Anda di halaman 1dari 32

KERANGKA ACUAN KLINIK SANITASI

I. PENDAHULUAN
Klinik sanitasi merupakan suatu wahana bagi masyarakat melalui perbaikan kondisi
kesehatan lingkungan untuk mencegah berbagai penyakit menular dengan bimbingan,
penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas.
II. LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar
masyarakat Indonesia. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh
masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan jamban, meningkatnya
pencemaran, kurang higienisnya cara pengilahan makanan, rendahnya perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS).

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas.
b. Tujuan Khusus
- Petugas klinik sanitasi tahu dan mampu melaksanakan kegiatan klinik sanitasi.
- Petugas klinik sanitasi mampu menggali dan menemukan masalah lingkungan dan
perilaku yang berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan.
- Petugas klinik sanitasi mampu memberikan saran tindak lanjut perbaikan lingkungan dan
perilaku yang tepat sesuai dengan masalah.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan klinik sanitasi dilaksankan di dalam gedung puskesmas. Semua pasien yang
datang berkunjung ke puskesmas mendaftar ke bagian pendaftaran, sedangkan untuk klien
yang akan berkonsultasi dapat secara langsung mendatangi petugas klinik sanitasi atau
mendaftar dahulu ke pendaftaran.

V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a) Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik.
b) Mempelajari kartu status
c) Menyalin dan mencatat nama pasien ke dalam buku register
d) Melakukan wawancara atau konseling tentang kejadian penyakit, lingkungan, dan perilaku.
e) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang berkaitan dengan
kejadian penyakit
f) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan
g) Bila diperlukan, membuat kesepakatan jadwal kunjungan
VI. SASARAN
Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan dengan factor lingkungan.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Klinik sanitasi dilaksanakan setiap hari selasa jam kerja di dalam gedung puskesmas.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Seluruh kegiatan klinik sanitasi dan hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Dinas
kesehatan Kabupaten sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan dibuku register harian dan bulanan dilaporkan ke dinas
kesehatan setiap sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN PASIEN BERBASIS LINGKUNGAN (PBL)

I. PENDAHULUAN
Kunjungan lapangan/ rumah pasien barbasis lingkungan sebagai tindak lanjut dari
pasien yang di rujuk ke klinik sanitasi. Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara
pasien atau keluarganya dengan petugas sanitasi

II. LATAR BELAKANG


Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar
masyarakat Indonesia. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh
masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan jamban, meningkatnya
pencemaran, kurang higienisnya cara pengilahan makanan, rendahnya perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS).

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a. Tujuan Umum : meningkatkan mutu pelayanan kunjungan lapangan.
b. Tujuan Khusus : memperbaiki lingkungan dan perilaku sesuai dengan penyakit/ masalah
yang ada.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan kunjungan PBL dilaksankan di luar gedung puskesmas. Pasien PBL yang
berkunjung ke klinik sanitasi membuat kesepakatan dengan petugas sanitasi untuk jadwal
kunjungan. Petugas melakukan pengamatan/ pemeriksaan lingkungan dan prilaku setelah itu
menyimpulkan masalah dan petugas memberikan saran tindak lanjut kepada pasien/
keluarga.

V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a) Mempelajari hasil wawancara di klinik sanitasi
b) Menyiapkan formulir kunjungan , media penyuluhan, dan alat sesuai dengan jenis
penyakitnya
c) Menginformasikan kedatangan kepada kelurahan, RW/RT, bidan desa, kader kesehatan
d) Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku sesuai dengan
penyakit/ masalah yang ada
e) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan dengan kejadian penyakit
f) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan kepada sasaran/ pasien

VI. SASARAN
Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan dengan faktor lingkungan.
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Kunjungan pasien dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Seluruh kegiatan knjungan PBL dan hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Dinas
kesehatan Kabupaten sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan dibuku register harian dan bulanan dilaporkan ke dinas kesehatan
setiap sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN SARANA TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU)

I. PENDAHULUAN
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat
yang timbul dari tempat-tempat umum.

II. LATAR BELAKANG


Adanya penyakit menular dan pencemaran lingkungan yang bersal dari sarana tempat-
tempat umum.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a) Tujuan Umum
Usaha meningkatkan kondisi fisik maupun lingkungan TTU yang memenuhi syrat
kesehatan.
b) Tujuan Khusus
- Mencegah penyakit menular.
- Mencegah kecelakaan.
- Mencegah timbulnya bau tidak sedap.
- Menghindari pencemaran.
- Mengurangi jumlah (presentase sakit).
- Lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan inspeksi sanitasi TTU dilakukan di luar gedung puskesmas, sarana TTU yang
di periksa adalah yang berada di wilayah binaan Puskesmas, dilakukan sendiri oleh petugas
sanitasi puskesmas sesuai dengan lembar cecklis TTU.

