Anda di halaman 1dari 23

KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN, MANAJEMEN LABA, KONSEKUENSI

EKONOMIS LAPORAN KEUANGAN

KASUS PT INDOFARMA Tbk.

MAKALAH

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Fitria Nurhapizah ( 2110247612 )


2. Irma Irdayanti ( 2110247613 )
3. Jifri Syam ( 2110247579 )
4. Tiofanni. S ( 2110247620 )

Dosen Pembimbing : Dr. Kamaliah, SE, MM, Ak, CA

Fakultas Ekonomi
Jurusan Magister Akuntansi
Universitas Riau
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Saya mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Dr. Kamaliah, SE, MM, Ak, CA, selaku dosen mata kuliah “Pelaporan

Akuntansi Keuangan” yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami

dapat memahami.

Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 25 Februari 2022

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1.
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1. Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan..............................3
2.1.1. Defenisi Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan......................3
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan......................................................................8
2.2. Manajemen Laba..................................................................................9
2.2.1. Definisi Manajemen Laba.......................................................................9
2.2.2. Fungsi Manajemen Laba.......................................................................10
2.2.3. Sasaran Manajemen Laba.....................................................................11
2.2.4. Alasan dilakukan manajemen laba........................................................11
2.2.5. Terjadinya Manajemen Laba................................................................12
2.3 Konsekuensi Ekonomi Laporan Keuangan...........................................12
2.4 Studi Kasus Analisis Kasus PT. INDOFARMA Tbk...........................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................18


3.1 Kesimpulan...............................................................................................18
3.2 Saran.........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pelaporan keuangan merupakan hal yang sangat penting dalam aktivitas sebuah
entitas, karena laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan kepada pihak-pihak eksternal yang akan dijadikan dasar dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Hal ini dapat terlihat pada tujuan laporan keuangan yaitu
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi. Selain itu, Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka.
Setiap entitas harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyajikan laporan
keuangan setiap periodenya baik dalam hal keandalan, materialitas, ataupun kualitas
dari informasi yang terdapat dalam penyajian laporan keuangan. Untuk memiliki
kemampuan yang baik setiap perusahaan harus memahami dan menerapkan standar
akuntansi keuangan yang tertuang dalam PSAK, baik itu mengenai kerangka konseptual
dan pelaporan keuangan, manajemen laba, ataupun konsekuensi ekonomi laporan
keuangan. Dengan adanya PSAK ini diharapkan seluruh entitas yang ada di Indonesia
mampu menerapkan dengan baik dalam menyajikan laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan yang berlaku sehingga semua informasi dalam laporan
keuangan dapat memberikan keyakinan bagi penggunanya dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis (yang terdiri dari 4 orang) ingin
menyusun sebuah makalah dengan judul “Kerangka Konseptual dan Pelaporan
Keuangan, Manajemen Laba. Konsekuensi Ekonomis Laporan Keuangan”. Dalam
makalah ini penulis akan memapaparkan Kerangka Konseptual dan Pelaporan
Keuangan berdasarkan IFRS yang saat ini berlaku di Indonesia, tentang teori
manajemen laba dan analisis kasus studi PT. Indofarma, Tbk sebagai contoh kasus
manajemen laba yang pernah ada, serta konsekuensi ekonomis laporan keuangan.

iv
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimana Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan berdasarakan IFRS
yang saat ini berlaku di Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan Teori Manajemen Laba?
3. Bagaimana konsekuensi ekonomis terhadap laporan keuangan?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan
dalam makalah ini antara lain:
1. Untuk memaparkan Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan sesuai dengan
PSAK berdasarkan IFRS baik untuk lapran keuangan bertujuan umum ( yang
selanjutnya disebut laporan keuangan) (PSAK 01), Laporan Arus Kas (PSAK 02),
Laporan Keuangan Interm (PSAK 03);
2. Untuk memaparkan Teori manajamen laba baik definisi, sasaran, alasan, serta
terjadinya manajemen laba;
3. Untuk memaparkan mengenai konsekuensi ekonomis laporan keuangan baik
definisi, terjadinya ataupun hubungan konsekuensi ekonomi dengan pasar modal.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN


2.1.1 Defenisi Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan
Penyajian laporan keuangan harus disajikan dengan benar dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku agar dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan periode
sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain.
FASB (1978), mendefinisikan kerangka konseptual sebagai suatu sistim yang
koheren tentang tujuan (objective) dan konsep dasar yang saling berkaitan, yang
diharapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten dan memberikan
pedoman tentang jenis, fungsi dan keterbatasan akuntansi dan pelaporan keuangan.
Perlunya kerangka konseptual :
a. Sebagai pedoman dalam menetukan standar akuntansi.
b. Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akuntansi apabila
standar yang sekarang ada tidak mengatur isu-isu yang baru muncul.
c. Sebagai dasar membuat pertimbangan dalam penyajian laporan keuangan.
d. Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagai alternatif metode
akuntansi yang ada.
Sebelum mempelajari mengenai kerangka konseptual, terdapat beberapa istilah
yang perlu dipahami, antara lain sebagai berikut :
1. Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai ’laporan
keuangan’) adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pengguna laporan.
2. Ketidakpraktisan. Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis jika
entitas tidak dapat menerapkannya setelah melakukan usaha yang memadai.
3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang
disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia,
yang terdiri dari:
(a) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK);
(b) Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).
vi
4. Material. Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-
pos laporan keuangan adalah material jika, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersamasama, dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan
keuangan. Materialitas tergantung pada ukuran dan sifat dari kelalaian dalam
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat tersebut dengan memerhatikan
kondisi terkait. Ukuran atau sifat dari pos laporan keuangan tersebut, atau
gabungan dari keduanya, dapat menjadi faktor penentu penilaian apakah suatu
kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat dapat
memengaruhi keputusan ekonomi dari pengguna laporan, dan dengan demikian
menjadi material, membutuhkan pertimbangan mengenai karakteristik dari
masing-masing pengguna laporan tersebut.
5. Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi
tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan
pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan
memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan
keuangan tersebut dan informasi mengenai pospos yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam laporan keuangan.
6. Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk
penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan
pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya.
7. Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas.
8. Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-
komponen pendapatan komprehensif lain.
9. Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasi ke bagian laba rugi
periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lain
pada periode berjalan atau periode sebelumnya.
10. Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang
dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan
dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
Berikut merupakan diagram kerangka konseptual pelaporan keuangan,
vii
Gambar 1.1

Menurut IFRS kerangka konseptual dibagi menjadi 3 level :


