Anda di halaman 1dari 60

Cara Budidaya Ulat Sutera Dari Persiapan

Sampai Perawatannya
by James Parman
https://luthfan.com/budidaya-ulat-sutera/

Pada budidaya ulat sutera area pemeliharaan ulat kecil dikerjakan pada tempat yang khusus
disebut UPUK (Unit Pemeliharaan Ulat Kecil). Ruang pemeliharaan pada budidaya ulat
sutera perlu dilengkapi dengan jendela atau ventilasi untuk sarana sirkulasi udara supaya
suhu yang ada di dalam ruangan tetap terjaga.

Ruang pemeliharaan untuk budidaya ulat sutera minimal dilengkapi dengan kotak atau rak
untuk tempat pemeliharaan ulat sutera, gunting stek, area daun, pisau, jaring ulat,
ember/baskom, ayakan, kain penutup daun, hulu ayam, kertas minyak/parafin, kerta alas,
lap tangan dan lain-lain.

Pengembangan ulat sutera jenis samia cynthia ricini, mempunyai nilai yang sangat bagus
untuk meningkatkan ekonomi di daerah dan kesejahteraan masyarakat daerah. Oleh karena
itu, ulat itu tidak makan daun murbei seperti jenis ulat sutera biasa. Melainkan bisa
memakan daun singkong yang banyak terdapat di daerah Wonogiri.

Penelitian budidaya ulat sutera pemakan daun singkong yang sedang dikembangkan di
Kabupaten Wonogiri, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktifitas petani,
kualitas, dan kapasitas produksi pertanian yang belum sepenuhnya di adopsi oleh para
petani sebagai masyarakat petani agro industri.

“Jka di bandingkan dengan kain sutera yang berasal dari China, kain tenun sutera kokon
ulat sutera pemakan daun singkong kualitasnya lebih bagus. Selain pewarna benang sutera
yang di proses dengan cara alami dari makanan yang di makan oleh ulat sutera pemakan
daun singkong, siklus cuaca di Indonesia juga sesuai budidaya ulat sutera pemakan daun
singkong” Terang Dra.Trimurti,MM

Persiapan Kandang Untuk Budidaya Ulat Sutera


Daftar Isi [sembunyikan]

 1 Persiapan Kandang Untuk Budidaya Ulat Sutera


 2 Bibit Ulat Sutera
 3 Pakan Ulat Sutera
 4 Siklus Hidup Ulat Sutera
 5 Proses Pemeliharaan atau Perawatan Budidaya Ulat Sutera
Tahapan pertama untuk budidaya ulat sutera ialah persiapan. Untuk mempersiapkan
peternakan ulat sutera, ada tiga hal yang paling utama yaitu tempat pemeliharaan, bibit, dan
pakan. Kandang ulat sutera berbentuk ruangan dengan rak didalamnya.

Alangkah baiknya sediakan juga dua ruang yang berbeda untuk teknik beternak yang
ditujukan untuk ulat sutera kecil dan ulat sutera besar. Pastikan ruangan mempunyai
ventilasi dan jendela dan didesinfektan 2 atau 3 hari sebelum pemeliharaan ulat dimulai
dengan memakai larutan kaporit 0,5% atau formalin (2-3%) disemprotkan secara merata ke
seluruh raungan tempat pemeliharaan.

Bibit Ulat Sutera


Persiapan yang kedua dalam teknik budidaya ulat sutera ialah menyediakan bibit ulat
sutera. Pesanlah bibit sekurang-kurangnya 10 hari sebelum pemeliharaan ulat akan dimulai
dan lakukanlah inkubasi supaya penetasannya merata.

Sebarkan telur di dalam sebuah kotak penetasan lalu ditutup dengan menggunakan kertas
putih tipis. Selanjutnya simpan pada kotak di dalam tempat sejuk yang terhindari dari sinar
matahari secara langsung, di suhu berkisar 25 derajat celcius sampai 28 derajar celcius dan
kelembaban sekitar 75 sampai 85%. Setelah terlihat bintik biru di telur, bungkus memakai
kain hitam selama 2 hari, dan telur pun akan siap untuk dikembangbiakkan.

Pakan Ulat Sutera


aquaculture-info.blogspot.com

Hal yang tidak kalah pentingnya di dalam berternak ulat sutera adalah pakan atau makanan
ulatnya. Selain tanaman murbei, ulat sutera juga mempunyai kemamupuan lain untuk
memakan tanaman selain tanaman murbei. Pakan tersebut adalah dari daun singkong.

Sebelum melakukan budidaya ulat sutera pemakan daun singkong ini sebaiknya dilakukan
penanaman singkong terlebih dahulu supaya ketersediaan pakan ulat sutera saat sudah
menetas dan berkembang bisa terpenuhi dengan baik. Dalam hal melakukan penanaman
singkong untuk budidaya ulat sutera terdapat 2 metode yaitu Stek mata untuk hasil umbi
yang bagus, lalu jarak tanam rapat 5 cm x 5 cm untuk hasil daun singkong yang banyak.

Siklus Hidup Ulat Sutera


suteraalamiindonesia.wordpress.com

Siklus hidup ulat sutera dimulai dari telur yang menetas menjadi ulat kecil dan berkembang
menjadi ulat dewasa, kemudian berubah menjadi pupa atau kepompong, dan akhirnya
menjadi ngengat yang akan menetaskan telur lagi. Ada lima fase atau instar selama hidup
ulat sutera dimana pada setiap akhir instar, ulat sutera akan mengalami masa tidur atau
istirahat, serta pergantian kulit. Pada instar 1 hingga instar 3, ulat sutera disebut ulat sutera
kecil, sementara pada instar 4 sampai 5 ulat sutera disebut ulat sutera besar.

Proses Pemeliharaan atau Perawatan Budidaya Ulat


Sutera
naturalsilk.wordpress.com

Ulat yang baru menetas dari kotak inkubasi dipindahkan kedalam tempat pemeliharaan
untuk ulat kecil dan diberi makan secara teratur tiga kali sehari pada pagi, siang, dan sore
hari. Setelah itu, kurang lebih 4 hari, ulat muda akan berada pada akhir instar pertama dan
kemudian akan mengalami masa tidur. Pada masa tidur, ulat ditaburi kapur dan tidak perlu
diberi makan, serta jangan lupa untuk membuka ventilasi dan jendela supaya udara
mengalir dengan baik.Setelah itu, instar kedua pun dimulai. Ulat kembali diberi makan
hingga kembali mengalami masa istirahat pada akhir instar.

Lakukan hal yang sama dalam memelihara hingga ulat berada pada akhir instar ketiga. Pada
saat tersebut ulat sudah berukuran cukup besar dan harus dipindahkan ke ruangan yang
lebih luas dengan suhu 24 sampai 26 derajat celcius dan kelembapan sekitar 70 sampai
75%. Pada instar kelima, ulat akan mulai mengkokon. Ulat yang siap mengkokon
dipindahkan kedalam alat pengokonan yang dapat terbuat dari karton, plastik atau bambu.
Pengkokonan berlangsung selama sekitar 7 hari dan selanjutnya kokon siap dipanen dan
dipasarkan atau diolah sebagai benang bahan baku pembuatan kain sutera.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/09/27/universitas-batik-
berhasil-budidayakan-ulat-sutera-pemakan-daun-singkong

Universitas Batik Berhasil Budidayakan


Ulat Sutera Pemakan Daun Singkong
 Bagus Ramadhan
 27 September 2016 15.15 WIB
 1 menit

Universitas Batik Berhasil Budidayakan Ulat Sutera Pemakan Daun Singkong

Kain Sutera dikenal sebagai kain yang memiliki nilai tinggi. Penyebabnya adalah selain
kualitasnya yang tinggi, proses pembuatannya pun ternyata tidak mudah. Sebab kain sutera
membutuhkan benang sutera yang dipanen dari ulat sutera. Padahal biaya budidaya ulat
sutera sendiri sudah terbilang mahal akibat pakannya yang harus berupa daun murbei.
Menyadari kendala pakan tersebut, tim riset Universitas Islam Batik (Uniba) Surakarta
kemudian mencoba membudidayakn Ulat Sutera yang bisa memakan daun singkong.

Seperti dilansir Okezone.com, tim riset Uniba dilaporkan telah berhasil membudidayakan
Ulat Sutera dengan pakan daun singkong yang hasil seratnya sama baiknya seperti Ulat
Sutera pemakan daun murbei. Riset tersebut dilakuakn di Desa Jeblok, Karangtengah,
Wonogiri. Tim yang terdiri dari beberapa ahli dari pertanian, Entomologiest (serangga),
pakar pertanian, dan kewirausahaan tersebut telah melakukan uji coba dan penelitian sejak
tahun 2014 hingga 2016.

Ketua tim riset, Dra. Tri Murti, MM menjelaskan bahwa penerapan Iptek berbasis riset
dalam pengembangan budidaya ulat sutra (samia chyntia richini boisduval) pemakan daun
singkong secara terpadu tersebut merupakan program Hi-Link Dit Litabmas Dikti yang juga
mendapat dana dari Kemenristekdikti.

"Tim ini bekerja sama melakukan penelitian budidaya ulat sutra pemakan daun singkong
dari awal pembibitan sampai produksi tenun," jelas perempuan yang juga Dosen Ilmu
Ekonomi di Uniba Surakarta itu.

Tujuan dari inisiatif penelitian tersebut antara lain adalah untuk meningkatkan potensi
ekonomi masyarakat di wilayah Wonogiri. Selain itu, penelitian ini juga merupakan upaya
mengembangkan model kerjasama penerapan teknologi berbasis penelitian antara Uniba,
Pemda Wonogiri dan Kagosi sebagai industri mitra.

Seorang ahli serangga yang juga anggota tim riset, Sulistyo Winarno juga menjelaskan
bahwa sejatinya ulat sutra pemakan daun singkong pertama kali dibawa dari China oleh
Prof.Solahudin dari UNS Surakarta.

"Rencananya bibit ulat sutra tersebut sebenarnya akan diteliti di kampus UNS, namun batal
dilakukan," ungkap Sulistyo Winarno.
Pembatalan tersebut kemudian membuat penelitian dialihkan pada peneliti Uniba. Hasilnya
sangat bagus sekali sebab saat Ulat Sutera pemakan daun singkong dibudidayakan di daerah
bersuhu dingin, hasil kokon ulat sutra tidak akan cepat diserang jamur.

Sumber : Okezone.com
Sumber Gambar Sampul : takepart.com
Uniba Berhasil Budidaya Ulat Sutra
Pemakan Daun Singkong
Bramantyo, Jurnalis · Selasa 20 September 2016 16:03 WIB

Foto: Bramantyo/Okezone

 Share on Facebook
 Share on Twitter
 whatsapp
 Share on mail
 copy link
 0TOTAL SHARE

AAA

0 Komentar

SOLO - Ulat sutra yang biasanya memakan daun murbei kini dibudidayakan dengan
memakan daun singkong. Dan hasilnya mampu menghasilkan serat dan dipintal menjadi
kain sutra yang kualitasnya sama bagusnya dengan ulat sutra pemakan daun murbai.

