Anda di halaman 1dari 101

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TUGAS AKHIR
PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER
RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARI’AH
(RDS FM) SOLO

Oleh:

Muhammad Nasir
D0206015

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul:

PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI


RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO

Oleh:

Muhammad Nasir
D 0206015

telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Tugas Akhir

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Surakarta, 10 Oktober 2011

Pembimbing

Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si.


NIP. 19790908 200312 1 001

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat berjudul:

PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW


DI RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO

adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Saya bersedia

menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari

terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya tersebut bukan karya saya yang asli

atau sebenarnya.

Surakarta, 30 September 2011

Muhammad Nasir

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

MOTTO

Jika aku hidup, tak mungkin aku tak bertemu makan.

Jika aku mati, tak mungkin aku tak bertemu kubur.

Keinginanku adalah keinginan para raja.

Jiwaku adalah jiwa yang merdeka yang menganggap kehinaan sama dengan

kekafiran.

(Imam As-Syafi’i)

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

PERSEMBAHAN

Teruntuk Abi dan Mama yang telah mencurahkan kasih sayangnya,

adik-adikku, keluarga besarku dan semua sahabatku,

karya sederhana ini aku persembahkan

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah ta’ala atas segala nikmat yang tiada terkira,

khususnya nikmat iman dan Islam. Sholawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada rosul akhir zaman, Muhammad shollolohu ‘alaihi wa sallam,

para keluarga, sahabat serta ummat manusia yang istiqomah di atas jalan hidayah ini.

Setelah sekian lama melalui proses, akhirnya atas berkat rahmat Allah Yang Maha

Kuasa, selesailah pengerjaan tugas akhir dengan judul PROSES PRODUKSI

PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH

SYARI’AH (RDS FM) SOLO.

Pembuatan dokumenter radio yang penulis ajukan sebagai tugas akhir ini

berawal dari keinginan dan ketertarikan untuk melakukan pengembangan program

berita radio yang ada di RDS FM Solo, tempat penulis beraktivitas dan berkarya

selama ini. Keinginan ini semakin kuat ketika penulis mendapati adanya

kemungkinan untuk melakukan pembuatan tugas akhir spesialisasi radio di Program

Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS.

Dalam pengerjaan program dokumenter radio ini, banyak pihak yang telah

memberikan bantuannya yang tiada terkira. Oleh karenanya, pada kesempatan ini,

penulis hendak mengucapkan banyak terimakasih kepada:

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan FISIP UNS. Bagi penulis, beliau bukan

hanya sekedar dekan FISIP maupun dosen ilmu Komunikasi, tapi juga sahabat

yang baik bagi mahasiswa.

2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UNS, atas masukan yang diberikan kepada penulis ketika hendak

mengambil tugas akhir dokumenter radio ini.

3. Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si selaku pembimbing tugas akhir ini, yang

dengan sabar memberikan masukan-masukan yang positif untuk kebaikan

program dokumenter radio ini.

4. Segenap dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS atas ilmu yang

telah diberikan.

5. Abiku Ali Nasar Abdat dan Mamaku Latifah Umar Gisymar atas segala kasih

sayang dan pengorbanan yang tulus diberikan kepada penulis. Tiada yang

dapat membalas kebaikan kalian kecuali Allah ta’ala. Semoga anakmu ini

dapat menjadi salah satu tabungan amal di hadapan Allah kelak.

6. Adikku Muhammad Fikri Abdat dan Muhammad Riza Abdat yang telah

memberikan dukungan kepadaku.

7. Keluarga besar penulis baik Al-Gisymar maupun Abdat atas dukungan, do’a

serta perhatiannya.

8. Seluruh Manajemen dan staf Radio Dakwah Syariah (RDS FM) Solo yang tak

dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala dukungan yang begitu luar

biasa.

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

9. Kawan-kawan penulis, mahasiswa Komunikasi angkatan 2006 atas

kebersamaan dan persahabatannya selama ini.

10. Semua pihak yang telah berpengaruh dan menjadi bagian dari perjalanan

hidup penulis selama ini yang tak dapat dituliskan satu persatu. Barangkali

penulis lupa kebaikan kalian, namun yakinlah Allah tidak akan lupa atas

semua kebaikan kalian.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa karya sederhana ini tidaklah luput dari

berbagai kekurangan. Oleh karenanya masukan yang membangun sangat penulis

harapkan demi perbaikan karya - karya ke depan. Penulis juga berharap bahwa karya

ini dapat berguna khususnya bagi para mahasiswa dan peminat Ilmu Komunikasi,

terkhusus bidang penyiaran radio dan pada umumnya bagi pengembangan Ilmu

Komunikasi di bidang radio.

Surakarta, 30 September 2011

Muhammad Nasir

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

ABSTRAK

Muhammad Nasir, D0206015, PROSES PRODUKSI PROGRAM


DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARIAH
(RDS FM) SOLO, Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan lmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Oktober
2011.

Saat ini begitu banyak bermunculan media Islam, khususnya radio dakwah.
Pada umumnya, radio bergenre dakwah Islam itu memfokuskan pada ceramah
keagamaan, baik bersifat rekaman maupun on air. Sangat jarang yang memiliki
ketertarikan dan mendalami program-program berita. Padahal, program berita
sangatlah penting di tengah kondisi Ummat Islam saat ini. Dari sinilah, penulis
berpikir untuk berupaya membuat terobosan program berita pada sebuah radio
dakwah Islam. Program berita yang penulis produksi berjenis dokumenter radio yang
kemudian diberi nama RDS Review. Tugas Akhir yang penulis produksi ini bertujuan
untuk memberikan informasi yang mencerahkan pada umat Islam. Selain itu juga
sebagai upaya memberikan alternatif informasi dari sudut pandang berbeda yang
jarang didapatkan di media pada umumnya.
Program ini diproduksi dan disiarkan di Radio Dakwah Syariah atau RDS FM
Solo yang beralamat di Jalan Adi Sumarmo nomor 181, Banyuanyar, Solo. RDS
Review disiarkan dua kali dalam sepekan, yaitu Senin dan Kamis pukul 20:00 hingga
21:00. Dalam proses produksi program ini, penulis menggabungkan beragam metode
untuk mendapatkan data dan informasi seperti wawancara, penulusaran dokumen
tertulis, penelusuran data melalui internet dan sebagainya. Semua data dan informasi
itu kemudian diolah menjadi sebuah naskah. Setelah itu dilakukan perekaman dan
penggabungan dengan file audio yang lainnya, baik insert wawancara dengan
narasumber, file audio lain yang mendukung, serta tak lupa backsound untuk
menghidupkan suasana.
Setelah melakukan proses produksi program RDS Review selama lebih dari
tiga bulan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa program semacam ini
sangatlah penting untuk memberikan informasi alternatif kepada masyarakat.
Terbukti dengan respon yang disampaikan oleh pendengar, baik melalui telepon atau
sms ke redaksi, maupun melalui media online atau jejaring sosial seperti facebook
dan yahoo messenger. Penulis juga berpandangan, perlu adanya perbaikan terus
menerus baik dari sisi kualitas isi maupun pengemasan program supaya dapat lebih
enak didengar, mudah dipahami, serta berkesan di benak pendengar.

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

ABSTRACT

Muhammad Nasir, D0206015, PRODUCTION PROCESS OF RADIO


DOCUMENTARY RDS REVIEW IN RADIO DAKWAH SYARIAH (RDS FM)
SOLO, Final Task, Communication Sciences Studies Program, Faculty of Social
and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, October 2011.

Nowadays, there are many emerging Islamic media, especially da'wah radio.
In general, the radio focuses on preaching the Islamic religious discourse, both
recording or live broadcasting. There is no radio station that have a deep interest in
news programs. Whereas, news program is very important thing in the midst of the
current conditions of Muslim Ummah. Here, the writer thinks to attempt to make
inroads of a radio news program in an Islamic da'wah radio. News program that the
writer produce is a kind of radio documentary production named as RDS review. This
Final Task aims to provide enlightening information to the Muslims and also to
provide alternative information from a different perspective that is rarely found in
mainstream media.

The program is produced and broadcasted in Radio Dakwah Syariah or RDS


FM which is located at Jalan Solo Adisumarmo 181, Banyuanyar, Solo. RDS Review
broadcasts two times a week, in Monday and Thursday at 20:00 until 21:00. In
production process of this program, the writer combines a variety of methods to
obtain data and information such as interviewing, investigating on written documents,
tracking data through the internet and so on. All data and information then are
processed into a script. Then, the writer do recording and mixing with other audio
files, either insert interviews with informants, other audio file support, and adding a
backsound.

After making the production process of RDS Review program for more than
three months, the writers can draw the conclusion that this kind of program is
essential to provide alternative information to public. It is proofed by the response
given by the listener, either by phone or short message to the editor, or through online
media or social networks like Facebook and Yahoo Messenger. The writer also
realize that it needs for continuous improvement both in quality content and
packaging so that the program can be more pleasing to the listener ears, easy to
understand, and memorable in the minds of listeners.

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

DAFTAR ISI
Judul..........................................................................................................................i

Lembar Persetujuan…..............................................................................................ii

Lembar Pengesahan….............................................................................................iii

Lembar Pernyataan…..............................................................................................iv

Motto…....................................................................................................................v

Persembahan…......................................................................................................vi

Kata Pengantar.......................................................................................................vii

Abstrak….................................................................................................................x

Abstract...................................................................................................................xi

Daftar Isi...............................................................................................................xii

Daftar Tabel...........................................................................................................xv

Daftar Grafik........................................................................................................xvi

Daftar Lampiran...................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................1

B. MAKSUD DAN TUJUAN......................................................9

C. LANDASAN TEORITIS.......................................................10

1. Definisi Informasi, Berita dan Jurnalistik........................12

2. Radio Sebagai Salah Satu Media Massa

Elektronik….....................................................................16

3. Karakteristik Radio............................................................17

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

4. Kelebihan dan Kelemahan Radio…..................................22

5. Dokumenter dan Feature radio..........................................23

BAB II PRA PRODUKSI

A. PROFIL RADIO.....................................................................27

B. PENDEKATAN PADA INSTITUSI.....................................31

C. PROFIL PROGRAM..............................................................34

D. DESKRIPSI PROGRAM........................................................35

E. KERANGKA PROGRAM.......................................................35

F. KERANGKA KERJA.............................................................38

G. RUNNING ORDER.................................................................40

H. ESTIMASI BIAYA PROGRAM............................................41

BAB III MARKETING

A. PROFIL PROGRAM..............................................................42

B. DESKRIPSI PROGRAM........................................................42

C. SPONSORSHIP......................................................................43

1. Sponsor Tunggal (blocking time).......................................44

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

2. Sponsor Bersama (air time sharing)...................................45

3. Sponsor Pengganti (alternating sponsorship)....................46

BAB IV EVALUASI PROGRAM

A. PENDAHULUAN....................................................................48

B. PROSES PRODUKSI RDS REVIEW.....................................48

C. EVALUASI PRODUKSI PROGRAM....................................59

D. RESPON PENDENGAR.........................................................65

E. MARKETING..........................................................................68

Realisasi Anggaran keuangan.................................................72

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN........................................................................74

B. SARAN...................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................77

LAMPIRAN

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Running Order..............................................................................................40

Tabel 2 : Pendengar Streaming Radio.........................................................................66

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Pendengar Streaming Radio RDS Review episode 1 hingga 12


(periode Maret-Mei 2011)..........................................................................66

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

DAFTAR LAMPIRAN

1. Naskah RDS Review

2. Status Streaming Radio Program RDS Review

3. Proposal Sponsorship

4. Surat Perjanjian Kerjasama Sponsorship

5. Form Aspirasi Usulan Program Acara

commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan media di Indonesia, terlebih pasca tumbangnya rezim

orde baru dengan beragam aturan dan tindakan yang dianggap menekan

kebebasan berekspresi dan bermedia dapat dikatakan sangat menggembirakan.

Data Depkominfo tahun 2007 menunjukkan, terdapat 2.205 permohonan izin

penyelenggaraan penyiaran. 185 diantaranya adalah lembaga penyiaran televisi.

Sisanya, 2.020 adalah lembaga penyiaran radio, termasuk didalamnya 847

anggota PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia).

Sebelum tahun 1990, Indonesia hanya memiliki 1 stasiun televisi swasta

berskala nasional. Saat ini, TV Nasional telah menjadi 10 stasiun, sementara TV

Lokal jumlahnya sudah lebih dari 70 stasiun.1

Data PRSSNI dalam program umum tahun 2008-2011 menyebutkan,

pada tahun 2003 terdapat anggota radio penyiaran sejumlah 816, meningkat

pada tahun 2004 menjadi 825, dan naik lagi menjadi 831 pada tahun 2005. Pada

tahun 2006, jumlahnya bertambah lagi menjadi 847, namun tetap pada tahun

berikutnya. Dari jumlah akhir sebanyak 847, terdiri dari radio AM sebanyak

203, dan radio FM sebanyak 644. Dari jumlah itu juga diketahui baru 354

stasiun radio yang sudah

1
Program Umum PRSSNI Periode 2008-2011 http://www.radioprssni.com/prssninew/eventdetail.asp?
id=14. 27/02/2011/18.40.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

memiliki izin penyelenggaraan penyiaran (IPP), sedangkan 493 stasiun radio

lainnya baru dalam proses.

Sementara untuk surat kabar, menurut Ketua Dewan Pimpinan SPS

(Serikat Penerbit Suratkabar), Amir Effendi Siregar, jumlah media cetak yang

terbit sebelum reformasi berjumlah sekitar 283, dengan jumlah oplah sekitar 15

juta eksemplar. Sepuluh tahun kemudian, jumlah media cetak bertambah

mencapai 900-an, meskipun oplahnya tumbuh sangat kecil, sekitar 19 juta

eksemplar.2

Pasca reformasi, masyarakat diberikan beragam tawaran dan pilihan

untuk mendapatkan informasi dan keperluan lainnya dari media. Dari sisi

media, tentunya harus memiliki ciri dan kekhasan yang dapat ditawarkan

kepada masyarakat. Tanpa itu, maka media tersebut akan ditingalkan oleh

masyarakat. Maka, munculah media yang berciri khas liputan investigatif,

media yang menekankan pada hiburan atau entertainment, media yang fokus

pada masalah sosial, termasuk juga media yang berciri khas keagamaan.

Penulis tertarik untuk membicarakan media yang berbasiskan atau

bercirikan pada agama, dalam hal ini adalah media Islam. Bagaimanapun, di

Indonesia agama mendapatkan tempat dalam berbagai aspek kehidupan.

