LANDASAN TEORI
A. Wirausaha
1. Definisi wirausaha
untuk berani dan siap jika usaha yang dilakukan tersebut belum memiliki nilai
perhatian di pasar, dan ini harus dilihat sebagai bentuk proses menuju
kewirausahaan sejati.
1
Thomas W. zimmerer dan Norman. Scarbrough, Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis
Kecil, Erlangga, Jakarta, (terjemahan) 2005, h. 4.
2
Buchari Alma, Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum, Alfabeta, Bandung, 2008,
h. 24.
13
14
adalah awal dari kesuksesan maka kata-kata ini dipegang teguh oleh
kelemahan yang ia miliki. Kadang kala kita perlu belajar dari kesalahan, dan
manusia diajarkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari,
karena jika ia mengulangi kesalahan yang sama dikemudian hari maka artinya ia
Lebih jauh setiap kesalahan atau kegagalan harus dipelajari apa penyebab
itu terjadi. Karena dengan mempelajari setiap kesalahan atau kegagalan tersebut
maka ilmu bar uterus diperoleh. Sehingga sangat salah jika seseorang terus
apa penyebab itu terjadi. Kesempurnaan sebuah produk pada saat produk itu
diciptakan lebih baik dari produk sebelumnya. Kata-kata seperti ini menjadi kunci
terdiri atas tiga kata: wira,swa, dan sta, masing-masing berarti wira adalah
kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya sendiri; dan sta artinya
berdiri.4
3
Ibid, h.17
4
Ibid.
15
Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat melalui dua pendekatan yaitu
secara mikro dan makro. Secar mikro, wirausaha memiliki dua peran, yaitu
menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, tekhnologi, cara,
merancang tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru,
perusahaan yang baru, dan lain-lain. Secara makro, peran wirausaha adalah
a. Tujuan Kewirausahaan
unggul.
5
Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta,
Salemba Empat, 2008, h. 4
16
b. Manfaat Berkewirausahaan
kecil, dan atau menengah percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih
pengangguran.
patut diteladani.
6
Basrowi, Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011, h. 7
17
sebagai berikut.
Mungkin berupa penyediaan perumahan sederhana yang sehat dan layak pakai
melestarikan sumber daya alam yang terbatas. Pebisnis kini menemukan cara
ekonomi dan sosial dengan harapan untuk dapat menjalani kehidupan yang
lebih baik.
kurang menantang dan tidak ada daya tarik. Hal ini tentu tidak berlaku bagi
dan menyalurkan hobi atau bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang
7
Thomas W. zimmerer dan Norman. Scarbrough, Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis
Kecil, Erlangga, Jakarta, (terjemahan) 2005, h. 8
18
diri. Keberhasilan mereka adalah suatu hal yang ditentukan oleh kreativitas,
antusias, inovasi, dan visi mereka sendiri. Memiliki usaha atau perusahaan
usaha sendiri. Kebayakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya raya, tetapi
empat kali lebih besar peluangnya untuk menjadi jutawan dari pada orang-
orang yang bekerja untuk orang lain atau menjadi karyawan perusahaan lain”.
pengakuan atas usahanya. Pengusaha kecil atau pemilik usaha kecil sering kali
dari pelanggan yang telah dilayani dengan setia selama bertahun-tahun. Peran
sosial dan ekonomi nasional merupakan imbalan bagi para majer perusahaan
kecil.
rasa senang dalam mengerjakannya. Hal yang disarankan oleh pengusaha kecil
memilih masuk dalam bisnis tertentu, sebab mereka tertarik dan menyukai
dirikan usaha yang Anda sukai dan Anda tidak akan pernah merasa terpaksa
harus bekerja seharipun dalam hidup Anda.” Hal yang menjadi penghargaan
2. Para pelaku ekonomi yang terdiri atas para pengusaha kecil dan
koperasi.
8
Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, hlm.
9
20
b. Asas Kewirausahaan
Untuk menjadi seorang wirausaha yang baik dan sukses diperlukan syarat-
3. Harus terampil, berfikir positif, ulet dalam arti analisis harus tepat
9
Basrowi, Op.Cit, h. 9
10
Ibid.