Hal itu merupakan hasil pengembangan tim riset Universitas Islam Batik (Uniba) Surakarta.
Tim yang terdiri dari beberapa ahli di antaranya ahli pertanian, ahli Entomologiest
(serangga), pakar pertanian, dan kewirausahaan ini melakukan uji coba dan penelitian
hampir tiga tahun lamanya. Dimulai pada tahun 2014 hingga 2016.

Tri Murti yang juga ketua tim penelitian menjelaskan, penerapan Iptek berbasis riset dalam
pengembangan budidaya ulat sutra (samia chyntiarichini, boisd) pemakan daun singkong
secara terpadu di Jawa Tengah mendapat dana dari Kemenristekdikti.
Tim peneliti yang diketuai Dra. Trimurti, MM, Dosen Ilmu Ekonomi Unisba Surakarta itu
menggandeng ahli pertanian, ahli Entomologiest (serangga), pakar pertanian,
kewirausahaan, serta para ahli lainya. Penelitian yang masuk dalam program Hi-Link Dit
Litabmas Dikti dengan lingkup program.

"Tim ini bekerja sama melakukan penelitian budidaya ulat sutra pemakan daun singkong
dari awal pembibitan sampai produksi tenun," paparnya di Solo Jawa Tengah, baru-baru ini.

Tujuan penelitian lanjut Trimurti, untuk mengembangkan model kerjasama penerapan


teknologi berbasis penelitian antara Uniba, Pemda Wonogiri dan Kagosi sebagai industri
mitra.

Pasalnya dengan adanya budidaya ulat sutra pemakan daun singkong yang dikembangkan
di wilayah Wonogiri diharapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Dengan
begitu, ekonomi masyarakat jauh lebih baik jika mampu meningkatkan produktifitas petani,
kualitas, kapasitas produksi pertanian.

Dihubungi terpisah, salah satu tim peneliti ahli serangga, Sulistyowinarno menjelaskan ulat
sutra pemakan daun singkong pertama kali dibawa dari China oleh Prof.Solahudin dari
UNS Surakarta.

"Rencananya bibit ulat sutra tersebut sebenarnya akan diteliti di kampus UNS, namun batal
dilakukan," ungkap Sulistyo Winarno.

Akhirnya, lanjut Sulistyo Winarno, dialihkan pada peneliti Uniba. Hasilnya sangat bagus
sekali saat mengembangkan ulat sutra pemakan daun singkong di daerah bersuhu dingin,
hasil kokon ulat sutra cepat di serang jamur.

Selain proses budidaya, tim riset juga merubah kokon ulat sutra dipintal menjadi benang
dan selanjutnya ditenun dengan alat tenun tradisional berupa alat tenun bukan mesin
(ATBM).

"Prosea budidaya dilakukan di Desa Jeblok, Karangtengah, Wonogiri," pungkasnya.

(sus)

https://news.okezone.com/read/2016/09/20/65/1493799/uniba-
berhasil-budidaya-ulat-sutra-pemakan-daun-singkong
Warga Sendangsari, Kulonprogo Sukses
Budidaya Sutra Daun Singkong
19 February 2019 | 14:48
in Ekonomi Kreatif, Headline, News
0

Oleh : Suyono Sugondo

Masyarakat Desa Sendangsari, Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, berhasil


mengembangkan budidaya sutra samia cynthia ricini, sutra daun singkong. Bahkan kini
mulai dikenal di Paris.

Jogjainside.com. Kulonprogo – Berbeda dengan budidaya ulat sutra pada umumnya.


Masyarakat di Dusun Pereng, Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo mengembangkan
budidaya ulat sutra daun singkong.

Baca Juga

Jurnalis dan Koalisi Masyarakat Sipil NTB Tolak Revisi UU KPK


7 September 2019 | 22:09

Samad Menduga Taufiequrachman Ruki Pengusul Revisi UU KPK


7 September 2019 | 22:06
Terus Diteror, Penambang Yahukimo yang Mengungsi Semakin Bertambah
7 September 2019 | 22:00

Di bawah binaan lembaga Jantra Mas Sejahtera (Jamtra), mereka memproduksi kain pintal
berbahan bulu ulat sutra daun singkong bernama sutra samia atau sutra daun singkong.

“Kualitasnya tak kalah dengan ulat sutra murbei. Hanya warna kain yang dihasilkan lebih
kalem dan cenderung doff,” ungkap Managing Director Jamtra, Yunianto H. Nugroho.

Yunianto mengatakan meski potensi ulat sutra daun singkong ( samia cynthia ricini )
memang belum sehebat sutra murbei. Namun justru hal itulah yang membuat Jamtra
terdorong membudidayakannya.

Jika diperhatikan kepompong dan fisik ulat sutra daun singkong tak berbeda dengan ulat
sutra murbei, hanya cara pengolahannya yang membedakan keduanya.

“Sutra murbei diambil benangnya, sedangkan ulat singkong dimanfaatkan seratnya,” ujar
Yunianto.

Yunianto menambahkan pada usia 27 hari ulat daun singkong sudah bisa dipanen. Bahkan,
pupa dari kokonnya bisa diolah jadi kuliner kaya protein.

Pemeliharaannya pun diakui Yunianto cukup sederhana. Terlebih ulat ini lebih suka daun
singkong jenis karet.

“Ulat jenis samia ini lebih suka daun singkong jenis karet (singkong tahun). Dulu pernah
saya coba kasih makan daun murbei tidak mau makan. Saat mencoba dikasih daun
singkong biasa pun tidak begitu doyan.” Ujarnya.

Pembuatan kain sutera singkong, diawali dengan mengeluarkan pupa dari kokon.
Selanjutnya kokon sutera direbus dan dipintal menggunakan jantra, sehingga menjadi
benang. “Benang inilah yang kemudian dirajut menjadi helaian kain sutra,”ujarnya.

Yunianto mengatakan satu kilogram benang bisa menghasilkan hingga empat meter kain
sutra samia. Sedangkan untuk mendapatkan satu kilogram benang dibutuhkan paling sedikit
2.400 butir kokon.

Yunianto mengungkapkan saat ini produksi kain sutra sama memang belum begitu optimal.
Hal ini dikarenakan pengunaan alat yang masih tradisional.

“Tiap jantra (alat pemintal ) paling hanya bisa menghasilkan tiga ons benang bagi masing-
masing pekerja. Sedangkan Jamtra baru memiliki 25 jantra, sehingga proses produksinya
memang belum maksimal,” ujarnya.

Yunianto berujar bahwa pakan sebenarnya tidak menjadi masalah. Bahkan pihaknya
berencana membuat kebun singkong skala besar dengan sistem sambung. Menurutnya hal
ini bisa menguntungkan karena umbi ketela tetap bisa dijual, sementara daunnya untuk
pakan ulat samia.
Meskipun terkendala produksi, Yunianto tetap optimistis kain sutra samia bisa menjadi
produk unggulan dan mampu bersaing dengan sutra murbei dari berbagai daerah. Bahkan
produk sutra samia produksi Jamtra pernah dinobatkan sebagai tiga besar terbaik dalam
lomba desa tingkat nasional.

Di tangan fashion desainer muda Adelina Natasha kain sutera dari kepompong larva ulat
daun singkong ( samia cynthia rucini ) bisa diolah menjadi kain sutera yang indah.

Kain sutera singkong yang dibuat secara tradisional dengan mengandalkan alat tenun non-
mesin mampu menghasilkan kain yang berkualitas.

“Hasilnya menakjubkan, selain punya tekstur yang lembut, kain ini juga unik karena
dilengkapi dengan slub ( sebuah benang yang dipakai untuk tenun terdapat benjolan kecil
dan halus ), Itu juga yang membuatnya tampak alami,” papar Adelina.

Adel mengatakan kain sutera singkong ini belum banyak yang menggunakan di bidang
fashion. Sehingga ia tertarik untuk mengembangkannya. Dia mengatakan baru
mengembangkan sutera singkong pada Desember 2018 lalu.

Adel berujar kain sutera singkong itu didapatkan langsung dari produsen kain di Jamtra,
Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo, Yogyakarta.

“Kain sutera singkong ini semua benangnya ditenun sendiri oleh wanita desa dengan alat
tradisional yang disebut Jantra dan alat tenun non-mesin berteknik khusus. Kain dari sutera
ulat singkong ini hanya ada di Kulonprogo,” ujarnya.

Adel menambahkan kain sutera ulat singkong ini nantinya akan dibuatnya tidak hanya
menjadi baju melainkan juga tas, sepatu dan syal.
Menurutnya kain sutera ulat singkong memiliki kelebihan dibandingkan sutera biasa.

“Seratnya lebih tebal tidak shinee tapi karakternya sama dipakai panas tetap adem tapi
ketika dipakai cuaca dingin dia akan hangat,” katanya.

Ia mengaku awalnya sempat mengalami keraguan apakah kain sutera ulat singkong bisa
dijadikan baju yang bagus. Namun setelah dicoba ternyata kain sutera ulat singkong ini
terlihat mewah jika dipadukan dengan bahan lain.

Adel mengatakan bahwa kain sutera ulat singkong ini pun disukai oleh fashion designer di
Paris.

“Kain jenis ini pun pernah dikirim ke fashion designer di Paris. Mereka tertarik karena
bahannya mampu menyesuaikan suhu dingin Eropa,” jelasnya. (SUG)

https://jogjainside.com/warga-sendangsari-kulonprogo-sukses-budidaya-
sutra-daun-singkong/
Budidaya Ulat Sutera Pemakan Daun
Singkong
Pada budidaya ulat sutra area pemeliharaan ulat kecil dilaksanakan pada tempat tersendiri
yang disebut Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK). Ruang pemeliharaan pada budidaya
ulat sutra harus dilengkapi dengan jendela dan ventilasi sebagai sarana sirkulasi udara untuk
menjaga suhu di dalam ruang.

Ruang pemeliharaan budidaya ulat sutra setidaknya dilengkapi dengan kotak atau rak
pemeliharaan, area daun, gunting stek, pisau, ember/baskom, jaring ulat, ayakan, kain
penutup daun, hulu ayam, kerta alas, kerta minyak/parafin, lap tangan dan lain-lain.

pengembangan ulat sutera jenis samia cynthia ricini, memiliki nilai yang sangat strategis
untuk meningkatkan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat. Sebab, ulat itu tidak
memakan daun murbei seperti ulat sutera biasa. Melainkan mampu memakan daun
singkong yang banyak terdapat di Wonogiri.

penelitian budidaya ulat sutera pemakan daun singkong yang di kembangkan di Kabupaten
Wonogiri, sebagai salah satu cara meningkatkan produktifitas petani, kualitas, kapasitas
produksi pertanian yang belum sepenuhnya di adopsi oleh petani sebagai masyarakat petani
agro industri.