Bahkan, ada jaminan kebebasan beragama yang dianut di negeri ini. Meskipun

harus diakui bahwa tidak sepenuhnya kebebasan itu dapat terwujud. Tapi tetap

saja, Indonesia bukan negara sekular, meskipun juga bukan negara agama.

2
Media Cetak Masih Diminati Pasar http://www.spsindonesia.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=1169:media- cetak-masih-diminati-
pasar&catid=103:berita-terkini&Itemid=110. 27/02/2011/18.30.

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Media Islam di Indonesia sebenarnya memiliki peran yang sangat

strategis. Apalagi, di tengah gempuran informasi dan hiburan yang disajikan

oleh media kebanyakan yang seringkali mengabaikan nilai-nilai agama. Direktur

Lembaga Konsumen Media (LKM) Media Watch Surabaya, Hernani Sirikit,

M.A meyakini bahwa media-media Islam sebenarnya dapat menjadi alternatif

bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan hiburan yang mencerahkan

dan tidak abai terhadap nilai-nilai agama. Namun, ia menganjurkan, supaya

media Islam yang ada saat ini untuk memformat ulang tampilan dan cara

penyampaian informasi dan hiburan kepada masyarakat sehingga media itu

dapat diterima oleh kalangan luas.3

Wanita yang akrab disapa Sirikit Syah itu memang selama ini dikenal

sebagai pengamat media yang kritis terhadap informasi yang disampaikan oleh

media, terlebih berkaitan dengan isu-isu keislaman. Dalam sebuah tulisannya

berjudul “Ketidakadilan Media dalam Isu-Isu Keislaman”, Sirikit yang pernah

menjadi Ketua KPID Jawa Timur periode 2004-2007 itu memaparkan analisa

terkait isu keislaman yang diberitakan oleh media. Dari judulnya saja jelas, dia

menangkap ada ketidakadilan yang ditunjukkan oleh media ketika

memberitakan masalah yang menyangkut keislaman atau kelompok Islam, entah

disengaja ataupun tidak.

Salah satu isu yang Sirikit kritisi adalah terorisme. Isu yang satu ini kian

marak menjadi objek pemberitaan pasca terjadinya peristiwa Bom Bali I pada

2002 lalu, yang menewaskan sejumlah wisatawan asing. Pemberitaan tentang


3
Wawancara dengan Hernani Sirikit, M.A, Direktur LKM Media Watch Surabaya (Studio RDS
Fm Solo: 24 Januari 2011, jam 10:30)

commit to

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

terorisme, menurut Sirikit, cenderung tendensius, menghakimi orang yang

belum tentu bersalah, mengarahkan atau mengidentikkan pelaku dengan ciri

keagamaan tertentu -dalam hal ini Islam-, dan juga hanya mengambil sumber

dari pihak kepolisian. Akibatnya, muncul sikap saling curiga antar sesama

warga masyarakat.

“Salah satu dampak liputan terorisme yang hanya bersumber dari aparat

kepolisian atau pejabat pemerintah adalah perubahan sikap masyarakat terhadap

sesamanya. Rasa saling curiga tumbuh bersamaan dengan meningkatnya

kewaspadaan. Bila waspada adalah sikap positif, curiga sebaliknya. Polisi

kemudian seperti memiliki legitimasi untuk melakukan apa saja atas nama anti-

terorisme: menembaki tersangka hingga tewas, menangkapi lelaki berjubah dan

berjenggot serta perempuan bercadar, menahan para penyiar Islam yang alim.

Seseorang dengan nada sinis menambahkan: kita bisa dicurigai dan ditangkap

hanya karena rajin mengaji dan membawa Quran kemana-mana. Inilah tragedi

bangsa Indonesia saat ini. Perempuan bercadar diwaspadai, perempuan dengan

busana setengah telanjang yang berpotensi mengganggu ketertiban umum

melenggang bebas. Lelaki berjenggot, bercelana cingkrang atau berjubah

digeledah; lelaki berdandan seperti perempuan dengan muka habis di’facial’, lebih

dihormati. Membawa Quran disangka penjahat, membawa VCD porno adalah

hak asasi.”4

4
Sirikit, “Ketidakadilan Media dalam Isu-Isu Keislaman”, disampaikan pada diskusi Insist di FEB
Unair 31 Juli 2010. hlm.1

commit to

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Analisa yang disampaikan Sirikit ini memang menarik untuk dicermati.

Pasalnya, dari pemberitaan media itu, akan dapat memunculkan kesan di benak

masyarakat. Pemberitaan yang tidak cermat dan tendensius hanya akan

melahirkan sikap saling curiga kepada sesama anak bangsa yang belum tentu

bersalah. Hal ini juga yang pernah penulis alami ketika melakukan peliputan

penguburan salah seorang yang ditembak mati karena terlanjur dicap sebagai

perampok Bank CIMB Niaga Medan beberapa waktu lalu, yakni Yuki Wantoro.

Banyak orang yang terlanjur memberikan stigma negatif terhadap Yuki dan

keluarganya. Padahal, beberapa fakta menunjukkan bahwa pemuda asal Solo itu

tidak berada di lokasi perampokan ketika kejadian berlangsung.5

Kekecewaan beberapa kelompok Islam terhadap pemberitaan sebagian

media yang cenderung tendensius itu mengakibatkan penolakan atas peliputan

media pada beberapa kejadian. Misalnya saja pada kasus Yuki (Solo), Air dan

Eko (Solo), Urwah (Kudus), dan beberapa lainnya.

Dalam kasus lainnya seperti bentrokan antara warga dengan jemaat

Ahmadiyah di Desa Umbulan, Kampung Pendeuy, Cikeusik, Pandeglang,

Banten, yang terjadi Ahad (6/2/2011) lalu. Banyak informasi yang diberikan

oleh media nasional langsung mengarahkan pandangan terhadap organisasi

massa Islam seperti Front Pembela Islam atau FPI. Ormas pimpinan Habieb

Muhammad Rizieq Syihab yang terkenal dengan aktivitasnya ber-amar ma’ruf

nahyi munkar itu sering menjadi sorotan ketika ada aksi bentrokan dan

kerusuhan. Wacana itupun kemudian beralih menjadi isu pembubaran FPI

yang sebenarnya sudah

commit to

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

5
Muhammad Nasir, “Setelah Yuki, Siapa Lagi?”
http://rdsfmsolo.com/blog/2010/09/setelah-yuki-siapa-lagi/. 27/02/2011/18:30

commit to

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

lama diwacanakan, namun belum juga dapat terealisasi. Isu itu kian memanas

ketika media memberitakan dengan besar-besaran adanya rencana makar yang

akan dilakukan oleh FPI. Anggapan FPI akan melakukan makar itu didasarkan

pada ancaman Ketua DPP FPI Bidang Advokasi, Munarman, yang akan mem-Ben

Ali-kan pemerintahan SBY jika membubarkan ormas Islam. Diikuti pernyataan

Ketua Umum FPI, Habieb Rizieq Syihab pada ceramah Maulid Akbar Nabi

Muhammad SAW, Senin malam, 14 Februari 2011, yang akan mengajak rakyat

untuk menggulingkan SBY jika ada upaya keji pembubaran ormas Islam.

Wacana itu terus menjadi pembicaraan di media yang diarahkan pada

anggapan bahwa memang FPI ingin melakukan makar. Itulah yang kemudian

menjadikan Munarman menuding banyak media yang menjadi provokator

dalam isu ini.6 Padahal, beberapa ahli hukum menyatakan bahwa apa yang

dilontarkan oleh kedua petinggi FPI itu tidak dapat dikatakan makar. Pakar

hukum UI, Rudi Satriyo menjelaskan bahwa sebuah tindakan dapat dikatakan

makar jika ada upaya konsentrasi atau pengumpulan dan pengerahan massa dan

ada upaya untuk mempersenjatai.7

Mengomentari masalah Ahmadiyah dengan beberapa ormas Islam yang

diangkat di media, Sirikit yang pernah menjadi editor di The Brunei Times dan

koordinator liputan SCTV dan RCTI itu menulis,

6
Wawancara dengan Munarman, Ketua DPP FPI Bidang Advokasi (Studio RDS Fm Solo: 18
Februari 2011, jam 08.30)
7
“Rudi Satriyo: Ancaman Rizieq Belum Makar”
http://nasional.vivanews.com/news/read/204784-rudy-satriyo--ancaman-rizieq-belum-makar.
27/02/2011/18.50.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

“Dalam kasus dugaan penodaan agama, umat yang mengemukakan dugaan

penyimpangan praktik Islam oleh kaum Ahmadiyah itulah yang justru menjadi

bulan-bulanan media. Mereka dituduh: tak punya toleransi, anti-pluralisme,

fundamentalis, radikal, anti-HAM, dan sebagainya. Sementara itu, kaum yang

diduga menyimpangkan praktik agama Islam itu mendapatkan perlindungan,

bahkan dipotret sebagai korban dan/atau pahlawan. Tak ada daya kritis media

yang menelusuri, atau mengajak para cerdik cendekia dan alim ulama untuk

menelusuri, kebenaran atau kesalahan dugaan penyimpangan agama. Umat

Islam hanya dibenturkan di tataran fisik, tanpa ada dorongan atau ajakan

menelaah akar persoalan dan melakukan remidi atau koreksi.”8

Ditengah pemberitaan banyak media yang terkesan memojokkan

sebagian umat Islam dan juga Ormas Islam dalam kasus Ahmadiyah di Cikeusik,

Republika sebagai sebuah surat kabar nasional yang berbasis keislaman

memberikan alternatif informasi. Pengamatan yang penulis lakukan dari berita

yang dipublikasikan oleh Republika cenderung tidak mengikut arus. Misalnya,

ketika mayoritas media mewartakan korban tewas dari pihak Ahmadiyah

dengan porsi yang besar, Republika justru menurunkan laporan tentang korban

dari pihak warga Cikeusik, yang sebenarnya tidak ada kaitan dengan

penyerangan itu namun harus menderita luka karena sabetan senjata dari

seorang jemaat Ahmadiyah.9

Informasi yang disampaikan oleh media seperti Republika dan beberapa

media Islam lainnya tentu dapat menjadi referensi pembanding dari informasi

8
Sirikit. Op.Cit. hlm.4
9
“Tangan Kiri Sarta Dibacok Jemaat Ahmadiyah”
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/02/23/165657-tangan-kiri-sarta-
dibacok-jemaat-ahmadiyah. 27/02/2011/18.56.

commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

yang disampaikan oleh media massa pada umumnya. Dengan adanya informasi

dari sudut pandang yang lain itu setidaknya realitas yang ditampilkan oleh

media dapat semakin mendekati kebenaran.

Disinilah sebenarnya salah satu tugas utama dari media massa Islam,

memberikan alternatif informasi bagi masyarakat, terlebih pada hal-hal yang

berkaitan dengan Islam dan kaum Muslimin. Selain itu, media Islam juga harus

memiliki ciri khas yang membedakan dengan media pada umumnya yang ada.

Sangat aneh dan percuma jika kemudian sebuah media yang mengaku media

Islam, namun dalam penampilan dan isi media atau program acaranya tidak

menunjukkan nilai-nilai keislaman.

Media Islam juga memiliki tugas penting dan amat mendasar untuk

menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘aalamin dalam kehidupan

masyarakat. Selain itu, media Islam juga harus memberikan informasi serta

hiburan yang mencerahkan dan mencerdaskan bagi kehidupan manusia.

Radio Islam

Salah satu bentuk media yang cukup tua namun masih tetap eksis dan

berpengaruh adalah radio. Media ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki

oleh media lain semisal televisi ataupun surat kabar. Diantara kelebihan radio

adalah dapat menimbulkan kesan mendalam/ dan juga kedekatan dengan

audiencenya. Kelebihan itu tentu sangat bermanfaat jika digunakan untuk

kepentingan penyaluran gagasan, informasi dan nilai.

commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Radio Islam sebagai sebuah media penyebaran nilai-nilai dan informasi

yang berorientasi pada kepentingan dakwah memiliki fungsi yang sangat strategis.

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, bahwa radio memiliki kedekatan dengan

para audience atau pendengarnya. Ini akan lebih efektif untuk menyampaikan

nilai Islam yang menjadi fokus atau tujuan utama dari dakwah.

Untuk mendapatkan tempat di hati masyarakat atau umat, radio Islam

harus tahu bagaimana menempatkan diri. Artinya, radio Islam harus memiliki

ciri keislaman yang kental, tidak boleh sama dengan media yang ada pada

umumnya. Radio Islam juga harus memberikan informasi dan hiburan yang

tidak diberikan oleh radio pada umumnya. Hal ini karena orang yang

mendengarkan radio Islam, tentunya ingin mendapatkan pencerahan dan nilai-

nilai spiritual yang tidak didapatkan pada media kebanyakan.

B. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, perlu adanya

sebuah produk berupa program acara pada sebuah media penyiaran Islam yang

sekiranya dapat memberikan informasi alternatif dan mencerahkan bagi

masyarakat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Program dimaksud

berbentuk dokumenter radio yang mencoba mengulas secara lebih mendalam

isu- isu keislaman dan keumatan baik dalam lingkup lokal, nasional, bahkan

internasional. Dokumenter itu nantinya akan dikemas sesuai dengan karakter radio

penyiaran yang akan mempublikasikan produk jurnalistik itu.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Adapun tujuan dari program dokumenter radio tersebut adalah:

1. Untuk memberikan informasi yang mencerahkan pada umat Islam

berdasarkan nilai-nilai Islam.

2. Memberikan altrernatif informasi dari sudut pandang berbeda yang

jarang didapatkan di media kebanyakan.

3. Mewujudkan budaya penyiaran yang sehat dan mencerdaskan masyarakat.

4. Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi (S.I.Kom) pada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UNS Solo.

C. Landasan Teoritis

Proses dan aktivitas komunikasi adalah suatu hal yang tak terlepaskan

dalam kehidupan manusia. Maknanya, semua manusia selalu memerlukan

komunikasi. Bentuknya beragam, dapat secara verbal maupun non verbal. Istilah

komunikasi berasal dari bahasa Inggris “communication” yang menurut Wilbur

Schram bersumber dari istilah latin “communis” yang dalam bahasa Indonesia

berarti “sama” dan menurut Sir Gerald Barry, “communicare” yang berarti

“bercakap-cakap”.10 Maknanya, dalam komunikasi antara penyampai pesan

(komunikator) dan penerima pesan (komunikan) harus terjalin kesamaan

pemahaman sehingga apa yang disampaikan oleh penyampai pesan

(komunikator)

Pernyataan Wilbur Schram dan Sir Gerald Barry seperti dikutip Onong Uchjana Effendy dalam
10

Radio Siaran teori & praktek (Bandung: Penerbit Mandar maju, 1991) hlm. 1

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan (komunikan). Tanpa itu,

komunikasi tidak akan efektif.