1. First Level merupakan basic objective
2. Second Level merupakan karakteristik keuangan dan Unsur Iaporan keuangan
3. Third Level merupakan Recognition, measurement, and disclosure concepts
1. First Level
Basic objective berguna untuk memberikan informasi keuangan tentang entitas
pelapor yang berguna untuk investor sekarang dan potensial, lenders dan kreditur lain
dalam pengambilan keputusan dalam kapasitasnya penyedia modal.
viii
2. Second Level
a. Karakteristik kualitatif
IASB mengidentifikasi karakteristik kualitatif informasi akuntansi untuk
membedakan informasi yang lebih baik (lebih berguna) dan lnformasi yang inferior
(kurang bermanfaat) untuk keperluan pembuatan keputusan.
Fundamental qualities:
a) Relevance:  
Predictive Value : membantu meramalkan hasil-hasil yang akan
diperoleh di masa-masa yang akan datang.
Confirmatory Value : membantu mengkonfirmasi kebenaran ekpektasi
sebelumnya.
b) Reliability
Completeness: menyajikan semua informasi yang penting untuk
memenuhi kriteria penyajian secara wajar.  
Neutrality: informasi laporan keuangan tidak dibuat atas dasar
kepentingan salah satu pihak.  
Free from error: informasi laporan keuangan bebas dari kesalahan.
Enhancing qualities:
c) Comparability: Laporan keuangan harus dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan dari perusahaan lain yang sejenis atau dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau juga
sering disebut dengan consistency
Verifiability : laporan keuangan harus dapat diverifikasi oleh akuntan-
akuntan lain dengan metode-metode yang sama, dapat diuji.
Understandability: Harus dapat dipahami oleh orang-orang yang
mengerti masalah akuntansi dan bisnis atau oleh orang-orang yang
ingin mempelajari dan menganalisa informasi yang disajikan.
b. Unsur-unsur laporan keuangan  
1) Assets : manfaat ekonomi masa datang
2) Liabilities : pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan
datang 
ix
3) Equity and net assets : nilai sisa antara selisih assets dan liabilities
4) Revenues : aliran masuk atau perluasan assets
5) Expenses : aliran keluar atau penggunaan/penghabisan assets
3. Third Level  
Recognition, measurement, and disclosure concept
a. Asumsi Dasar
Economic entity : Perusahaan merupakan entitas ekonomi yang terpisah dan
berbeda dari pemiliknya dan unit bisnis lainnya.
1) Going concern : Perusahaan dianggap sebagai entitas yang memiliki
kelangsungan hidup yang berkelanjutan sehingga perencanaan atas
pembuatan laporan keuangan masa kini dan yang akan datang
dilaksanakan terus-menerus.
Monetary unit : uang adalah common denominator
Periodicity : Untuk tujuan laporan keuangan, sebuah entitas bisnis dibagi
ke dalam periode-periode akuntansi.
2) Accrual basis of accounting: transaksi dicatat dalam periode di mana
peristiwa terjadi.  
b. Prinsip Dasar
Measurement
1) Cost – harus disajian secara wajar dari jumlah yang dibayarkan untuk
barang yang diterima.
2) Fair value - jumlah nilai dimana aset dapat ditukarkan antara pihak-
pihak yang berpengetahuan dan bersedia dalam arm‘s length transaction.
lASB telah mengambil langkah yang memberikan perusahaan pilihan
untuk menggunakan nilai wajar sebagai dasar untuk pengukuran aset
keuangan dan kewajiban keuangan.
3) Revenue recognition
Pendapatan harus diakui apabila kemungkinan besar bahwa manfaat
ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan pengukuran dapat
dilakukan secara andal.
4) Expense recognition
x
Pengeluaran atau penggunaan aset atau menimbulkan kewajiban (atau
kombinasi dari keduanya) selama periode sebagai akibat dari penyerahan
atau produksi barang dan / atau memberikan jasa.
5) Full disclosure
Memberikan informasi yang penting dalam jumlah cukup yang dapat
mempengaruhi penilaian dan keputusan dari pengguna informasi.
c. Constraint
1) Biaya: biaya dan penyediaan informasi harus mempertimbangkan
manfaat yang dapat ditimbulkan dari menggunakannya.
2) Materialitas : suatu item dianggap material jika dimasukkannya atau
kelalaian memasukkannya  akan mempengaruhi atau mengubah
penilaian dari orang yang menggunakannya.
3) Timeliness: laporan keuangan disajikan secara tepat waktu yaitu sebelum
keputusan akan dibuat.

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan


Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2015), laporan keuangan merupakan
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu entitas. 
Dengan kata lain, laporan keuangan adalah catatan tertulis yang menyampaikan
kegiatan bisnis dan kinerja keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan sebuah
perusahaan sering diaudit lembaga tertentu untuk memastikan keakuratan laporan,
terutama urusan pajak, pembiayaan atau investasi. 
Dengan begitu pentingnya laporan keuangan, maka dibuat aturan laporan
keuangan secara umum dengan dikeluarkannya aturan PSAK 1. Aturan PSAK 1 juga
dibuat agar setiap penyajian laporan keuangan dapat selalu dibandingkan dari satu
periode ke periode lain ataupun dari suatu perusahaan ke perusahaan lain.
Laporan keuangan menyajikan informasi seperti aset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, serta kontribusi dan
distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas.
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi

xi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi:
a. aset;
b. liabilitas;
c. ekuitas;
d. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
e. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik;dan
f. arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa
depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2.2 MANAJEMEN LABA