"Jka di bandingkan dengan kain sutera asal China, kain tenun sutera kokon ulat sutera
pemakan daun singkong kualitasnya jauh lebih bagus. Selain pewarna benang sutera yang
di proses secara alami dari makanan yang di makan oleh ulat sutera pemakan daun
singkong, siklus cuaca di Indonesia juga sangat mendukung budidaya ulat sutera pemakan
daun singkong" Terang Dra.Trimurti,MM
Persiapan Kandang

Tahap cara beternak yang pertama adalah persiapan. Dalam mempersiapkan peternakan ulat
sutera, terdapat tiga hal yang paling utama yakni tempat pemeliharaan, bibit, dan pakan.
Kandang ulat sutera berupa ruangan dengan rak didalamnya. Sebaiknya sediakan dua ruang
berbeda sebagai teknik beternak yang ditujukan untuk ulat sutera kecil dan ulat sutera besar.
Pastikan ruangan memiliki ventilasi dan jendela dan didesinfektan 2 atau 3 hari sebelum
pemeliharaan ulat dimulai dengan menggunakan larutan kaporit 0,5% atau formalin (2-3%)
yang disemprotkan secara merata.
Bibit

Persiapan kedua dalam teknik budidaya ulat sutera adalah penyediaan bibit. Pesanlah bibit
selambat lambatnya 10 hari sebelum pemeliharaan ulat dimulai serta lakukanlah inkubasi
agar penetasannya seragam. Sebarkan telur didalam sebuah kotak penetasan kemudian tutup
dengan kertas putih yang tipis. Setelah itu, simpan kotak didalam tempat sejuk yang
terhindari dari penyinaran matahari secara langsung, pada suhu berkisar 25 derajat celcius -
28 derajar celcius dan kelembaban sekitar 75-85%. Setelah terlihat bintik biru pada telur,
bungkus dengan kain hitam selama 2 hari, dan telur pun siap untuk dikembangbiakkan.

Pakan

Hal yang tidak kalah penting dalam cara ternak ulat sutera adalah pakan. Selain tanaman
murbei, ulat sutera juga memiliki kemamupuan lain untuk memakan tanaman selain murbei.
Pakan tersebut adalah dari daun singkong. Sebelum melakukan budidaya ulat sutera
pemakan daun singkong ini sebaiknya dilakukan penanaman singkong terlebih dahulu agar
ketersediaan pakan ulat sutera ketika sudah menetas dan berkembang bisa terpenuhi dengan
baik. Dalam hal melakukan penanaman singkong untuk budidaya ulat sutera terdapat 2
metode yaitu Stek mata untuk hasil umbi yang bagus, kemudian jarak tanam rapat 5 cm x
5cm untuk hasil daun singkong yang banyak.
Siklus Hidup Ulat Sutera

Siklus hidup ulat sutera dimulai dari telur yang menetas menjadi ulat kecil dan berkembang
menjadi ulat besar, lalu berubah menjadi pupa atau kepompong, dan akhirnya menjadi
ngengat yang akan menetaskan telur lagi. Terdapat lima fase atau instar selama hidup ulat
sutera dimana pada setiap akhir instar, ulat sutera akan mengalami masa tidur atau istirahat,
serta pergantian kulit. Pada instar 1 hingga instar 3, ulat sutera disebut ulat sutera kecil,
sementara pada instar 4 sampai 5 ulat sutera disebut ulat sutera besar.

Proses Pemeliharaan Ulat Sutera

Ulat yang baru menetas dari kotak inkubasi dipindahkan kedalam tempat pemeliharaan
untuk ulat kecil dan diberi makan secara teratur tiga kali sehari pada pagi, siang, dan sore
hari. Setelah kurang lebih 4 hari, ulat muda akan berada pada akhir instar pertama dan
kemudian akan mengalami masa tidur. Pada masa tidur, ulat ditaburi kapur dan tidak perlu
diberi makan, serta jangan lupa untuk membuka ventilasi dan jendela agar udara mengalir
dengan baik.Setelah itu, instar kedua pun dimulai. Ulat kembali diberi makan hingga
kembali mengalami masa istirahat pada akhir instar.

Lakukan hal yang sama dalam memelihara hingga ulat berada pada akhir instar ketiga. Pada
saat tersebut ulat sudah berukuran cukup besar dan harus dipindahkan ke ruangan yang
lebih luas dengan suhu 24-26 derajat celcius dan kelembapan sekitar 70-75%. Pada instar
kelima, ulat akan mulai mengkokon. Ulat yang siap mengkokon dipindahkan kedalam alat
pengokonan yang dapat terbuat dari karton, plastik atau bambu. Pengkokonan berlangsung
selama sekitar 7 hari dan selanjutnya kokon siap dipanen dan dipasarkan atau diolah
sebagai benang bahan baku pembuatan kain sutera.

Sumber:

 Aris Cahyono, Magelang


 http://fokus-umkm.com/ulat-sutera-pemakan-daun-sin...
 http://www.siagaindonesia.com/134045/tim-riset-uni...
 http://1001budidaya.com/budidaya-ulat-sutera/

Kategori

12

Subandriyo
16 May 2017
masak
Aris Cahyono
16 May 2017
utk budidaya ulat sutra makan daun singkong bisa timbul usaha lainnya
sbb: hasil kepompong setelah kapas sutra diambil, pupa nya / enthung
bisa untuk ternak sidat. - kaslut (bekas media ulat sutra) bisa utk pakan
ternak cacing. - air kolam sidat bisa utk aquaponik sayuran dan padi
dalam poliback. - cacing bisa utk pakan sidat dan kascing utk pupuk
singkong. dlll
Fathul hakim
17 May 2017
memelihar ulat sutra kalau di daerah pegunungan yg dingin bisa hidup pa
tdk?
Aris Cahyono
17 May 2017
suhu rata2 24 derajat celcius. dan kelembaban 85% memang utk ternak
ulat sutra ini di butuhkan sarana pendukung termometer ruangan dan
alat pengukur kelembaban. dan utk mengkondisikan hal tersebut ada
tehnik tersendiri. misal kurang dingin bisa perbanyak ventilasi. kurang
lembab di ruangan ditaruh air di nampan dll
Fathul hakim
17 May 2017
untuk mencari bibitnya di mn dan brp harganya
chandra rika herlin 082281071119
18 May 2017
iya pesan bibitnya dimana, posisi kami dilampung
chandra rika herlin 082281071119
18 May 2017
dimana beli bibit nya, kami posisi dilampung
Aris Cahyono
19 May 2017
utk bibit kita yang menyediakan krn ini bibit hasil persilangan spt ayam
pedaging. cuma sebelum pesan bibit harus sudah teraedia lahan singkong
yang sudah siap
Pedalaman07
24 May 2017
bgmn perbndingan luas kndg, populasi dan luas arel untuk persiapan
makanan
Aris Cahyono
24 May 2017
1 hektar lahan singkong jarak tanam 50cm x 50 cm bisa utk pelihara ulat
sebanyak 100.000 ekor selama 8 periode. lokasi kandang dgn sistim rak
butuh ruangan 60 m2 dgn rak 4 tingkat
kevin tsalaatsa
19 Jun 2017
prospek pemasaran kemana ya?
MJ Machalli
27 May 2018
boleh minta kontaknya pa?
https://8villages.com/full/petani/article/id/591aba283d63d9f76729d2cf
Solahuddin Mukti Prabowo, Budidaya
Ulat Sutera yang Doyan Makan Daun
Singkong
Editor Rabu, 10 April 2019 - 10:43
Share

indopos.co.id – Budidaya ulat sutera bisa mendatangkan pundi-pundi uang. Dari


kepompong ulat sutera menghasilkan serat yang bisa ditenun menjadi kain yang telah
diperdagangkan berabad-abad dahulu. Tapi, ulat yang selama ini doyan ’ngemil’ daun
murbei, beralih selera makannya karena dibudidaya Solahuddin Mukti Prabowo. Serangga
dengan nama latin Bombyx mori itu malah doyan makan daun singkong.

NASUHA, Jakarta

Baca Juga :

Melihat Kehebohan Indonesia Orchestra & Ensemble Festival 2019

PERGAULAN di era modern menuntut penampilan yang elegan dan modis. Bagi
masyarakat kota metropolitan kelas menengah ke atas, merek menjadi nomor wahid.
Seperti, mereka untuk memilih bahan pakaian hingga model tren saat ini. Pakaian berbahan
sutera masih menjadi primadona di pusat perbelanjaan berkelas hingga pasar tradisional.

Harganya pun masih fantastis. Mata bisa dibuat tercengang melihat banderol yang
terpasang di pakaian berbahan sutera. Pertama kali melihat banderol harga, kalimat ini
spontan keluar ”Wow mahal sekali harganya”. Tapi demi gengsi dan dilihat eksekutif,
kalangan masyarakat rela merogoh kantong lebih dalam.

Baca Juga :

Karya Seni Handicraft Berjaya di Era Digital

Pertanyaan, kenapa kain sutera harganya mahal? Ditemui INDOPOS di sela-sela acara
pengembangan produk inovasi teknologi program calon perusahaan pemula berbasis
teknologidari perguruan tinggi (CPPBT-PT) di Jakarta, salah satu pembudidaya ulat sutera
Solahuddin Mukti Prabowo mengatakan, proses budidaya ulat sutera cukup lama dan sulit.

Tidak sedikit, menurut pria kelahiran Pekanbaru, 21 Februari 1991 ini para petani budidaya
ulat sutera kerap merugi. Dikarenakan minimnya informasi dan pengetahuan bagaimana
membudidaya ulat sutera, mereka harus kehilangan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
”Yang mahal itu bibitnya dan waktu budidaya yang lama. Karena secara tekun petani harus
rutin melakukan kontrol baik itu pakan dan tempatnya,” ungkapnya.

Baca Juga :

Adi Putra, Sutradara yang Menggaungkan Bahaya Global Warming melalui Film

Dia menyebutkan, setidaknya peternak ulat sutera harus menunggu lebih dari dua bulan
untuk memanen ulat sutera. Tidak sedikit petani gagal, karena faktor ketidakhati-hatian
dalam memberikan pakan ulat sutera. ”Ulat sutera ini rakus, sekali kita terlambat memberi
pakan, dia akan mati atau tidak menghasilakn kokon (kepompong). Jadi kenapa kain sutera
mahal, karena budidaya ulat sutera itu sulit dan waktunya lama,” terangnya.