V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a) Petugas datang ke TTU
b) Petugas melakukan penilaian dengan menggunakan checklist
c) Berdasarkan hasil penilaian kemudian diberikan umpan balik dan penyuluhan kepada
penanggung jawab/pengelola sesuai persyaratan yang berlaku

VI. SASARAN
Sarana TTU yang berada di wilayah binaan Puskesmas.
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Inspeksi sanitasi TTU dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat pada jam kerja
yang dilakukan diluar gedung puskesmas.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan Inspeksi sanitasi TTU hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Dinas
kesehatan Kabupaten sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan dibuku kegiatan dan dilaporkan ke dinas kesehatan setiap
sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN (TPM)

I. PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang disediakan di
luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh perusahaan atau perorangan
yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan untuk kepentingan umum, haruslah terjamin
kesehatan dan keselamatannya.

II. LATAR BELAKANG


Adanya kasus keracunan makanan yang berasal dari TPM karena keadaan hygiene
dan sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang kurang baik.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a) Tujuan Umum
Usaha meningkatkan kondisi hygiene dan sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan
(TPM) yang memenuhi syarat kesehatan.
b) Tujuan Khusus
- Mencegah kasus keracunan makanan.
- Mencegah kerusakan makanan.
- Mencegah timbulnya penyakit akibat kurang diperhatikannya kebersihan pengolahan
makanan.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan inspeksi sanitasi TPM dilakukan di luar gedung puskesmas, sarana TPM
yang di periksa adalah yang berada di wilayah binaan Puskesmas, dilakukan sendiri oleh
petugas sanitasi puskesmas sesuai dengan lembar cecklis TPM.

V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a) Petugas datang ke TPM
b) Petugas melakukan penilaian dengan menggunakan checklist
c) Berdasarkan hasil penilaian kemudian diberikan umpan balik dan penyuluhan kepada
penanggung jawab/pengelola/penjamah sesuai persyaratan yang berlaku

VI. SASARAN
Sarana TPM yang berada di wilayah binaan Puskesmas.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Inspeksi sanitasi TPM dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat pada jam kerja
yang dilakukan diluar gedung puskesmas.
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan Inspeksi sanitasi TPM hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Dinas
kesehatan Kabupaten sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan dibuku kegiatan dan dilaporkan ke dinas kesehatan setiap
sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN RUMAH SEHAT

I. PENDAHULUAN
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang
sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan.
Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana
orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus
memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya
agar dapat bekerja dengan produktif.

II. LATAR BELAKANG


Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini Dari sisi
epidemiologis, telah terjadi pula transisi yang cukup cepat terhadap beberapa penyakit
menular.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a) Tujuan Umum
Usaha meningkatkan kondisi fisik rumah yang memenuhi syarat kesehatan.
b) Tujuan Khusus
- Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk
istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing penghuni;
- Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup;
- Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan inspeksi sanitasi rumah sehat dilakukan di luar gedung puskesmas, sarana
rumah sehat yang di periksa adalah yang berada di wilayah binaan Puskesmas, dilakukan
sendiri oleh petugas sanitasi puskesmas sesuai dengan lembar cecklis rumah sehat.
V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN
a) Petugas datang ke rumah sasaran yang sudah ditentukan
b) Petugas melakukan penilaian dengan menggunakan checklist
c) Berdasarkan hasil penilaian kemudian diberikan umpan balik dan penyuluhan kepada
penanggung jawab/pengelola/penjamah sesuai persyaratan yang berlaku

VI. SASARAN
Rumah yang berada di wilayah binaan Puskesmas.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Inspeksi sanitasi rumah sehat dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat pada jam
kerja yang dilakukan diluar gedung puskesmas.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan Inspeksi sanitasi rumah sehat hasilnya dilaporkan secara berkala kepada
Dinas kesehatan Kabupaten sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan dibuku kegiatan dan dilaporkan ke dinas kesehatan setiap
sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN SARANA AIR BERSIH (SAB)

I. PENDAHULUAN
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

II. LATAR BELAKANG


Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat
menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a) Tujuan Umum
Usaha meningkatkan kualitas air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
b) Tujuan Khusus
- Sarana air bersih yang ada harus memenuhi kebutuhan sehari-hari penggunanya
- Mencegah pencemaran sarana air bersih

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan inspeksi SAB dilakukan di luar gedung puskesmas, sarana rumah sehat yang
di periksa adalah yang berada di wilayah binaan Puskesmas, dilakukan sendiri oleh petugas
sanitasi puskesmas sesuai dengan lembar cecklis rumah sehat.

V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a) Petugas datang ke sarana air bersih yang sudah ditentukan
b) Petugas melakukan penilaian dengan menggunakan checklist
c) Berdasarkan hasil penilaian kemudian diberikan umpan balik dan penyuluhan kepada
penanggung jawab/pengelola/penjamah sesuai persyaratan yang berlaku

VI. SASARAN
Sarana air bersih yang berada di wilayah binaan Puskesmas.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Inspeksi sanitasi sarana air bersih dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat pada
jam kerja yang dilakukan diluar gedung puskesmas.
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan Inspeksi sanitasi sarana air bersih hasilnya dilaporkan secara berkala kepada
Dinas kesehatan Kabupaten sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan dibuku kegiatan dan dilaporkan ke dinas kesehatan setiap
sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN SARANA JAMBAN KELUARGA (JAGA)

I. PENDAHULUAN
Masalah kesehatan yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang
memenuhi syarat kesehatan yang mencakup tentang penyediaan air bersih, jamban keluarga
dan saluran pembuangan air limbah. Dengan kurangnya penyediaan air bersih, jamban
keluarga dan saluran pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
menimbulkan berbagai penyakit salah satu diantaranya adalah kejadian diare.

