Anda di halaman 1dari 5

OBSERVASI BUDIDAYA

SATWA HARAPAN ULAT SUTRA

Ulat sutra adalah salah satu bentuk dari rangkaian siklus hidup kupu-kupu. Kupu-kupu
dibedakan menjadi beberapa family dan salah satunya adalah bombycidae yaitu kupu-kupu
yang dibungkus kokon. Dari keluarga bombycidae ini terdapat jenis kupu sutra atau disebut
dengan bombyx mori yang kokonnya biasa dimanfaatkan untuk benang sutra.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipersiapkan untuk budidaya ulat sutra melalui dari
sarana, bahan dan alat, perlengkapan budidaya serta langkah-langkah membudidayakan ulat
sutra.

I . Sarana Produksi
Alat :
▪ Baskom plastik
▪ Peralatan pembersih
▪ Kotak penetasan
▪ Kotak pemeliharaan ulat
▪ Termometer
▪ Tempat pengokonan
Bahan :
▪ Ulat sutra
▪ Daun Murbei
▪ Kertas paraffin
▪ Kain penutup daun
II. Pemilihan Bibit ulat sutra yang berkualitas

Pemilihan bibit ini harus dilakukan 10 hari sebelum kegiatan budidaya, dan lakukan masa
inkubasi pada telur ulat sutra unggulan agar penetasan bisa seragam. Langkah pertama,
masukkan telur ulat sutra ke dalam kotak yang ditutup dengan kain putih tipis, lalu simpan
kotak di ruangan sejuk dengan kelembapan 75%-85% dan suhu 25°C-28°C. Bila sudah
terlihat bitnik biru pada telur ulat, segera ganti kain putih dengan kain hitam selama 2 hari.

III. Teknik Budidaya Ulat Sutra


Setelah melalukan pemilihan bibit, selanjutnya yaitu teknik atau langkah-langkah dalam
pembudidayaan ulat sutra dari pakan sampai pemanenan.

A. Pemberian Pakan Ulat Sutra denga Daun Murbei


❖ Daun murbei untuk ulat sutera kecil berumur pangkas 1 bulan sedangkan
untuk ulat sutera dewasa berumur pangkas 2 atau 3 bulan.
❖ Tanaman murbei dapat dipanen setelah berumur 9 bulan setelah penanaman.
❖ Dalam pemeliharaan 1 box ulat sutera dibutuhkan sekitar 1000 hingga 1200
kg daun murbei dengan cabang atau 400 hingga 500 kg daun murbei tanpa
cabang.
❖ Jenis unggul daun murbei yang baik untuk ulat sutera adalah Morus alba,
Morus cathayana, Morus multicaulis dan lainnya.
B. Mengawinkan Ulat Sutra
❖ Saat ulat sutra keluar dari kepompongnya, ulat sutra tersebut telah menjadi
ngengat/kupu sutra dewasa, kupu sutra keluar pada pagi hari dan akan kawin
pada hari itu juga, lalu betina akan bertelur pada malam hari atau pagi
berikutnya. Kupu sutra dewasa dipindahkan pada ruangan yang sama dengan
melibatkan seekor betina dan 2 jantan agar dapat melakukan proses
perkawinan. Setelah ngengat betina yang sudah bertelur akan menjadi lemah
dan mati setelah 4-5 hari. Setiap betina menghasilkan 500-700 butir telur ulat
sutra berbobot 60 mg/100 butir.
C. Pemeliharaan Ulat Sutra Kecil
❖ Ulat sutera yang baru menetas didesinfeksi dengan menggunakan bubuk
campuran kaporit dan kapur dengan perbandingan 5:95, lalu beri daun murbei
muda yang telh dipotong kecil kecil
❖ Lalu ulat dipindahkan ke sasag kemudian ditutup dengan kertas parafin atau
kertas minyak. Lakukan pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari.
❖ Ketika ulat sutera mengalami masa istirahat dan pergantian kulit pada setiap
instar, maka berhenti dengan kegiatan pemberian pakan namun taburi dengan
kapur. Pada saat masa ini berlangsung, jendela atau ventilasi ruangan harus
dibuka.
❖ pada saat akhir instar lakukan penjarangan, sesuaikan daya tampung tempat
dengan perkembangan ulat sutera.
❖ Lakukan pembersihan tempat ulat dan pencegahan hama penyakit dengan
teratur.
❖ Penyaluran ulat sutera kecil dari Unit Pemeliharaan Ulat Kecil ke Unit
Pemeliharaan Ulat Besar dilakukan pada pagi atau sore hari saat ulat sedang
tidur pada instar III. Ulat yang akan dipindahkan dibungkus dengan
menggulung kertas alasnya dan kedua sisi kertas alas diikat lalu diletakkan
pada posisis berdiri atar ulat tidak tertekan..
D. Pemeliharaan Ulat Besar
❖ Ulat sutera besar memerlukan ruangan yang lebih luas dengan kondisi yang
sejuk, suhu sekitar 24°C-26°C dan kelembapan 70%-75%.
❖ Daun murbei yang diberikan pada ulat sutera besar utuh dengan cabang dan
penempatan pakan tersebut diselang-selingi secara teratur antara bagian
ujung dan pangkalnya. Pemberian pakannya 3-4 kali sehari
❖ Desinfeksi tubuh ulat dilakukan setiap pagi sebelum pemberian makan
dengan menggunakan campuran kapur dan kaporit (90:10) ditaburi secara
merata
❖ Pada instar 4, pembersihan tempat pemeliharaan dilakukan minimal 3 kali,
yaitu hari ke 2 dan ke 3 serta menjelang ulat tidur
❖ Pada instar 5, pembersihan tempat dilakukan setiap hari
❖ Rak atau sasag ditempatkan tidak menempel pada dinding ruangan dan pada
kaki rak dipasang kaleng yang berisi air dan apabila lantai ruangan
pemeliharaan tidak berlantai semen agar menghindari kelembaban tinggi
maka ditaburi kapur.
E. Proses Pengokonan/Panen
❖ Tanda-tanda ulat sutera yang akan mengokon adalah:
a) Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama sekali
b) Tubuh ulat sutera berubah menjadi bening kekuning-kuningan atau
transparan
c) Ulat cenderung berjalan ke areal pinggir
d) Keluar serat sutra dari mulut ulat.
❖ Kumpulkan ulat sutera tersebut dan masukkan ke dalam alat pengokonan
yang telah disiapkan dengan cara ditabur secara merata. Alat pengokonan
yang baik digunakan antara lain, rotary, Seri frame, pengokonan bambu dan
mukade (terbuat dari daun kelapa atau jerami yang diputar membentuk sikat
tabung).
❖ Pemanenan dilakukan pada hari ke 5 atau 6 sejak ulat sutera mulai membuat
kokon. Ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil lalu dibuang atau
dibakar.
❖ Langkah pengokonan selanjutnya adalah pembersihan kotoran, pemisahan
kokon yang cacat, pengeringan kokon, dan penyimpanan kokon.