Pria yang mengaku lulusan strata-2 Universitas Sebelas Maret (UNS) ini menuturkan,
tengah melakukan riset pada budidaya ulat sutera. Pada inovasi teknologi yang
dikembangkan Universitas Islam Batik (Uniba) Surakarta, dia bersama peneliti lainnya
membudidaya ulat sutera dengan pakan daun singkong. ”Ini sudah kita kembangkan sejak
2014 lalu. Kita bawa bibit ulat sutera dari Tiongkok,” ungkap pria 28 tahun itu, Selasa
(9/4/2019).

Putera sulung dari dua bersaudara pasangan Agus Tejo Pramono, 60, dan Umi Mahmudah,
55, ini mengungkapkan, ulat sutera dengan pakan daun singkong memiliki kelebihan,
dibandingkan yang doyan makan daun murbei. ”Ulat sutera ini (pakan daun singkong) masa
panen lebih cepat, dibandingkan ulat sutera dengan pakan daun murbei. Peternak hanya
butuh 2 bulan sudah bisa panen kokon,” bebernya.

Beberapa langkah yang harus dipersiapkan untuk budidaya ulat sutera pemakan daun
singkong. Peternak harus menyiapkan ruangan dengan sirkulasi udara cukup, kemudian
peternak cukup membuat rak dengan susun ke atas untuk tempat ulat sutera. Kemudian,
untuk pemenuhan pakan, menurutnya ulat sutera pemakan daun singkong dan ulat sutera
pemakan daun murbei tidak jauh berbeda.

”Kontrol sama, harus dilakukan rutin. Jangan sampai kehabisan suplai pakan, karena
akibatnya ulat sutera akan mati atau tidak menghasilkan kokon,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, ada beberapa proses yang harus dilakukan untuk mendapatkan kain sutera
terbaik. Persiapan harus dilakukan sejak tahap pembibitan ulat sutera, merawat telur,
pemeliharaan, kokon, pemintalan, membuat benang hingga menjadi satu kain utuh.

Dia mengatakan, benang sutera dari serat kepompong ulat sutera pemakan daun singkong
dipintal menjadi kain sutera polos dengan ukuran 115 cm x 70 cm. Kemudian kain tersebut
diproduksi menjadi batik sutera alam dengan batik cap dan batik tulis. Motifnya pun sangat
beragam, dari motif tradisional dan motif kontemporer.

Ukuran batik ini 2,5 meter dengan lebar kain 115 cm dan 75 cm. ”Produksi batik sutera
dipasaran digunakan sebagai bahan baku busana, tentu ini menambah nilai tambah bagi
penggunanya,” ujarnya.

Pembeli tidak perlu khawatir, karena dikatakan Solahuddin harga yang dibanderol untuk
kain batik sutera tidak terlalu mahal. Karena, bahan yang digunakan merupakan hasil
budidaya sendiri.

Lebih jauh dia mengungkapkan, kain batik sutera dari ulat sutera pemakan daun singkong
memiliki beberapa kelebihan. Selain tampilan permukaan kain yang halus dan lembut,
tenunan eksotis dan corak dan motif yang eksklusif. ”Pengguna juga bisa mendapatkan
keuntungan, karena produk ini ramah lingkungan,” terangnya.

Sejak 2014 lalu, menurut Solahuddin budidaya ulat sutera pemakan daun singkong sudah
banyak menghasilkan kain sutera yang berkualitas. Baik pemintalan menggunakan alat
tradisional hingga menggunakan alat modern.
Apalagi pada proses produksi batik kain sutera menggunakan pewarna alami. ”Hasil uji
protitep setiap tahun menunjukkan kain sutera ulat sutera pemakan daun singkong memiliki
kualitas yang baik dan pada produksi batiknya sendiri ramah lingkungan,” bebernya.

Dia menegaskan, sejumlah pengujian kain sutera dari ulat sutera pekaman daun singkong
sudah dilakukan. Baik uji kekuatan tarik kain untuk benang lusi dan benang pekan hingga
uji komposisi serat lusi dan serat pakan. Metode seluruhnya sudah menggunakan standar
nasional Indonesia (SNI).

Inovasi teknologi ulat sutera dengan pakan daun singkong, menurut Solahuddin cukup
memberikan tambahan ekonomi bagi masyarakat di sekitar Uniba. Oleh krena itu,
pengembangan terus dilakukan Uniba. Dengan memberikan pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat untuk budidaya ulat sutera. ”Kita tengah melakukan riset untuk suplementasi
percepatan budidaya ulat sutera,” ujarnya.

Solahuddin mengatakan, dengan pengembangan suplementasi pakan diharapkan bisa


meningkatkan kualitas produk dan segmentasi pasar. Target pembeli potensial untuk produk
inovasi batik sutera meningkat pada usia 20 hingga 40 tahun. ”Kami ingin produksi kain
sutera ini tidak hanya pada kategori rumahan, tapi harus bisa diproduksi masal,”
pungkasnya. (*)

https://indopos.co.id/read/2019/04/10/171191/solahuddin-mukti-
prabowo-budidaya-ulat-sutera-yang-doyan-makan-daun-singkong/
Mengintip Peluang Usaha Ternak Ulat
Sutra
Parent Category: Berita Created: Wednesday, 24 May 2017 06:31 Published: Wednesday,
24 May 2017 06:31
fShare
Simpan

Membudidayakan ulat sutra


pemakan daun singkong merupakan inovasi baru yang sangat menarik. Prosfek dan
tehnik budidayanya disampaikan oleh seorang pakar ulat sutra dari Universitas Batik
Surakata kepada Peneliti dan Penyuluh pada acara sosialisasi di kantor BPTP Bali
pada hari Jumat, (19/5).

Pakaian yang dibuat dari kain sutra memiliki harga yang tidak murah di pasaran. Satu setel
pakaian bisa dibandrol dengan harga satu hingga puluhan juta rupiah. Wajar saja, karena
memproduksi kain sutra memerlukan proses yang panjang dan penuh kesabaran. Kita tahu
bahwa kain sutra bukan diolah dari kapas, melainkan dari kokon ulat sutra yang dipintal
menjadi benang kemudian menjadi kain hingga menjadi sebuah pakaian yang indah.

Rasa Ingin tahu lebih banyak tentang budidaya ulat sutra, dan peluangnya BPTP Bali telah
mengundang Dr. Pramono Hadi, SP., M.SI Yaitu, seorang pakar ulat sutra dari Universitas
Batik Surakarta, Indonesia. Pramono Hadi mengatakan bahwa sebelum beternak ulat sutra
perlu mempertimbangkan kondisi suatu wilayah. Menurutnya ulat sutra lebih baik apabila
dipelihara pada daerah dataran tinggi karena ulat sutra membutuhkan suhu yang rendah
untuk hidup dengan baik.

Lebih lanjut Pramono Hadi menjelaskan bahwa makanan yang diberikan untuk ulat sutra
adalah daun tanaman singkong yang bersih, masih dalam keadaan segar dan bebas dari bibit
penyakit. “umumnya untuk satu siklus, Jika memelihara 50.000 ulat sutra maka
membutuhkan sebanyak 1.569,5 kilogram daun singkong segar” jelasnya.

Sementara itu Made Rai Yasa, mengaku sangat tertarik mengembangkan ulat sutra di lokasi
Bio Industri yaitu di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Menurutnya di Desa
Antapan memiliki ketinggian yang cocok untuk perkembangan ulat sutra. “kami yakin
usaha beternak ulat sutra akan menjadi peluang baru untuk meningkatkan pendapatan
petani, apalagi menggunakan daun singkong sebagai pakannya. ” ujarnya.
 Prev
 Next

Last Updated: Wednesday, 24 May 2017 06:36


http://bali.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/51-info-
aktual/755-mengintip-peluang-beternak-ulat-sutra-pemakan-daun-
singkong
Budidaya ulat sutera dengan daun SINGKONG

Nama: Arief Soegiarto


Lihat semua iklan dari pengiklan ini
Telpon: 085323778854
Lokasi: Lawang, Malang, Jawa Timur
Tanggal: 2018-01-13
Dilihat: 1028 kali
Kategori: Perternakan > Ternak
Kontak pemasang iklan

Kirim ke teman

Budidaya ulat sutera dengan daun SINGKONG

Bagi para pemilik kebun singkong, kami menawarkan kerja sama dengan metode FRANCHISE untuk budidaya ulat
sutera dengan memanfaatkan daun singkong, harapan kami kerja sama tsb. bisa dikembangkan kepada para petani
singkong untuk mendapatkan penghasilan tambahan pada setiap bulannya. Masa panen kepompong ulat sutera adalah
18~20 hari sedangkan masa panen singkong adalah 9~10 bulan, jadi ada sekitar 6~7 bulan per tahun pada masa
pertumbuhan tanaman singkong yang bisa dimanfaatkan daun singkong-nya untuk buididaya ulat sutera tsb. dengan hasil
tambahan sekitar Rp. 80 jt per Ha per tahun. Saat ini harga singkong mengalami penurunan yang sangat tajam, maka
dengan konsep tsb. selain akan menambah penghasilan petani singkong dalam pemanfaatan daun singkong, juga
membuka lapangan kerja baru (padat karya) untuk tenaga kerja peternak ulat sutera dan tenaga kerja pengolah hasil
produk ulat sutera tsb.
Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan kontak WA. 081803198925 (Arief Soegiarto)
Terima kasih.

ttps://www.agroonline.net/view.php?id=2005&q=U2VhcmNoU3RyaW5nJS
VBZExpbmtUb0NhdGVnb3J5SUQlMiVBZExpbmtUb0FyZWFJRCUyJUFkT
Glua1RvUHJvdmluY2VJRCUxNiU=&p=1&v=l
 Home
 2018
 Agustus
 Jamtra Berhasil Uji Coba Budidaya Ulat Sutera Singkong Karet Bernama “Samia
Cynthia Ricini” Di Malinau

 Malinau
 Ragam

Jamtra Berhasil Uji Coba Budidaya Ulat


Sutera Singkong Karet Bernama “Samia
Cynthia Ricini” Di Malinau
Agustus 29, 2018 swara.kaltara@gmail.com

JULIANTO, S.Hut saat memperlihatkan Budidaya Ulat sutera Kelompok Tani Maranata
Desa Kuala Lapang Kabupaten Malinau Kalimantan Utara, (foto, ezi/sk).
MALINAU, SWARAKALTARA.COM – Kelompok pemerhati serat “Jantra mas sejahtra”
(Jamtra) dari Jogjakarta lakukan ujicoba budidaya Ulat Sutera yang nama latinnya “Samia
Cynthia Ricini” dengan menggunakan pakan Singkong Karet (Ubi Pikul) bekerja sama
dengan Kelompok tani Maranata Kuala Lapang Kabupaten Malinau.

