2007. Hingga
saat ini sudah 80 desa di Wilayah Kabupaten Bandung yang melaksanakan pemicuan dan
kurang lebih ada 500 jamban sehat yang telah dibangun dengan biaya swadaya murni hasil
dari pemicuan tersebut. Akan tetapi sampai dengan saat ini belum ada desa di Wilayah
Kabupaten Bandung yang sudah SBS (stop buang air besar sembarangan), yaitu 100 %
masyarakatnya BAB ke jamban sehat. Karena itu pada tahun Anggaran 2014 dialokasikan
lagi kegiatan Penerapan STBM di Wilayah Puskesmas Rancaekek.
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan
dengan sanitasi dan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total di Wilayah Puskesmas
Rancaekek
2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kepala puskesmas dalam penerapan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM).
B. Tujuan Khusus
1. Perubahan Perilaku ke arah yang lebih baik.
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Terlaksananya Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di seluruh Wilayah
Puskesmas Rancaekek
4. Terwujudnya Desa STBM di Wilayah Puskesmas Rancaekek.
III. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat di wilayah Puskesmas Rancaekek
V. SUMBER BIAYA
Kegiatan Penerapan STBM di Kabupaten bersumber biaya dari BOK Tahun 2016.
VI. KEGIATAN
a. Penerapan STBM (pemicuan di masyarakat).
VII. RINCIAN KEGIATAN
Rincian dari kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yaitu sebagai berikut :
No Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran
1 Pembentukan tim Tersusunnya tim fasiliattor Tim fasilitator
fasiliator yang akan melaksanakan kabupaten
pemicuan
2 Penentuan titik lokasi Terpilihnya lokasi penerapan Desa lokasi DAS
pemicuan metode CLTS (dilaksanakan Citarum
pemicuan bagi masyarakat)
3 Sosialisasi metode Tersosialisasikan maksud Kepala Puskesmas,
CLTS ke puskesmas, dan tujuan kegiatan Kepala Desa dan
aparat desa, dan tokoh penerapan metode CLST di jajarannya, Tokoh
masyarakat lokasi terpilih Masyarakat
4 Penentuan kelompok Terpilihnya kelompok Masyarakat yang dapat
masyarakat yang akan masyarakat yang akan dipicu mewakili kondisi
dilakukan pemicuan masyarakat di lokasi
terpilih
5 Penyebarluasan Tersebarnya undangan Masyarakat di lokasi
undangan (waktu) pelaksanaan terpilih
pemicuan
6 Pelaksanaan Terlaksananya kegiatan Desa lokasi DAS
penerapan metode pemicuan di Citarum
CLTS masyarakat&diketahuinya
permasalahan sanitasi dasar
dan perilaku buang air besar
7 Pelaporan dan Tersusunnya rencana tindak Wakil dari masyarakat
evaluasi lanjut dan komitmen dari yang terpicu dan tidak
masyarakat terpicu
Disepakatinya komitmen
semua pihak untuk
keberhasilan pencapaian
rencana kegiatan masyarakat
dan pemantauan kegiatan
VIII. PENUTUP
Keberhasilan program sanitasi berbasis masyarakat (STBM) diharapkan dapat
menunjang keberhasilan pengembangan lingkungan sehat yang dapat diukur melalui
indikator atau dampak kegiatan yaitu peningkatan perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat,
peningkatan akses air dan sanitasi, penurunan angka penyakit akibat air dan sanitasi.
Pendampingan implementasi rencana kegiatan masyarakat yang telah terpicu dengan
pemantauan dari tingkat kabupaten sangat berpengaruh untuk keberlanjutan perubahan
perilaku masyarakat dan juga pengembangan kegiatan STBM di lokasi lainnya. Selain itu
dukungan kepala puskesmas, petugas kesehatan lain, lintas sektor dan masyarakat terutama
dalam penyelesaian masalah kesehatan lingkungan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan
pelaksanaan penerapan STBM. Untuk itu dalam pelaksanaan penerapan STBM harus
dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM DEPOT AIR MINUM ISI ULANG, AIR
BERSIH DAN AIR PDAM DI PUSKESMAS RANCAEKEK
TAHUN 2016
I. PENDAHULUAN
Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa
air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Air diperlukan untuk menunjang kehidupan
antara lain dalam kondisi yang layak untuk diminum tanpa mengganggu kesehatan. Air
minum adalah air yang dapat diminum langsung atau air yang harus dimasak terlebih dahulu
sebelum dapat diminum.