2.2.1 Definisi Manajemen Laba
Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam
batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas
General Accepted Accounting PrinciSP (GAAP).
Menurut sugiri (1998:1-18) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu:
1. Definisi Sempit.Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode    akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini
didefinisikan sebagai perilaku manajer  untuk bermain dengan komponen
discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba.
2. Definisi Luas. Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha
dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan
(penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
xii
Pengertian manajemen laba oleh Merchan (1989) dalam Merchan dan Rockness
(1994) didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai
keuntungan ekonomis  (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami
perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan. 

2.2.2 Fungsi Manajemen Laba


Beberapa fungsi dari manajemen laba diantaranya sebagai berikut:
1. Memantau Laporan Laba Rugi Secara Terus-Menerus
Laporan laba rugi dihasilkan secara mingguan, bulanan, triwulanan, atau
tahunan berdasarkan prosedur operasi standar perusahaan. Laporan laba
rugi mencerminkan pertumbuhan atau penurunan perusahaan untuk bertahan
hidup secara finansial, serta hasil dari proses kompetitif perusahaan, selama
periode tertentu (kuartal, bulan, atau tahun fiskal).Data laba rugi perusahaan
menunjukkan indikator seperti pendapatan, pengeluaran, dan laba bersih, atau
rugi bersih jika pengeluaran melebihi pendapatan. Pendapatan berkisar dari
pendapatan operasi dan pendapatan bunga hingga uang tunai yang dihasilkan
dari investasi atau dalam usaha patungan dengan perusahaan lain.
2. Menggabungkan Pemantauan Laporan Laba Rugi dan Pengeluaran Kas
Manajemen laba yang efektif menunjukkan bagaimana perusahaan menghemat
uang, menumbuhkan uang tunai yang ada, dan menghindari kehancuran
finansial. Ini harus dikelola atau dikendalikan secara efisien. Pengeluaran harus
dipantau. Dikombinasikan dengan laporan laba rugi, manajemen laba ini
membantu bisnis menghemat uang selama bulan-bulan yang masa sulit, dan
memiliki daya beli pada bulan-bulan yang kuat untuk berinvestasi dalam produk
bisnis baru, infrastruktur, teknologi, tenaga kerja atau aspek apa pun yang
diperlukan untuk pertumbuhan bisnis.
3. Tim Outsource untuk Manajemen Laba
Bermitra dengan mitra solusi keuangan dan akuntansi untuk membangun tim
pembukuan dan akuntan publik bersertifikat untuk menghasilkan laporan secara

xiii
ketat dari sudut pandang akuntansi dapat memberikan perspektif yang berbeda
kepada manajer.
Tim juga dapat membantu mengembangkan formula strategi bisnis untuk
membantu pemilik bisnis memahami cara meningkatkan atau menghasilkan
lebih banyak keuntungan.

2.2.3 Sasaran Manajemen Laba


Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat  unsur-unsur laporan keuangan yang dapat
dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
a. Kebijakan Akuntansi. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan
akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan
akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat
berlakunya kebijakan tersebut.
b. Pendapatan. Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
c. Biaya. Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai
suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment).

2.2.4 Alasan dilakukan manajemen laba


a. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
manajer. Manajemen laba berhubungan eratdengan tingkat perolehan laba atau
prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba
dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan
diterima oleh manajer.
b. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
Perusahaan yang terancam  default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan
membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan
demikian akan memberi posisi  bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau
penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
c. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama
pada perusahaan go publik pada saat IPO.

xiv
2.2.5 Terjadinya Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan
cara-cara sebagai berikut:
a. Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba
melalui kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang
dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi
merupakan wewenang dari para manajer.
b. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib
diterapkan oleh suatu perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih awal atau
menunda sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
c. Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu
dari sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh
badan akuntansi yang ada (GAAP).