Seorang pakar komunikasi, Carl I. Hovland, memberikan definisi

komunikasi sebagai berikut:

“The process by which an individual (the communicator) transmit stimuli

(usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals

(communicates)”. (Proses di mana seseorang [komunikator] menyampaikan

perangsang-perangsang [biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata]

untuk mengubah tingkah laku orang lain [komunikan/komunikati]).11

Sementara, pakar komunikasi lain, Harold Laswell, menyatakan bahwa

cara yang baik untuk mendefinisikan komunikasi adalah dengan menjawab

pertanyaan sebagai berikut:

1. Who

2. Says what

3. In which channel

4. To whom

5. With what effect

Singkatnya, kita dapat melihat proses komunikasi yang terjadi antar

manusia dan efek yang ditimbulkan dengan menjawab pertanyaan: siapa,

11
Carl I. Hovland seperti dikutip Onong Uchjana Effendy dalam Radio Siaran teori & praktek
(Bandung: Penerbit Mandar maju, 1991) hlm. 2

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

berbicara apa, dengan channel atau media apa, kepada siapa, dengan

menimbulkan efek seperti apa?

Dari pertanyaan di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa unsur

komunikasi berikut12:

1. Komunikasi (communicator, source, sender)

2. Pesan (message, content, signal)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communican, communicate, audience, receiver, recipient)

5. Efek (effect, impact, influence)

1. Definisi informasi, berita dan jurnalistik

Istilah informasi berasal dari bahasa Inggris “information”.

Namun, kita sudah begitu akrab dengan istilah ini, karena sudah masuk

dalam kosakata bahasa Indonesia. Secara sederhana, informasi dapat

diartikan fakta-fakta yang dikemukakan atau pengetahuan yang

diperoleh atau diberikan. Menurut Onong Uchyana Effendy, pengertian

informasi atau keterangan atau penerangan adalah13:

a. Pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang

baginya merupakan hal yang baru diketahui.

12
Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran teori & praktek (Bandung, Penerbit Mandar Maju, 1991)
hlm.3
13
Onong Uchjana Effendy yang dikutip Helena Olii dalam Berita dan Informasi (Jakarta: P.T.
Indeks. 2007) hlm.24

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

b. Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada yang memerlukan

atau untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal.

c. Kegiatan menyebarluaskan pesan yang disertai penjelasan, baik

secara langsung maupun melalui media komunikasi, kepada khalayak

yang baginya merupakan hal atau peristiwa baru.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, harus ada fakta yang

dijadikan sandaran untuk dapat disampaikan kepada pihak lain. Menurut

Sam Abede Pareno, syarat dari informasi ialah harus ada fakta yang

diperoleh wartawan, kemudian fakta itu disampaikan kepada khalayak.14

Sementara itu, mengenai definisi berita, para pakar jurnalistik

belum mencapai kesepakatan tentang apa sebenarnya definisi dari berita

atau yang dalam bahasa inggris disebut news itu. Ada suatu pengertian

berita yang amat terkenal diungkapkan oleh Charles A. Dana pada 1882

sebagaimana dikutip Sam Abede Pareno: “when a dog bites a man that

is not news, but when a man bites a dog that is news” (bila seekor anjing

menggigit orang, itu bukan berita, tetapi bila seseorang menggigit anjing,

itu berita).15

Paul De Maeseneer sebagaimana dikutip Helena Olii

mendefinisikan berita sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru,

14
Sam Abede Pareno, Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita (Surabaya: Penerbit
Papyrus, 2003) hlm.8
15
Ibid. hlm.5

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

penting dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para

pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka.16

Sementara itu, praktisi penyiaran asal Belanda, Theo Stokkink

mendefinisikan berita sebagai berikut: “Berita adalah sesuatu yang tidak

terduga, suatu perubahan, suatu negativisme atau kecenderungan untuk

mengatakan atau berbuat berlawanan dengan apa yang disarankan.

Seringkali berita bersifat negatif.”17

Eric C. Hepwood sebagaimana dikutip Sam Abede Pareno

memberikan batasan: “Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang

penting sehingga dapat menarik perhatian umum.”18

Pada intinya, menurut LP3Y yang dikutip Mursito, sebuah kejadian

dapat dikatakan memiliki nilai berita jika memenuhi satu atau lebih dari

beberapa unsur berikut19:

a. Significance (penting)

b. Magnitude (besaran)

c. Timeliness (waktu)

d. Proximity (dekat)

e. Prominence (tenar)

f. Human interest (manusiawi)

16
Olii. Op.Cit. hlm.25
17
Theo Stokkink, Penyiar Radio Profesional (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997) hlm.36
18
Pareno. Op.Cit. hlm.6
19
Mursito, Penulisan Jurnalistik (Spikom, 1999) hlm.38-39

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Adapun mengenai definisi jurnalistik, para pakar juga telah

memberikan penjelasan menurut sudut pandangnya masing-masing. Istilah

jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Belanda journalistiek, bahasa Inggris

journalism, atau bahasa Perancis journal. Pada radio siaran, menurut

Helena Olii, definisi jurnalistik adalah pengetahuan tentang penyiaran

catatan harian dengan segala aspeknya, mulai dari mencari, mengolah

sampai ke penyebarluasan catatan harian tersebut yang dikenal sebagai

berita.20

Pengertian jurnalistik lebih detail dan mudah dipahami,

disampaikan oleh Mursito:

“Kegiatan mengumpulkan dan memproses fakta menjadi format

informasi tertentu, serta menyiarkannya kepada khalayak melalui media

massa. Yang disebut fakta bisa berupa peristiwa, fenomena, situasi,

kondisi, atau kecenderungan, yang benar-benar ada dalam komunitas

sosial. Sedang memproses fakta menjadi format informasi adalah

menstruktur fakta menjadi suatu bentuk wacana, baik yang bersifat

audio, visual, maupun audio visual. Di media cetak, bentuk wacana itu

biasanya berupa berita langsung (straight news) dan feature, serta

bentuk-bentuk artikel opini seperti tajuk rencana, karikatur, dan pojok.

Kegiatan jurnalistik biasanya dilakukan oleh suatu profesi, disebut

jurnalis atau wartawan.”21

20
Olii. Op.Cit. hlm.18
21
Mursito. Op.Cit. hlm.3

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

2. Radio sebagai salah satu media massa elektronik

Sebagaimana definisi yang telah disampaikan oleh para pakar

komunikasi bahwa setiap proses komunikasi selalu memerlukan channel

atau media. Hal ini dapat dimaknai media yang sifatnya pribadi, dan bisa

juga menggunakan media massa. Komunikasi melalui media massa

inilah yang kemudian disebut sebagai komunikasi massa (mass

communication).

Peradaban manusia telah melahirkan banyak inovasi teknologi

yang dapat digunakan untuk melakukan komunikasi. Dengan media itu

memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dalam cakupan yang luas

dengan waktu yang singkat dan bersamaan. Secara umum, media massa

dibedakan menjadi dua yakni media massa cetak dan elektronik. Kita

mengenal koran, majalah, dan yang sejenisnya sebagai media massa

cetak. Sedangkan radio dan televisi sebagai media massa elektronik. Ada

satu lagi yang kini mengalami perkembangan sangat pesat yakni media

internet atau online. Media yang satu ini ada yang menggolongkan

sebagai media elektronik, namun ada juga yang menggolongkannya

sebagai new media (media baru).

Diantara media massa elektronik yang menarik untuk dijadikan

pembahasan adalah radio. Media radio adalah media yang bersifat auditori.

Maknanya bahwa radio adalah media yang mengandalkan audio atau suara

untuk menyampaikan pesan-pesannya. Karena sifatnya itulah, maka

media ini tergolong media yang santai, dapat dinikmati dimana saja

dan tidak

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

memerlukan perhatian dan waktu khusus untuk menerima pesan-pesan

yang disampaikan.

Namun, disamping kelebihan, radio juga memiliki kelemahan.

Diantara kelemahan itu adalah sifatnya yang sekilas dengar. Pesan yang

sampai kepada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar, begitu

hilang. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin memperoleh penjelasan

lebih lanjut mengenai pesan yang disampaikan oleh radio, tak mungkin

meminta kepada penyiar untuk mengulangi lagi.22

Semua kelemahan dan kelebihan media itulah yang menjadi

karakteristik media tersebut. Artinya, para penyampai pesan (komunikator)

harus benar-benar mengetahui karakteristik media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan kepada audience, sehingga komunikasi dapat

berjalan dengan efektif.

3. Karakteristik radio

Radio adalah media yang tak pernah mati. Meskipun

perkembangan teknologi telah melahirkan televisi atau bahkan media

online, radio ternyata masih tetap digemari. Bahkan, perkembangan

teknologi justru digunakan untuk lebih memudahkan dan meluaskan

jangkauan siaran radio melalui layanan radio streaming. Kemajuan

teknologi berupa radio streaming ini, menurut Enrico Menduni, dapat

22
Effendy. Op.Cit. hlm.19

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

menerabas batas-batas wilayah jangkauan siaran dan menghindari sensor

siaran yang dilakukan oleh pihak penguasa. Selain itu, dengan teknologi

ini, memungkinkan pendengar untuk merekam siaran yang diinginkan

dan mendengarkannya di waktu kemudian23.

“After some years of Internet radio, it is possible to affirm,

without beingconsidered an enemy of radio and of innovation,

that it was not the revolution that had been announced. A paradox

can explain this point: an Internet radio dramatically breaks the

spatial and temporal boundaries typical of radio (i.e., with my

PC, I can also record a radio programme that I want to keep, and

then listen to it later), fighting effectively against market and

political censorship.” (Setelah beberapa tahun kemunculan radio

internet, adalah mungkin untuk menegaskan, tanpa dianggap

sebagai musuh radio dan inovasi, bahwa itu bukan revolusi yang

telah diumumkan. Sebuah paradoks dapat menjelaskan hal ini:

radio internet secara dramatis dapat menembus batas-batas ruang

dan ciri khas radio (misalnya, dengan PC, saya dapat merekam

program radio yang saya inginkan, dan kemudian mendengarkan

nanti), berperang secara efektif melawan pasar dan sensor

politik.)

23
Enrico Menduni, Four Steps in Innovative Radio Broadcasting: From QuickTime to Podcasting,
The Radio Journal – International Studies in Broadcast and Audio Media, Volume 5 Number 1
(2007) hlm. 12

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Adanya media baru berupa internet, termasuk fasilitas radio

streaming tidak menjadikan media yang telah ada sebelumnya mati.

Keberadaan media online justru akan menjadi pelengkap dari keberadaan

media tradisional atau konvensional yang telah ada. Dalam hal ini,

Mohan

J. Dutta-Bergman menulis24:

”... Individuals interested in one particular area of news expose

themselves to different types of news outlets that carry information in

that particular subject area. Complementary between new and

traditional media was demonstrated in the areas of sports, politics,

business and finance, science and health, entertainment, international,

and local news.” (…Individu yang tertarik pada satu berita tertentu akan

membuka diri mereka untuk berbagai jenis berita yang membawa

informasi lain. Saling melengkapi antara media baru dan tradisional telah

ditunjukkan pada bidang olahraga, politik, bisnis dan berita keuangan,

ilmu pengetahuan dan kesehatan, hiburan, internasional, dan berita lokal)

Tak hanya itu, radio ternyata masih tetap dapat menjadi sahabat

bagi para pendengarnya. Orang masih banyak memanfaatkan radio untuk

memperoleh informasi, hiburan, mencari atau menjual barang dan

sebagainya. Semua itu karena radio memiliki kedekatan dengan para

pendengarnya lebih besar dibandingkan kedekatan surat kabar dan

televisi dengan para penikmatnya. Pada tataran ini sebenarnya

menjadi tugas

24
Mohan J. Dutta-Bergman, Complementary in Consumption of News Types Across Traditional
and New Media, Journal of Broadcasting & Electronic Media, March Edition (2004) hlm.55

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

manajemen radio untuk berkreasi memberikan informasi sekaligus

menghibur pendengarnya, tentunya sesuai dengan target audiencenya.

Untuk memproduksi program atau sajian radio, para reporter,

redaktur, penyiar dan bagian produksi perlu memperhatikan beberapa hal

yang merupakan sifat atau karakteristik radio, yakni:

a. Auditori

Radio adalah media dengar. Karena itu, bahasa yang digunakan

adalah bahasa tutur, bukan bahasa tulis. Perlu juga memperhatikan

tingkat kejenuhan pendengar untuk menyimak informasi atau hiburan

yang disajikan oleh radio.

b. Akrab/ bersahabat

Diantara kekhasan radio sebagaimana telah disebutkan sebelumnya

adalah akrab dengan pendengar. Ada kedekatan jarak, bahkan para

penyiar atau reporter seolah berbicara langsung dengan pendengar.

c. Sarana imajinasi

Salah satu kekuatan terbesar radio adalah dapat memberikan

imajinasi dan kesan yang mendalam terhadap suatu informasi atau

hiburan yang disajikan. Dengan menggunakan efek suara dan musik

pendukung yang tepat, akan mengarahkan pendengar untuk berimajinasi.

Radio adalah media yang buta, tetapi dapat menstimulasi sehingga begitu

suaranya terdengar dari pengeras suara, pendengar berusaha

memvisualisasikan apa

commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

yang didengarnya dan menciptakan bayangan mereka sendiri tentang

pemilik suara tersebut.25

d. Sepintas lalu dan tidak dapat diulang

Informasi yang disampaikan melalui radio harus dikemas

seringan mungkin sehingga pendengar dapat mudah memahami pesan

yang disampaikan. Hal ini karena sifat isi siaran radio hanya sekilas

sampai di telinga pendengar dan tidak ada pengulangan. Maknanya,

radio tidak akan mengulang pesan yang disampaikan. Pendengar bisa

saja meminta supaya informasi itu diulang, namun tak selamanya dapat

terpenuhi. Berbeda dengan surat kabar, ketika pembaca masih belum

dapat memahami informasi yang disampaikan, dapat mengulangi

membaca.

e. Mengandung gangguan

Ada dua hal yang dapat menjadi gangguan dalam komunikasi

melalui radio, yaitu:

1) Semantic noise factor, maksudnya telinga salah menangkap atau

menerima pengucapan kata-kata yang terdengar asing

2) Channel noise factor, maksudnya telinga salah menangkap bahkan

tidak dapat mendengar isi siaran akibat gangguan saluran siaran atau

gangguan teknik.26

25
Stokkink. Op.Cit. hlm.21
26
Olii. Op.Cit. hlm.10

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

4. Kelebihan dan Kelemahan Radio

Sebagaimana bentuk media lainnya seperti televisi, koran, dan

majalah, radio memiliki kekuatan dan kelemahan. Diantara kekuatan radio,

seperti disampaikan Theo Stokkink adalah27:

a. Radio adalah teater pikiran (siapa yang menciptakan dan untuk siapa)

b. Radio adalah media frekuensi (pengulangan untuk mendapatkan

pengaruh yang kuat)

c. Radio adalah media yang terbagi-bagi (segmentasi, target audience

didefinisikan)

d. Radio membentuk satu ilusi hubungan orang per orang, pribadi

(bahkan akrab) antara penyiar dan pendengar.