Singkong Karet atau Ubi Pikul sangat potensi untuk pertumbuhannya di kabupaten malinau,
bahkan berdasarkan keterangan warga malinau bahwa ubi pikul ini hanya merupakan
tanaman liar sehingga banyak di basmi oleh masyarakat karena di anggap tidak ada
gunanya, bahkan di wilayah desa tanjung lapang itu saya melihat keberadaan singkong
karet atau di kenal di malainau itu ubi pikul ini sudah seperti hutan, bukan seperti kebun
lagi, ungkap Tim pengembangan ulat sutra Jamtra Yulianto, S.Hut kepada
SWARAKALTARA.COM Rabu (29/8) di Desa Kuala Lapang Kabupaten Malinau.

Kebetulan beberapa waktu lalu kelompok tani maranata malinau pernah melakukan study di
jogja, atas dasar itu Jamtra mencoba lakukan uji coba budidaya ulat sutera dengan
menggunakan pakan singkong karet di malinau bekerja sama dengan kelompok tani
maranata yang di ketuai oleh Pdt. Yusa Sakai. Dan memang di Indonesia ada terdapat
empat jenis budidaya ulat sutra yaitu satu ulat sutra yang makan daun jambu mete dan daun
alpokat berwarna emas kedua ulat sutra yang makan daun mahoni berwarna coklat ketiga
ulat sutra yang makan daun murbai dan yang keempat ulat sutra yang makan daun singkong
karet ini. Dan baru kali ini kami berhasil setelah beberapa kali kami gagal membawa ulat
sutra ini.
Budidaya ulat sutera ubi pikul ini sangat mudah terutama dengan adanya kemudahan untuk
pakannya yaitu daun ubi pikul tersebut, dan waktu untuk melakukan budidaya ulat sutra
singkong ini hanya membutuhkan waktu lebih kurang 27 hari selambat – lambatnya 1 bulan
mulai dari menetas sampai dengan panen, imbuhnya.

Karena budidaya sutra ini baru di malinau termasuk kaltara, sedikit penjelasan saya tentang
proses daur ulat sutera ungkap Julianto, untuk pemula kami sampaikan kepada plasma
dalam bentuk instar 3 yaitu tingkatan besaran tubuh ulat, jelasnya instar ini terbagi atas
instar 1, 2, 3, 4 dan instar 5. Kemudian instar 5 kita bagi dua artinya dua minggu kita yang
lakukan pemeliharaan kemudian dua minggunya lagi ulat tersebut sudah mandiri, jadinya
praktis pemeliharaannya hanya dua minggu.

Lanjut jelasnya, setelah umur ulat sutera mencapai instar 4 lebih kurang di hari ke 23
ditandai dengan warnanya menjadi bening, kemudian ulat – ulat tersebut akan keluar dari
wadah tempat pakannya setelah itu ulat tersebut akan kencing (mengeluarkan kotoran dari
tubuhnya), selanjutnya ulat tersebut tidak makan lagi, nah pada saat itulah ulat sutra akan
memproduksi dengan membungkus tubuhnya hingga tidak terlihat hanya dengan waktu satu
(1) malam hingga lima (5) hari ulat sutra menyelesaikan penggulungan serat suteranya dan
di tandai dengan bunyi ketika kita goyang kepompong serat sutra tersebut, kemudian kita
gunting kepompongnya dan keluarkan kurfa atau ulatnya yang kemudian akan pecah dan
menjadi kupu-kupu.
kupu-kupu tersebut salnjutnya akan mencari pasangan dalam waktu empat hari, kemudian
betinya akan menata telur-telurnya, perkiraan rata-rata dalam satu pasanga akan bertelur
140 sampai dengan 160 butir, lalu dalam waktu sepuluh hari telur tersebut akan menetas
menjadi ulat dan kupu-kupu nya akan mati dengan sendiri, imbuhnya.

Selanjutnya kata dia Julianto, kita sudah lakukan sosialisasi budidaya ulat sutera singkong
ini terutama kepada kelompok tani Maranata, sekarang ini kami berupaya meningkatkan
bibitnya dengan cara mengawinkan karena kita membutuhkan bibit yang banyak, dan yang
perlu masyarakat ketahui untuk melakukan budidaya ulat sutra singkong ini kita hanya
membutuhkan modal rak dan baki atau nampan yang bisa kita buat daru kayu atau bambu.

Budidaya ulat sutera ini cukup menjanjikan, dengan satu kilo kokon atau kepompong yang
tadi kita gunting kemudian direbus lalu dikeringkan sejumlah lebih kurang 4300 butir itu
harganya 70 ribu rupiah dan yang sudah di untal dalam bentuk benang itu bisa sampai 500
ribu rupiah per kilo dan ini tidak perlu menggunakan mesin, ungkapnya.

Salah satu bentuk kain sutera

Nah untuk mendapatkan Perhitungan sekilo itu, petani budidaya ulat sutra hanya butuh
membuat dua rak, dalam dua rak itu terdapat sepuluh baki atau nampan. Satu nampan rata-
rata 260 ekor ulat jadi satu rak mencapai 2500 ulat dikalikan dua menjadi 5000 ulat, dengan
begitu petani sudah bisa menhasilkan 1 kilo kokon.
Terlepas masalah budidaya ulat sutra ini kami berharap kepada pemerintah kabupaten
malinau khususnya dinas –dinas terkait dapat mendukung dan mendorong, sebagaimana
pemerintah dapat memiliki kantong – kantong kelompok tani ulat sutera singkong karet
atau ubi pikul yang tersebar di kabupaten malinau, sehingga harapan kami kegiatan
budidaya ulat sutera ini bisa menyeluruh, karena sutera singkong ini mempunyai
kemudahan dibanding dengan sutera yang menggunakan daun murbai, bahkan ulat sutera
yang ada sekarang ini merupakan ulat yang lahir di malinau, pungkas Julianto. (ezi/sk).

https://swarakaltara.com/2018/08/jamtra-berhasil-uji-coba-budidaya-
ulat-sutera-singkong-karet-bernama-samia-cynthia-ricini-di-malinau/
Sipadu 365 Gapoktan Sari Buana,
Kembangkan Ulat Sutra Pemakan Daun
Singkong
Kamis, 4 April 2019 | 15 : 57

Berbagi di Facebook

Tweet di Twitter

SIPADU (sistem pertanian terpadu) 365, Gapoktan Sari Buana, Desa Antapan Baturiti,
Tabanan tengah mengembangkan ulat sutra selain pemeliharaan sapi dan pertanian terpadu
lainnya. Ulat sutra yang dikembangkan oleh kelompok adalah jenis ulat samia cynthia
ricini” karena harga jualnya cukup tinggi yaitu Rp100 ribu/kilogramnya.

Kepala UPT Pertanian Terpadu Provinsi Bali, Dr. I Wayan Sunada, S.P., M.Agb.
memaparkan, sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan kelompok tani, sistem
pertanian terpadu memang terus didorong oleh Pemerintah Provinsi Bali. Dengan
terintegrasinya pertanian yang dilakukan petani, penghasilan yang diperoleh petani menjadi
berlipat ganda.

Diterangkan, pada budi daya ulat sutra, area pemeliharaan ulat dikerjakan di tempat yang
khusus. “Ruang pemeliharaan pada budi daya ulat sutra perlu dilengkapi dengan jendela
atau ventilasi untuk sarana sirkulasi udara, supaya suhu yang ada di dalam ruangan tetap
terjaga. Sipadu 356 Gapoktan Sari Buana ruang pemeliharaan untuk budi daya ulat sutera
dilengkapi dengan kotak atau rak untuk tempat pemeliharaan ulat sutera,” paparnya Kamis
(3/4) di Tabanan.

Pengembangan ulat sutera jenis samia cynthia ricini, mempunyai nilai yang sangat bagus
untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan Kelompok Simantri 365 Antapan.
“Keunggulan ulat jenis ini tidak makan daun murbei seperti jenis ulat sutra biasa. Ulat
samia cynthia ricini bisa memakan daun singkong yang banyak terdapat di Desa Antapan
byaturiti Tabanan,” tandasnya.

Budi daya ulat sutra pemakan daun singkong tersebut, merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan produktivitas petani, kualitas dan kapasitas produksi pertanian yang belum
sepenuhnya di adopsi oleh para petani sebagai masyarakat petani agro industri atau
bioindustri.

Budi daya ulat sutra ini memang baru dilakukan oleh Sipadu 365, Gapoktan Sari Buana,
sebagai upaya pengembangan usaha tani sehingga benar-benar terpadu. Jadi semua budi
daya yang dilakukan saling menunjang, seperti contoh budidaya sapi selain menghasilkan
anak sapi, kotoran sapi bisa diolah menjadi pupuk. Kemudian pupuk yang dihasilkan akan
menyuburkan lahan sehingga tanaman pangan tumbuh subur termasuk tanaman singkong
yang daunnya menjadi makanan ulat sutra. Dengan makanan yang berkualitas, ulat akan
tumbuh dan menghasilkan sutra yang memiliki nilai jual tinggi.

“Dengan demikian maka, akan terjadi mata rantai yang benar-benar memberikan
keuntungan besar bagi petani,” pungkasnya. *pur/editor rahadi
http://bisnisbali.com/2019/04/04/sipadu-365-gapoktan-sari-buana-
kembangkan-ulat-sutra-pemakan-daun-singkong/
Metode Praktis Budidaya Ulat Sutera
Pemakan Daun Singkong

Lim Corp 8
Sep 10 · 4 min read

Produsen Karung Beras Murah — Lim


Corporation
Pada budidaya ulat sutra area pemeliharaan ulat kecil dilakukan pada tempat tersendiri yang
disebut Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK). Ruang pemeliharaan pada budidaya ulat
sutra harus dilengkapi dengan jendela sebagai sarana pergantian udara untuk menjaga suhu
di dalam ruang.

Ruang pemeliharaan budidaya ulat sutra setidaknya dilengkapi dengan kotak atau rak
pemeliharaan, area daun, gunting stek, pisau, ember/baskom, jaring ulat, ayakan, kain
penutup daun, hulu ayam, kerta alas, kerta minyak/parafin, lap tangan dan lain-lain.

Artikel Terkait: Jenis-Jenis Melon yang Paling Populer di Indonesia, Ada Favoritmu?

pengembangan ulat sutera jenis samia cynthia ricini, mempunyai nilai yang sangat penting
untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan kesejahteraan penduduk. Karena, ulat itu tidak
memakan daun murbei seperti ulat sutera biasa. Melainkan mampu memakan daun
singkong yang banyak terdapat di Wonogiri.

penelitian budidaya ulat sutera pemakan daun singkong yang di kembangkan di Kabupaten
Wonogiri, sebagai salah satu cara meningkatkan produktifitas petani, kualitas, kapasitas
produksi pertanian yang belum sepenuhnya di adopsi oleh petani sebagai penduduk petani
agro industri.

