Anggota kelompok :
1. Agastyan Zulfintoris
2. David Suwandi
3. Fakhri Taufiiqulhakim
4. Miftha Shalsabilla
5. Nabila Rameyza
6. Tya Aprillia
XI MIPA 5
I. BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Pembuatan Makalah
C. Macam-Macam Sanksi
Pernahkah kalian melihat tayangan iklan layanan masyarakat di televisi
yang menggambarkan seorang wasit sepak bola ragu untuk memberikan kartu
peringatan kepada pemain yang melakukan pelanggaran. Apakah kartu merah
yang akan diberikan atau kartu kuning. Keragu-raguan wasit itu merupakan
satu bukti penegakan sanksi yang tidak tegas.
Misalnya, mengapa sopir angkutan kota yang tidak sungkan-sungkan
berhenti menunggu penumpang pada tempat yang jelas-jelas dilarang berhenti?
Penyebabnya karena petugas tidak tegas menindaknya. Bila peristiwa seperti
itu dibiarkan, tidak ditindak oleh petugas maka lama-kelamaan dianggap
sebagai hal yang biasa. Dengan kata lain, jika suatu perbuatan dilakukan
berulang-ulang, tidak ada sanksi, walaupun melanggar aturan maka akhirnya
perbuatan itu dianggap sebagai norma. Seperti kebiasaan sopir angkutan kota
tadi, karena perbuatannya itu tidak ada yang menindak maka akhirnya menjadi
hal yang biasa saja.
Hal yang sama dapat juga menimpa kalian. Misalnya, jika siswa yang
melanggar tata tertib sekolah dibiarkan begitu saja, tanpa ada sanksi tegas maka
esok lusa pelanggaran akan menjadi hal yang biasa. Perilaku yang bertentangan
dengan hukum menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan pribadi maupun
kehidupan hukum menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan pribadi
maupun kehidupan bermasyarakat. Ketidaknyamanan dan ketidakteraturan
tentu daja akan selalu meliputi kehidupan kita jika hukum sering dilanggar atau
tidak ditaati. Untuk mencegah terjadinya tindakan pelanggaran terhadap norma
atau hukum maka dibutlah sanksi dalam setiap norma atau hukum
tersebut.Berikut norma,contoh,beserta sanksi :
Dalam tabel di atas diberikan bahwa sanksi norma hukum adalah tegas dan nyata.
Hal tersebut mengandung pengertian sebagai berikut.
1. Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material. Misalnya,
dalam hukum pidana mengenai sanksi diatur dalam pasal 10 KUHP. Pasal
tersebut ditegaskan bahwa sanksi pidana berbentuk hukuman berupa :
Hukuman Pokok, yang terdiri atas:
a. hukuman mati
b. hukuman penjara yang terdiri dari hukuman seumur hidup dan hukuman
sementara waktu.
Hukuman Tambahan, yang terdiri
a. pencabutan hak-hak tertentu
b. perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu
c. pengumuman keputusan hakim
2. Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan seumur
hidup dan hukuman berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya. Contoh :
pasal 338 KUHP, menyebutkan “barang siapa sengaja merampas nyawa
orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun”.
Jika sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga
perdilan, sanksi sosial diberikan oleh masyarakat. Misalnya dengan
menghembuskan desas-desus, cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan
yang paling berat diusir dari lingkungan masyarakat setempat.
Jika sanksi hukum maupun sanksi sosial tidak juga mampu mencegah
orang melakukan perbuatan melanggar aturan, ada satu jenis sanksi lain,
yakni sanksi psikologis. Sanksi psikologis dirasakan dalam batin kita sendiri.
Jika seseorang melakukan pelanggaran terhadap peraturan, tentu saja di
dalam batinnya ia akan merasa bersalah. Selama hidupnya ia akan dibayang-
bayangi oleh kesalahannya itu. Hal ini akan sangat membebani jiwa dan
pikiran kita. Sanksi inilah yang merupakan gerbang terakhir yang dapat
mencegah seeorang melakukan pelanggaran terhadap aturan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makalah ini menguraikan sikap-sikap yang berlandaskan dengan
hukum dan menjelaskan kepatuhan hukum mengandung arti bahwa
seseorang memiliki kesadaran yakni: memahami dan menggunakan
peraturan dan aturan yang berlaku, mempertahankan tertib hukum yang
ada, dan menegakkan kepastian hukum.Dalam hal ini pun dijelaskan
beserta sanksi-sanksi yang sesuai dengan hukum yang ada di Indonesia.
B. Saran
Kita sebagai rakyat Indonesia sudah sepatutnya untuk mematuhi
segala yang sudah ditetapkan oleh hukum dan megakkan keadilan serta
menjauhi segala sikap-sikap yang melanggar hukum yang sudah
ditetapkan.Serta menanamkan sikap yang sesuai dengan hukum sejak
dini.