Sementara, Helena Olii mendaftar beberapa kelebihan ataupun

kekuatan radio sebagai berikut28:

a. Radio memengaruhi imajinasi pendengar.

b. Radio merupakan alat penerima program yang murah.

c. Radio mudah dibawa.

d. Produksi program radio tergolong murah.

e. Program radio disebarluaskan secara massal dan populer.

f. Pesan komunikasi radio akan cepat sampai.

27
Stokkink. Op.Cit. hlm.154
28
Olii. Op.Cit. hlm.8-9

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

g. Radio diterima sebagai hiburan.

h. Radio dipercaya sebagai sumber berita.

i. Radio dapat digunakan oleh semua orang.

j. Radio tidak memerlukan sajian visual.

Adapun kelemahan radio, masih menurut Helena adalah:

a. Radio bersifat non-visual.

b. Radio tidak dapat menunjukkan gerakan pada demonstrasi.

c. Pesan radio tak dapat diulang.

5. Dokumenter dan feature radio

Dokumenter dan feature adalah dua istilah yang populer dalam

dunia media. Namun seringkali banyak orang yang susah membedakan

antara kedua istilah ini. Bisa jadi karena keduanya sama-sama

mengungkapkan suatu informasi atau sajian secara mendalam dengan

bahasa yang tak terlalu kaku. Theo Stokkink memberikan penjelasan

tentang perbedaan antara kedua istilah itu. Program dokumenter, tulis

dia, adalah fakta yang berdasarkan bukti – bukti dokumenter seperti

catatan- catatan tertulis, sumber-sumber pelengkap, wawancara

kontemporer, dan sejenisnya. Adapun tujuan dari dokumenter adalah

menyampaikan informasi, menyajikan satu kisah atau situasi dengan

sepenuhnya memperhatikan pelaporan yang tidak memihak dan jujur.

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Sedangkan program feature, menurut Stokkink, tidak harus selalu

berdasarkan fakta. Feature mempunyai bentuk sangat bebas dengan

penekanan lebih pada menampilkan kualitas, suasana dan keadaan hati

manusia. Tujuan utama dari feature adalah mempengaruh imajinasi

audience.29

Mantan Kepala Departemen Feature BBC, Laurence Gilliam,

menggambarkan program feature sebagai kombinasi dari keaslian

pembicaraan dengan memainkan kekuatan dramatis. Tujuan dari feature

ini adalah untuk meyakinkan pendengar terhadap apa yang ia katakan,

meskipun mengatakan itu dalam bentuk dramatis.30

Meskipun memiliki kemiripan bentuk antara program

dokumenter maupun feature, Robert McLeish lebih menekankan pada

sisi faktualitas. Menurutnya, program dokumenter radio lebih

menekankan sisi faktual. Namun, program feature tak selamanya terikat

pada sisi faktualitas. Terkadang untuk lebih menghidupkan suasana dan

menggambarkan tema yang dibahas, dibuatlah tambahan berupa drama

yang sifatnya fiksi dan sebagainya.

A documentary programme is wholly fact, based on documentary

evidence – written records, attributable sources, contemporary

interviews and the like. Its purpose is essentially to inform, to present a

story or situation with a total regard for honest, balanced reporting.

The feature

29
Stokkink. Op.Cit. hlm.78
30
Robert McLeish, Radio Production (Oxford, Focal Press, 2005) hlm.274

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

programme, on the other hand, need not be wholly true in the factual

sense, it may include folk song, poetry or fictional drama to help

illustrate its theme. The feature is a very free form where the emphasis is

often on portraying rather more indefinable human qualities, atmosphere

or mood. (Sebuah program dokumenter seluruhnya berdasarkan bukti

dokumenter - catatan tertulis, narasumber, wawancara kontemporer dan

sejenisnya. Tujuannya adalah untuk menginformasikan, menyajikan sebuah

cerita atau situasi dengan penuh kejujuran dan pelaporan yang seimbang.

Program feature, di sisi lain, tidak perlu seluruhnya benar dalam arti

faktual, mungkin termasuk lagu rakyat, puisi atau drama fiksi untuk

membantu menggambarkan tema. feature ini adalah bentuk yang sangat

bebas di mana penekanan sering pada menggambarkan kualitas manusia,

serta atmosfer atau suasana hati).31

Lebih lanjut, McLeish menegaskan bahwa pembedaan antara

dokumenter dan feature, lebih pada tujuan dari pembuatan program itu.

Ia menulis sebagai berikut:

If the producer sets out to provide a balanced, rounded, truthful

account of something or someone – that is a documentary. If the

intention is not to feel so bound to the whole truth but to give greater

reign to the imagination, even though the source material is real – that is

a feature. (Jika produser menetapkan untuk memberikan informasi

seimbang, utuh, dan cerita yang benar dari sesuatu atau seseorang, maka

31 McLeish. Op.Cit.

commit to

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

itu adalah

32 McLeish. Op.Cit.

commit to

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

program dokumenter. Jika maksudnya adalah untuk tidak begitu terikat

pada fakta atau kebenaran, tetapi untuk memberikan imajinasi, meskipun

bahan sumber adalah nyata, maka itu adalah program feature)32

32
McLeish. Op.Cit.

commit to

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

BAB II

PRA PRODUKSI

A. Profil Radio

Program ini akan disiarkan oleh PT. Radio Dakwah Islamiyah atau lebih

dikenal dengan Radio Dakwah Syari’ah (RDS) FM beralamat di Jalan

Adisumarmo nomor 181 Solo dengan frekuensi 107.7 MHz. Namun, RDS FM

juga melakukan kerjasama penyiaran dengan radio Hiz Fm (P.T. Citra Mandiri

Perkasa Lestari) yang berada di gelombang 101.4 MHz. Untuk lebih jelasnya,

profil RDS FM adalah sebagai berikut:

RDS FM hadir di kota Solo sebagai media dakwah Islamiyah.

Menghadirkan program acara siaran yang syarat dengan nilai–nilai syariah,

diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan umat untuk senantiasa mendekatkan

diri pada Allah ta’ala. Program yang dikemas berupa kajian, informasi, murottal

maupun sedikit hiburan yang disajikan secara berimbang.

Sasaran pendengar RDS FM adalah keluarga muslim, dengan segmentasi

dominan kepada remaja dewasa atau mereka yang memiliki semangat muda

dalam berdinamika. Konsep interaktif dengan pendengar mengenai berbagai hal,

baik tentang dunia islam, kajian maupun program acara lainnya, diharapkan

dapat menjadi jalan kepada sebuah pemahaman kaffah sesuai dengan perintah

Allah ta’ala dan Rasulullah shollolohu ‘alaihi wa sallam.

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

1. Lokasi dan Jam Siar

Lokasi studio RDS FM dibangun di atas lahan wakaf dari Dr.

(HC) Soeparno Z.A di Jalan Adisumarmo nomor 181, Solo. Jam

penyiaran RDS FM adalah 17 jam dimulai dari pukul 05.00 – 22.00

WIB.

2. Visi

Menjadi Radio Dakwah Syari’ah yang bermanfaat dunia dan

akherat.

3. Misi

a. Terdepan dalam mensosialisasikan (keteladanan syari'ah)

b. Menyajikan program yang berorientasi pada dakwah

c. Membangun komitmen dan kesetiaan terhadap Islam

d. Memberikan informasi aktual, benar, akurat, lengkap, dan bermaslahat

e. Memberikan solusi bagi permasalahan umat

f. Menjadi pioner perekat media Islam

g. Membangun tradisi keilmuan

4. Station Profile

Nama Perusahaan : PT. Radio Media Dakwah Islamiyah

Nama Station Radio : Radio Dakwah Syari’ah

Call Station : RDS Fm

Frekuensi : 107.7 Mhz.

commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Call Audience : Pendengar RDS

Format Radio : Religi

Legalisasi Badan Hukum

 Nomor/ Tanggal : 16/ 12 Februari 2009

 NPWP : 21.051.784.3-526.000

 Notaris : Dewi Cahyani Eddy Sud,

S.H. Komisaris Utama : Dr (HC). H. Soeparno Z.A.

Station Manager : Nanang Mujahidin, S.E.

Dewan Syari’ah :

 Dr. Mu’inudinillah Basri, MA.

 Muzayyin, Lc., MA.

 Eman Badru Tamam, Lc.

 Rosyid Ridho, Lc.

Program Director : Abdul Rochim

PH Coordinator : Syaiful Arif

News Coordinator : Muhammad Abdat

Marketing Director : Burhan

Admin Director : Faqih Al-Fawwaz

General Affairs : Fiter Faris Hasan

commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Technical : Team Solo Broadcast

Alamat Kantor : Jl. Adisumarmo nomor 181, Banyuanyar,

Banjarsari, Solo

Telephon / Fax : (0271) 732 321 (Office)

(0271) 765 1818 (On-Air)

SMS Online 081226170777

Website : www.rdsfmsolo.com

Kerjasama siar dengan : 101.4 Hiz Fm Solo (PT. Citra Perkasa

Mandiri Lestari)

Jangkauan Siar : 60 Km efektif; meliputi:

Solo, Karanganyar, Tawangmangu,

Sragen, Sukoharjo, Wonogiri, Kartasura,

Klaten, Boyolali, Salatiga, Ungaran, dan

sekitarnya.

Live Streaming : RDS FM juga memiliki jangkauan melalui

streaming radio yang bisa diakses dari

berbagai negara melalui

www.rdsfmsolo.com.

Flexy Radio : Selain melalui streaming radio, siaran

RDS FM dapat juga disimak melalui

layanan Flexy Radio melalui handphone

yang

commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

menggunakan kartu Flexy, dengan

mengetik *55*451077 ok/call

5. Format Program Siaran

Format Siaran : Murottal, Kajian, Informasi (news),

perbincangan (talk), hikmah, renungan,

musik

Jenis Musik : Nasyid

6. Profil Pendengar

Berdasarkan Usia :

a. 16 – 30 tahun : 40 %

b. 31-40 tahun : 40 %

c. 40 tahun ke atas : 20

% Berdasarkan jenis kelamin:

a. Pria : 50 %

b. Wanita : 50 %

B. Pendekatan Pada Institusi

Bermula dari usulan program yang penulis sampaikan kepada pihak

manajemen RDS FM sebagai upaya inovasi dalam bidang pemberitaan radio

yang selama ini masih terkesan monoton. Usulan yang penulis sampaikan baik

secara

commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

lisan maupun tulisan konsep awal, beberapa kali dibahas di tingkat manajemen.

Tak berselang lama, pihak manajemen menyampaikan dalam rapat rutin

bulanan, bahwa usulan program yang penulis ajukan diterima dan dapat segera

direalisasikan. Ketika itu, penulis diberi kesempatan tiga bulan sebagai masa

percobaan.

Saat itu memang sedang dilakukan upaya penyegaran program,

termasuk program pemberitaan yang selama ini masih terkesan monoton. Pihak

manajemen mempersilakan seluruh crew tanpa terkecuali untuk memberikan

masukan pengembangan atau penambahan program baru. Ada formulir konsep

program yang harus diisi oleh mereka yang ingin menyampaikan masukan.

Respon dari crew cukup baik. Diantara mereka bahkan ada yang mengusulkan

hingga tiga program sekaligus beserta konsep dasarnya.

Ide awal dari usulan yang penulis sampaikan berupa program

dokumenter radio adalah kenyataan bahwa ada beberapa isu maupun peristiwa

yang tidak cukup hanya diberitakan secara straight news, selintas lalu. Untuk

hal semacam ini diperlukan sebuah sajian informasi yang cukup mendalam dari

berbagai macam sudut pandang. Alhamdulillah, ternyata usulan yang penulis

sampaikan kepada pihak manajemen disambut dengan sangat positif.

Selanjutnya, setelah usulan itu diterima, penulis diminta untuk membuat

penjelasan dan gambaran lebih mendalam terkait program dokumenter radio

yang nantinya akan diudarakan. Melihat antusias pendengar pada setiap program

berita yang dimiliki RDS FM seperti program RDS Pagi, RDS Pagi Akhir

Pekan, Dialog Pagi Akhir Pekan, maupun program Berita Pagi dan Sore,

menjadikan semangat

commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

tersendiri bagi penulis untuk menyajikan suatu program berita dengan cita rasa

baru, yang tetap ringan namun lebih mendalam.

Setelah melalui beberapa kali pembahasan, akhirnya disepakati bahwa

program dokumenter radio ini akan segera diudarakan mulai bulan Maret 2011.

Ada beberapa hal menarik yang sempat menjadi bahan diskusi mendalam ketika

rapat pembahasan program. Salah satunya adalah masalah nama. Ada yang

mengusulkan supaya nama program menggunakan bahasa Arab, mengingat bahwa

RDS FM adalah radio dakwah. Usulan itupun penulis tanggapi dengan

mengatakan bahwa nama program tak harus menggunakan bahasa Arab. Bagi

penulis, Islam tak identik dengan Arab dan Islam bukan Arabisme.

Penjelasan penulis dapat diterima oleh forum ketika itu. Selanjutnya,

muncullah beberapa usulan nama program, diantaranya: Islamic Review, RDS

Views dan RDS Review. Dari ketiga usulan nama program itu, diputuskan

untuk mengambil nama RDS Review karena dipandang lebih menggambarkan

program acara baru ini. Selain itu, penggunaan nama RDS sebagai bagian dari

nama program dimaksudkan untuk lebih memfamiliarkan nama radio yang baru

mengudara pertama kali pada 1 Januari 2009 ini.

Untuk lebih memberikan identitas dari program RDS Review ini,

maka disepakati juga untuk memberikan moto program yaitu: ulasan dinamika

kehidupan umat. Makna atau maksud yang ingin disampaikan dari slogan ini

bahwa program RDS Review berupaya menyajikan sebuah dokumenter yang

berisi ulasan lebih mendalam tentang fenomena, isu dan berbagai peristiwa yang

terjadi di tengah umat Islam.

commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Dari sini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sebuah ide

program akan dapat diterima manakala memiliki perbedaan dari program yang

sudah ada sebelumnya. Ide itu harus logis, prospektif baik dari sisi respon

pendengar maupun pembiayaan, serta dapat menjadi kekhasan dari radio

penyiaran itu. Meskipun tentu, pendekatan terhadap masing-masing institusi

radio penyiaran berbeda-beda.