“Jka di bandingkan dengan kain sutera asal China, kain tenun sutera kokon ulat sutera
pemakan daun singkong kualitasnya jauh lebih bagus. Selain pewarna benang sutera yang
di proses secara alami dari makanan yang di makan oleh ulat sutera pemakan daun
singkong, siklus iklim di Indonesia juga sangat mendukung budidaya ulat sutera

Persiapan Kandang

Fase cara beternak yang pertama ialah persiapan. Dalam mempersiapkan peternakan ulat
sutera, terdapat tiga hal yang paling utama yakni tempat pemeliharaan, bibit, dan pakan.
Kandang ulat sutera berupa ruangan dengan rak didalamnya. Sebaiknya sediakan dua ruang
berbeda sebagai metode beternak yang ditujukan untuk ulat sutera kecil dan ulat sutera
besar. Tentukan ruangan mempunyai jendela dan didesinfektan 2 atau 3 hari sebelum
pemeliharaan ulat dimulai dengan memakai campuran kaporit 0,5% atau formalin (2–3%)
yang disemprotkan secara menyeluruh.

Artikel Terkait: Fakta Menarik Bunga Raflesia Arnoldi, Si Cantik Tapi Bau Busuk

Bibit

Persiapan kedua dalam metode budidaya ulat sutera ialah penyediaan bibit. Pesanlah bibit
selambat lambatnya 10 hari sebelum pemeliharaan ulat dimulai serta laksanakanlah
inkubasi supaya penetasannya seragam. Sebarkan telur didalam sebuah kotak penetasan
kemudian tutup dengan kertas putih yang tipis.

Sesudah itu, simpan kotak didalam tempat sejuk yang terhindari dari penyinaran matahari
secara langsung, pada suhu berkisar 25 derajat celcius — 28 derajar celcius dan
kelembaban sekitar 75–85%. Sesudah terlihat bintik biru pada telur, bungkus dengan kain
hitam selama 2 hari, dan telur pun siap untuk dikembangbiakkan.

Pakan

Hal yang tidak kalah penting dalam cara ternak ulat sutera ialah pakan. Selain tanaman
murbei, ulat sutera juga mempunyai kemamupuan lain untuk memakan tanaman selain
murbei. Pakan tersebut ialah dari daun singkong.
CLICK HERE

Sebelum melaksanakan budidaya ulat sutera pemakan daun singkong ini sebaiknya
dilaksanakan penanaman singkong terlebih dahulu supaya ketersediaan pakan ulat sutera
ketika telah menetas dan berkembang dapat terpenuhi dengan baik. Dalam hal
melaksanakan penanaman singkong untuk budidaya ulat sutera terdapat 2 teknik yaitu Stek
mata untuk hasil umbi yang bagus, kemudian jarak tanam rapat 5 cm x 5cm untuk hasil
daun singkong yang banyak.

Siklus Hidup Ulat Sutera

Siklus hidup ulat sutera dimulai dari telur yang menetas menjadi ulat kecil dan berkembang
menjadi ulat besar, kemudian berubah menjadi pupa atau kepompong, dan akhirnya
menjadi ngengat yang akan menetaskan telur lagi.

Terdapat lima tahap atau instar selama hidup ulat sutera dimana pada setiap akhir instar,
ulat sutera akan mengalami masa tidur atau istirahat, serta pergantian kulit. Pada instar 1
hingga instar 3, ulat sutera disebut ulat sutera kecil, sementara pada instar 4 sampai 5 ulat
sutera disebut ulat sutera besar.

Proses Pemeliharaan Ulat Sutera

Ulat yang baru menetas dari kotak inkubasi dialihkan kedalam tempat pemeliharaan untuk
ulat kecil dan dikasih makan secara rutin tiga kali sehari pada pagi, siang, dan sore hari.
Sesudah kurang lebih 4 hari, ulat muda akan berada pada akhir instar pertama dan
kemudian akan mengalami masa tidur. Pada masa tidur, ulat ditaburi kapur dan tidak perlu
dikasih makan, serta jangan lupa untuk membuka jendela supaya udara mengalir dengan
baik.

Artikel Terkait: Fakta Menarik Bunga Rafflesia Arnoldi yang Jarang Diketahui

Sesudah itu, instar kedua pun dimulai. Ulat kembali dikasih makan hingga kembali
mengalami masa istirahat pada akhir instar. Laksanakan hal yang sama dalam memelihara
hingga ulat berada pada akhir instar ketiga.

Pada saat tersebut ulat telah berukuran cukup besar dan harus dialihkan ke ruangan yang
lebih luas dengan suhu 24–26 derajat celcius dan kelembapan sekitar 70–75%. Pada instar
kelima, ulat akan mulai mengkokon. Ulat yang siap mengkokon dialihkan kedalam alat
pengokonan yang bisa terbuat dari karton, plastik atau bambu. Pengkokonan berlangsung
selama sekitar 7 hari dan selanjutnya kokon siap dipanen dan dipasarkan atau diolah
sebagai benang bahan baku pembuatan kain sutera.
Jual Karung Beras

*Info lengkap mengenai harga Karung Beras silakan klik http://bit.ly/hargakarungberas

Bila Anda membutuhkan dan ingin memesan Memesan Karung Beras, Karung Laminasi,
Karung Transparan, atau Karung Polos untuk pengemasan ketika pascapanen atau
digunakan untuk yang lainnya dengan harga yang murah dan terjangkau. Untuk info
pemesanan produk bisa langsung menghubungi kami pada hari dan jam kerja melalui
(Minggu dan Hari Besar TUTUP)

Customer Service:

Telp: 031–8830487 (Jam Kerja 08.00–16.00 WIB)

Mobile: 0877 0282 1277 / 0812 3258 4950 / 0852 3392 5564

Email: limcorporation2009@gmail.com

Atau chat langsung dengan admin klik salah satu tautan berikut:

http://bit.ly/AdminLC1

http://bit.ly/AdminLC2

http://bit.ly/AdminLC3

Catatan:

– Minimal order 5.000 lembar


– Harga netto (tidak termasuk PPN)

– Harga franco Surabaya, belum termasuk ongkos kirim ke kota tujuan

– Harga tidak mengikat, bisa berubah setiap waktu

https://medium.com/@limcorp8/metode-praktis-budidaya-ulat-sutera-
pemakan-daun-singkong-b80388b8a328
BERITA INDUSTRI

Bali Kembangkan Sutra Liar

Sumber : Republika

Pemerintah terus mendorong pengembangan industri sutra liar. Sutra liar merupakan sutra
yang dihasilkan oleh ulat sutra, namun makanannya bukan daun murbei. Selama ini, ulat
sutra dikenal sebagai ulat pemakan daun murbei. Namun, ternyata ada juga jenis ulat sutra
yang makanannya dedaunan jenis lain. Ulat sutra inilah yang disebut sutra liar.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah
mengatakan, sutra liar dihasilkan dari ulat sutra yang memakan daun tanaman jambu mete,
daun alpukat, daun keben, daun jarak, dan juga daun singkong. "Saat ini, prospek
pengembangan sutra liar masih sangat luas," kata Euis di Tabanan, Bali, Sabtu (21/12).
Menurut Euis, prospek pengembangan sutra liar makin bagus setelah ditemukan ulat sutra
yang bisa memakan daun singkong. Apalagi, ulat sutra pemakan daun singkong itu
menghasilkan serat yang cukup halus dan panjang.
Dia melanjutkan, diperlukan penanganan serius untuk mengembangkan sutra liar. Hal ini
sesuai dengan UU Perindustrian yang mengharapkan pengembangan industri yang bisa
memberi berkah dan manfaat bagi hajat hidup orang banyak. "Saya pikir perlu ada kerja
sama kelembagaan pula antarinstansi terkait, seperti pertanian, kehutanan, dan koperasi."
Euis berharap, industri sutra alam yang bersumber dari daun singkong bisa diproduksi
secara massal. Potensinya sangat memungkinkan karena tanaman singkong sangat mudah
tumbuh dan bisa ditanam di seluruh wilayah nusantara, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Pemanfaatan daun singkong menjadi makanan ulat sutra juga dinilai sebagai nilai tambah
bagi tanaman singkong. Serat yang dihasilkan dari ulat sutra yang memakan daun singkong,
kata Euis, sudah terbukti bisa menghasilkan kain yang cukup bagus. Warna benang yang
dihasilkan putih gading dan seratnya cukup panjang serta tak mudah putus.
Di Proviiisi Bali, pembudidayaan ulat sutra pemakan daun singkong sedang dirintis seorang
pengusaha bernama Eddy Saputra. Eddy yang juga memiliki usaha hotel dan restoran mulai
membibitkan ulat sutra pemakan daun singkong sejak 2006. Eddy mengatakan, saat ini,
beberapa bibit ulat sutra daung singkong juga sedang dikembangbiakkan di Kabupaten
Soppeng, Sulawesi Selatan. "Satu hal yang harus diwaspadai adalah jangan sampai ulat-
ulatnya terkena virus," ujar Eddy.
Eddy berharap, ulat sutra pemakan daun singkong bisa memenuhi kebutuhan bahan baku
kain sutra Indonesia. Pemilik hotel dan restoran Pacung Labagga di kawasan Baturiti
Bedugul ini mengatakan, kebutuhan bahan.baku sutra nasional masih sangat besar. "Kita
masih kekurangan sekitar 70 persen," ujarnya. Karenanya, dengan bahan makanan daun
singkong yang mudah tumbuh, peluang mengembangkan jenis ulat sutra liar sangat besar.
Di Provinsi Bali saja, di setiap kabupaten banyak lahan yang terbengkalai dan bisa ditanami
singkong.
Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Bali Kusumawati mengatakan, bahan baku industri
tekstil di Bali masih bergantung pada impor. Saat ini, setidaknya ada 450 industri kecil
menengah (IKM) yang masih mengandalkan impor bahan baku dari Cina dan India.

https://kemenperin.go.id/artikel/8265/Bali-Kembangkan-Sutra-Liar
NILAI EKONOMIS BUDIDAYA ULAT SUTERA Samia cynthia ricini PEMAKAN
DAUN SINGKONG DENGAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA
(Study Kasus Model Budidaya Ulat Sutera Dikota Malang)
Riswanto Saramoni, Sumarno Sumarno, Ahmad Iskandar Setiyawan

Abstract

The frequency of silkworm feeding requirements will affects the nutritional


needs, the percentage of yarn and the resulting cocoon quality, which
impact on the economic value of the development of silkworm breeding.
This study aimed to determine the efficient economic value of silkworm
breeding with different feeding frequency.
The research was conducted from August to September 2016 in Aneka
Ternak Laboratory of Tribhuwana Tunggadewi University of Malang. The
material used was a silkworm typed Samia cynthia ricini. The experiments
were grouped into 4 treatments. The feeding frequency treatment given was
P1 (feeding every 3 hours/day), P2 (feeding every 4 hours/day), P3 (feeding
every 5 hours/day), P4 (feeding every 6 hours/day). The variables observed
were feed consumption, weight of cocoon, production cost, revenue, and
profit.
The results showed that the highest feed consumption was P4 treatment of
3378.5 g and the lowest was P1 treatment of 2980.6 g. The highest cocoon
weight was P4 treatment of 326.15 g and the lowest was P1 treatment of
283.38 g. The highest production cost is P4 treatment of Rp. 37.026 and
the lowest is P1 treatment of Rp. 35.226. The highest acceptance is P4
treatment of Rp. 6,523 and the lowest is P1 treatment of Rp. 5.667. The
highest loss is P4 treatment of Rp.30,503 and the lowest is P1 treatment of
Rp.- 29,559.
The economic value of silkworm cultivation of Samia cynthia ricini with
different feeding frequency was not efficient because silkworm breeding
had a loss. This was due to the high variable cost of silkworm feeding cost
incurred during the production period could not be covered by the number
of profits obtained.