IV. Keunggulan Ulat Sutra

Manfaat ulat sutera diambil dari kepompongnya atau kokon nya lalu dibuat menjadi
bahan kain sutra .Harga ulat sutra cukup tinggi, kokon atau kepompongnya memiliki harga
sekitar 20 ribu Rupiah hingga 50 ribu Rupiah per kilogram. Apabila sudah menjadi bentuk
kain maka harga kain sutra pendek harganya bisa mulai dari 400 ribu Rupiah hingga jutaan
Rupiah. Tingkat permintaan kain sutra atau kain sutera maupun benang sutera di Indonesia
masih cukup tinggi dan hal itu belum sepenuhnya bisa dipenuhi pasokannya sehingga kadang
masih sering dilakukan impor kain maupun benang sutra dari luar negeri, biasanya
didatangkan dari china.Tingkat kebutuhan akan benang sutera di Bali bahkan bisa mencapai
10 ton per bulannya. Jadi peluang usaha ini masih cukup besar.

V. Kesulitan Dalam Budidaya Ulat Sutra


❖ keterbatasan lahan untuk menanam pakan ulat sutera merupakan kendala utama.
Sehingga, harus menyesuaikan waktu panen daun murbei (pakan sutera) dan
waktu tebar telur ulat sutera, agar pada saat ulat memasuki instar (ukuran) 5 pakan
bisa tercukupi.
❖ untuk menambah luas lahan daun murbei dibutuhkan biaya yang tak sedikit karena
perlu pupuk organik.
❖ Sektor pemasaran tidak didampingi oleh pemerintah. Ketiadaaan pendampingan,
membawa para pembudidaya ulat sutera ke ambang kebangkrutan. Pembudidaya
hanya menjual hasil panennya dalam kondisi mentah, sehingga harga jualnya
anjlok.
VI. Penghasilan Setiap Sekali Panen
Dalam waktu 25 hari - 32 hari, pemanenan kokon ulat sutra bisa mencapai hingga 20 kg
kepompong mentah. Rata-rata, satu kokon akan menghasilkan benang sutra sepanjang 1
kilometer. Apabila bibit, pakan, cuaca, dan rumah pemeliharaan ulat mendukung, panen bisa
meningkat hingga 40 kg. Masa panennya memang cepat lantaran siklus hidup ulat sutera
sejak bayi hingga masa kawin serta bertelur hanya berlangsung selama satu bulan.
Harga kokon sutra lumayan. Normalnya berkisar Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per kilogram.
Jika sudah diolah menjadi benang, bisa naik hingga 10 kali lipat ketimbang harga kokon.

( Lifi Jevera Simangunsong - 12 and Hasna Inas Sadira – 08)

Anda mungkin juga menyukai