2.3 KONSEKUENSI EKONOMI LAPORAN KEUANGAN


Economic consequences adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun
bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori
pasar modal efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi
ekonomi bagi pamakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung
mempengaruhi aliran kas perusahaan.
Zeff (1978) mendefinisikan economic consequences sebagai dampak laporan
akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditor.
Esensi definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect)
keputusan nyata oleh manajer dan pihak lain, tidak hanya sekedar menggambarkan
(reflecting) hasil keputusan yang dibuat.
Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi dalam pemilihan kebijakan akuntansi
merupakan hal penting karena beberapa alasan :
1. Konsep itu sendiri merupakan hal yang menarik.
2. Usul bahwa kebijakan akuntansi bukan merupakan persoalan,
bertentangan dengan pengalaman akuntan.

xv
3. Hadirnya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan mengapa
konsekuensi ekonomi tersebut ada.
Esensi dari economic consequences adalah bahwa kebijakan akuntansi dan
perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter),
terutama permasalahan bagi manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut merupakan
permasalahan bagi manajemen, kebijakan akuntansi juga permasalahan bagi investor
yang memiliki perusahaan karena manajer dapat mengubah hasil operasi perusahaan
sesungguhnya dengan melakukan perubahan kebijakan akuntansi.
Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti
kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract).
Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang penting
bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan kebijakan
akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari perusahaan. Alasan
lain munculnya konsekuensi ekonomi adalah karena :
a Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti
kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt
contract).
b Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang
penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa
pilihan kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dalam
dari perusahaan
c Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori
pasar modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila
perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan.
d Economic consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas
perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut
tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic
consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien. Teori akuntansi
positif (PAT) adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences.
Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori
pasar modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila
xvi
perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic
consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan
akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara
langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic consequences merupakan salah satu
anomali pasar modal efisien. Teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory/PAT)
adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences.
PAT adalah teori yang berkaitan dengan prediksi tindakan atas adanya pilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer merespon suatu standar baru.
Komponen PAT meliputi:
1. Bonus Plan Hypothesis
2. Debt Covenant Hypothesis
3. Political Cost Hypothesis
Bonus Plan Hypothesis – Manajer yang memiliki program bonus akan memilih
kebijakan akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode
sekarang.
Debt Covenant Hypothesis – Semakin dekat perusahaan terhadap pelanggaran
kovenan utang berbasis akuntansi, semakin mungkin manajer memilih prosedur
akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode sekarang.
Political Cost Hypothesis – Semakin besar biaya politik yang dihadapi
perusahaan, semakin mungkin manajer memilih prosedur akuntansi yang menggeser
laba periode sekarang ke periode yang akan datang.

2.4 STUDI KASUS ANALISIS KASUS PT. INDOFARMA Tbk


Kasus Indofarma ini bermula saat perusahaan yang memproduksi 80% (delapan puluh
persen) obat generik itu mengalami kerugian sebesar Rp. 20,097 (dua puluh koma
Sembilan puluh tujuh) miliar pada akhir tahun 2002. Padahal hingga kuartal III tahun
yang sama, laba bersih Indofarma mencapai Rp. 88,57 (delapan puluh delapan koma
lima puluh tujuh) miliar Kerugian ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari kekeliruan
yang dilakukan oleh manajemen pada tahun tahun sebelumnya yang pada akhirnya
berdampak pada tahun-tahun berikutnya.
Faktor penyebab kerugian itu menurut manajemen Indofarma :