Frekuensi pemberian pakan ulat sutera akan mempengaruhi kebutuhan


nutrisi, persentase benang dan kualitas kokon yang dihasilkan, yang
berimbas terhadap nilai ekonomis dari pengembangan budidaya ulat
sutera. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai ekonomis yang
efisien dari budidaya ulat sutera dengan pemberian frekuensi pakan yang
berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2016
di Laboratorium Aneka Ternak Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang. Materi yang digunakan adalah ulat sutera Samia cynthia ricini.
Percobaan dikelompokan menjadi 4 perlakuan. Perlakuan frekuensi
pemberian pakan yang diberikan adalah P1 (pemberian pakan setiap 3
jam/hari), P2 (pemberian pakan setiap 4 jam/hari), P3 (pemberian pakan
setiap 5 jam/hari), P4 (pemberian pakan setiap 6 jam/hari). Variabel yang
diamati adalah konsumsi pakan, bobot kokon, biaya produksi,
penerimaan dan keuntungan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumsi pakan yang tertinggi
adalah perlakuan P4 sebesar 3378,5 g dan terendah adalah perlakuan P1
sebesar 2980,6 g. Bobot kokon tertinggi adalah perlakuan P4 sebesar
326,15 g dan terendah adalah perlakuan P1 sebesar 283,38 g. Biaya
produksi tertinggi adalah perlakuan P4 sebesar Rp. 37.026 dan terendah
adalah perlakuan P1 sebesar Rp. 35.226. Penerimaan tertinggi adalah
perlakuan P4 sebesar Rp. 6.523 dan terendah adalah perlakuan P1
sebesar Rp. 5.667. Kerugian tertinggi adalah perlakuan P4 sebesar Rp.-
30.503 dan terendah adalah perlakuan P1 sebesar Rp.- 29.559.
Nilai ekonomis dari budidaya ulat sutera Samia cynthia ricini dengan
frekuensi pemberian pakan yang berbeda tidak efisien karena mengalami
kerugian. Hal ini disebabkan karena tingginya biaya variabel (biaya pakan)
yang dikeluarkan selama masa produksi tidak dapat ditutupi dengan
keuntungan yang diperoleh.

Keywords

Ulat sutera Samia cynthia ricini; nilai ekonomis; frekuensi pemberian


pakan

References

Guntoro, S. 2006. Budidaya Ulat Sutera. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

Kaomini M, 2001. Analisis interaksi genotipe-lingkungan pada beberapa sifat kuantitatif


ulat sutera (Bombyx mori L.) Media Peternakan 24(2): 24–9.

Moersamdono, 1984. Budidaya Ulat Sutera dan Aspek Ekonominya. Kanisius Yogyakarta.

Nurdin. 1980. Rendemen dan Mutu Kokon. Jurnal Penelitian Kehutanan. Proyek
Persuteraan Alam Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan.

Pramono Hadi, 2013. Pelatihan Budidaya Ulat Sutera Samia Chynthia Ricini Pemakan
Daun Ubi Kayu, LP3M UNIBA Surakarta.

Samsijah dan L. Andadari. 1992. Teknik Pengolahan Kokon dan Benang Sutera. Puslitbang
Hutan. Bogor.

Soekartawi. 2006. Analisis Usaha tani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Taufik, D. K., Isbandi, dan Dyah M. 2013. Analisis pengaruh sikap peternak terhadap
pendapatan pada usaha peternakan itik di Kelurahan Pesurungan Lor Kota Tegal. JITP 2
(3): 201-208.

Warjodjo, 2001. Budidaya Ulat Sutera dan Aspek Ekonominya. Kanisius

https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/pertanian/article/view/912
Panduan Lengkap Cara Budidaya Ternak Ulat Sutera
Peluang Usaha Menjanjikan
Budidaya ulat sutera memang masih sangat jarang dilakukan karena proses budidaya yang
cukup rumit, namun sebenarnya dengan jarangnya orang yang melakukan budidaya ulat
sutera ini maka akan lebih besar peluang usaha jika usaha ini serius digeluti.
Membudidayakan ulat sutera tersebut sangatlah berpotensi tinggi, mengingat industri tenun
Indonesia masih tergantung dengan penggunaan benang sutera dari China. Berikut adalah
cara budidaya ulat sutera:

Persiapan Pemeliharaan Ulat Sutera

Sebelum melakukan pemeliharaan pada ulat sutera sebaiknya perlulah dilakukan persiapan
berupa penyediaan pakan ulat sutera, ruangan untuk memelihara, peralatan untuk
pemeliharaan serta pemesanan telur atau bibit ulat sutera.

a. Penyediaan Daun Murbei untuk Pakan

 Daun murbei untuk ulat sutera kecil berumur pangkas 1 bulan


sedangkan untuk ulat sutera dewasa berumur pangkas 2 atau 3
bulan.
 Tanaman murbei dapat dipanen setelah berumur 9 bulan setelah
penanaman.
 Dalam pemeliharaan 1 box ulat sutera dibutuhkan sekitar 1000
hingga 1200 kg daun murbei dengan cabang atau 400 hingga 500
kg daun murbei tanpa cabang.
 Jenis unggul daun murbei yang baik untuk ulat sutera adalah
Morus alba, Morus cathayana, Morus multicaulis dan lainnya.

b. Ruangan dan Peralatan untuk Pemeliharaan Ulat Sutera


Ruangan untuk pemeliharaan ulat sutera harus memiliki ventilasi dan jendela yang cukup
Tempat pemeliharaan ulat dewasa dipisahkan dari tempat pemeliharaan ulat kecil, ulat kecil
dipelihara pada tempat khusus atau unit pemeliharaan ulat kecil.

Peralatan untuk budidaya ulat sutera yang perlu disediakan antara lain kotak/rak
pemeliharaan, kaporit/papsol, kapur tembok, tempat pakan/tempat daun,jaring ulat, ayakan,
pisau, gunting stek, ember/baskom, kertas alas, kertas minyak atau parafin, lap tangan , kain
penutup daun dan lainnya.

Ruangan dan peralatan diberi desinfeksi 2 hingga 3 hari sebelum budidaya dimulai. Apabila
ulat kecil dipelihara di Upuk berlantai semen maka lakuakan pencucian setelah
didesinfeksi.

c. Pesanan Bibit Ulat Sutera


Pesanan bibit ulat sutera disesuaikan dengan jumlah daun yang tersedia dan kapasitas
runagan serta peralatan untuk budidaya. Pemesanan bibit ulat sutera tersebut dipesan
selambat-lambatnya 10 hari sebelum budidaya dimulai, setelah bibit telah diperoleh maka
lakukan penanganan telur dengan baik agar telur menetas seragam dengan cara:

Telur disebarkan pada kotak penetasan yang telah ddisiapkan kemudian ditutup dengan
kertas putih tipis, kotak penetasan tersebut diletakan pada ruangan yang sejuk dan terhindar
dari sinar matahari secara langsung dengan kelembaban 75%-85% dan suhu sekitar 25°C-
28°C. Apabila pada telur sudah terlihat bintik biru maka bungkus menggunakan kain hitam
selama 2 hari.

Budidaya Ulat Sutera

a. Pemeliharaan Ulat Sutera Kecil


Dalam melakukan pemeliharaan ulat kecil didahului dengan kegiatan Hakikate yaitu
kegiatan penanganan ulat yang baru menetas disertai dengan pemberian pakan pertama.

Ulat sutera yang baru menetas didesinfeksi dengan menggunakan bubuk campuran kaporit
dan kapur dengan perbandingan 5:95, lalu beri daun murbei muda yang telh dipotong kecil
kecil, selanjutnya ulat dipindahkan ke sasag kemudian ditutup enggunkan parafin atau
kertas minyak. Lakukan pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan
sore hari.

Ulat sutera akan mengalami masa istirahat dan pergantian kulit pada setiap instar, apabila
hal tersebut berlangsug maka lakukan pemberhentian pemberian pakan namun taburi
dengan kapur. Pada saat masa ini berlangsung, agar udara mengalir maka jendela atau
vebtilasi runagan dibuka. pada saat akhir instar lakukan penjarangan dan sesuaikan daya
tampung tempat dengan perkembangan ulat sutera. Lakukan pembersihan tempat ulat dan
pencegahan hama penyakit dengan teratur.

Pelaksanaan :

 Pada instar I dan II , pembersihan dilakukan sebanyak 1 kali. Pada


instar III pembersihan dilakukan sebanyak 1 atau 2 kali dan semua
itu dilakukan setelah pemberian pakan kedua dan menjelang tidur.
 Rak atau sasag ditempatkan agar tidak menempel dengan dinding,
kali rak diberi kaleng yang berisi air agar mencagah gangguan
semut.
 Jika lantai ruangan tidak disemen maka taburi lantai dengan kapur
secara merata agar tidak lembab.
desinfeksi tubuh ulat sutera dilakukan setelah ulat sutera bangun
yaitu sebelum pemberian pakan pertama.