II. LATAR BELAKANG


Sanitasi masih menjadi masalah pelik, terutama di daerah perdesaan, karena
rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Hal ini menyebabkan banyaknya
jamban yang tidak digunakan sebagaimana mestinya karena ketidakmengertian masyarakat.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a) Tujuan Umum
Usaha meningkatkan kondisi jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
b) Tujuan Khusus
- Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter
dari sumber air bersih.
- Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
- Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal
ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan luas minimal 1x1 meter,
dengan sudut kemiringan yang cukup kearah lubang jamban.
- Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.
- Bebas dari serangga

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan inspeksi JAGA dilakukan di luar gedung puskesmas, sarana JAGA yang di
periksa adalah yang berada di wilayah binaan Puskesmas, dilakukan sendiri oleh petugas
sanitasi puskesmas sesuai dengan lembar cecklis rumah sehat.

V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a) Petugas datang ke sarana JAGA yang sudah ditentukan
b) Petugas melakukan penilaian dengan menggunakan checklist
c) Berdasarkan hasil penilaian kemudian diberikan umpan balik dan penyuluhan kepada
penanggung jawab/pengelola/penjamah sesuai persyaratan yang berlaku
VI. SASARAN
Sarana JAGA yang berada di wilayah binaan Puskesmas.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Inspeksi sanitasi sarana JAGA dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat pada
jam kerja yang dilakukan diluar gedung puskesmas.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan Inspeksi sanitasi sarana JAGA hasilnya dilaporkan secara berkala kepada
Dinas kesehatan Kabupaten sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan dibuku kegiatan dan dilaporkan ke dinas kesehatan setiap
sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL)

I. PENDAHULUAN
Masalah kesehatan yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang
memenuhi syarat kesehatan yang mencakup tentang penyediaan air bersih, jamban keluarga
dan saluran pembuangan air limbah. Dengan kurangnya penyediaan air bersih, jamban
keluarga dan saluran pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
menimbulkan berbagai penyakit salah satu diantaranya adalah kejadian diare.

II. LATAR BELAKANG


Data sarana pembuangan air limbah yang terdapat dalam Riskesdas 2010 ini
meliputi cara pembuangan dilihat dari ketersediaan saluran pembuangannya.
 Air limbah rumah tangga, secara nasional sebagian besar (41,3%) dibuang langsung
ke sungai/parit/got dan sebanyak 18,9 persen dibuang ke tanah (tanpa penampungan).
Hanya 13,5 persen rumah tangga yang memiliki SPAL.
 Menurut tempat tinggal, persentase rumah tangga tertinggi yang memiliki SPAL lebih
tinggi di perkotaan (18,7%) dibandingkan di perdesaan (7,9%), demikian dengan
yang memiliki penampungan tertutup di pekarangan lebih tinggi di perkotaan (7,3%)
dibandingkan di perdesaan (5,5%).

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a) Tujuan Umum
Usaha meningkatkan kondisi SPAL yang memenuhi syarat kesehatan.
b) Tujuan Khusus
 Tidak mencemari sumber air
 Tidak tergenang di halaman rumah

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan inspeksi SPAL dilakukan di luar gedung puskesmas, sarana SPAL yang di
periksa adalah yang berada di wilayah binaan Puskesmas, dilakukan sendiri oleh petugas
sanitasi puskesmas sesuai dengan lembar cecklis rumah sehat.

V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a) Petugas datang ke sarana SPAL yang sudah ditentukan
b) Petugas melakukan penilaian dengan menggunakan checklist
c) Berdasarkan hasil penilaian kemudian diberikan umpan balik dan penyuluhan kepada
penanggung jawab/pengelola/penjamah sesuai persyaratan yang berlaku

VI. SASARAN
Sarana SPAL yang berada di wilayah binaan Puskesmas.
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Inspeksi sanitasi sarana SPAL dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat pada
jam kerja yang dilakukan diluar gedung puskesmas.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan Inspeksi sanitasi sarana SPAL hasilnya dilaporkan secara berkala kepada
Dinas kesehatan Kabupaten sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan dibuku kegiatan dan dilaporkan ke dinas kesehatan setiap
sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA (PJB)

I. PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Nyamuk
Aedes Aeggepti berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi,
tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Pemberantasan nyamuk Demam Berdarah
akan lebih efektif jika dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang dilakukan oleh
petugas Puskesmas disemua desa non endemis sekaligus memberikan abate pada
penampungan air yang ada jentiknya.

