Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan

rumah sakit. Limbah rumah sakit secara umum terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu

limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah rumah sakit di bagi lagi

menjadi limbah medis dan limbah non medis. Penggolongan limbah medis

berdasarkan potensi bahaya yang tergantung didalamnya terdiri dari limbah

infeksius, farmasi, sitotoksik, radioaktif, dan kimia. Sedangkan limbah non medis

yaitu limbah akibat kegiatan pelayanan rumah sakit seperti sampah sisa

makanan pengunjung, aktifitas kantor, dapur, dan lainnya yang bisa dimasukkan

dalam pengelolaan sampah kota.

Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang

melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan

tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif

terhadap lingkungan sekitarnya. Rumah sakit dalam menyelenggarakan

pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik

dan non medik menggunakan teknologi yang dapat mempengaruhi lingkungan di

sekitarnya.

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan

kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:

a. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari

sedimen, larutan dan bau phenol.

b. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang

terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat

menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.


2

c. Gangguan keanekaragaman hayati, dapat disebabkan oleh virus, bahan

kimia, pestisida dan fosfor.

d. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai

jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida serta logam berat.

Dari berbagai kegiatannya, rumah sakit menghasilkan berbagai macam

limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Hal ini mempunyai konsekuensi

perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan

penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat

dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan jumlah limbah

padat non medis dan cara kerja pengelola limbah padat non medis di Rumah

Sakit Umum Daerah Harapan Insan Sendawar Kutai Barat.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan

informasi tentang jenis dan jumlah limbah padat non medis di rumah sakit

tersebut dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Rumah Sakit

. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis

profesional yang terorganisasi serta sarang kedokteran yang permanen

menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit yang diberikan oleh

pasien, rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima

pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa

kedokteran perawat di berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya

diselenggarakan (Wolper dan Pena 1987). Jenis-jenis rumah sakit yang ada di

Indonesia antara lain :

a. Rumah sakit kelas A

Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberi

pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah,

rumah sakit kelas A ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan

rujukan tertinggi (topreferral hospital) atau disebut pula sebagai rumah

sakit pusat.

b. Rumah sakit kelas B

Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis membatas.

Dinamakan rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukota Propinsi

(Provincial Hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah

sakit kabupaten.
4

c. Rumah sakit kelas C

Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam

pelayanan spesialis yang disediakan yakni pelayanan penyakit dalam,

pelayanan bedah, pelayanan bedah anak serta pelayanan kebidanan dan

kandungan.

d. Rumah sakit kelas D

Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit bersifat transisi karena pada

suatu saat ditingkatkan menjadi rumah sakit bebas C pada saat ini

kemampuan rumah sakit kelas D hanyalah memberikan pelayanan

kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit

kelas C, rumah sakit kelas D ini juga menampung pelayanan rujukan

yang berasal dari PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat).

e. Rumah sakit kelas E

Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (Spesialis Hospital) yang

menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja pada

saat ini banyak rumah sakit kelas E yang telah ditemukan rumah sakit

kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak dan lain

sebagainya (Anonim, 2009 ).

B. Tinjauan Umum RSUD Harapan Insan Sendawar

Rumah Sakit Umum Daerah “Harapan Insan Sendawar” (RSUD HIS)

Sendawar Kalimantan Timur merupakan satu-satunya Rumah Sakit Pemerintah

Kabupaten Kutai Barat. Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insan Sendawar

berdiri di atas lahan seluas 28,5 ha, dan peresmian operasionalnya oleh

Gubernur Kalimantan Timur tanggal 14 Agustus tahun 2003. Rumah Sakit Umum
5

Daerah Harapan Insan Sendawar, merupakan pusat rujukan dari 23 Puskesmas

maupun sarana pelayanan kesehatan lain yang ada di wilayah Kabupaten Kutai

Barat.

Pada bulan April 2009 Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insan

Sendawar telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas C oleh Departemen

Kesehatan RI melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

240/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 2 April 2009 Peningkatan Kelas Rumah Sakit

Umum Daerah Harapan Insan Sendawar Kabupaten Kutai Barat Provinsi

Kalimantan Timur. Sebagai Rumah Sakit Kelas C, Rumah Sakit Umum Daerah

Harapan Insan Sendawar memiliki 127 tempat tidur perawatan dan empat jenis

pelayanan spesialis dasar yaitu Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah,

Spesialis Anak, dan Spesialis Obstetry dan Gynekology (Anonim. 2008).