Air minum dalam tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan metabolisme
dan fisiologi tubuh. Setiap waktu air perlu dikonsumsi karena setiap saat tubuh bekerja dan
berproses. Air dibutuhkan untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna
oleh tubuh. Air pun merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap
pernafasan dan cairan tubuh lainnya.
Kebutuhan masyarakat terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang dilayani
oleh sistem perpipaan (PDAM), air dalam kemasan, air dari Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU), maupun dari air tanah dangkal dari sumur gali, sumur pompa, penampungan mata
air serta air hujan yang diolah oleh masyarakat menjadi air minum setelah dimasak terlebih
dahulu.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu dilaksanakan
berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh
masyarakat. Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi air minum siap pakai demikian
besar, sehingga usaha depot air minum isi ulang tumbuh subur dimana-mana. Oleh karena itu
hal perlu pengawasan dan pembinaan agar kualitas air minum selalu aman dan sehat untuk
dikonsumsi masyarakat.
Pengawasan dan pembinaan hygiene sanitasi depot air minum, pengawasan kualitas
air bersih dan PDAM di masyarakat perlu dilakukan oleh Dinas Kesehatan, hal ini merupakan
salahsatu kegiatan untuk mengurangi atau mencegah kejadian penyakit dan atau gangguan
kesehatan karena bawaan air yang disebabkan oleh air bersih maupun air minum serta
sarananya yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan distribusi air minum,
agar supaya air yang dikonsumsi masyarakat memenuhi syarat seperti yang tercantum
Permenkes NO. 492/MENKES/PER/IV/2002 tentang persyaratan kualitas air minum.
Puskesmas Ciparay sudah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap air bersih
dan air minum paada tahun 2011 dan sepuluh sampel air minum dan air bersih yang
diperiksa laboratorium, hasilnya sebanyak sampel (56,8%) air tersebut tidak memenuhi
syarat kesehatan. Berdasarkan data tersebut maka pada tahun 2015 Puskesmas Ciparay akan
melakukan pengawasan kualitas air minum Depot Air Minum Isi Ulang, air bersih dan air
PDAM.
III. TUJUAN
A. Umum
Terlindunginya masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat konsumsi air minum yang
berasal dari Depot Air Minum, Sarana Air Bersih dan PDAM sehingga terhindar dari
kemungkinan terkena risiko penyakit bawaan air.
B. Khusus
1. Teridentifikasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang memiliki tanda terdaftar,
sertifikat hygiene sanitasi sehingga masyarakat terlindung dari pengaruh buruk
mengkonsumsi air yang berasal dari DAMIU.
2. Teridentifikasi faktor resiko pada proses isi ulang air minum mulai dari air baku sampai
menjadi air minum melalui audit sanitasi.
3. Diketahuinya kualitas air minum dari DAMIU, air bersih dan air PDAM baik secara kimia
dan bakteriologi melalui pemeriksaan laboratorium.
IV. SASARAN KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan pengawasan kualitas air minum Depot Air Minum Isi Ulang, air
bersih dan air PDAM yaitu Depot Air Minum Isi Ulang, air bersih dan air PDAM yang
berada di wilayah Puskesmas Rancaekek. Pada tahun ini pengawasan air bersih dan air
PDAM dilaksanakan di 15 titik lokasi dan air minum DAMIU di 5 titik lokasi.
2. Pelaksanaan
a. Pendataan DAMIU yang sudah dan belum memiliki tanda terdaftar dan sertifikat
hygiene sanitasi.
b. Audit sanitasi sarana Depot Air Minum Isi Ulang.
c. Pengambilan sampel air minum DAMIU, air bersih dan air PDAM di masyakarakat
secara bakteriologi dan kimia untuk pemeriksaan laboratorium.
VII. LOKASI PELAKSANAAN
Air Bersih dan
DAMIU
No Desa PDAM
Jumlah Jumlah
Rancaekek
1. 3 15
Kencana
2. Rancaekek Wetan 2
JUMLAH 5 15
VIII. PENUTUP
Terlindunginya masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat konsumsi air minum
merupakan tanggungjawab pemerintah dalam hal ini termasuk Dinas Kesehatan. Maka dari
itu perlu upaya pengawasan dan pembinaan berkelanjutan dan terintegrasi serta didukung
pengetahuan, sikap, serta perilaku yang benar dari pengelola dan penjamahnya sehingga
pengelola DAMIU, PDAM dan unit pengelola lainnya dapat memproduksi air minum yang
memenuhi syarat kesehatan untuk mencegah kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan
akibat bawaan air.