21
5. Karakterisitik Wirausahawan
karakteristik yang relative sama. William D. Bygrave, seperti yang dikutip oleh
11
R.W Suparyanto, Kewirausahaan: Konsep Dan Realita Pada Usaha Kecil, Alfabeta,
Bandung, 2013, h. 12
22
KARAKTERISTIK WATAK
1. Percaya diri dan Memiliki kepercayaan diri yang kuat,
optimis ketidakketergantungan terhadap orang
lain dan individualistis.
2. Berorrientasi pada Kebutuhan untuk berprestasi,
tugas dan hasil berorientasi laba, mempunyai dorongan
kuat, energik, tekun dan tabah,
tekad,kerja keras, serta inisiatif.
3. Berani mengambil Mampu mengambil resiko yang wajar
resiko dan menyukai
tantangan
4. Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah
beradaptasi dengan orang lain, terbuka
terhadap saran dan kritik.
5. Keorisinilan Inovatif, kreatif dan fleksibel.
6. Berorientasi masa Memiliki visi dan perspektif terhadap
depan masa depan.
12
Suryana, Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Salemba
Empat, Jakarta, 2008, h. 24
13
Geoffrey G. Meredith,Kewirausahaan: Teori dan Praktik. Pustaka Binaman Presindo, Jakarta,
1996, 13
14
Ibid,
23
NILAI-NILAI PERILAKU
1. Komitmen Menyelesaikan tugas hingga selesai
2. Resiko moderat Tidak melakukan spekulasi, melainkan
berdasarkan perhitungan yang matang.
3. Melihat peluang Memanfaatkan peluang yang ada
sebaik mungkin.
4. Objektivitas Melakukan pengamatan secara nyata
untuk memperoleh kejelasan.
5. Umpan balik Menganalisis data kinerja waktu
memandu kegiatan.
6. Optimism Menunjukan kepercayaan diri yang
besar walaupun berbeda dalam situasi
berat.
7. Uang Melihat uang sebagai satu sumber
daya, bukan tujuan akhir.
8. Manajemen proaktif Mengelola berdasarkan perencanaan
masa depan.
15
R.W Suparyanto, Kewirausahaan: Konsep Dan Realita Pada Usaha Kecil, Alfabeta,
Bandung, 2013, h. 12.
16
Arthur Kuriloff dan Jhon M.Memphil, Starting and Managing the Small Business, McGraw Hill,
New York, 1993, h 26
17
Suryana, Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Salemba
Empat, Jakarta, 2008, h. 25
24
a. Berwatak luhur.
i. Memperhitungkan resiko.
6. Proses kewirausahaan
18
Basrowi, Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011, h.
10
25
Proses aktual itu sendiri memiliki empat fase khusus, yaitu sebagai
berikut:
Evaluasi peluang merupakan elemen penting yang paling kritikal dari proses
peluang bisnis: Para konsumen, Serikat dagang, Para anggota sistem distribusi
sumber daya yang dimiliki. Dalam konteks ini, bukan saja perlu diidentifikasi
19
Basrowi hlm: 16.
20
Robert D. Hisrich, Dkk, Kewirausahaan, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta, 2008, Hlm
:14
27
orang sehingga orang akan melakukan apa saja untuk mencapainya. Dalam
mencapai keberhasilan tersebut perlu diketahui faktor apa saja yang dapat
21
suryana hlm. 64
28
dan kurang stabilnya keuangan, tingkat kematian bisnis kecil lebih tinggi
22
Thomas norman kamaru h. 39
29
bekerja di toko pakaian. Hal ini akan memberikan pengalaman praktis dan
yang ingin membuka restoran bekerja dulu untuk sebuah jaringan nasional
berdasarkan idenya untuk sebuah restoran, dan setelah hampir lima tahun,
atas berbagai operai fisik usaha tersebut dan kemampuan konseptual yang
23
Bruce G. Posner, Why Companies Fail, Inc, Juni, 1993, h. 102
30
kecil membuat kealahan pada awal binis mereka dengan hanya “bermodal
sangat optimis dan sering salah menilai uang yang dibutuhkan untuk terjun
yakin bahwa laba merupakan hal terpenting dalam bisnis baru, tetapi uang
kas adalah sumber daya keuangan paling penting yang harus dimiliki
bagi mereka yang berada pada fase awal yang masih tidak menentu, atau
bangkrut.24
kesalahan yang mirip dengan film klasik yang berjudul Field of Dreams.