C. Profil Program

1. Nama Program : RDS Review

2. Format Program : Dokumenter Radio

3. Sifat Program : Recording

4. Tujuan : Memberikan alternatif informasi yang

mencerahkan kepada umat

5. Sasaran : Remaja dan dewasa (20-40 tahun) SES A,

B&C

6. Waktu : Senin & kamis (ulang) pukul 20.00 s/d

21.00 wib

7. Durasi : 1 Jam (60 menit)

commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

D. Deskripsi Program

RDS Review adalah sebuah program dokumenter radio yang membahas

seputar dunia Islam. Sebagaimana layaknya sebuah dokumenter radio, di setiap

episode akan mengangkat suatu tema. Adapun tema yang akan diangkat mulai

dari hal – hal yang ringan namun sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari

kaum Muslimin sampai kepada tema-tema lokal, nasional bahkan internasional

yang terkait dengan dunia Islam. Tema tersebut nantinya akan diperdalam

melalui berbagai sumber, baik dengan menggunakan teknik wawancara

(interview) maupun penelusuran sumber-sumber yang dapat dipercaya.

Tidak hanya memaparkan masalah atau kondisi yang ada, di setiap episode

program diupayakan bahwa audience akan mendapatkan bagaimana pandangan

Islam terkait permasalahan tersebut. Hal ini dapat disampaikan oleh pemuka

atau tokoh agama dan masyarakat. Selain untuk mendekatkan audience pada

nilai-nilai Islam, diharapkan dapat semakin mendekatkan para tokoh dengan

umat. Program RDS Review diharapkan juga dapat memberikan informasi yang

mencerahkan dalam kehidupan keberagamaan kaum Muslimin yang selama ini

jarang didapatkan melalui media massa kebanyakan.

E. Kerangka Program

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa program RDS Review

merupakan sebuah program dokumenter radio yang akan mengangkat suatu

tema untuk dibahas dan diulas dengan berbagai sudut pandang melalui

interview atau

commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

wawancara dengan narasumber yang berkompeten serta diperdalam juga dengan

penelusuran berbagai referensi atau sumber yang terpercaya. Sumber yang

dimaksud seperti data atau dokumen resmi yang dipublikasikan, dokumen yang

tidak diterbitkan, kliping koran dan majalah, serta sumber lainnya yang

memiliki keterkaitan dengan tema yang dibahas.

Tema yang diangkat dalam program ini tidak selamanya merupakan tema

yang berat. Tema ringan namun bermanfaat juga dapat menjadi topik untuk

diulas sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang mencerahkan

kepada masyarakat. Tema atau topik yang telah direncanakan sebelumnya, bisa

jadi akan berubah atau mengalami pergeseran dikarenakan temuan di lapangan

setelah menelusuri berbagai sumber dan melakukan interview dengan para

narasumber.

Sebagai sebuah dokumenter radio, maka format penyajian program tidak

dapat ditentukan secara pasti. Artinya, keputusan tentang bagaimana

dokumenter itu akan disajikan, dilihat dari data yang didapat. Dari hal itulah,

seorang produser akan dapat menentukan bagaimana sebaiknya data yang ada

diolah dan akan disajikan dengan format seperti apa.

Namun yang jelas, dalam program ini ada beberapa hal yang akan

dimunculkan yakni:

a. Vox populi atau opini dari masyarakat, berisi suara masyarakat

berkenaan dengan tema yang menjadi pembahasan. Teknik pencarian

vox pop sebagaimana lazimnya adalah dengan meminta komentar

kepada “orang di jalan” tanpa harus menentukan target tertentu.

commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Proses wawancara biasanya dilakukan pada waktu tertentu dan pada

satu lokasi saja. Pendapat ini tentu hanya sebatas pandangan umum

dan tidak dapat dikatakan mewakili masyarakat secara keseluruhan.

b. Wawancara dengan narasumber, merupakan sebuah teknik untuk

memperdalam pemahaman terkait satu tema atau persoalan yang

diangkat. Narasumber yang dimaksud tentu diupayakan melibatkan

beberapa pihak terkait tema yang dibicarakan, terlebih jika tema itu

kontroversial atau terdapat pro dan kontra, tentu melakukan interview

terhadap kedua belah pihak adalah suatu pilihan yang bijaksana.

c. Pendapat dari tokoh agama atau tokoh masyarakat. Pada bagian ini,

tokoh agama atau masyarakat akan dimintai pendapat tentunya sesuai

sudut pandang kepakarannya terkait tema yang diangkat. Hal ini

menjadi penting selain untuk semakin mendekatkan para tokoh

dengan masyarakat atau umat, juga sebagai realisasi dari pemahaman

bahwa Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamin tentunya

memiliki aturan dan sikap yang jelas dalam semua sendi kehidupan

umat manusia. Segmen ini juga dimaksudkan untuk mengajak

pendengar supaya mengembalikan segala sesuatunya pada aturan dan

petunjuk Allah ta’ala.

commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

F. Kerangka Kerja

Program RDS Review merupakan program dokumenter radio yang bersifat

recording atau taping, sehingga otomatis kerja yang dilakukan adalah sebelum

program tersebut di on air-kan. Adapun tahapan kerja yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan tema atau pokok bahasan

Pada tahap ini, produser beserta tim merencanakan tema yang

akan dijadikan pembahasan dalam produk dokumenter. Selain

menentukan tema, akan ditentukan juga siapa narasumber yang akan

dihubungi, data apa saja dan darimana yang akan digunakan, dan

persiapan lain yang terkait. Dalam tahap perencanaan ini akan diketahui

arah dari dokumenter, namun tidak menutup kemungkinan akan adanya

beberapa perubahan setelah mendapati fakta dalam proses pengumpulan

data dan meminta keterangan narasumber.

2. Tahap pengumpulan data, mengumpulkan kutipan dari berbagai

sumber yang mendukung, konsultasi kepada ahli

Setelah merencanakan tema, tahap selanjutnya adalah

mengumpulkan berbagai macam bahan yang berkaitan dengan tema.

Bahan dimaksud dapat berupa kliping koran, majalah, media online,

data/ dokumen yang terpublikasi maupun tidak, dan sebagainya. Jika

dirasa perlu, dapat juga berkonsultasi kepada pakar atau ahli terkait

dengan tema dokumenter yang akan diangkat.

commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

3. Merencanakan dan menjalin kontak, merekam informasi yang

mendukung, melakukan wawancara dan perekaman

Setelah bahan terkumpul, langkah selanjutnya adalah

merencanakan dan mendaftar siapa saja yang akan dihubungi untuk

mendapatkan keterangan lebih dalam. Selanjutnya, melakukan

wawancara dengan yang bersangkutan dan tidak lupa mempersiapkan

perekaman dengan sebaik-baiknya.

4. Mendengarkan semua bahan, membuat struktur program dan garis

besar naskah

Apabila semua bahan yang dirasa perlu telah terkumpul dan

wawancara telah dilakukan, produser harus mendengarkan semua bahan

itu dan membuat garis besar arah cerita dokumenter.

5. Memilah dan memilih semua bahan yang ada, baik beruapa data

yang telah diolah, wawancara dengan narasumber dan lain

sebagainya serta menyiapkan susunan naskah final

Bahan yang telah terkumpul itu harus dipilah dan dipilih, mana

yang akan dimasukkan alur cerita dokumenter dan mana yang tidak.

Selanjutnya, menyusun naskah berdasarkan data atau bahan yang telah

diolah tadi.

6. Merekam hasil naskah yang telah disusun sebelumnya

Naskah yang sudah final lalu memasuki proses berikutnya yaitu

perekaman (recording).

commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

7. Menggabungkan (mixing) hasil rekaman naskah dengan berbagai

rekaman wawancara yang ada

Rekaman naskah kemudian digabungkan dengan berbagai rekaman

wawancara narasumber, vox pop, suara latar dan backsound yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

8. Mendengarkan hasil akhir dari mixing yang telah dilakukan. Jika

masih belum sesuai keinginan, dapat dilakukan editing kembali

sebelum di on air-kan

G. Running Order

Jam Menit
Durasi Content
Dari Ke
20 00 00 Station ID
00 00 Tune In Program
01 04 3 Vox Pop
04 05 1 Opening Program
05 15 10 Narasi
15 20 5 Promo/ RE
20 30 10 Jingle, Cue Program, Narasi/ interview narasumber
30 35 5 Promo/ RE
35 45 10 Jingle, Cue Program, Narasi/ interview narasumber
45 50 5 Promo/ RE
50 52 2 Jingle, Cue Program, Narasi
52 59 7 Cue Program, Pandangan tokoh/ narasi
59 60 1 Closing Program
60 60 Tune Out Program
60 60 Station ID
Tabel 1

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa program RDS Review dibagi

menjadi 4 bagian dimana masing-masing bagian berdurasi 15 menit. Empat

bagian tersebut terdiri dari content program berupa narasi, interview dan

pandangan tokoh, diselingi promo atau pemutaran radio ekspose yang berdurasi

total 5 menit.

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

H. Estimasi Biaya Program

1. Biaya Produksi Promo (Radio Ekspose)

a. Kreatif : Rp 70.000,00

b. Produksi : Rp 50.000,00

c. Mixing + Copy : Rp 50.000,00 +

Jumlah biaya produksi promo : Rp 170.000,00


2. Biaya Produksi Program (tiap episode)

a. Biaya Peliputan

1) Fee Reporter : Rp 80.000,00

2) Pencarian data & script writer: Rp 200.000,00 +

Jumlah Biaya Peliputan : Rp 280.000,00

b. Biaya Peralatan

1) Kaset Tape (2 buah @ 10.000): Rp 20.000,00

2) Telpon : Rp 50.000,00 +

Jumlah Biaya Peralatan : Rp 70.000,00

c. Biaya Produksi

1) Fee Announcer : Rp 50.000,00

2) Editing dan Mixing : Rp 50.000,00 +

Jumlah Biaya Produksi: Rp 100.000,00+

Total Biaya (satu episode) : Rp 450.000,00


Biaya produksi 3 bulan
(12×450.000) : Rp 5.400.000,00 +

Total Biaya Produksi Promo &


Program RDS Review : Rp 5.570.000,00

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

BAB III

MARKETING

A. Profil Program

1. Nama Program : RDS Review

2. Format Program : Dokumenter Radio

3. Sifat Program : Recording

4. Tujuan : Memberikan alternatif informasi yang

mencerahkan kepada umat

5. Sasaran : Remaja dan dewasa (20 - 40 tahun) SES

A, B & C

6. Waktu : Senin & Kamis (ulang) pukul 20.00 s/d

21.00 wib

7. Durasi : 1 Jam (60 menit)

B. Deskripsi Program

RDS Review adalah sebuah program dokumenter radio yang membahas

seputar dunia Islam. Sebagaimana layaknya sebuah dokumenter radio, di setiap

episode akan mengangkat suatu tema. Adapun tema yang akan diangkat mulai

dari hal – hal yang ringan namun sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

kaum Muslimin sampai kepada tema-tema lokal, nasional bahkan internasional

yang terkait dengan dunia Islam. Tema tersebut nantinya akan diperdalam

melalui berbagai sumber, baik dengan menggunakan teknik wawancara/ interview

maupun penelusuran sumber-sumber yang dapat dipercaya.

Tidak hanya memaparkan masalah atau kondisi yang ada, di setiap episode

program diupayakan bahwa audience akan mendapatkan bagaimana pandangan

Islam terkait permasalahan tersebut. Hal ini dapat disampaikan oleh pemuka

atau tokoh agama dan masyarakat. Selain untuk mendekatkan audience pada

nilai-nilai Islam, diharapkan dapat semakin mendekatkan para tokoh dengan

umat. Program RDS Review diharapkan juga dapat memberikan informasi yang

mencerahkan dalam kehidupan keberagamaan kaum Muslimin yang selama ini

jarang didapatkan melalui media massa kebanyakan.

C. Sponsorship

Untuk mendukung keberlangsungan program RDS Review, maka

diperlukan adanya pihak sponsorship. Media dan sponsorship memang merupakan

dua pihak yang tak dapat dipisahkan. Keduanya bekerjasama saling

menguntungkan. Perusahaan atau instansi yang menjadi pihak sponsor

mendapatkan keuntungan dengan dipublikasikannya produk atau jasa yang

mereka miliki supaya diketahui masyarakat luas. Sedangkan media mendapat

keuntungan dengan adanya dana yang digunakan untuk operasional dan

keberlangsungan media yang bersangkutan.

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Terkait program RDS Review, Radio Dakwah Syari’ah (RDS) Fm

memberikan tiga tawaran bentuk kerjasama sponsorship dengan berbagai

ketentuan dan kompensasi yang akan diberikan. Ketiga bentuk kerjasama itu

adalah sebagai berikut:

1. Sponsor Tunggal (blocking time)

Dalam kesepakatan sponsor tunggal atau sponsor penuh ini, satu

pemasang iklan membayar untuk keseluruhan program siaran (a single

advertiser paid for an entire program)1. Artinya, tidak ada sponsor lain

yang ikut bergabung di program acara RDS Review ini.

Periode kerjasama sponsor ini selama tiga bulan. Jika periode

berakhir, maka dapat dilakukan perpanjangan untuk tiga bulan

berikutnya, demikian seterusnya. Untuk bentuk kerjasama ini, pihak

sponsor mengeluarkan biaya sebesar: Rp 5.570.000,00

Sebagai kompensasinya, pihak RDS FM akan memberikan space

iklan sepenuhnya dalam program RDS Review kepada pihak sponsor,

yaitu selama 12 menit untuk total durasi program selama 60 menit tiap

episodenya. Adapun untuk iklan selama 12 menit itu akan dibagi

menjadi 4 segmen dengan masing-masing durasi 3 menit.

Selain itu, RDS FM juga akan menyebutkan nama sponsor

sebagai pihak pendukung acara, dalam radio expose (re) program RDS

Review

1
Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi (Jakarta: Kencana,
2008) hlm.391-392

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

yang akan diputar setiap hari minimal 4 kali. Sebagai bonus, RDS FM

akan membebaskan biaya produksi iklan dan radio expose. Pihak

sponsor cukup menyerahkan bahan iklan, pihak RDS FM yang akan

mengolah dan memproduksinya.

2. Sponsor Bersama (air time sharing)

Dalam kesepakatan sponsor bersama ini, beberapa pemasang

iklan secara patungan atau bersama-sama menjadi sponsor suatu program

siaran dengan membagi waktu iklan menjadi beberapa bagian.

Mekanisme ini disebut juga dengan air time sharing2. Dengan kata lain,

dalam bentuk kerjasama sponsorship ini, pihak pemberi sponsor

mendanai sebagian dari total keseluruhan program RDS Review.