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan pengawasan dan pembinaan Depot Air Minum Isi Ulang, air bersih dan air PDAM
di wilayah Puskesmas Rancaekek Tahun 2016.
KERANGKA ACUAN PENGGUNAAN APAR
I. PENDAHULUAN
Puskesmas sebagai suatu tempat kerja yang cukup komplek dengan lingkungan kerja
dan jenis pekerjaan yang bervariasi serta segala fasilitas dan peralatannya, harus dipelihara
sedemikian rupa untuk menjaga keamanan dan mencegah kebakaran serta persiapan
menghadapi bahaya untuk menjamin dan menjaga keselamatan hidup pasien, pegawai dan
pengunjung.
VI. SASARAN
Sasaran kegiatan adalah perwakilan setiap poli dan unit kerja di Puskesmas Rancaekek DTP.
A. LATAR BELAKANG
MAKSUD
Untuk memberikan kenyamanan dan kebersihan serta keindahan gedung dan
halaman/taman di lingkungan Puskesmas Rancaekek DTP yang dilaksanakan sesuai
dengan aturan yang ditentukan.
TUJUAN :
1. Mewujudkan keindahan dan kebersihan yang dilaksanakan oleh petugas kebersihan
dalam pelaksanaan pemeliharaan lingkungan gedung kantor yang bersih dan nyaman.
2. Meningkatkan ketertiban dan kenyamanan kepada para pegawai dalam
melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas kebersihan dalam menangani
pemeliharaan gedung kantor sesuai dengan prosedur.
C. SASARAN KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah mencakup kebersihan lantai, jendela, langit- langit,
selasar tangga, kaca-kaca jendela, ruang kerja, ruangan pasien serta peralatan kantor
yang menunjang kegiatan antara lain : meja, kursi, lemari, rak-rak buku, kamar mandi,
dapur, ruang rapat, halaman gedung kantor dan taman yang ada dilingkungan Puskesmas
Rancaekek DTP.
D. LINGKUP KEGIATAN
Seluruh gedung dan ruangan yang ada pada Puskesmas Rancaekek DTP dan
halaman/taman. Area Luasan pekerjaan tersebut untuk pembersihan lobi, ruang kerja,
ruangan pasien, ruang rapat, selasar, teras, toilet, pantry tiap gedung dan pembersihan
halaman parkir serta pembuangan sampah ke luar area kampus.
1. Agar terciptanya lingkungan yang bersih nyaman dan indah serta meningkatkan
kenyamanan pegawai dan pasien.
2. Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Resik : Bersih secara rasa raba dan pandang.
b. Ringkas : Cara Kerja yang tertib dan terarah efiktif.
c. Rapi : Kerapian untuk diri sendiri maupun hasil kerja.
d. Rawat : Pemeliharaan peralatan dan ketelitian.
e. Rajin : Melakukan pekerjaan secara continue dan terus- menerus
F. METODOLOGI PELAKSANAAN
Didalam melakukan pendekatan pekerjaan petugas kebersihan dalam hal ini perlu
memperhatikan tugas yang dilaksanakan antara lain :
1. Pekerjaan yang dilaksanakan tiap hari.
2. Pekerjaan Mingguan.
3. Pekerjaan Bulanan.
4. Pekerjaan yang sewaktu-waktu dibutuhkan.
G. JADWAL PELAKSANAAN
Jadwal Kerja Harian :
a. Hari Senin sd. Kamis
- Pukul : 06.00 sd. 09.00 : Membersihkan Ruangan, Meja, Komputer, Telepon.
Membuang sampah. Membersihkan Lantai dipel,
Kamar Mandi, Wastafel, Tangga. Menyapu dan
Mengepel dan membersihkan Halaman
- Pukul : 10.00 sd.12.00 : Mengontrol Lantai, Kamar Mandi, Wastafel, Kaca,
Tissu, dan Halaman, Membantu Staf Kantor /
Pegawai.
- Pukul : 12.00 sd. 13.00 : ISTIRAHAT
- Pukul : 13.00 sd. 14.00 : Mengontrol/membersihkan Lantai, Kamar Mandi,
Wastafel, Kaca
- Pukul : 14.00 sd. 15.00 : Mengontrol/Membersihkan Halaman. Membantu Staf
/Pegawai
- Pukul : 15.00 sd. 17.00 : Mengontrol Lantai, Kamar Mandi, Wastafel, Kaca,
Tissu
dan Halaman, Membersihkan Dapur
- Pukul : 17.00. : PULANG