Walaupun ide bisa mendatangkan alur cerita film yang hebat, hal tersebut
terus berkembang memerlukan usaha pemasaran yang tak kenal lelah dan
bank.
24
Rob Walker, Starting over after Startup.com, Fortune, 4 Maret 2002, h. 43-44
32
besar. “saya tidak punya waktu” atau “kami terlalu kecil untuk
25
Eugene Carlson, Spreading Your wings, Wall Street Jurnal, 16 Oktober 1992, h. R2
33
bisnisnya.
7. Lokasi yang Buruk. Untuk bisnis apapun pemilihan lokasi yang tepat
merupakan seni dan juga ilmu. Lokasi perusahaan seringkali dipilih tanpa
bisnis baru memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong. Akan tetapi,
sistem point-of-sale yang terkomputerisasi saat ini sangat murah dan dapat
dibeli oleh perusahaan kecil. Sistem ini mencatat secara akurat barang-
barang masuk dan keluar sehingga pemilik perusahaan dapat terhindar dari
masalah persediaan.
biaya pembuatan penyediaan produk dan jasa. Kemudian pemilik bisnis ini
persaingan.26
26
Geoff Williams, Pick Your Spot, Entrepreneur B.Y.O.B, Juni 2002, h. 102-109
35
manajemen, satu hal yang tidak dapat dilakukan dengan baik oleh para
a. Manajemen Kewirausahaan
Para wirausaha menggunakan proses inovasi sebagai alat pemberdayaan
sumber-sumber untuk menciptakan suatu nilai barang dan jasa. Proses inovasi
menjamin bahwa usahanya betul-betul eksis. Bila usaha baru ingin berhasil,
show).
sebagai berikut:
2. Posisikan produk dan jasa baru tersebut pada relung pasar (niche market)
3. Fokuskan barang dan jasa pada relung yang kecil tetapi bisa bertahan.
memodifikasi barang dan jasa untuk menciptakan nilai yang lebih tinggi
yang berbasis pada inovasi. Strategi ini dilakukan dengan mengubah produk
dan jasa yang sudah ada, misalnya mengubah manfaat, nilai, dan arakteristik
ekonomi lainnya. Strategi ini menciptakan inovasi dengan salah satu car
berikut:
1. Menciptakan manfaat.
sendiri.
38
sendiri.
panjang. Tujuan bersifat dapat diukur, dapat dicapai, masuk akal, tepat
27
Thomas W. Zimmere Dkk. Kewirausahaan dan manajemen usaha kecil, h. 162
39
mencapai sasaran dan misinya. Hal tersebut harus berpusat pada pada
apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Riset pasar dibutuhkan
untuk menentukan segmen pasar yang kita tuju dan karakteristik konsumen.
persaingan pasar yang ada. Ada 6 strategi untuk memenuhi permintaan dari
strategi pemasaran.28
28
Basrowi, Op.Cit, h. 135
41
dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat proses dan
hasil bisnis.29
lebih.
dan berbeda.31
kehidupan usaha.32
29
Ahmad Sanusi, Menelaah Potensi Perguruan Tinggi untuk Membina Program
Kewirausahaan dan Mengantar Pewirausaha Muda, Makalah Seminar, KOPMA-IKIP, Bandung,
h. 8
30
Soeharto Prawiro, Peranan Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Wirausaha-
wirausaha Tangguh, Makalah Seminar, PIBI-IKOPIN DAN PNst, Jatinangor, 1997, h. 15
31
Drucker Peter F, Innovation and Entrepreneurship: Practices and Principles,
Penerjemah Rusdi Naib, Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 1959, h. 12
32
Zimmerer W. Thomas dan Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New
Venture Formation, Prentice Hall International, Inc, New Jersey, h. 6
33
Mahmud Yunus, Qaamus „Arabiyun – Andunisiy Jakarta: Hidakarya Agung, 1990,
h.31-32.