xvii
1. Adanya Perubahan Regulasi pemerintah.
2. Persaingan yang semakni ketat antar produsen obat
3. Komposisi portofolio produk yang sangat bergantung pada obat generic
4. Pengembangan 40 (empat puluh) jenis obat-obat ethical yang berharga murah
dengan merek (low-price branded generic)
5. Inefisiensi produksi yang disebabkan oleh kapasitas menganggur (idle capacity)
dari fasilitas produksi
6. Sejak tahun 2000 Perusahaan mendirikan anak perusahaan yaitu PT. Indofarma
Global Medika (IGM) yang menjadi distributor untuk semua produk Indofarma
7. Adanya Peningkatan persediaan (obat jadi, bahan baku, alat-alat kesehatan dan
Iain-lain) tapi tidak melalui perencanaan yang baik dan juga tidak didukung oleh
kebutuhan atau daya serap pasar khususnya alat-alat kesehatan.
8. Beban usaha mengalami peningkatan sebesar Rp. 183,88 (seratus delapan puluh
tiga koma delapan puluh delapan) miliar yang juga mendorong meningkatnya
kerugian ditambah dengan beban bungan pinjaman sebesar Rp. 40,95 (empat puluh
komasembilan puluh lima) miliar.
Adapun tinjauan keuangan PT. Indofarma, Tbk selama 5 tahun yaitu tahun 1999-2003
DESKRIPSI 1999 2000 2001 2002 2003
Penjual Bersih 392,02 493,37 615,43 687,98 498,21
Laba Kotor 182,06 272,54 303,79 123,16 136,84
Laba (Rugi) Usaha 125,92 182,07 172,33 (52,26) (47,05)
Laba (Rugi) Bersih 117,01 110,29 122,54 (59,82) (129,57)
Total Aktiva 487,51 538,17 811,62 810,03 635,96
Aktiva Lancar 421,71 432,79 688,96 647,16 443,65
Aktiva Tidak Lancar 65,80 105,38 122,66 162,87 192,96
Total Kewajiban 239,92 245,61 294,19 412,03 368,01
Kewajiban Lancar 239,92 245,61 289,76 373,22 343,16
Kewajiban Tidak lancer - - 4,43 38,81 24,85
Ekuitas 247,59 292,57 520,84 390,43 260,86
Analisis Kasus

xviii
Awal mula dari kasus ini karena selama 2 (dua) tahun berturut-turut Indofarma
mengalami kerugian yaitu pada tahun 2002 dan 2003. Padahal tahun 2001 perusahaan
farmasi tersebut meraih laba yang cukup besar (lihat tabel 1). Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh Bapepam ternyata telah adanya kesalahan dalam penyajian informasi
di dalam Laporan Keuangan 2001. Kejadian ini merupakan suatu bentuk pelanggaran
terhadap ketentuan Pasar Modal (UUPM dan peraturan Bapepam) dan Pedoman Standar
Akuntan Publik (PSAK).
Bahwa di dalam ketentuan Pasar Modal yaitu yang terdapat dalam Pasal 69 ayat (l)
UUPM:
"Laporan Keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum."
Adapun bukti-bukti yang ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Nilai Barang Dalam Proses dinilai lebih tinggi dari nilai seharusnya
(oversteated) dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun
buku 2001 sebesar Rp 28.870.000.000,00. Akibat overstated tersebut, maka
Harga Pokok Penjualan akan understated sebesar Rp 28.870.000.000,00 dan
laba bersih juga akan mengalami overstated dengan nilai yang sama pula.
2. Berdasarkan angka 2 huruf a pearaturan Bapepam nomor VIII.G.7 tentang
pedoman penyajian laporan keuangan disebutkan bahwa “manajemen emiten
atau perusahaan public vertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan”
3. Dalam pedoman standar akuntansi public (PSAK) kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangan khususnya berkaitan dengan materialitas,
paragraph 30 dinyatakan bahwa “….informasi dipandang material kalau
kelalaian mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar
laporan keuangan…”
4. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian alaporan keuangan
khususnya berkaitan engan keandalan, paragraph 31 menyatakan bahwa “….
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (realiabel) informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material
xix
dan dapat diandalkan pemakai sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithfull
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan”.
5. PSAK No 1 Paragaraf 10 bahwa “ laporan keuangan harus menyajikan secara
wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas
perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang
diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan….”
6. Berdasarkan pasal 5 huruf n undang-undang No 8 tahun 1995 tentang pasar
modal dan pasal 64 peraturan pemerintah nomor 45 tahun 1995 sebagaimana
telah diubah dengan peraturan pemerintah no 12 tahun 2004 tentang
penyelenggaraan kegiatan dibidang pasar modal, kepada direksi yang menjabat
pada periode terbitnya laporan keuangan tahun periode 2001 diberikan sanksi
administrative berupa denda sebesar Rp. 500.000.000,00 dan memerintahkan
kepada direksi PT. Indofarma Tbk untuk :
a. Segera membenahi dan atau menyusun system pengendalian internal dan
system akuntansi perusahaan yang memadai untuk menghindari timbulnya
permasalahan yang sama dikemudian hari. Pembenahan dan atau
penyusunan system pengendalian internal dan system akuntansi perusahaan
tersbut sudah harus diselesaikan selambat-lambatnya pada akhir semester 1
tahun buku 2005.
b. Menyampaikan laporan perkembangan atau pembenahan dan atau
penyusunan system pengendaliaan internal dan system akuntansi perusahaan
tersebut secara berkala setiap akhir bulan kepada BAPEPAM.
c. Menunjuk akuntan public yang terdaftar di BAPEPAM untuk melakukan
audit khusus untuk melakukan penilaian atas system pengendalian internal
dan item akuntansi tersebut apabila perusahaan telah selesai melakukan
pembenahan adan atu penyusunan system pengendalian internal dan system
akuntansi perusahaan. Hasil audit khusus tersebut wajib disampaikan ke
BAPEPAM.