II. LATAR BELAKANG


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah
penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Sampai
saat ini penyakit DBD belum ada vaksin pencegahnya dan obatnyapun juga masih
diusahakan. Satu-satunya cara efektif adalah mencegah dan menanggulanginya dengan cara
memberantas nyamuk penularnya.
III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
a) Tujuan Umum
Mengurangi tingkat kematian akibat penyakit DBD.
b) Tujuan Khusus
Mencegah jumlah penderita akibat penyakit DBD

c) KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan PJB dilakukan di luar gedung puskesmas, sasarannya rumah/ TTU di semua
desa binaan Puskesmas, dilakukan oleh petugas sanitasi dan kader kesehatan terlatih
d) CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

a) Menyiapkan formulir pemeriksaan jentik dan lampu senter


b) Melakukan pemeriksaan jentik di 100 rumah sampel per desa binaan
c) Menghitung Angka bebas jentik

e) SASARAN
Rumah/TTU yang berada di wilayah binaan Puskesmas.
f) JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
PJB dilaksanakan secara berkala setiap satu bulan sekali.
g) EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan PJB hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Dinas kesehatan Kabupaten
sesuai dengan format yang ada oleh petugas sanitasi puskesmas.
h) PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan dilakukan dibuku kegiatan dan dilaporkan ke dinas kesehatan setiap
sebulan sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
KERANGKA ACUAN
PENERAPAN STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016

I. LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar
masyarakat di Kabupaten Bandung, hal ini tercermin dari tingginya angka kejadian dan
kunjungan penderita beberapa penyakit berbasis lingkungan ke Puskesmas. Tingginya
kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh masih buruknya kondisi
sanitasi dasar terutama air bersih dan jamban keluarga, meningkatnya pencemaran air dan
tanah karena pembuangan sampah, kurang hygienisnya cara pengelolaan makanan,
rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat.
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2009, sekitar 70 juta orang di
Indonesia masih mempraktikkan buang air besar sembarangan (BABS), dan hanya sekitar
12% masyarakat Indonesia yang melakukan cuci tangan setelah buang air besar. Di
Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (infeksi Saluran Pernafasan
Atas). Angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 adalah sebesar 423 per 1000 penduduk
pada semua umur dan KLB (Kejadian Luar Biasa) diare terjadi di 16 propinsi.
Di Kabupaten Bandung, pada tahun 2013 angka kasus diare terjadi sebanyak 126.243
kasus (40 per 1000 penduduk). Meskipun tidak ada kasus kematian, namun angka tersebut
menunjukkan masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan akibat hygiene
dan sanitasi yang buruk.
Sebagai jalan keluar dari permasalahan ini, pemerintah memperkenalkan pendekatan
sanitasi total, yaitu kondisi ketika suatu komunitas ; 1) tidak buang air besar (BAB)
sembarangan, 2) mencuci tangan pakai sabun, 3) mengelola air minum dan makanan yang
aman, 4) mengelola sampah dengan benar, 5) mengelola limbah cair rumah tangga dengan
aman. Namun demikian program pendekatan sanitasi total tidaklah dapat berjalan dengan
baik tanpa dukungan dan peran serta masyarakat secara langsung. Untuk itu, dalam
pelaksanaan pendekatan sanitasi total, masyarakat merupakan subyek yang berperan dalam
mengambil keputusan dan bertanggungjawab terhadap keputusan tersebut. Dengan demikian
diharapkan program dapat berjalan secara berkelanjutan.
Selanjutnya pemerintah memperkenalkan program ini dengan nama Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM). STBM merupakan pendekatan untuk merubah perilaku
hygienes dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM
menekankan kepada 5 (lima) pilar perubahan perilaku hygienes, yaitu :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
3. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAM-RT)
Adalah pengolahan air minum, penggunaan wadah penyimpanan air minum yang aman dan
perilaku penanganan air minum agar bebas dari kuman.
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Adalah pengelolaan sampah rumah tangga yang terdiri dari pembuatan kompos dari sampah
organik, dan penggunaan ulang (reuse dan recycling) sampah an organik.
5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
Adalah pengolahan limbah cair yang termasuk di dalamnya drainase yang sesuai stándar,
penggunaan tangki septik untuk penampungan kotoran manusia.
Dengan sanitasi total berbasis masyarakat diharapkan terjadinya perubahan perilaku
hygiene dari masyarakat dan adanya peningkatan akses sarana sanitasi hingga pada akhirnya
tercapai tujuan dari STBM itu sendiri, yaitu terciptanya kondisi sanitasi total dalam rangka
mengurangi penyakit berbasis lingkungan. Dalam mencapai tujuan tersebut, program STBM
memiliki indikator hasil (outcome) yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit
berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
Program STBM menunjang pencapaian target sub bidang perumahan dan permukiman
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yaitu
terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014.
Penerapan STBM di Kabupaten Bandung telah dilaksanakan sejak tahun 2007. Hingga
saat ini sudah 80 desa di Wilayah Kabupaten Bandung yang melaksanakan pemicuan dan
kurang lebih ada 500 jamban sehat yang telah dibangun dengan biaya swadaya murni hasil
dari pemicuan tersebut. Akan tetapi sampai dengan saat ini belum ada desa di Wilayah
Kabupaten Bandung yang sudah SBS (stop buang air besar sembarangan), yaitu 100 %
masyarakatnya BAB ke jamban sehat. Karena itu pada tahun Anggaran 2014 dialokasikan
lagi kegiatan Penerapan STBM di Wilayah Puskesmas Rancaekek.
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan
dengan sanitasi dan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total di Wilayah Puskesmas
Rancaekek
2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kepala puskesmas dalam penerapan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM).