42
dengan mengelola sumber daya yang ada, dengan menggunakan cara-cara yang
kreatif dan inovatif untuk menciptakan suatu hasil yang memiliki nilai manfaat
kerja keras haruslah dilandasi dengan iman. Bekerja dengan berlandaskan iman
senantiasa mengingat dan mengharap ridha Allah SWT dalam dinilai sebagai
ibadah. Banyak sekali tuntutan dalam Al-Qur‟an dan Hadits yang mendorong
mempunyai etos kerja yang tinggi. Rasulullah SAW yang mulia dikabarkan
mencium tangan sahabat Saad bin Muadz tatkala melihat tangan Saad sangat
Bila orang yang giat bekerja dipuji, sebaliknya Islam juga sangat mencela
orang malas. Suatu ketika sahabat Umar bin Khattab datang ke masjid diluar
waktu shalat lima waktu. Dilihatnya ada dua orang yang terus menerus berdo‟a di
adalah orang-orang yang malas bekerja sedangkan langit tidak akan menurunkan
yang tidak hanya mencari profit (qimah madhiyah atau nilai materi)
dan sebagainya.
amal perbuatan tidak hanya berorientasi pada qimah madiyah. Masih ada
34
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami Jakarta:
Gema Insani Press, 2002, h. 9.
44
halal dan thayib, bersaing dengan perusahaan atau usaha lain dengan cara
yang sehat dan dapat menjalin hubungan ukhuwah baik dengan karyawan
maupun dengan mitra bisnis yang lain. Qimah ruhiyah berarti perbuatan
keadilan, artinya tidaklah ada bagian dari barang yang dijualnya baik
jujur dan adil pada hakikatnya akan melahirkan kepercayaan (trust) dari
pihak pelanggan.
35
Ibid., h.19.
45
sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; Maka
mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah
Ankabut [29]:17).37
pula urusan spele dalam pandangan Islam, tetapi suatu kewajiban agama
36
Yusuf Qaradhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami (Kairo : Maktabah
Wahbah, 1995), h.161.
37
QS.Al-Ankabut [29]:17.
46
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
d. Prinsip Kehati-hatian
orang lain dengan cara batil. Allah Swt berfirman di dalam QS. al-Nisa‟
[4]: 29:
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
38
QS. At-Taubah [8] : 105
39
QS. Al-Nisa‟ [4]: 29.
47
berusaha karena memiliki banyak alasan dan sebab. Ia wajib bekerja untuk
seseorang yang bertekad untuk mengelola sebuah usaha maka pada hakikatnya
kebutuhan hidupnya.
agar tetap jernih, dan membersihkan tangannya agar tidak menjadi tangan yang
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
Nisa‟[4]:34:
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha besar.41
40
QS. Al-Jumu‟ah [62]: 10.
41
QS. Al-Nisa‟[4]:34.
49
wirausaha juga harus memberikan seseuatu yang baik dan berdampak positif
dan thayib. Sehingga dengan terpenuhinya semua itu usaha yang dijalani
positif di akhirat.
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha
42
QS. Al-Maidah [5]:2.
43
QS. At-Taubah [9]:71
51
satu tujuan utama syari‟ah Islam yang ditegakkan dalam Al-Qur‟an, dan
diserukan oleh para ulama. Diantara ulama tersebut adalah Imam Raghib al-
alasan :
44
QS. Huud [11]: 61.
52
Artinya; 56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
Tidak dapati disangsikan lagi, bahwa ketiga hak tersebut saling berkaitan.