xx
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerangka
konseptual dan pelaporan keuangan dapat diringkas dalam bagan yang menjelaskan 3
level dalam yaitu First Level merupakan basic objective, Second Level merupakan
karakteristik keuangan dan Unsur Iaporan keuangan, Third Level merupakan
Recognition, measurement, and disclosure concepts. Pilihan metode akuntansi yang
secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan
manajemen laba. Tiga alasan manajer melakukan manajemen laba adalah meningkatkan
kepercayaan pemegang saham terhadap manajer, Manajemen laba dapat memperbaiki
hubungan dengan pihak kreditor, menarik investor untuk menanamkan modalnya
terutama pada perusahaan go publik pada saat IPO. Hal ini dapat tercermin dalam kasus
yang pernah terjadi pada PT. Indofarma, Tbk. Teori economic consequences sebagai
dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah,
dan kreditor. Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak
seperti kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt
contract).

3.2 Saran
Penulis berharap dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penulis dapat menerapkan etika, moral, akhlak yang baik sesuai dengan
praktek yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan di dalam penulisan
makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam
uraian-uraian diatas maupun bahasanya dalam penyelesaian karya tulis ini. Untuk itu
besar harapan penulis kepada pembaca untuk mengkoreksi dan memberikan masukan
serta memberikan bimbingan kepada penulis agar kesalahan-kesalahan yang tidak
sesuai dengan penulis uraikan dapat diperbaiki dengan baik dan benar.

xxi
DAFTAR PUSTAKA

Aribowo, Tjiptono. 2012. Teori Akuntansi Normatif dan Positif, (Online),


(http://msa15.blogspot.com/2012/02/teori-akuntansi-normatif-dan-positif.html.,
diakses 27 September 2013)
Erika.2012. A Conceptual Framework for Financial Accounting and Reporting,
(Online), (http://erika0391989.wordpress.com/2012/02/08/a-conceptual-
framework-for-financial-accounting-and-reporting/., diakses 27 September 2013)
IAI. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
Koran Tempo. 2012. Bapepam Temukan Indikasi, (Online),
(http://kumpulanberitalama.blogspot.com/2012/10/korantempo-bapepam-
temukan-indikasi.html., diakses 28 september 2013)
Simbolon, Harry Andrian. 2011. Perbedan Kerangka Konseptual USGAAP dan IfRS,
(Online), (http://akuntansibisnis.wordpress.com/2011/04/07/perbedaan-kerangka-
konseptual-usgaap-dan-ifrs/., diakses 27 september 2013)

xxii

Anda mungkin juga menyukai