C. Tinjauan Umum Limbah Rumah Sakit

Limbah Rumah Sakit mengandung bahan berbahaya beracun. Rumah

Sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah

infeksius yang mengandung bahan berbahaya beracun (B3). Dari keseluruhan

limbah rumah sakit, selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam

bentuk botol bekas infus dan plastik. Temuan ini merupakan hasil penelitian

Bapedalda Jabar bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun 1999.

Dalam penelitian tersebut hanya dua sampel yang diambil dari rumah sakit di

Jawa Barat, satu di rumah sakit pemerintah dan satunya lagi di rumah sakit

swasta. Secara terpisah, mantan Ketua Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar

Ikhwan Fauzi mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa rumah sakit

bahkan melebihi jumlah yang ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih
6

banyak ditemukan di beberapa rumah sakit umum, yang pemeliharaan

lingkungannya kurang baik (Anonim, 2000).

Dalam profil kesehatan Indonesia, menurut Departemen Kesehatan,

(1997) diungkapkan seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996

tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa

rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari. Sedangkan

produksi limbah cair sebesar 416,8 Liter per tempat tidur per hari. Analisa lebih

menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar

76,8 % dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 %. Diperkirakan secara

nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton perhari dan

produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut

dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan

kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit.

Pemberian kode warna yang berbeda untuk masing-masing sangat

membantu pengelolaan limbah tersebut, seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Contoh Sistem Kodesifikasi Limbah Rumah Sakit dengan Menggunakan


warna.
JENIS LIMBAH WARNA KETERANGAN
Bangsal/Unit
Klinik Kuning Limbah Medis
Bukan Klinik Hitam Limbah Non Medis
Kamar Cuci Rumah Sakit
Kotor/terinfeksi Merah Limbah Terinfeksi
Habis di pakai Putih Limbah Tidak Berbahaya

Agar kebijakan kodefisikasikan menggunakan warna dapat dilaksanakan

dengan baik tempat limbah di seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang

sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya:


7

a. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu

untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik.

b. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.

c. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah

klinik.

d. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah

klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang (Anonim, 1992).

Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan

oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum

sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah

atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis

bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan

kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi,

dan riset.

b. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop

yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida sampah

dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang

dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.

Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua

kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat

maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan

potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai

berikut :
8

a) Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut

tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau

menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet

pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki

potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau

tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi

oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau

radioaktif.

b) Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang

berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular

(perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan

pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi

penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota

badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat

pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang

terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik

selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-

obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi

atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh

pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi

diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan

selama produksi obat- obatan.


9

c) Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan

kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses

sterilisasi, dan riset.

d) Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio

isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida

e) Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :

1) Limbah klinik

Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin

pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin

berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan

populasi umum dan staf rumah sakit. Oleh karena itu perlu diberi

label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut

ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota

badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung

urine dan produk darah.

2) Limbah patologi

Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf

sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi

label biohazard.

3) Limbah bukan klinik

Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan

plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak

menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan

karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan

membuangnya.
10

4) Limbah dapur

Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai

serangga seperti kecoa, kutu dan hewan pengerat seperti tikus

merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah Sakit.

5) Limbah radioaktif

Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian

infeksi rumah sakit, pembuangan secara aman perlu diatur

dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda untuk masing-

masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut.

D. Tinjauan Umum Limbah Padat Rumah Sakit

Berdasarkan KEPMENKES Nomor 1204 Tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit Tahun 2004, limbah padat rumah sakit adalah semua

limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit

yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.

a. Limbah Padat Medis

Sampah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari

tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam

kajian tersebut juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah,

kebidanan, otopsi dan ruang laboratorium. Limbah padat medis sering

juga disebut sampah biologis. Limbah medis dapat digolong-golongkan

menjadi:

1) Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,

sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau

menusuk kulit, seperti jarum, pecahan gelas atau pisau bedah.


11

2) Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang

memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang

berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang

perawatan/isolasi penyakit menular.

3) Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah

dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau

autopsi.

4) Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat

sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi

sitotoksik.

5) Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kadaluwarsa, obat yang

terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau

kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau

limbah dari proses produksi obat.

6) Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan

kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi atau riset.

b. Limbah Padat Non Medis

Limbah padat non medis adalah semua sampah padat di luar sampah

padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti kantor/

administrasi, unit perlengkapan, ruang tunggu, ruang inap, unit gizi/dapur,

halaman parkir, taman, dan unit pelayanan.

c. Sumber Limbah Padat Non Medis

Pada umumnya sumber limbah padat non medis di rumah sakit meliputi:

a) Ruang perawatan

b) Ruang poliklinik
12

c) Unit gawat darurat

d) Ruang kebidanan

e) ICU

f) Ruang operasi

g) Ruang farmasi

E. Tinjauan Umum Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Polutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan proses

pengelolaan secara biologis, sedangkan Limbah rumah sakit adalah seluruh

buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang

meliputi: limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas

pencucian pakaian, limbah cair klinis yakni limbah yang berasal dari kegiatan

klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll, limbah

laboratorium, dan lainya. Limbah rumah sakit yang berasal dari buangan

domestik maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengandung senyawa

untuk limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak

mengandung logam berat yang mana bila limbah tersebut dialirkan ke dalam

proses pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat mengganggu

proses pengelolaannya. Oleh karena itu untuk pengelolaan limbah rumah sakit,

limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian

diolah secara kimia-fisika, Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama

dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan

secara biologis.

Pengelolaan limbah Rumah Sakit dilakukan dengan berbagai cara. Yang

diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume,


13

penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle),

dan pengolahan (treatment) (Slamet Riyadi, 2000).

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan

menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-

pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan

kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu secara bertahap dan

berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi

pengelolaan limbah rumah sakit untuk bekerja dengan baik dalam mengelola

limbah rumah sakit sehingga tingkat pencemaran di lingkungan rumah sakit

akibat limbah rumah sakit bisa menurun dan teratasi. Sehingga sampai saat ini

sebagian rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan

limbah, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun harus disadari bahwa

pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi( Kusnoputranto,

1993)
14

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2014 dari tanggal 10 – 25 Juni

2014 yang meliputi orientasi lapangan dilaksanakan pada tanggal 10 - 13 Juni

2014, kemudian persiapan alat dan bahan pada tanggal 14 - 16 Juni 2014,

pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 17 – 21 Juni 2014, dan untuk

penyusunan data hasil penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 – 25 Juni 2014.

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insan

Sendawar Kutai Barat.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Alat:

a. Tulis – menulis, digunakan untuk mencatat hasil diskusi dan hasil

penelitian

b. Kamera digital, digunakan untuk mengambil gambar atau dokumentasi

penelitian

c. Timbangan, digunakan untuk menimbang limbah padat non medis

d. Masker, digunakan untuk menutup hidung dan mulut agar tidak terhirup

bau dari limbah-limbah yang akan diteliti.

e. Sarung tangan, digunakan untuk melindungi tangan agar tidak terkontak

langsung dengan limbah yang akan diteliti.

2. Bahan: Limbah padat non medis.


15

C. Prosedur Kerja

Pada dasarnya untuk melakukan sebuah penelitian di perlukan alur atau

tahapan prosedur kerja sehingga data yang akan disajikan terkonsep sesuai

dengan rencana sehingga didapatkan hasil penelitian.

Tahapan prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:

Orientasi
Lapangan

Persiapan Alat
dan Bahan

Pengumpulan Diskusi, Pemilahan, dan


Data Penimbangan

Metode
Kualitatif

Penyusunan Data Hasil


Penelitian

Gambar 1. Tahapan (alur) Penelitian


16

Prosedur penelitian ini meliputi tahapan-tahapan kegiatan sebagai

berikut:

1. Orientasi Lapangan

Orientasi ini dilakukan untuk mengetahui wilayah studi dan tempat penelitian

yang akan dilakukan, termasuk di dalamnya melakukan diskusi dengan Kepala

ruangan IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ) dan pengelola limbah padat

non medis di rumah sakit tersebut.

2. Persiapan alat dan bahan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan

yang akan di gunakan pada saat penelitian di wilayah studi.