Memakmurkan bumi jika dilakukan dengan niat yang benar, maka akan
menjadi nilai ibadah dan ketundukan kepada Allah SWT, yang pada saat
45
QS. Az-Zariyat [51]: 56.
46
QS. Al-Baqarah [2]:30.
53
Nilai dasar ekonomi Islam adalah seperangkat nilai yang telah diyakini
sebagai ekonomi yang bersifat Rabbani maka Ekonomi Islam mempunyai sumber
dan ibadah. Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai, yang secara
manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya. Nilai moral samahah (lapang dada,
lebar tangan dan murah hati) ditegaskan sebagai prasyarat bagi pelaku ekonomi
untuk mendapatkan rahmat atau kasih dari Tuhan, baik selaku pedagang/pebisnis,
Islam terdiri dari 5 (lima) nilai universal, yaitu: tauhid (keimanan), „adl
Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-proposisi dan
47
Ibid., hlm.153-159.
54
Rincian dari nilai-nilai universal ekonomi Islam tersebut dapat dijelaskan serta
Tauhid merupakan fondasi fundamental ajaran Islam. Bahwa tauhid itu yang
Pertama, ”dunia dengan segala isinya adalah milik Allah Swt dan berjalan
telah ingkar kepada hukum Allah SWT. Implikasi dari status kepemilikan
menurut Islam adalah hak manusia atas barang atau jasa itu terbatas. Hal ini jelas
berbeda dengan kepemilikan mutlak oleh individu pada sistem kapitalis dan oleh
Kedua, ”Allah SWT adalah pencipta semua makhluk dan semua makhluk tunduk
kepada-Nya” (QS. Al-An‟am: 142-145, QS. An-Nahl: 10-16, QS. Faathir: 27-29,
QS. Az-Zumar: 21). Dalam perspektif Islam, kehidupan di dunia hanya dipandang
kenikmatan dengan surga yang abadi bagi mereka yang dikasihi-Nya, sebagai
sesuatu yang sifatnya non materil, yang tidak dapat dijadikan patokan dan tidak
dapat diukur dengan sesuatu yang pasti (absolut), dan ini sulit untuk dimasukkan
48
Muhammad dan Karim, Op.Cit, hlm. 22.
55
atau nikmat dan kekayaan yang diberikan Allah kepada setiap makhluk-Nya
merupakan kuasa dan kehendak Allah semata. Dengan tujuan agar mereka yang
diberi kelebihan nikmat bisa selalu bersyukur kepada Sang pemberi rizki dengan
Ketiga, secara horizontal iman kepada Hari Akhir (kiamat) akan mempengaruhi
perilaku manusia dalam aktivitas ekonomi. Misalnya seorang muslim yang ingin
akibat setelahnya (akibat jangka panjang). Hal ini bermaksud agar setiap individu
sesaat kala itu saja (jangka pendek) akan tetapi ia selalu berfikir akibat baik dan
2. „Adl (Keadilan)
Allah adalah Sang pencipta seluruh yang ada di muka bumi ini, dan ‟adl
(keadilan) merupakan salah satu sifat-Nya. Allah menganggap semua manusia itu
berbuat baik, karena yang menjadi pembeda bagi-Nya hanya tingkat ketaqwaan
setiap individunya. Implikasi prinsip „adl (keadilan) dalam ekonomi Islam ialah:
dan stabilitas ekonomi yang baik.49 Hal ini tersirat dalam QS. Al-An‟am: 152
yang intinya bahwa Allah memerintah kepada manusia agar dapat berlaku adil
dalam segala hal, terutama kepada mereka yang sedang diamanahi kekuasaan dan
3. Nubuwwah (Kenabian)
Karena sifat cinta, kasih, sayang, dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak
bimbingan dari-Nya. Maka dari itu diutuslah para nabi dan rasul sebagai delegasi
yang baik, benar, dan berkah (hayatun thoyyibah) di dunia, dan mengajarkan
kekhilafan (taubah).
