Nama : Ratnawati
Tria Wahyuninggsih
Reza Eni Septiana
Prety Anisya
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat dan karunia sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Menampilkan Sikap yang Sesuai Dengan Hukum Dan juga saya mengucapkan
terimakasi pada ibu Wulan Sari S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan. Keberhasilan makalah ini tidak lain disertai referensi –
referensi dan bantuan dari pihak yang bersangkutan. Namun makalah ini masih
memiliki kekurangan dalam penyusunan makalah. maka dari itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi kesempurnaan Artikel ini. makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan serta memenuhi nilai tugas mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................…..
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah.......................................................................
B. Rumusan Masala .................................................................................
C. tujuan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum...............................................................................
B. Kepatuhan Hukum Dan Ciri-Ciri Sikap Sesuai Huku.........................
C. Perilaku Yang Sesuai Dengan Hukum.................................................
D. Perilaku Yang Bertentangan Dengan Hukum......................................
A. Untuk Mengetahui Macam-Macam Sanksi ...........................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum
Hukum dalah peraturan berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan
mengatur tingkah laku manusia untuk menjaga ketertiban, keadilan, dan
mencegah terjadinya kekacauan. Setiap negara mempunyai aturan-aturan hukum
tersendiri yang berbeda dengan negara lain, termasuk Indonesia. Seperti
diketahui, Indonesia merupakan negara hukum, sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat
3 UUD 1945. Itu artinya, setiap warga negara wajib untuk mematuhi hukum dan
aturan yang berlaku di Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hukum adalah peraturan atau
adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah. Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur
pergaulan hidup masyarakat. Apabila Warga Negara Indonesia tidak mematuhi
hukum yang ada tentu akan dijatuhi sanki berupa denda hingga dipenjara.
Ketaatan kepada peraturan dan hukum adalah sebuah konsep yang harus
diwujudkan dalam diri setiap warga negara. Semakin seseorang itu taat hukum,
maka bisa disimpulkan kalau tingkat kesadaran hukumnya juga tinggi.
E. Macam-Macam Sanksi
Pernahkah kalian melihat tayangan iklan layanan masyarakat di televisi yang
menggambarkan seorang wasit sepak bola ragu untuk memberikan kartu
peringatan kepada pemain yang melakukan pelanggaran. Apakah kartu merah
yang akan diberikan atau kartu kuning. Keragu-raguan wasit itu merupakan satu
bukti penegakan sanksi yang tidak tegas. Peristiwa serupa sering kali kita
saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengapa sopir angkutan kota
yang tidak sungkan-sungkan berhenti menunggu penumpang pada tempat yang
jelas-jelas dilarang berhenti? Penyebabnya karena petugas tidak tegas
menindaknya. Bila peristiwa seperti itu dibiarkan, tidak ditindak oleh petugas
maka lama-kelamaan dianggap sebagai hal yang biasa. Dengan kata lain, jika
suatu perbuatan dilakukan berulang-ulang, tidak ada sanksi, walaupun melanggar
aturan maka akhirnya perbuatan itu dianggap sebagai norma. Seperti kebiasaan
sopir angkutan kota tadi, karena perbuatannya itu tidak ada yang menindak maka
akhirnya menjadi hal yang biasa saja.
Hal yang sama dapat juga menimpa kalian. Misalnya, jika siswa yang melanggar
tata tertib sekolah dibiarkan begitu saja, tanpa ada sanksi tegas maka esok lusa
pelanggaran akan menjadi hal yang biasa. Perilaku yang bertentangan dengan
hukum menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan
bermasyarakat. Ketidaknyamanan dan ketidakteraturan tentu saja akan selalu
meliputi kehidupan kita jika hukum sering dilanggar atau tidak ditaati. Untuk
mencegah terjadinya tindakan pelanggaran terhadap norma atau hukum maka
dibuatlah sanksi dalam setiap norma atau hukum tersebut.
Sanksi terhadap pelanggaran itu amat banyak ragamnya, misalnya sanksi
hukum, sanksi sosial, dan sanksi psikologis. Sifat dan jenis sanksi dari setiap
norma atau hukum berbeda satu sama lain. Akan tetapi, dari segi tujuannya sama
yaitu untuk mewujudkan ketertiban dalam masyarakat. Hal tersebut mengandung
pengertian sebagai berikut.
1. Tegas
Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material. Misalnya, dalam
hukum pidana mengenai sanksi diatur dalam pasal 10 KUHP. Dalam pasal
tersebut ditegaskan bahwa sanksi pidana berbentuk hukuman yang mencakup:
a. Hukuman Pokok, yang terdiri atas:
1) Hukuman mati
2) Hukuman penjara yang terdiri dari hukuman seumur hidup dan
hukuman sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan
sekurangkurangnya 1 tahun)
b. Hukuman Tambahan, yang terdiri:
1) Pencabutan hak-hak tertentu
2) Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu
3) Pengumuman keputusan hakim
2. Nyata
Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan kadar hukuman
berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya. Contoh: pasal 338 KUHP,
menyebutkan “barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Jika sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan,
sanksi sosial diberikan oleh masyarakat. Misalnya dengan menghembuskan
desasdesus, cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan yang paling berat diusir
dari lingkungan masyarakat setempat.
Jika sanksi hukum maupun sanksi sosial tidak juga mampu mencegah orang
melakukan perbuatan melanggar aturan, ada satu jenis sanksi lain, yakni sanksi
psikologis. Sanksi psikologis dirasakan dalam batin kita sendiri. Jika seseorang
melakukan pelanggaran terhadap peraturan, tentu saja di dalam batinnya ia akan
merasa bersalah. Selama hidupnya ia akan dibayang-bayangi oleh kesalahannya
itu. Hal ini akan sangat membebani jiwa dan pikiran kita. Sanksi inilah yang
merupakan gerbang terakhir yang dapat mencegah seseorang melakukan
pelanggaran terhadap aturan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum dalah peraturan berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan
mengatur tingkah laku manusia untuk menjaga ketertiban, keadilan, dan
mencegah terjadinya kekacauan. Setiap negara mempunyai aturan-aturan hukum
tersendiri yang berbeda dengan negara lain, termasuk Indonesia.