B. Tujuan Khusus
1. Perubahan Perilaku ke arah yang lebih baik.
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Terlaksananya Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di seluruh Wilayah
Puskesmas Rancaekek
4. Terwujudnya Desa STBM di Wilayah Puskesmas Rancaekek.

III. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat di wilayah Puskesmas Rancaekek

IV. LOKASI & WAKTU KEGIATAN


Lokasi untuk Penerapan STBM dilaksanakan di :
1. Kelurahan Rancaekek Kencana
2. Desa Sukamanah
Sedangkan waktu kegiatan dilaksanakan pada Triwulan III, IV Tahun 2016

V. SUMBER BIAYA
Kegiatan Penerapan STBM di Kabupaten bersumber biaya dari BOK Tahun 2016.

VI. KEGIATAN
a. Penerapan STBM (pemicuan di masyarakat).
VII. RINCIAN KEGIATAN
Rincian dari kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yaitu sebagai berikut :
No Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran
1 Pembentukan tim Tersusunnya tim fasiliattor Tim fasilitator
fasiliator yang akan melaksanakan kabupaten
pemicuan
2 Penentuan titik lokasi Terpilihnya lokasi penerapan Desa lokasi DAS
pemicuan metode CLTS (dilaksanakan Citarum
pemicuan bagi masyarakat)
3 Sosialisasi metode Tersosialisasikan maksud Kepala Puskesmas,
CLTS ke puskesmas, dan tujuan kegiatan Kepala Desa dan
aparat desa, dan tokoh penerapan metode CLST di jajarannya, Tokoh
masyarakat lokasi terpilih Masyarakat
4 Penentuan kelompok Terpilihnya kelompok Masyarakat yang dapat
masyarakat yang akan masyarakat yang akan dipicu mewakili kondisi
dilakukan pemicuan masyarakat di lokasi
terpilih
5 Penyebarluasan Tersebarnya undangan Masyarakat di lokasi
undangan (waktu) pelaksanaan terpilih
pemicuan
6 Pelaksanaan Terlaksananya kegiatan Desa lokasi DAS
penerapan metode pemicuan di Citarum
CLTS masyarakat&diketahuinya
permasalahan sanitasi dasar
dan perilaku buang air besar
7 Pelaporan dan Tersusunnya rencana tindak Wakil dari masyarakat
evaluasi lanjut dan komitmen dari yang terpicu dan tidak
masyarakat terpicu
Disepakatinya komitmen
semua pihak untuk
keberhasilan pencapaian
rencana kegiatan masyarakat
dan pemantauan kegiatan
VIII. PENUTUP
Keberhasilan program sanitasi berbasis masyarakat (STBM) diharapkan dapat
menunjang keberhasilan pengembangan lingkungan sehat yang dapat diukur melalui
indikator atau dampak kegiatan yaitu peningkatan perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat,
peningkatan akses air dan sanitasi, penurunan angka penyakit akibat air dan sanitasi.
Pendampingan implementasi rencana kegiatan masyarakat yang telah terpicu dengan
pemantauan dari tingkat kabupaten sangat berpengaruh untuk keberlanjutan perubahan
perilaku masyarakat dan juga pengembangan kegiatan STBM di lokasi lainnya. Selain itu
dukungan kepala puskesmas, petugas kesehatan lain, lintas sektor dan masyarakat terutama
dalam penyelesaian masalah kesehatan lingkungan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan
pelaksanaan penerapan STBM. Untuk itu dalam pelaksanaan penerapan STBM harus
dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM DEPOT AIR MINUM ISI ULANG, AIR
BERSIH DAN AIR PDAM DI PUSKESMAS RANCAEKEK
TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN
Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa
air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Air diperlukan untuk menunjang kehidupan
antara lain dalam kondisi yang layak untuk diminum tanpa mengganggu kesehatan. Air
minum adalah air yang dapat diminum langsung atau air yang harus dimasak terlebih dahulu
sebelum dapat diminum.
Air minum dalam tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan metabolisme
dan fisiologi tubuh. Setiap waktu air perlu dikonsumsi karena setiap saat tubuh bekerja dan
berproses. Air dibutuhkan untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna
oleh tubuh. Air pun merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap
pernafasan dan cairan tubuh lainnya.
Kebutuhan masyarakat terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang dilayani
oleh sistem perpipaan (PDAM), air dalam kemasan, air dari Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU), maupun dari air tanah dangkal dari sumur gali, sumur pompa, penampungan mata
air serta air hujan yang diolah oleh masyarakat menjadi air minum setelah dimasak terlebih
dahulu.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu dilaksanakan
berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh
masyarakat. Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi air minum siap pakai demikian
besar, sehingga usaha depot air minum isi ulang tumbuh subur dimana-mana. Oleh karena itu
hal perlu pengawasan dan pembinaan agar kualitas air minum selalu aman dan sehat untuk
dikonsumsi masyarakat.
Pengawasan dan pembinaan hygiene sanitasi depot air minum, pengawasan kualitas
air bersih dan PDAM di masyarakat perlu dilakukan oleh Dinas Kesehatan, hal ini merupakan
salahsatu kegiatan untuk mengurangi atau mencegah kejadian penyakit dan atau gangguan
kesehatan karena bawaan air yang disebabkan oleh air bersih maupun air minum serta
sarananya yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan distribusi air minum,
agar supaya air yang dikonsumsi masyarakat memenuhi syarat seperti yang tercantum
Permenkes NO. 492/MENKES/PER/IV/2002 tentang persyaratan kualitas air minum.
Puskesmas Ciparay sudah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap air bersih
dan air minum paada tahun 2011 dan sepuluh sampel air minum dan air bersih yang
diperiksa laboratorium, hasilnya sebanyak sampel (56,8%) air tersebut tidak memenuhi
syarat kesehatan. Berdasarkan data tersebut maka pada tahun 2015 Puskesmas Ciparay akan
melakukan pengawasan kualitas air minum Depot Air Minum Isi Ulang, air bersih dan air
PDAM.