Salah satu tugas rasul adalah menjadi model terbaik yang harus diteladani
Muhammad merupakan model yang ideal dalam segala perilaku, termasuk juga di
dalamnya perilaku ekonomi dan bisnis yang seyogyanya dapat diteladani serta
bisnis. Nabi Muhammad juga merupakan nabi terakhir dan nabi penyempurna
dalam ajaran Islam, sehingga tidak heran jika ia memiliki 4 (empat) sifat yang
dalam aktivitas ekonomi dan bisnis karena selain bidang leadership ia juga sangat
49
Karim, Op.cit, hlm. 8-9.
57
Pertama, Siddiq (benar, jujur, valid). Idealnya sifat ini dapat menjadi visi hidup
setiap manusia. Dari sifat siddiq ini akan muncul konsep turunan, yaitu efektivitas
dan efisiensi. Efektivitas dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang tepat (on
time) dan benar (all right), sedangkan efisiensi adalah melakukan aktivitas dengan
benar dan hemat, maksudnya menggunakan teknik dan metode yang tidak
menyebabkan kemubadziran;
dan memiliki sikap penuh tanggung jawab. Kolektifitas dari setiap individu
masyarakat yang kuat. Sifat amanah memiliki posisi yang fundamental dalam
aktivitas ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan tanggung jawab dalam
berperilaku, maka kehidupan ekonomi dan bisnis akan amburadul (tidak stabil).
Sifat ini dapat dijadikan strategi dalam hidup, karena untuk mencapai
setiap individu harus mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan oleh-
Nya. Potensi paling bernilai yang menjadi pembeda manusia dengan makhluk lain
sifat ini dalam aktivitas ekonomi dan bisnis adalah bahwa segala aktivitas
50
al-Diwany, Op.Cit, hlm. 161
58
ekonomi harus dilakukan dengan ilmu atau kecerdasan, dan optimalisasi semua
potensi akal (al-‟aqlu) yang ada untuk mencapai tujuan (goal). Memiliki
kredibilitas dan responsibility yang tinggi saja belum cukup dalam menjalankan
cerdas dan sikap profesionalitas yang mumpuni maka hal ini akan lebih mudah
yang selayaknya dimiliki oleh setiap manusia, karena setiap pribadi beragama
sebagainya.
4. Khilāfah (Pemerintahan)
di dunia ini dengan dianugerahi seperangkat potensi mental dan spiritual oleh
Allah SWT, serta disediakan kelengkapan sumberdaya alam atau materi yang
manusia atau hablum minannas dalam Islam. Fungsi utamanya adalah untuk
menjaga keteraturan interaksi (mu‟amalah) antar pelaku ekonomi dan bisnis, agar
mereka.
59
Implikasi dari prinsip khilāfah dalam aktivitas ekonomi dan bisnis adalah:
kewajiban agar berpola hidup hemat dan sederhana, dan setiap individu memiliki
dengan kebebasan antar sesama manusia sebagai wujud dari hablum minannas.
Semua itu dalam rangka untuk mencapai tujuan syariah (maqāshid as-syariah),
menjaga atau melindungi agama (hifzu ad-din), jiwa (hifzu an-nafs), akal (hifzu
5. Ma‟ād (Hasil)
Pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini untuk berjuang, dari belum bisa
berjalan menjadi bisa berlari, dari belum bisa melafalkan kata-kata menjadi bisa
berbicara, dan masih banyak contoh lainnya. Dalam perspektif Islam dunia adalah
ladang akhirat, maksudnya dunia merupakan tempat bagi manusia untuk mencari
bekal dengan bekerja, beraktivitas, dan beramal shaleh. Kelak amalnya itu akan
Pada prinsipnya perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, dan demikian juga
sebaliknya. Oleh karena itu, ma‟ād bermakna balasan, imbalan, ganjaran. Menurut
Imam Al-Gazhali implikasi konsep ma‟ād dalam kehidupan ekonomi dan bisnis
tersebut bisa didapatkan di dunia dan bisa juga kelak akan diterima di akhirat.
51
Karim, Op.Cit, hlm. 11-12.