Periode kerjasama sponsor ini selama tiga bulan. Jika periode

berakhir, maka dapat dilakukan perpanjangan untuk tiga bulan

berikutnya, demikian seterusnya. Untuk bentuk kerjasama ini, pihak

sponsor mengeluarkan biaya sebesar: Rp 2.785.000,00.

Sebagai kompensasinya, pihak RDS FM akan memberikan space

iklan dengan durasi yang sama, untuk masing-masing sponsor. Iklan

akan dimunculkan sebanyak empat kali dalam tiap episode.

Selain itu, RDS FM juga akan menyebutkan nama sponsor

sebagai pihak pendukung acara, dalam radio expose (re) program RDS

Review

yang akan diputar setiap hari minimal 4 kali. Sebagai bonus, RDS FM
2
Ibid. hlm. 393

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

akan membebaskan biaya produksi iklan dan radio expose. Pihak

sponsor cukup menyerahkan bahan iklan, pihak RDS FM yang akan

mengolah dan memproduksinya.

3. Sponsor Pengganti (alternating sponsorship)

Beberapa pemasang iklan yang tidak saling bersaing

(noncompetitive company) bekerja sama untuk bergantian menjadi

sponsor suatu program siaran untuk mengurangi biaya iklan3.

Bentuk kerjasama alternating sponshorsip, sama dengan bentuk air

time sharing. Hanya saja, pada bentuk kerjasama ini, pihak sponsor satu

dengan lainnya akan diberi kesepakatan untuk bergantian memunculkan

iklan produknya pada setiap episode program RDS Review. Misalnya,

untuk iklan sponsor A akan ditayangkan pada episode pekan ini. Untuk

pekan berikutnya, iklan sponsor B yang akan dimunculkan. Begitu

seterusnya.

Untuk bentuk kerjasama ini, pihak sponsor mengeluarkan biaya

sebesar: Rp 2.785.000,00. Periode kerjasama sponsor ini selama tiga

bulan. Jika periode berakhir, maka dapat dilakukan perpanjangan untuk

tiga bulan berikutnya, demikian seterusnya.

Selain memunculkan iklan dalam program RDS Review, RDS

FM juga akan menyebutkan nama sponsor sebagai pihak pendukung

acara,

dalam radio expose (re) program RDS Review yang akan diputar setiap
3
Ibid.

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

hari minimal 4 kali. Sebagai bonus, RDS FM akan membebaskan biaya

produksi iklan dan radio expose. Pihak sponsor cukup menyerahkan bahan

iklan, pihak RDS FM yang akan mengolah dan memproduksinya.

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

BAB IV

EVALUASI PROGRAM

A. Pendahuluan

Program RDS Review merupakan sebuah karya dokumenter radio yang

menjadi terobosan baru di Radio Dakwah Syari’ah (RDS) FM Solo. Program

berita (news) yang selama ini dimiliki oleh RDS FM baru sebatas straight news

dan buletin berita yang berisi rangkuman berita pilihan selama sepekan. Produk

buletin berita ini dikemas dalam program RDS Pagi Akhir Pekan.

Selain memaparkan persoalan atau fenomena dari berbagai sudut

pandang, di dalam program RDS Review juga diupayakan ada sudut pandang

Islam terkait tema yang menjadi pembahasan. Dengan hal ini diharapkan

masyarakat mendapatkan gambaran dan pemahaman bahwa Islam dapat

memberikan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi manusia. Sehingga,

anggapan bahwa Islam hanya sebatas mengatur persoalan ritual atau hubungan

vertikal dengan Allah dapat diluruskan.

B. Proses produksi RDS Review

Ada beberapa tahapan dalam proses produksi program RDS Review

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Tahapan yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan tema atau pokok bahasan

2. Tahap pengumpulan data, mengumpulkan kutipan dari berbagai

sumber yang mendukung, konsultasi kepada ahli

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

3. Merencanakan dan menjalin kontak, merekam informasi yang

mendukung, melakukan wawancara dan perekaman

4. Mendengarkan semua bahan, membuat struktur program dan garis

besar naskah

5. Memilah dan memilih semua bahan yang ada, baik berupa data

yang telah diolah, wawancara dengan narasumber dan lain

sebagainya serta menyiapkan susunan naskah final

6. Merekam hasil naskah yang telah disusun sebelumnya

7. Menggabungkan (mixing) hasil rekaman naskah dengan berbagai

rekaman wawancara yang ada

8. Mendengarkan hasil akhir dari mixing yang telah dilakukan. Jika

masih belum sesuai keinginan, dapat dilakukan editing kembali

sebelum di on air-kan

1. Tahap perencanaan tema atau pokok bahasan

Perencanaan merupakan suatu yang amat penting dalam setiap

pembuatan program. Perencanaan merupakan bagian dari keberhasilan

atau kegagalan. Artinya, dengan perencanaan yang baik akan mendekatkan

pada keberhasilan atau kesuksesan, begitu juga sebaliknya.

Ada dua pertanyaan pokok yang selalu diajukan dalam tahap

perencanaan ini, yaitu:

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

a. Apa yang ingin dicapai dari tema yang diangkat

b. Apa yang ingin diberikan kepada pendengar dengan

diangkatnya tema itu

Kedua pertanyaan itu harus dijawab oleh produser beserta tim

ketika mengangkat suatu tema atau pembahasan. Tujuannya, supaya ada

target yang jelas dari tiap episode yang disajikan ke tengah audience.

Perencanaan dalam pembuatan program RDS Review terdiri dari

dua hal, yaitu perencanaan bulanan dan perencanaan tiap episode.

Perencanaan bulanan adalah perencanaan atau penentuan tema yang akan

diangkat dalam RDS Review selama satu bulan. Perencanaan ini

biasanya dilakukan pada rapat redaksi akhir bulan. Dalam rapat itu akan

dibahas isu, fenomena dan peristiwa apa yang menarik untuk diangkat

sebagai tema RDS Review dalam satu bulan ke depan.

Namun, pembahasan atau penentuan tema pada rapat bulanan ini

bukan berarti tidak dapat dirubah karena peristiwa maupun fenomena

begitu cepat bergulir. Penentuan tema ini hanyalah sebatas gambaran

awal. Jika nantinya ada peristiwa unik, menarik dan lebih penting

dibahas daripada tema yang telah ditetapkan pada rapat bulanan ini,

maka dapat dirubah. Perubahan ini akan dibahas pada rapat mingguan

atau perencanaan episode. Selain rapat penentuan tema, dalam rapat ini

juga dilakukan evaluasi atas program RDS Review yang telah

diproduksi.

commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Sementara itu, perencanaan mingguan atau tiap episode dilakukan

setiap minggu untuk memastikan tema yang akan diangkat, apakah ada

perubahan dari tema yang telah direncanakan pada rapat bulanan ataukah

tidak. Jika dalam rapat bulanan hanya dilakukan pembahasan tema

secara umum, namun pada rapat mingguan atau rapat tiap episode ini

akan dibahas secara mendalam, termasuk fokus pembahasan, sumber-

sumber yang dapat dihubungi, referensi yang dapat dijadikan rujukan

dan sebagainya.

2. Tahap pengumpulan data, mengumpulkan kutipan dari

berbagai sumber yang mendukung, konsultasi kepada ahli

Tahapan selanjutnya setelah perencanaan adalah mengumpulkan

data dan kutipan baik dari buku, majalah, jurnal maupun sumber-sumber

online yang layak dipercaya. Kelayakan suatu data untuk dapat dijadikan

sumber informasi adalah dari penyampai informasi maupun pihak yang

menerbitkan data, informasi, buku atau jurnal itu. Tidak semua data atau

informasi dapat digunakan sebagai sumber penulisan naskah. Terlebih

saat ini begitu mudah orang menyampaikan pesan, ide, gagasan dan

informasi. Padahal, tidak selamanya informasi itu dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Data yang diperoleh itu belum tentu semuanya akan digunakan

dalam pembuatan naskah RDS Review. Ada data atau kutipan yang telah

didapat tidak digunakan karena dianggap tidak layak dipercaya atau

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

mungkin karena tidak sangat relevan dengan arah pembahasan RDS

Review ketika itu. Untuk tahapan ini, penulis sebagai produser acara

dapat meminta bantuan kepada anggota tim untuk mengumpulkan data

dan kutipan. Selanjutnya, produser yang akan menyeleksi mana data dan

kutipan yang layak dan mana yang tidak.

Pada tahap ini, produser dan anggota tim produksi RDS Review

biasanya juga akan berkonsultasi kepada ahli dalam tema yang akan

diangkat. Terlebih jika tema tersebut tergolong berat dan rumit sehingga

perlu ada masukan ahli terhadap persoalan itu. Ahli yang dimaksud di

sini jika dalam persoalan yang kaitannya dengan ilmu keislaman, maka

tim akan berkonsultasi kepada dewan syari’ah RDS FM yang terdiri dari:

a. Dr. Mu’inudinillah Basri, M.A. (Ketua Program Magister

Pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta &

Direktur Pondok Pesantren Ibnu Abbas Klaten)

b. Muzayyin, Lc., M.A. (Wakil Direktur Pondok Pesantren Al

Mukmin, Ngruki, Sukoharjo)

c. Eman Badru Tamam, Lc. (Ketua Sekolah Tinggi Tahfidzul

Qur’an Isykarima, Karangpandan, Karanganyar)

d. Rosyid Ridho, Lc. (Direktur pondok pesantren Darul

Wahyain, Magetan, Jawa Timur)

Selain keempat orang anggota dewan syariah RDS FM, produser

dan tim RDS Review juga dapat berkonsultasi dengan para ustad lainnya

yang memiliki kepakaran dalam bidang tertentu. Sementara untuk

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

persoalan di luar ilmu murni keislaman, maka produser dan tim

berkonsultasi pada ahli dalam persoalan itu. Misalnya saja ketika akan

membahas terkait sejarah Islam di Indonesia, maka produser

berkonsultasi dengan pakar sejarah Islam Indonesia yang juga mantan

guru besar sejarah Unpad Bandung, Prof. Ahmad Mansur Suryanegara.

Konsultasi itu meliputi sumber yang dapat dijadikan rujukan,

narasumber yang dapat dikontak serta penjelasan lainnya yang

dipandang perlu untuk diketahui sebagai informasi awal.

3. Merencanakan dan menjalin kontak, merekam informasi yang

mendukung, melakukan wawancara dan perekaman

Pada tahapan ini, produser bersama tim melakukan perencanaan

narasumber yang akan diwawancara. Narasumber yang diwawancara

diupayakan dapat mewakili beberapa sudut pandang sehingga dalam

penyajiannya, RDS Review dapat lebih kaya informasi. Wawancara ini

dapat dilakukan secara langsung bertemu dengan narasumber. Namun

jika tidak dimungkinkan, karena masalah jarak atau yang lainnya, maka

dapat dengan menggunakan saluran telepon.

Sebelum melakukan wawancara, disusunlah interview guide yang

berfungsi sebagai petunjuk ataupun pedoman poin-poin dan alur

wawancara yang akan dilakukan. Interview guide ini sifatnya fleksibel.

Jika dalam pelaksanaan wawancara, beberapa poin telah dijawab oleh

narasumber sebelum ditanyakan, maka pewawancara akan berlanjut ke

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

poin berikutnya. Begitu juga jika dalam proses wawancara ternyata

didapati hal menarik atau temuan baru yang belum terpikirkan atau

terencanakan dalam interview guide, maka pewawancara biasanya akan

mengembangkan pertanyaannya.

Wawancara dengan narasumber direkam secara utuh dengan

menggunakan berbagai sarana yang ada. Jika wawancara itu melalui

pertemuan langsung dengan narasumber, biasanya untuk

mempermudahkan digunakan hand record atau mp3 recorder. Hasil dari

rekaman wawancara itu nantinya akan ditransfer dalam bentuk file mp3.

Adapun jika wawancara itu dilakukan di studio melalui sambungan

telepon, maka digunakan alat yang disebut dengan hybrid. Cara kerja alat

ini cukup mudah, yakni dengan mengkoneksikan antara pesawat telepon

dengan mixer dan komputer.

Kendala dalam proses perekaman ini biasanya pada kondisi

sinyal dari telepon sellular narasumber yang tidak begitu baik sehingga

menjadikan suara yang dihasilkan kurang baik dan banyak mengandung

noise. Gangguan berupa noise ini sebenarnya bisa direduksi ketika

proses editing voice. Namun jika noise yang ada pada file voice

terlampau besar, sedikit banyak akan berpengaruh pada hasil akhir file

itu. Pada banyak kasus, reduksi terhadap noise yang terlampau besar

akan mengubah keaslian karakter suara. Namun, Alhamdulillah, karena

bantuan berbagai pihak, terutama teknisi RDS FM, tidak banyak kendala

yang berarti dalam proses perekaman wawancara dengan narasumber ini.

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Hal lain yang juga pernah penulis alami dalam tahapan ini adalah

penolakan pihak yang akan dijadikan narasumber. Alasan penolakan itu

beragam. Ada yang mengaku sedang sibuk, sakit, tidak mau

berkomentar. Ada pula yang merasa dirinya kurang berkompeten dalam

hal yang menjadi tema pembicaraan. Padahal, penulis sebagai produser

bersama dengan anggota tim lainnya menganggap yang bersangkutan

cukup memiliki kompetensi dan relevansi dengan apa yang sedang

dibahas.

Selain melakukan wawancara dengan narasumber, pada tahap ini

juga dilakukan perekaman opini masyarakat atau yang biasa dikenal

dengan istilah vox pop terkait tema yang diangkat. Pendapat dalam vox

pop bersifat singkat dan tidak perlu mendalam. Vox pop bertujuan

sebatas untuk mengetahui kesan atau pandangan masyarakat dan bukan

menunjukkan representasi dari seluruh masyarakat.

Informasi lain yang mendukung pembahasan tema juga

dipersiapkan, direkam, disalin ulang. Terkadang ada file yang telah berusia

cukup tua dan masih dalam bentuk kaset pita sehingga harus ditransfer

terlebih dahulu ke bentuk file mp3.

4. Mendengarkan semua bahan, membuat struktur program dan

garis besar naskah

Semua bahan yang telah terkumpul, baik hasil wawancara dengan

narasumber, vox pop maupun file lainnya yang terkait dengan tema akan

didengar oleh produser sekaligus script writer untuk kemudian

dipastikan

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

arah pembahasan, serta apa yang akan dimunculkan pada tiap bagian.

Tiap episode RDS Review sendiri terdiri dari empat bagian dimana

antara satu bagian dengan lainnya dipisahkan dengan iklan dan radio

exspose.