II. DASAR PELAKSANAAN


1. Permenkes RI No: 416 th 1990 ttg syarat-syarat & Pengawasan Kualitas Air Bersih.
2. Keputusan MenKes RI No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
3. Kepmenes RI No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
4. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI No. 860 tahun 2002 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Hygiene Sanitasi DAM.
5. Surat Ditjen PPM & PL No: KS.01.01.7.4.123 tgl 18 Feb 2004 Perihal Sertifikat Laik HS
DAM.

III. TUJUAN
A. Umum
Terlindunginya masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat konsumsi air minum yang
berasal dari Depot Air Minum, Sarana Air Bersih dan PDAM sehingga terhindar dari
kemungkinan terkena risiko penyakit bawaan air.
B. Khusus
1. Teridentifikasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang memiliki tanda terdaftar,
sertifikat hygiene sanitasi sehingga masyarakat terlindung dari pengaruh buruk
mengkonsumsi air yang berasal dari DAMIU.
2. Teridentifikasi faktor resiko pada proses isi ulang air minum mulai dari air baku sampai
menjadi air minum melalui audit sanitasi.
3. Diketahuinya kualitas air minum dari DAMIU, air bersih dan air PDAM baik secara kimia
dan bakteriologi melalui pemeriksaan laboratorium.
IV. SASARAN KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan pengawasan kualitas air minum Depot Air Minum Isi Ulang, air
bersih dan air PDAM yaitu Depot Air Minum Isi Ulang, air bersih dan air PDAM yang
berada di wilayah Puskesmas Rancaekek. Pada tahun ini pengawasan air bersih dan air
PDAM dilaksanakan di 15 titik lokasi dan air minum DAMIU di 5 titik lokasi.

V. WAKTU dan SUMBER BIAYA KEGIATAN


Pelaksanaan kegiatan pengawasan kualitas air minum Depot Air Minum Isi Ulang, air
bersih dan air PDAM yaitu pada triwulan IV tahun 2016 dan bersumber biaya dari Dana
Bantuan Operasional Kesehatan Tahun 2016.

VI. TAHAPAN PELAKSANAAN


Tahapan kegiatan pelaksanaan pengawasan kualitas air minum Depot Air Minum Isi
Ulang, air bersih dan air PDAM yaitu :
1. Persiapan
a. Persiapan administrasi, meliputi pemberitahuan kepada pengelola DAMIU tentang
jadwal pelaksanaan Audit sanitasi DAMIU dan pengambilan sampel air bersih dan
PDAM.
b. Penggandaan formulir audit sanitasi DAMIU.
c. Persiapan alat dan bahan pemeriksaan sampel yaitu botol, jerigen, label, dan alat tulis.

2. Pelaksanaan
a. Pendataan DAMIU yang sudah dan belum memiliki tanda terdaftar dan sertifikat
hygiene sanitasi.
b. Audit sanitasi sarana Depot Air Minum Isi Ulang.
c. Pengambilan sampel air minum DAMIU, air bersih dan air PDAM di masyakarakat
secara bakteriologi dan kimia untuk pemeriksaan laboratorium.
VII. LOKASI PELAKSANAAN
Air Bersih dan
DAMIU
No Desa PDAM
Jumlah Jumlah
Rancaekek
1. 3 15
Kencana
2. Rancaekek Wetan 2
JUMLAH 5 15