Penyaluran ulat sutera kecil dari tempat UPUK (Unit Pemeliharaan Ulat Kecil) ke UPUB
(Unit Pemeliharaan Ulat Besar) dilakukan saar ulat sedang tisur pada instar III. Perlakuan
pada saat penyaluran yaitu penyaluran ulat yang akan dipindahkan dibungkus dengan
menggulung kertas alasnya dan kedua sisi kertas alas diikat lalu diletakkan pada posisis
berdiri atar ulat tidak tertekan. Sebaiknya Penyaluran ini dilakukan pada pagi atau sore hari.

b. Pemeliharaan Ulat Sutera Besar


Perlakuan terhadap ulat sutera besar berbeda dengan perlakuan pada ulat sutera kecil. Ulat
sutera besar memerlukan kondisi ruangan yang sejuk dengan suhu sekitar 24°C-26°C dan
kelembapan 70%-75%.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan ulat sutera besar adalah:

 Ulat sutera besar memerlukan ruangan atau tempat pemeliharaan


yang lebih luas.
 Daun pakan yang dipersiapkan untuk ulat sutera besar, disimpan
pada tempat yang bersih dan sejuk serta ditutup dengan kain
basah;
 Daun murbei yang diberikan pada ulat sutera besar untuk pakan
tidak lagi dipotong-potong utuh dengan cabang dan penempatan
pakan tersebut diselang-selingi secara teratur antara bagian ujung
dan pangkalnya.
 Pemberian pakan pada ulat sutera besar (pada instar IV dan V)
dilakukan 3 hingga 4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore dan
malam hari;
 Pemberian pakan saat menjelang ulat tidur dikurangi atau
dihentikan dan pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara merata;
 Desinfeksi tubuh ulat dilakukan setiap pagi sebelum pemberian
makan dengan menggunakan campuran kapur dan kaporit (90:10)
ditaburi secara merata;
 Pada instar IV, pembersihan tempat pemeliharaan dilakukan
minimal sebanyak 3 kali, yaitu pada hari ke 2 dan ke 3 serta
menjelang ulat tidur;
 Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap hari;
 Seperti pada ulat kecil, rak atau sasag ditempatkan tidak menempel
pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng yang
berisi air dan apabila lantai ruangan pemeliharaan tidak berlantai
semen agar menghindari kelembaban tinggi maka ditaburi kapur.

c. Mengokonkan Ulat Sutera


Pada instar V yaitu hari ke6 atau 7 ulat sutera biasanya akan mulai mengokon. Tanda-tanda
ulat sutera yang akan mengokon adalah:

 Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama sekali;


 Tubuh ulat sutera berubah menjadi bening kekuning-kuningan atau
transparan;
 Ulat cenderung berjalan ke areal pinggir;
 Keluar serat sutera dari mulut ulat .

Apabila sudah terlihat tanda-tanda tersebut, maka yang perlu dilakukan adalah:

Kumpulkan ulat sutera tersebut dan masukkan ke dalam alat pengokonan yang telah
disiapkan dengan cara ditabur secara merata. Alat pengokonan yang baik digunakan antara
lain: rotari. Seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun kelapa atau
jerami yang diputar membentuk sikat tabung).

d. Pemanenan Dan Penanganan Kokon


Pemanenan dilakukan pada hari ke 5 atau 6 sejak ulat sutera mulai membuat kokon.
Sebelum dipanen, ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil lalu dibuang atau
dibakar. Penanganan kokon selanjutnya meliputi:

 Pembersihan kokon, yaitu menghilangkan kotoran dan serat-serat


yang ada pada lapisan luar kokon;
Seleksi kokon, yaitu pemisahan antara kokon baik dan kokon
cacat/jelek;
 Pengeringan kokon, yaitu penanganan terhadap kokon untuk
mematikan pupa serta untuk mengurangi kadar air agar bisa
disimpan dalam jangka waktu tertentu;
 Penyimpanan kokon, hal ini dilakukan apabila kokon tidak langsung
dipintal atau dijual atau sedang menunggu proses pemintalan.
Cara penyimpanan kokon adalah sebagai berikut :
1. Kokon dimasukkan ke dalam kotak karton atau kantong
kain/kertas;
2. Kokon ditempatkan pada ruangan yang kering;
3. Selama dalam penyimpanan, sekali-sekali kokon dijemur ulang;
Lama penyimpanan kokon tergantung pada cara pengeringan,
tingkat kekeringan dan tempat penyimpanan.

Demikian artikel pembahasan tentang”9 Panduan Lengkap Cara Budidaya Ulat Sutera
“Peluang Usaha Menjanjikan”“, semoga bermanfaat dan jangan lupa ikuti postingan kami
berikutnya. Sampai jumpa

https://www.faunadanflora.com/panduan-lengkap-cara-budidaya-ulat-
sutera/
https://www.liputan6.com/regional/read/3874056/saat-sutera-singkong-
yogyakarta-menembus-eropa

Saat Sutera Singkong Yogyakarta


Menembus Eropa

Yanuar H

18 Jan 2019, 16:00 WIB




16

Siapa yang sangka, kepompong larva ulat daun singkong ternyata bisa diubah menjadi kain
sutera yang indah. (Liputan6.com/ Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta -Y Siapa yang sangka, kepompong larva ulat daun singkong
ternyata bisa diubah menjadi kain sutera yang indah. Di tangan fashion desainer muda
Adelina Natasha, hal tersebut bukan suatu hal yang mustahil.

Kain sutera singkong dibuat secara tradisional dengan mengandalkan alat tenun non-mesin.
Hasilnya menakjubkan, selain punya tekstur yang lembut, kain ini juga unik karena
dilengkapi dengan "slub", sebuah benang yang dipakai untuk tenun terdapat benjolan kecil
dan halus. Itu juga yang membuatnya tampak alami.

Baca Juga
 FOTO: Promosikan Pariwisata, Pemuda Ini Meniti Tali di Ketinggian 740 Meter

Sutera singkong yang terbuat dari kepompong ulat sutra atau yang bernama latin Samia
Cynthia Rucini/Eri ini tidak seperti ulat sutra mori Bombix, pupa (biasanya tinggal di
cangkang tertutup yang disebut kepompong) dibiarkan hidup untuk tumbuh menjadi
ngengat.

"Sutera singkong itu 100 persen sutera dari ulat sutera Samia dan daun singkong. Ulatnya
makan daun singkong," katanya kepada Liputan6.com, Kamis (17/1/2019).

Adeline mengatakan kain sutera singkong ini belum banyak yang menggunakan di bidang
fashion. Sehingga ia tertarik untuk mengembangkan sutera singkong ini.

"Baru di tahun 2018 sutera singkong ini dikembangkan. Desember 2018 lalu saya
mulainya," katanya.

Menurut Adeline kain sutera singkong itu ia dapatkan langsung dari produsen kain di Kulon
Progo DIY. Kain sutera singkong ini semua benangnya ditenun sendiri oleh wanita desa
dengan alat tradisional yang disebut Jantra dan alat tenun non-mesin berteknik khusus.

"Kain ini baru ada dikembangin di Kulon Progo. Di Jogya baru di Kulon Progo," katanya.

Adeline menyebut belum banyak fashion designer yang menggunakan bahan jenis sutera
singkong ini. Ia pun akhirnya memilih kain sutera singkong ini masuk dalam salah satu
design pakaiannya.

"Masih baru ini (sutera singkong) dan mau naik," katanya. Ia pun sudah membuat pakaian
dari sutera singkong ini dan akan dipamerkan dalam waktu dekat.

"Selain pakaian nanti bisa dibuat untuk tas, sepatu sama syal," katanya.

2 dari 2 halaman

Mampu Menyesuaikan Suhu


Bekerja sama dengan Jamtra Silk, Adeline kini berusaha mengembangakan kain sutera
singkong. Menurutnya tidak mudah mendapatkan bahan sutra singkong ini karena
prosesnya yang rumit.

"Lebih susah jenis kain belum bisa ditenunkan jadi masih pakai manual," katanya.

Adeline memilih sutera singkong karena hasil kainnya berbeda dengan sutra biasanya. Kain
sutera singkong yang mampu menyesuaikan suhu inilah membuatnya memilih kain sutera
ini.

"Seratnya lebih tebal tidak shinee tapi karakternya sama dipakai panas tetap adem tapi
ketika dipakai cuaca dingin dia akan hangat," katanya.
Ia tertarik mengenalkan kain sutera singkong karena unik dan belum ada yang pakai bahan
itu. Walaupun ia sempat ragu namun akhirnya kain dengan desainnya mampu menarik
masyarakat.

"Awalnya ragu-ragu bisa ga? ternyata bisa saya padu padankan dengan lain kayak denim
payet dan lain-lain terlihat lebih mewah. Ada sentuhan terlihat lebih wah," katanya.

Kain jenis ini pun pernah dikirimkan ke fashion designer di Paris. Mereka tertarik karena
bahannya mampu menyesuaikan suhu dingin Eropa.

"Mengedukasi masyarakat bahwa ada sutra jenis baru. Menceritakan storinya ini sutera juga
tapi dari singkong," katanya.
 Dosen UNIBA Surakarta Temukan Budidaya Ulat Sutera Pemakan Daun Singkong
Untuk Kain Sutera

Aneka

Dosen UNIBA Surakarta Temukan


Budidaya Ulat Sutera Pemakan Daun
Singkong Untuk Kain Sutera
13 September 2016
Koranjuri
No Comments

KORANJURI.COM- Tim riset UNIBA ( Universitas Islam Batik Surakarta ) berhasil


menemukan dan mengembangkan budidaya ulat sutera pemakan daun singkong di
Kabupaten Wonigiri.

Menurut Dra.Trimurti, MM ketua tim peneliti UNIBA Surakarta, proses penelitian di


lakukan selama tiga tahun di daerah Karangtengah Wonogiri. Dari mulai budi daya ulat
sutera, proses pemintalan benang sampai dengan tenun semua di kerjakan oleh penduduk

desa.

Sebelumnya, penduduk di beri bimbingan pendidikan dan latihan kewirausahaan tenun di


Desa Kulurrejo oleh tim riset dari UNIBA Surakarta. Di harapkan setelah mereka bisa, kata
Dra.Trimurti, MM, penduduk bisa memproduksi kain tenun sutera sendiri

Selain itu, penerapan program kewirausahaan ekonomi kerakyatan yang di terapkan tim
peneliti guna meningkatkan produktivitas, kualitas dan kapasitas produksi pertanian,
berbasis agroindustri yang selama ini belum sepenuhnya di adopsi oleh petani.

Ulat sutera pemakan daun singkong yang berhasil di kembangkan masuk dalam species
Samia chintyaricini, Boisd. Penemuan ini di harapkan tidak hanya menjadi produk
unggulan Indonesia berbasis agroindustri, tetapi wujud nyata kekayaan yang ada di
Indonesia, serta capaian luar biasa anak bangsa.
‘ Keberhasilan penelitian dari program Hi-Link DITLITABMAS DIKTI. ‘ Kata
Dra.Trimurti, MM.

Selain Trimurti, banyak ahli lain yang juga masuk dalam tim riset diantaranya, Ir.Dedi
Rustyono, MSI, Sulityowinarno, SP,MSI, Haryanto dan para ahli kewirausahaan lainya.

Hasil dari penelitian selanjutnya tetap akan terus di kembangkan dan di patenkan untuk
menjaga hak intelektual riset./ Jk

http://www.soloraya.koranjuri.com/?p=1208

Anda mungkin juga menyukai