5. Memilah dan memilih semua bahan yang ada, baik berupa data

yang telah diolah, wawancara dengan narasumber dan lain

sebagainya serta menyiapkan susunan naskah final

Setelah mendengar semua hasil wawancara serta informasi

tambahan lainnya dan membaca data, baik berupa kliping majalah,

koran, jurnal dan sumber lainnya, maka produser menentukan mana data

dan hasil wawancara yang layak dan relevan untuk dimasukkan dalam

penulisan naskah dan mana yang tidak. Semua data dan informasi itu

diolah dan dirangkaikan sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah

alur cerita yang mudah dipahami. Hal ini penting dilakukan, mengingat

sifat radio sebagai media auditif yang hanya mengandalkan pendengaran,

sepintas lalu. Informasi yang tidak secara jelas disampaikan kepada

audience, ataupun informasi yang terlampau sulit dipahami akan

menjadikan audience tidak akan memahami maksud dari informasi itu.

Ada perubahan yang terjadi dalam pembuatan naskah di beberapa

episode awal dari RDS Review dengan episode setelahnya. Pada

beberapa episode awal, naskah hanya bersifat memberikan pengantar

serta gambaran awal dari tema yang sedang diangkat pada episode

tersebut. Pendalaman informasi terkait tema dilakukan dengan

menampilkan

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

wawancara dengan narasumber yang tentu saja disertai suara atau

pertanyaan dari interviewer.

Namun, setelah melakukan beberapa kali evaluasi serta masukan

dari beberapa pihak, akhirnya naskah diubah menjadi sebuah alur cerita

yang disisipi insert wawancara dengan narasumber. Tujuannya, supaya

sajian informasi RDS Review lebih hidup dan tidak menjenuhkan.

Sementara itu, untuk judul naskah biasanya ditentukan di akhir,

setelah naskah jadi. Judul naskah itu sekaligus menjadi judul episode.

Penetapan judul naskah atau episode memang perlu banyak

pertimbangan dari mulai kesesuaian dengan isi naskah atau pembahasan

hingga memancing rasa keingintahuan pendengar. Oleh karena itu, judul

naskah atau episode selalu diupayakan singkat, sederhana, mudah

dipahami dan menarik pendengar untuk lebih mengetahui isinya.

6. Merekam hasil naskah yang telah disusun sebelumnya

Setelah naskah benar-benar siap, langkah selanjutnya adalah

merekamnya dalam bentuk audio. Perekaman ini biasanya dilakukan

oleh dua announcer dengan tujuan untuk lebih menghidupkan suasana

dan menghindari kejenuhan. Meski begitu, dalam beberapa episode,

naskah hanya direkam oleh seorang announcer.

Untuk masalah teknis perekaman, seperti apakah perekaman

harus dilakukan langsung secara bersama-sama dalam satu waktu

ataukah tidak,

commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

tergantung pada situasi dan kondisi. Hal ini tidak berpengaruh pada hasil

akhir karena yang terpenting adalah menyamakan persepsi tentang

karakter nada yang harus digunakan dalam pembacaan naskah.

7. Menggabungkan (mixing) hasil rekaman naskah dengan

berbagai rekaman wawancara yang ada

Pada tahap ini, semua hasil rekaman baik rekaman pembacaan

naskah, rekaman wawancara dengan narasumber, rekaman informasi

tambahan lainnya, serta rekaman vox pop dikumpulkan untuk diolah

menjadi satu kesatuan karya dokumenter radio.

Produser harus bekerja sendiri memeriksa dengan cermat semua

bahan yang ada dan kemudian menyusunnya sesuai dengan alur yang

terdapat dalam naskah. Selain semua bahan yang ada, untuk lebih

menciptakan suasana seperti yang diharapkan, digunakanlah musik

sederhana. Dalam dokumenter radio, aspek musik bukanlah suatu hal

yang paling utama. Oleh karena itu, penggunaan musik dalam banyak

episode program RDS Review cenderung senada.

8. Mendengarkan hasil akhir dari mixing yang telah dilakukan.

Jika masih belum sesuai keinginan, dapat dilakukan editing kembali

sebelum di on air-kan

Setelah proses mixing dilakukan, langkah terakhir yang harus

dilakukan oleh seorang produser adalah mendengarkan hasil akhir

mixing

commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

itu dari awal sampai akhir. Produser harus cermat memeriksa tiap detail

suara maupun efek yang dihasilkan dan disesuaikan dengan naskah yang

telah disusun sebelumnya. Jika ternyata hasil mixing itu masih belum

sesuai dengan yang diharapkan, maka produser harus mengulang

kembali editing itu. Proses ini penting dilakukan untuk memastikan

bahwa file itu benar-benar telah layak dan siap untuk di on air-kan.

C. Evaluasi Produksi Program

Program RDS Review telah berjalan selama 3 bulan terhitung mulai

bulan Maret hingga Mei 2011. Namun untuk perencanaan program sebenarnya

telah dimulai sejak bulan Februari 2011. Selama 3 bulan itu, RDS Review telah

menghasilkan 12 episode dan hingga kini terus berjalan.

Sejak awal, program RDS Review memang dimaksudkan untuk

memberikan informasi alternatif yang mencerahkan kepada umat. Hal ini

penting dilakukan oleh media berbasis keislaman di tengah banyaknya pilihan

informasi dan hiburan yang disajikan oleh kebanyakan media dewasa ini yang

seringkali mengabaikan nilai dan norma yang ada, terutama nilai keislaman.

Selain itu, banyak isu dan fenomena yang ada di tengah umat Islam

yang jarang tersentuh atau mendapatkan pembahasan di media pada umumnya.

Ada juga kecenderungan stigmatisasi buruk dan pendeskriditan terhadap

sebagian umat Islam dengan isu negatif seperti terorisme, anarkisme, makar,

dan sebagainya. Semua ini memerlukan penjelasan yang baik supaya umat

tidak

commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

terjebak pada sikap saling menyalahkan dan curiga satu dengan lainnya, yang

pada ujungnya hanya akan menjadikan bangsa ini semakin terpuruk.

Dalam proses pembuatan RDS Review selama 3 bulan ini, penulis

tentu saja mengalami kendala. Namun, semua kendala itu penulis anggap

sebagai bagian dari tantangan yang harus ditaklukkan, bukan untuk dikeluhkan.

Diantara kendala yang penulis hadapi adalah sebagai berikut:

1. Narasumber yang tidak mau diwawancarai atau berkomentar

Beberapa narasumber yang dihubungi menolak untuk diwawancara

dengan berbagai alasan. Ada yang karena sibuk, ada yang mengaku kurang

berkompeten dan sebagainya. Untuk itu, penulis selaku produser

berupaya menyampaikan bahwa wawancara ini berkaitan dengan tugas

sebagai pers yang harus menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Jika narasumber yang bersangkutan menolak karena masalah

waktu, penulis berupaya menyesuaikan dengan tentu saja memperhatikan

tenggat waktu yang ada. Namun, jika narasumber benar-benar tidak bisa

karena sedang sakit, begitu sibuk atau merasa ada yang lebih

berkompeten untuk menjelaskan, maka penulis berupaya meminta rujukan

atau referensi narasumber yang bisa dihubungi.

2. Perlengkapan teknis, terutama hybrid yang beberapa kali sempat

mengalami gangguan karena ada intervensi dengan gelombang

pemancar.

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Gangguan ini sempat terjadi beberapa kali sebelum akhirnya

dapat diperbaiki oleh tim teknisi dari Solo Broadcast. Kerusakan yang

dimaksud berupa adanya intervensi gelombang pemancar ke jaringan

telepon studio. Gangguan ini menyebabkan suara wawancara dengan

narasumber bertumpuk dengan siaran on air. Akibatnya, hasil

wawancara tidak terdengar dengan jelas.

3. Kesulitan berkomunikasi dengan narasumber karena sinyal

yang kurang bagus atau tidak stabil

Dalam beberapa kesempatan wawancara melalui sambungan

telepon, suara narasumber tidak begitu jelas terdengar dan banyak noise

yang menyertai. Terkadang juga, suara interviewer tidak begitu jelas

terdengar oleh narasumber sehingga harus mengulang pertanyaan yang

telah disampaikan sebelumnya. Sebagai upaya penyelesaian, interviewer

meminta supaya narasumber dapat mencari tempat yang sekiranya

memiliki sinyal yang baik. Dalam beberapa kesempatan, interviewer

meminta nomor lain yang dimiliki oleh narasumber, baik nomor

handphone maupun nomor telepon rumah ataupun kantor untuk dapat

dihubungi.

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

4. Waktu wawancara yang bersamaan antara satu narasumber

dengan narasumber yang lain

Waktu wawancara yang bersamaan ini tentu bukanlah suatu

kesengajaan atau direncanakan. Biasanya, ada perubahan mendadak dari

narasumber terkait waktu wawancara. Terkadang juga memanfaatkan

waktu dari narasumber yang sedang melakukan kunjungan ke kota Solo

atau kota lain yang bagi penulis cukup mudah diakses seperti Jogja.

Untuk keadaan ini, penulis biasanya akan berkoordinasi dengan anggota

tim RDS Review yang lain untuk berbagai tugas.

5. Sedikitnya referensi yang mendalam dan dapat dipercaya pada

beberapa tema yang diangkat

Dalam beberapa tema, referensi yang mendalam dan sesuai

dengan tema pembahasan sulit dicari. Untuk mengatasi hal ini, penulis

berkonsultasi dengan ahli untuk mendapatkan gambaran serta rujukan-

rujukan yang dapat dipergunakan.

6. Beberapa nomor narasumber sulit dicari, sehingga memakan

waktu

Beberapa narasumber, terutama jika yang bersangkutan adalah

pejabat, sulit didapatkan nomornya. Sebagai contoh, pernah penulis

berupaya menghubungi Menteri Agama, Suryadharma Ali. Nomor yang

penulis dapatkan ternyata sudah tidak aktif lagi.

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Penulis kemudian berupaya menghubungi tokoh P3 (Partai

Persatuan Pembangunan) mengingat Suryadharma Ali juga menjabat

sebagai Ketua Umum P3. Namun ternyata tokoh P3 yang penulis

hubungi tidak bersedia memberikan nomor Suryadharma Ali. Beliau

justru meminta penulis untuk menghubungi sekretariat pusat P3. Namun,

berulang kali penulis mencoba menghubungi sekretariat pusat P3, tidak

ada yang mengangkat telepon. Padahal nada sambungan telepon

menunjukkan nomor itu aktif. Akhirnya, karena tenggat waktu yang

tidak memungkinkan untuk mencari nomor Menteri Agama, penulis

putuskan untuk mencari narasumber lainnya.

7. Kesulitan dalam mencari musik atau backsound yang dapat

menghidupkan suasana namun tidak melanggar batasan atau

karakter musik yang diperbolehkan RDS FM

Musik latar atau yang biasa disebut backsound memiliki peran

yang cukup penting dalam sebuah dokumenter radio, meskipun beberapa

referensi menyebutkan bahwa musik bukan hal yang utama, tidak seperti

kebutuhan dalam pembuatan feature radio. Peranan backsound di sini

adalah untuk lebih menghidupkan suasana, misalkan menciptakan

suasana tegang, serius dan sebagainya. Kesulitan ini karena tidak semua

musik yang ada, sesuai dengan karakter musik RDS FM.

Hal ini pernah penulis sampaikan kepada pihak manajemen RDS

FM, terutama Program Director, Bapak Abdulrochim. Namun beliau

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

mengatakan bahwa memang itulah karakter RDS FM yang berbeda dengan

radio lainnya. Beliau justru menyarankan bahwa hal ini jangan dijadikan

sebagai kendala yang memberatkan untuk berkreativitas, namun justru

dipandang sebagai bagian dari tantangan yang harus ditaklukkan.

8. Molornya batas akhir waktu penyelesaian tugas dari yang

seharusnya, sedikit banyak telah menguras pikiran, tenaga dan

waktu

Molornya waktu ini disebabkan banyak hal. Diantaranya

kesulitan mencari nomor kontak narasumber yang telah penulis jelaskan

sebelumnya. Disamping itu yang menjadi penyebab adalah

kekurangdisiplinan dalam memenuhi tenggat waktu (deadline) yang

telah diberikan untuk masing-masing tugas. Akibatnya, waktu

pengerjaan akhir berupa penggarapan naskah, perekaman suara, mixing

dan editing harus dilakukan dengan waktu yang sangat singkat. Bahkan

pernah hanya dalam waktu kurang dari 24 jam, penulis harus

menyelesaikan pembuatan naskah, perekaman suara, mixing hingga

editing. Tentu saja sangat menguras pikiran dan tenaga.

Sebagai upaya perbaikan, berulangkali dalam rapat evaluasi dan

perencanaan, penulis berupaya menekankan pentingnya keseriusan dan

komitmen dengan tugas yang telah disepakati bersama. Selain itu, upaya

saling memotivasi untuk bekerja keras dan cerdas terus dilakukan antara

satu anggota tim dengan lainnya.

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

D. Respon Pendengar

Kesuksesan sebuah acara atau program radio dapat diukur salah satunya

dengan respon pendengar terhadap program tersebut. Respon ini dapat dipilah

secara kuantitaif dan kualitatif. Secara kuantitatif dapat dilihat dari jumlah orang

yang mendengarkan program itu. Respon secara kuantitatif dapat dengan mudah

dilihat jika program itu adalah program interaktif. Hal ini dapat dilihat dari

pendengar yang ikut berpartisipasi baik melalui telepon, sms, atau media

komunikasi yang lainnya. Semakin banyak pendengar yang bergabung, maka

program itu dapat dikatakan berhasil atau sukses.

Sementara itu, untuk program non interaktif, tidak ada jalan lain untuk

pengukuran secara kuantitatif kecuali dengan survey. Namun biasanya, amat

jarang media lokal yang melakukan pengukuran secara kuantitatif. Alasannya

karena biaya yang dikeluarkan tergolong cukup mahal.

Namun, dengan perkembangan teknologi saat ini, khususnya fasilitas

radio online atau radio streaming, maka dengan mudah akan dapat diketahui

berapa jumlah pendengar streaming suatu program. Hasilnya sangat cepat

diketahui, akurat, dan tidak membutuhkan biaya. Melalui cara ini pula penulis

berupaya melihat kesuksesan program RDS Review. Indikatornya mudah,

semakin banyak pendengar streaming radio maka program itu dapat dikatakan

sukses. Meskipun tentu, data ini tidak dapat mewakili pendengar yang

menyimak melalui gelombang radio.