VIII. PENUTUP
Terlindunginya masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat konsumsi air minum
merupakan tanggungjawab pemerintah dalam hal ini termasuk Dinas Kesehatan. Maka dari
itu perlu upaya pengawasan dan pembinaan berkelanjutan dan terintegrasi serta didukung
pengetahuan, sikap, serta perilaku yang benar dari pengelola dan penjamahnya sehingga
pengelola DAMIU, PDAM dan unit pengelola lainnya dapat memproduksi air minum yang
memenuhi syarat kesehatan untuk mencegah kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan
akibat bawaan air.
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan pengawasan dan pembinaan Depot Air Minum Isi Ulang, air bersih dan air PDAM
di wilayah Puskesmas Rancaekek Tahun 2016.
KERANGKA ACUAN PENGGUNAAN APAR

I. PENDAHULUAN
Puskesmas sebagai suatu tempat kerja yang cukup komplek dengan lingkungan kerja
dan jenis pekerjaan yang bervariasi serta segala fasilitas dan peralatannya, harus dipelihara
sedemikian rupa untuk menjaga keamanan dan mencegah kebakaran serta persiapan
menghadapi bahaya untuk menjamin dan menjaga keselamatan hidup pasien, pegawai dan
pengunjung.

II. LATAR BELAKANG


Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) bahaya kebakaran pada bangunan
kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahan-bahan ( bahan tidak
mudah terbakar atau api tidak mudah menjalar) yang dapat menimbulkan kebakaran sedikit
terhadap bahan padat bahkan logam dan bahan gas cair. Puskesmas maupun tempat fasilitas
umum, menurut gedung atau bangunan fasilitas umum harus dilengkapi atau dipasang APAR
sebagai alat pemadam kebakaran dini. Keselamatan (safety) telah menjadi isu global
termasuk juga untuk puskesmas.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di puskesmas yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” puskesmas yang
terkait dengan kelangsungan hidup puskesmas. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan di setiap puskesmas. Namun harus diakui kegiatan institusi
puskesmas dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
puskesmas.
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan
meningkatkan pengetahuan terhadap penggunaan alat pemadam api ringan dengan
mengadakan pelatihan yang dilaksanakan dengan rutin setiap tahunnya oleh unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Karyawan dibentuk dan ditugaskan untuk
menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi kegiatan
administratif, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan,pemeliharaan dan perbaikan
sistem proteksi kebakaran. Karyawan diharapkan setelah melakukan pelatihan mampu
menggali dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang cukup sehingga tidak
ada insiden terjadinya kebakaran di suatu perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka
Puskesmas Rancaekek DTP akan melaksanakan Sosialisasi Penggunaan APAR sebagai salah
satu upaya pembinaan untuk keselamatan kerja karyawan dan keamanan pasien (Patient Safety)
di Puskesmas Rancaekek DTP.
III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
Memadamkan api dan mencegah kebakaran menyebar

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan Sosialisasi Penggunaan APAR dilaksanakan Puskesmas Rancaekek DTP.

V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a.Pelaksanaan kegiatan adalah dengan sosialisasi dan simulasi oleh Tim Pemadam Kebakaran
b.Tahapan Kegiatan
- Persiapan
- Pelaksanaan
- Evaluasi

VI. SASARAN
Sasaran kegiatan adalah perwakilan setiap poli dan unit kerja di Puskesmas Rancaekek DTP.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas Rancaekek DTP, dengan alamat Jl. Raya
Rancaekek-Majalaya No.99, waktu sesuai jadwal yang dibuat.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan Pelatihan Penggunaan APAR hasilnya dilaporkan setelah kegiatan kepada
Kepala Puskesmas sesuai dengan format yang ada.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pelaporan kegiatan yang dilaksanakan dicatat didalam buku dan manfaat dari
pelatihan penggunaan APAR, seperti:
- Terciptanya keamanan dan patient safety dalam hal penanggulangan kebakaran
- Terciptanya keselamatan kerja bagi karyawan Puskesmas Rancaekek DTP
- Tersampaikannya pengetahuan tentang penggunaan APAR kepada karyawan di Puskesmas
Rancaekek DTP
KERANGKA ACUAN
PEKERJAAN JASA CLEANING SERVICE

A. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan pemeliharaan kebersihan adalah bagian dari birokrasi pemerintah


yang sangat penting kaitannya dengan sistem penyelenggaraan pemerintahan secara
umum. Pemeliharaan/perawatan bangunan dan utilitas gedung kantor serta halaman
merupakan salah satu bagian dalam mendukung penyelenggaraan administrasi
perkantoran karena kondisi fisiknya harus dalam kondisi yang optimal demi kelancaran
pelaksanaan tugas.
Untuk mewujudkan kondisi yang demikian perlu didukung oleh
tenaga pemeliharaan/perawatan yang mempunyai kemampuan yang cukup terampil
dalam bidang jasa kebersihan gedung kantor. Untuk itu dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kebersihan pemeliharaan/perawatan bangunan
dan halaman gedung Puskesmas Rancaekek DTP guna menjaga dan meningkatkan
pelayanan terhadap kebersihan dan keindahan dalam pekerjaan pemeliharaan gedung
kantor. Diharapkan dari kegiatan ini dapat memberikan kenyamanan keindahan dan
kebersihan di Lingkungan Puskesmas Rancaekek DTP.

B. MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD :

MAKSUD
Untuk memberikan kenyamanan dan kebersihan serta keindahan gedung dan
halaman/taman di lingkungan Puskesmas Rancaekek DTP yang dilaksanakan sesuai
dengan aturan yang ditentukan.

TUJUAN :
1. Mewujudkan keindahan dan kebersihan yang dilaksanakan oleh petugas kebersihan
dalam pelaksanaan pemeliharaan lingkungan gedung kantor yang bersih dan nyaman.
2. Meningkatkan ketertiban dan kenyamanan kepada para pegawai dalam
melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas kebersihan dalam menangani
pemeliharaan gedung kantor sesuai dengan prosedur.

C. SASARAN KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah mencakup kebersihan lantai, jendela, langit- langit,
selasar tangga, kaca-kaca jendela, ruang kerja, ruangan pasien serta peralatan kantor
yang menunjang kegiatan antara lain : meja, kursi, lemari, rak-rak buku, kamar mandi,
dapur, ruang rapat, halaman gedung kantor dan taman yang ada dilingkungan Puskesmas
Rancaekek DTP.
D. LINGKUP KEGIATAN

Lingkup kegiatan ini meliputi :

Seluruh gedung dan ruangan yang ada pada Puskesmas Rancaekek DTP dan
halaman/taman. Area Luasan pekerjaan tersebut untuk pembersihan lobi, ruang kerja,
ruangan pasien, ruang rapat, selasar, teras, toilet, pantry tiap gedung dan pembersihan
halaman parkir serta pembuangan sampah ke luar area kampus.

Ruang lingkup kerja antara lain sebagai berikut:


1. Pembersihan area ruang tunggu, ruang periksa pasien, ruangan rawat inap pasien,
UGD, Poned dan ruang obat, gudang, ruang pendaftaran dan ruang kerja meliputi :
Meubelair peralatan kantor, dinding sekat/partisi, pintu, jendela, langit-langit dan
balkon luar ruang kerja termasuk pembuangan sampah.
2. Pembersihan dapur dan toilet/kamar mandi/WC meliputi : Lantai, dinding,
Wastafel, cermin, urinoir, kloset, saluran air kotor, jendela, pintu dan langit-langit.
3. Selasar teras balkon luar.
4. Pembersih ruang kerja tambahan.
5. Pembersih loby, tangga, dinding marmer/keramik, terali tangga, tempat abu rokok,
Tempat sampah.

Pekerjaan Kebersihan Halaman meliputi:


1. Kebersihan Halaman.
2. Kebersihan saluran air
3. Kebersihan tempat parkir Mobil dan Motor
4. Pembuangan/pengangkutansampah.
5. Pemeliharaan Taman
6. Pemotongan rumput.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN

1. Agar terciptanya lingkungan yang bersih nyaman dan indah serta meningkatkan
kenyamanan pegawai dan pasien.
2. Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Resik : Bersih secara rasa raba dan pandang.
b. Ringkas : Cara Kerja yang tertib dan terarah efiktif.
c. Rapi : Kerapian untuk diri sendiri maupun hasil kerja.
d. Rawat : Pemeliharaan peralatan dan ketelitian.
e. Rajin : Melakukan pekerjaan secara continue dan terus- menerus
F. METODOLOGI PELAKSANAAN

Didalam melakukan pendekatan pekerjaan petugas kebersihan dalam hal ini perlu
memperhatikan tugas yang dilaksanakan antara lain :
1. Pekerjaan yang dilaksanakan tiap hari.
2. Pekerjaan Mingguan.
3. Pekerjaan Bulanan.
4. Pekerjaan yang sewaktu-waktu dibutuhkan.

G. JADWAL PELAKSANAAN
Jadwal Kerja Harian :
a. Hari Senin sd. Kamis
- Pukul : 06.00 sd. 09.00 : Membersihkan Ruangan, Meja, Komputer, Telepon.
Membuang sampah. Membersihkan Lantai dipel,
Kamar Mandi, Wastafel, Tangga. Menyapu dan
Mengepel dan membersihkan Halaman
- Pukul : 10.00 sd.12.00 : Mengontrol Lantai, Kamar Mandi, Wastafel, Kaca,
Tissu, dan Halaman, Membantu Staf Kantor /
Pegawai.
- Pukul : 12.00 sd. 13.00 : ISTIRAHAT
- Pukul : 13.00 sd. 14.00 : Mengontrol/membersihkan Lantai, Kamar Mandi,
Wastafel, Kaca
- Pukul : 14.00 sd. 15.00 : Mengontrol/Membersihkan Halaman. Membantu Staf
/Pegawai
- Pukul : 15.00 sd. 17.00 : Mengontrol Lantai, Kamar Mandi, Wastafel, Kaca,
Tissu
dan Halaman, Membersihkan Dapur
- Pukul : 17.00. : PULANG

Anda mungkin juga menyukai