BAB IV
BUDIDAYA SATWA HARAPAN
1.JANGKRIK
2.ULAT SUTRA
3.CACING TANAH
4.BEKICOT
5.KROTO
2.induk jantan:
> selalu mengeluarkan suara mengerik
> membuka sayap atau punggung kasar dan bergelombang
> tidak mempunyai ovipositor di ekor
3.induk betina:
> tidak mengerik
> permukaan sayap dan punggung halus
> ada ovipositor dibawah ekor untuk mengeluarkan telur
2.ulat sutra
*penyiapan sarana dan peralatan
Cara atau terknik budidaya ulat sutra dibagi menjadi lima tahapan.
Tahapan pertama adalah persiapkan kandang kemudian disusul dengan
bibit, pemberian pakan, siklus hidup dan terakhir proses pemeliharaan.
Namun perlu kamu ingat bahwa beternak atau budidaya ulat sutra
merupakan kegiatan yang terbilang menjanjikan dari segi ekonomi. Hal
ini mengingat bahwa harga jual benang sutra sangat tinggi. Dalam
mempersiapkan ternak ulat sutra maka ada 3 poin utama yang menjadi
perhatian khusus dalam persiapan kandang. Yakni, tempat atau lokasi
pemeliharaan kemudian bibit ulat sutra dan terakhir pakan. Dalam hal
lokasi pemeliharaan maka perlu dipersiapkan suatu ruangan yang
terdiri dari rak-rak didalamnya. Dibedakan antara rak ulat sutra muda
dan dewasa, kemudian bahwa ruangan memiliki ventilasi yang baik.
Indikator ventilasi yang baik adalah memiliki jendela. Namun sebelum
sebelum ulat sutra dimasukan dalam kandang maka pastikan juga
ruangan sudah disterilkan dengan pemyemprot larutan kapotit atau
formalin.masing-masing dengan kadar 0,5% dan 3%.
3.cacing tanah
*menyiapkan sarana dan peralatan
Kandang bisa dibuat dari bahan-bahan murah dan mudah didapat
seperti papan bekas,bambu,ijuk,rumbia dan genteng tanah liat. Untuk
kandang permanen peternakan skala besar contohnya berukuran
panjang 1,5m dan lebar 18m dan tinggi 0,45m. didalamnya dibuat
wadah-wadah tempat pemeliharaan seperti rak-rak bertingkat, dan
kandang boleh terbuka tanpa dinding.
Model-model sistem budidaya yang bisa diterankan antara lain, kotak
bertumpuk,rak berbaki,pancing berjajar dan pancing bertingkat.
Pemilihan bibit:
A. pemilihan bibit calon induk untuk skala komersial sebaiknya
menggunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan jumlah yang
besar, tapi skala kecil bisa dicari bibit cacing tanah dari alam, moisalnya
dari lingkungan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan
kotoran hewan.
B.pemeliharaan bibit calon induk
Dalam pola pemeliharaan terbagi menjadi beberapa cara:
1. Cacing tanah dipelihara dalam jumlah banyak sesuai dengan tempat
yang ada,dengan pemilihan cacing tanah yang muda atau yang dewasa.
Jika wadah berukuran panjang 2,5m lebar 1m tinggi 0,3m maka dapat
ditampung sekitar 10.000 ekor cacing dewasa.
2.pemeliharaan dimulai dari jumlah kecil dan jika jumlahnya
bertambah, sebagian dipindahkan kewadah yang lainnya
3.pemeliharaan dengan mengkombinasikan cara a dan b
4.peeliharaan khusus kokon sampai menjadi anak,setelah dewasa
pindahkan ketempat lain.
5.pemeliharaan khusus cacing dewasa untuk bibit
4.bekicot
*menyiapkan sarana dan peralatan
1.perkandangan
walaupun lahan yang diperlukan tidak terlalu luas namun persyaratan
mengenai lembapan&keteduhan perkandangan perlu
diperhatikan,karena dalam aslinya& untuk berkemban biak secara baik
bekicot senang dengan keadaan lembab dan teduh. Kandang didirikan
ditanah kering ,teduh,lembab dengan suhu udara berkisar 25-30
derajat. Cara pemeliharaan bekicot tidaklah sulit. Bisa dilakukan secara
terpisah,artinya bekicot yang kecil dipelihara secara terpisah dari yang
besar. Bisa juga dengan cara campuran, yaitu bekicot kecil dan besar
dipelihara dalam satu kandang. Fungsi kandang itu antara lain untuk
penetasan,pembesaran, dan sebagai kandang induk.
*peralatan
alat-alat yang diperlukan untuk pembuatan kandang antara lain: kayu,
semen, bata pasir, kain kasa dan cangkul
*tahapan-tahapan pemilihan bibit calon induk
jika bibit unggul belum tersedia maka sebagai langkah pertama bisa
digunakan bibit lokal dengan jalan mengumpulkan bekicot yang banyak
terdapat dikebun pisang,kelapa, serta semak belukar. Bekicot yang baik
dijadikan bibit adalah yang tidak rusak/cacat ysng sementara waktu dan
yang besar dengan berat 75-100 gram/ekor.
5.kroto
*penyiapkan sarana dan peralatan
1. Lahan/tempat, untuk lahan tidak memerlukan tempat luas. Tidak
terkena matahari langsung, tidak kena hujan, cukup udara. Bisa diteras
depan rumah atau didalam rumah
2.toples/botol plastik, ukuran toples bisa menggunakan ukuran 1
liter/kg, 2,5liter/kg,I liter/kg sesuaikan dengan dana anda. Kalau bisa
tidak beli, manfaatkan barang bekas yang sudah tidak dipakai lagi
3.rak kayu susun/nampan pilih salah satu untuk menempatkan toples
kroto. Untuk rak terserah anda mau dibuat beberapa susun tingkat.dan
untuk nampan harus lebih lebar dari lingkaran/ diameter toples
4.plastik ember besar, digunakan tempat sarang pada waktu
pemindahan pertama kali, bisa digunakan sebagai tempat panen kroto
5.sarung tangan karet, berfungsi untuk menghindari gigitan semut
rangrang
6.tepung tapioka, agar semut rangrang tidak nempel,sarung tangan
yang dipakai harus dilumuri tepung dan digunakan juga untuk melumuri
dinding ember
7.solder, pisau carter, gunting, digunakan untuk melubangi toples dan
memotong dengan cepat.persiapan diatas merupakan perlengkapan
ternak kroto dengan menggunakan toples
8.kuas, kuas digunakan untuk mengambil semut yang jatuh kelantai dan
pada saat panen kroto untuk memisahkan semut agar tidak mati
*tahapan-tahapan pemilihan calon bibit induk
cara terbaik untuk mendapatkan bibit ketika ternak semut rangrang
adalah dengan mencarinya langsung dialam. Untuk mendapatkannya
dialam tidaklah mudah, karena sekarang ini dialam liar semut rangrang
sudah sangat sulit dijumpai. Cara yang kedua untuk mendapatkan bibit
semut rangrang adalah dengan membeli dari peternakan. Cara ini lebih
ramah lingkungan tanpa merusak habitat aslinya. Selain itu bibit hasil
ternakan lebih mudah beradaptasi dengan sarang buatan kita. Cara
untuk mendapatkannya pun tidak perlu kesulitan