Pengamatan yang penulis lakukan terhadap data shoutcast

administrator untuk 12 episode RDS Review, rata-rata menunjukkan adanya

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

peningkatan. Dari kapasitas pendengar (listener) sebanyak 32 orang, tercatat

pada episode perdana ada 17 orang pendengar, dan meningkat menjadi 28

pendengar pada episode ke 12. Penurunan hanya terjadi pada episode ke tiga

dan delapan, namun tidak terlalu signifikan. Berikut data rangkuman pendengar

yang penulis dapatkan dari shoutcast administrator:

NO EPISODE LISTENER
1. 1 17
2. 2 19
3. 3 18
4. 4 19
5. 5 19
6. 6 21
7. 7 22
8. 8 21
9. 9 25
10. 10 26
11. 11 27
12. 12 28
Tabel 2

Untuk lebih jelasnya, data di atas dapat diwujudkan dalam berikut bentuk
ini:

grafik

LISTENER STREAMING

30

25
20
LIST

15 Series1

10
5

0
12345678910 11 12
EPISODE

Grafik 1

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Sementara itu, pengukuran secara kualitatif dapat dilihat dari respon

pendengar dalam beragam bentuknya, seperti masukan, kritik, apresiasi, bahkan

permintaan untuk putar ulang program. Untuk program RDS Review, penulis

juga membuka kesempatan bagi pendengar untuk memberikan masukan atau

respon terkait sajian program tersebut dengan meminta pendengar mengirimkan

respon atau aspirasinya itu melalui sms ke nomor 0271 702 7182. Namun, selain

sms, respon biasanya juga diberikan pendengar melalui telepon maupun media

online atau situs jejaring sosial seperti facebook dan yahoo messenger.

Selama perjalanan 3 bulan RDS Review terhitung mulai bulan Maret

hingga Mei 2011, penulis mendapati banyak masukan, kritik, bahkan

permintaan putar ulang program. Diantara episode yang banyak diminta oleh

pendengar untuk diputar ulang adalah episode 7 (Feminisme, Gerakan Kurang

Iman?), episode 8 (NII KW 9, Menegakkan Negara, Merobohkan Agama),

episode 10 (Dunia Pasca Osama), dan episode 12 (Jerat-Jerat Untuk Sang

Ustad). Berikut penulis kutipkan contoh respon yang diberikan oleh pendengar

terkait program RDS Review.

“Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaykum RDS. Saya adalah

satu dari sekian orang yang pernah masuk jaringan NII. Dulu saat usia

saya 16 tahun di tahun 1996, kurang lebih 1 tahun hingga sayapun keluar

saat hendak berbaiat. Dari sekian teman yang hendak baiat, saya adalah

orang yang sering melawan argumen dari pimpinan yang saat itu di

Salatiga. Cara awal mereka mempengaruhi pola pikir kami cukup kritis,

tapi jauh di hati kecil kami menolak. Mengapa di saat saya ingin

memahami islam yang sebenarnya justru semakin jauh saya melangkah

commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

semakin resah jiwa saya. Dalil - dalil yang dilontarkan dari ayat-ayat Al-

Qur’an oleh mereka semakin memenjarakan jiwa saya. Waktu terus

berlalu, hingga suatu saat saya masih duduk di bangku SMU, di sebuah

jalan raya, saya melihat kembali sosok laki-laki yang dulu hendak

membaiat saya. Kepada RDS saya ceritakan pengalaman hidup ini dalam

menggapai hidayah diennul islam. Syukron.” (Dikirim oleh pendengar

dengan nomor handphone 0878 3453 7823 pada RDS Review episode

“NII KW 9, Menegakkan Negara, Merobohkan Agama”)

“Barusan mendengarkan review tentang osama. Suka isinya, tapi

nggak suka sama lagu backsoundnya. Apa nggak haram tuh?” (Dikirim

oleh pendengar dengan nomor 0858 4238 2212 pada RDS Review

episode “Dunia Pasca Osama”)

E. Marketing

Selain melakukan penggarapan program yang akan di on airkan, tak

lupa penulis juga melakukan upaya marketing program. Marketing yang

berfungsi untuk memasarkan program atau mudahnya menjaring sponsor untuk

mendukung keberlangsungan program secara khusus dan keberlangsungan radio

secara umum adalah sangat penting. Sebuah media selain harus pandai

mengemas dan membuat inovasi program acara yang disajikan kepada audience,

juga dituntut mampu memasarkan produknya itu supaya mendapatkan

sponsorship untuk menopang keberlangsungan dan kemajuan media tersebut.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Idealnya, sebuah media harus memiliki pemisahan yang jelas antara

bagian redaksi dengan marketing. Tujuannya, supaya independensi pemberitaan

atau penyampaian informasi yang dilakukan oleh pihak redaksi media

bersangkutan tidak terpengaruh dengan masalah kepentingan pemodal, ataupun

sponsorship. Karena itulah, biasanya jika ada liputan tentang suatu produk tertentu

dari sponsorship, akan dimasukkan dalam kategori liputan atau laporan khusus

dan disampaikan kepada audience bahwa liputan itu merupakan advertorial.

Idealisme media yang memiliki sifat kritis, membela kebenaran,

menentang segala bentuk penindasan dan kedzoliman, seharusnya tidak

terpengaruh oleh kepentingan pemodal. Namun, dalam kenyataannya, seringkali

idealisme itu harus kandas karena apa yang seharusnya disampaikan kepada

audience menjadi terhalang karena berkaitan dengan kepentingan pemodal,

sponsorship. Terlebih jika informasi itu akan membongkar aib dari pihak yang

selama ini menjadi sponsorship atau pemilik (owner) media itu.

Terkait dengan sponsorship untuk program RDS Review, penulis

berupaya mendapatkan sponsor yang sekiranya tidak akan mempengaruhi

kebijakan maupun independensi redaksi. Dan Alhamdulillah setelah melakukan

penawaran kerjasama sponsorship kepada beberapa pihak, akhirnya penulis

mendapatkan dua perusahaan yang bersedia menjadi sponsor dalam program

RDS Review.

Dalam pengajuan penawaran kerjasama sponsorship, ada tiga bentuk

kerjasama yang penulis ajukan dengan kompensasi masing-masing. Ketiga bentuk

kerjasama itu adalah:

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

1. Sponsor Tunggal (blocking time)

Dalam kesepakatan sponsor tunggal atau sponsor penuh ini, satu

pemasang iklan membayar untuk keseluruhan program siaran (a single

advertiser paid for an entire program). Artinya, tidak ada sponsor lain

yang ikut bergabung di program acara RDS Review ini. Pada bentuk

kerjasama ini, pihak sponsor mengeluarkan biaya sebesar: Rp

4.970.000,00 untuk periode program tiga bulan on air. Sebagai

kompensasinya, pihak sponsorship akan mendapatkan space iklan

dengan durasi total 12 menit selama pemutaran program RDS Review.

Selain itu, pihak sponsor juga akan disebutkan sebagai pihak pendukung

atau sponsor acara dalam radio ekspose yang diputar minimal selama

empat kali dalam setiap hari.

2. Sponsor Bersama (air time sharing)

Dalam kesepakatan sponsor bersama ini, beberapa pemasang

iklan secara patungan atau bersama-sama menjadi sponsor suatu program

siaran dengan membagi waktu iklan menjadi beberapa bagian.

Mekanisme ini disebut juga dengan air time sharing. Dengan kata lain,

dalam bentuk kerjasama sponsorship ini, pihak pemberi sponsor

mendanai sebagian dari total keseluruhan program RDS Review. Pada

bentuk kerjasama ini, pihak sponsor mengeluarkan biaya sebesar: Rp

2.485.000,00 untuk periode program tiga bulan on air.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

Sebagai kompensasinya, pihak sponsorship akan mendapatkan

space iklan dengan durasi yang dibagi sama untuk masing-masing

sponsor selama pemutaran program RDS Review. Selain itu, pihak

sponsor juga akan disebutkan sebagai pihak pendukung atau sponsor

acara dalam radio ekspose yang diputar minimal selama empat kali

dalam setiap hari.

3. Sponsor Pengganti (alternating sponsorship)

Dalam bentuk kerjasama sponsorship ini, beberapa pemasang

iklan yang tidak saling bersaing (noncompetitive company) bekerja sama

untuk bergantian menjadi sponsor suatu program siaran untuk

mengurangi biaya iklan.

Bentuk kerjasama alternating sponshorsip, sama dengan bentuk air

time sharing. Hanya saja, pada bentuk kerjasama ini, pihak sponsor satu

dengan lainnya akan diberi kesepakatan untuk bergantian memunculkan

iklan produknya pada setiap episode program RDS Review. Misalnya,

untuk iklan sponsor A akan ditayangkan pada episode pekan ini. Untuk

pekan berikutnya, iklan sponsor B yang akan dimunculkan. Begitu

seterusnya. Pada bentuk kerjasama ini, pihak sponsor mengeluarkan

biaya sebesar: Rp 2.485.000,00 untuk periode program tiga bulan on air.

Sebagai kompensasinya, pihak sponsorship akan mendapatkan

space iklan dengan durasi yang dibagi sama untuk masing-masing

sponsor dengan sistem bergantian antara satu episode dengan episode

lainnya. Selain itu, pihak sponsor juga akan disebutkan sebagai pihak

pendukung

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

atau sponsor acara dalam radio ekspose yang diputar minimal selama

empat kali dalam setiap hari.

Setelah menawarkan kerjasama sponsorship kepada beberapa

perusahaan, penulis akhirnya berhasil menjaring dua sponsor untuk periode tiga

bulan on air program RDS Review. Kedua sponsor menyepakati bentuk kerjasama

sponsor bersama (air time sharing). Sponsor yang penulis maksud adalah:

1. Perusahaan Batik Wulan Asih yang berlokasi di kawasan Dewutan,

Pasarkliwon, Solo.

2. Penerbit Gazza Media yang berlokasi di jalan Prof. Dr. Soeharso Gg.

Anggur VI No. 6 Jajar Solo.

Realisasi Anggaran Keuangan

A. Pendapatan

1. Sponsorship Penerbit Gazza Media : Rp 2.785.000,00

2. Sponsorship Pabrik Batik Wulan Asih : Rp 2.785.000,00 +

Rp 5.570.000,00
B. Pengeluaran

1. Biaya Produksi Promo (Radio Ekspose)

a. Kreatif : Rp 70.000,00

b. Produksi : Rp 50.000,00

c. Mixing + Copy : Rp 50.000,00 +

Jumlah biaya produksi promo : Rp 170.000,00

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

2. Biaya Produksi Program

a. Biaya Peliputan

1) Fee Reporter : Rp 80.000,00

2) Pencarian data & script writer: Rp 150.000,00 +

Jumlah Biaya Peliputan : Rp 230.000,00

b. Biaya Peralatan

1) Kaset Tape : Rp5.000,00

2) Telpon : Rp50.000,00 +

Jumlah Biaya Peralatan : Rp 55.000,00

c. Biaya Produksi

1) Fee Announcer : Rp 50.000,00

2) Editing dan Mixing : Rp 50.000,00 +

Jumlah Biaya Produksi: Rp 100.000,00+

Total Biaya (satu episode) : Rp 385.000,00

Biaya produksi 3 bulan


(12×385.000) : Rp 4.620.000,00 +

Total Biaya Produksi Promo &


Program RDS Review : Rp 4.790.000,00

C. Neraca

1. Pendapatan : Rp 5.570.000,00

2. Pengeluaran : Rp 4.790.000,00 _

Surplus : Rp 780.000,00

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menjalani serangkaian proses pembuatan program RDS

Review mulai dari perencanaan atau pengkonsepan program hingga proses

produksi yang telah berjalan selama lebih dari tiga bulan, penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Program dokumenter radio dapat menjadi salah satu alternatif inovasi

program pemberitaan pada stasiun radio yang memiliki divisi

pemberitaan (news). Program semacam ini juga dapat dijadikan sarana

menyampaikan nilai-nilai Islam kepada pendengar. Sehingga

penyampaian nilai keislaman tidak selamanya harus dilakukan dengan

format kajian.

2. Produksi program dokumenter radio bukanlah perkara mudah. Selain

menghabiskan banyak waktu, biaya, dan tenaga, juga diperlukan

ketelitian dan kecermatan sejak proses awal hingga akhir. Meski

begitu, memproduksi dokumenter radio adalah suatu hal yang

menyenangkan. Ada kepuasan tersendiri yang tidak dapat dirasakan

kecuali oleh mereka yang menjalani proses ini.

3. Dari beragam respon atau tanggapan yang diberikan oleh pendengar

terhadap sajian program RDS Review, penulis berkesimpulan bahwa

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

program ini direspon dengan positif oleh pendengar. Beragam masukan

yang disampaikan lewat telepon maupun secara langsung oleh pendengar

turut memperkuat kesimpulan itu. Hanya saja penulis juga

beranggapan perlu adanya perbaikan baik dari sisi isi (content) maupun

pengemasan program supaya dapat lebih berkesan di benak pendengar.

Beragam inovasi juga perlu terus dilakukan untuk menghindari

kebosanan dari para pendengar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada:

1. Manajemen RDS FM

Perlu adanya upaya pengembangan dan inovasi dalam pembuatan

program pada RDS FM, salah satunya dengan pembuatan program

dokumenter radio. Hal ini penting sebagai sarana penyampaian

informasi kepada umat. Penulis menyarankan supaya program RDS

Review dapat semakin dikembangkan dengan tampilan yang lebih

menarik dan kualitas isi yang lebih berbobot namun mudah dicerna

oleh pendengar.

2. Pengelola Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS

Penulis juga menyarankan kepada pengelola Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP UNS, untuk menjadikan dokumenter radio sebagai

salah satu bentuk penugasan yang masuk dalam kurikulum spesialisasi

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

radio, sehingga para mahasiswa yang mengambil spesialisasi radio

dapat memahami dengan sebenar-benarnya apa dan bagaimana

dokumenter radio.

3. Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS

Penulis juga berharap ke depan akan ada mahasiswa yang tertarik

untuk mengambil Tugas Akhir radio sebagai syarat mendapatkan

gelar sarjana strata satu bidang ilmu komunikasi. Salah satunya

dengan melakukan pengembangan pembuatan program dokumenter

radio. Meskipun selintas tampak berat dan memakan banyak waktu

serta menghabiskan banyak biaya dan tenaga, namun kemampuan

menikmati proses adalah suatu kelebihan. Penulis merasakan ada

kepuasan tersendiri manakala program yang dengan susah payah

diproduksi dapat di on airkan dan mendapat tanggapan positif dari

pendengar.

Adanya anggapan bahwa mahasiswa yang mengambil Tugas

Akhir atau TA akan mengeluarkan lebih banyak biaya tak selamanya

benar. Buktinya, dalam produksi program dokumenter radio ini,

penulis tak mengeluarkan uang sedikitpun, namun justru mendapatkan

pemasukan.

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.i

commit to user

Anda mungkin juga menyukai