3. Pengumpulan data

Pengumpulan data terdiri dari data primer yang didapatkan secara langsung

dari pengelola limbah melalui diskusi kepada pengelola limbah di rumah sakit

tersebut. Proses kerja pengumpulan data ini adalah melakukan diskusi terlebih

dahulu untuk menentukan tempat penelitian akan dilaksanakan, setelah tempat

sudah di tentukan persiapan alat dan bahan pun dilakukan seperti timbangan

untuk menimbang limbah padat non medis. Setelah semua alat dan bahan siap,

maka pengumpulan limbah pun dilakukan, tetapi sebelum mengumpulkn limbah

gunakan dulu masker dan sarung tangan untuk melindungi diri. Jika limbah

suudah terkumpul dilanjutkan dengan pemilahan limbah sesuai dengan jenisnya,

setelah limbah sudah terkumpul sesuai dengan jenisnya lakukan penimbangan

dan catat hasil penimbangan limbah padat non medis di rumah sakit tersebut.
17

4. Penyusunan data hasil penelitian

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, maka hasil dari analisa data

dan penelitian akan didapatkan sebuah kesimpulan mengenai jenis dan jumlah

limbah padat non medis dan bagaimana cara kerja pengelola limbah padat non

medis di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insan Sendawar Kutai Barat.
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Setelah melakukan penelitian pada bulan Juni maka hasil dari penelitian

jenis dan jumlah limbah padat non medis di Rumah Sakit Umum Daerah

Harapan Insan Sendawar Kutai Barat adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Penelitian di RSUD Harapan Insan Sendawar

Jenis dan Jumlah Limbah Padat Non


No Hari/Tgl/bln Waktu
Medis

1 Selasa, 17 07.00-08.00 Limbah plastik, sisa-sisa makanan,


Juni 2014 Pagi botol-botol bekas minuman dan infusan
adalah 213,6 kg

2 Rabu, 18 07.00-08.00 Limbah plastik, pampers, kardus-kardus,


Juni 2014 Pagi dan sisa-sisa makanan adalah 391,2 kg

3 Kamis, 19 07.00-08.00 Limbah sisa-sisa makanan, plastik-


Juni 2014 Pagi plastik bungkusan makanan, botol-botol
bekas minuman dan infusan adalah 204
kg

4 Jumat, 20 07.00-08.00 Limbah sisa-sisa makanan, pampers,


Juni 2014 Pagi plastik-plastik, botol-botol bekas
minuman dan infusan adalah 372 kg

5 Sabtu, 21 07.00-08.00 Limbah botol-botol bekas minuman dan


Juni 2014 Pagi infusan, plastik-plastik, sisa-sisa
makanan, dan pampers adalah 189,6 kg
19

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian jenis dan jumlah limbah padat non medis di Rumah

Sakit Umum Daerah Harapan Insan Sendawar Kutai Barat yang dilakukan

diketahui dengan adanya satu kali tindakan yaitu observasi langsung ke

lapangan dalam jangka waktu 1 hari dan limbah apa saja yang dihasilkan dari

rumah sakit tersebut.

Penelitian ini di lakukan selama lima hari berturut-turut, maka

didapatkanlah hasil mulai hari pertama penelitian jenis dan jumlah limbah padat

non medis yaitu 213,6 kg yang terdiri dari limbah plastik, sisa-sisa makanan,

botol-botol bekas minuman dan infusan. Hari kedua penelitian jenis dan jumlah

limbah padat non medis yaitu 391,2 kg yang terdiri dari limbah plastik, pampers,

kardus-kardus, dan sisa-sisa makanan. Hari ketiga penelitian jenis dan jumlah

limbah padat non medis yaitu 204 kg yang terdiri dari limbah sisa-sisa makanan,

plastik-plastik bungkusan makanan, botol-botol bekas minuman dan infusan. Hari

keempat penelitian jenis dan jumlah limbah padat non medis yaitu 372 kg yang

terdiri dari limbah sisa-sisa makanan, plastik-plastik, botol-botol bekas minuman

dan infusan. Hari kelima penelitian jenis dan jumlah limbah padat non medis yaitu

189,6 kg yang terdiri dari limbah botol-botol bekas minuman dan infusan, plastik-

plastik, sisa-sisa makanan, dan pampers.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui diskusi dengan Kepala ruangan

IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ) dan karyawan yang bekerja pada

bagian limbah rumah sakit yaitu jenis dan jumlah limbah padat non medis yang
20

dihasilkan rumah sakit adalah 60 % dari pengunjung rumah sakit, 20 % dari

pegawai rumah sakit, dan 20 % lagi dari pasien yang menjalani perawatan di

rumah sakit tersebut.

Untuk pengelolaan limbah padat non medis yang ada di Rumah Sakit

Umum Daerah Harapan Insan Sendawar adalah dengan cara pembakaran pada

bak pembuangan akhir. Sebelum dibakar semua limbah padat non medis

dikumpulkan di setiap ruangan per tempat tidur kalau dari ruang perawatan dan

dikumpulkan di dalam plastik berwarna hitam lalu di bawa keluar dan tumpuk jadi

satu di dalam tong berukuran besar di setiap pintu-pintu di depan ruangan.

Setelah semua limbah telah terkumpul di dalam tong di masing-masing ruangan

maka semua limbah tersebut diangkut/dibawa ke tempat pembuangan yang

terletak tidak jauh dari sekitar lingkungan rumah sakit untuk di bakar. Tempat

pembakaran limbah padat non medis ini berupa lubang besar yang diisi sampah

dan limbah yang bertumpuk setiap harinya dan di bakar di dalam lubang

tersebut. Jika lubang tempat pembakaran limbah sudah penuh maka akan di gali

lubang untuk tempat limbah yang baru dan tempat atau lubang pembakaran

limbah yang lama akan di tutup dengan menggunakan tanah.


21

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan

Insan Sendawar Kutai Barat. Maka kesimpulan dari penelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Jenis limbah padat non medis yang dihasilkan setiap harinya adalah sisa-sisa

makanan, kardus-kardus, plastik, botol-botol bekas minuman dan infusan,

pampers, dan kertas bungkusan makanan.

2. Jumlah limbah padat non medis yang dihasilkan setiap harinya mulai hari

pertama 213,6 kg, hari kedua 391,2 kg, hari ketiga 204 kg, hari keempat 372

kg, dan hari kelima 189,6 kg.

3. Jenis dan jumlah limbah padat non medis yang dihasilkan rumah sakit

tersebut adalah 60% dihasilkan dari pengunjung atau keluarga pasien,

sedangkan 20% dari pegawai dan karyawan rumah sakit, dan 20% lagi dari

pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. Maka penyebab

menumpuknya limbah non medis yang dihasilkan rumah sakit adalah

pengunjung atau keluarga pasien yang datang ke rumah sakit tersebut.

4. Pengelolaan limbah padat non medis yang di lakukan Rumah Sakit Umum

Daerah Insan Sendawar belum sesuai, di karenakan proses pembuangan

dan pembakaran limbah padat non medis di lakukan di dalam lingkungan

sekitar rumah sakit.


22

B. Saran

Pihak rumah sakit harus lebih memperhatikan limbah-limbah yang

dihasilkan rumah sakit dan bagaimana proses pengelolaannya agar tidak

merusak atau mencemari lingkungan. Dan perlu meninjau langsung ke lapangan

demi penyehatan lingkungan di sektor lingkungan rumah sakit.


23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah Padat. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim, 2000. Limbah Rumah Sakit Mengandung Bahan Berbahaya


Beracun.http//limbah-rumah-sakit-mengandung-bahan-berbahaya-
beracun.html. Diakses 9 Mei 2014

Anonim, 2008. Tinjauan Umum RSUD Harapan Insan Sendawar. Kutai Barat.
Kalimantan Timur.

Anonim, 2009. Jenis dan Tipe Rumah Sakit.http//jenis-dan-tipe-rumah-sakit.html.


Diakses 11 Mei 2014

Kusnoputranto. H, 1993. Kualitas Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya


Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Dalam Seminar Rumah
Sakit. Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.http//kualitas-limbah-
rumah-sakit.html. Diakses 16 Mei 2014

Slamet Riyadi, 2000. Cara Pengolahan dan Pengelolaan Limbah Rumah


Sakit.http//cara-pengolahan-dan-pengelolaan-limbah-rumah-
sakit.html. Diakses 13 Agustus 2014
24

LAMPIRAN
25

Gambar 2. Jenis Limbah Diruang Perawatan Anak

Gambar 3. Jenis Limbah Diruang Kebidanan


26

Gambar 4. Jenis Limbah Diruang Perawatan Kelas I dan II

Gambar 5. Jenis Limbah Diruang Perawatan Kelas III


27

Gambar 6. Hasil Pengumpulan Limbah Dari Setiap Ruangan Di Rumah Sakit

Gambar 7. Limbah Yang akan Ditimbang


28

Gambar 8. Pemilahan Limbah Sebelum Ditimbang

Gambar 9. Penimbangan Limbah


29

Gambar 10. Pencatatan Hasil Penimbangan

Anda mungkin juga menyukai