Anda di halaman 1dari 13

DINAMIKA PELANGGARAN HUKUM

Pembimbing : Bu Hj. Imas Sumiarsih, M.M.Pd

Disusun oleh : Rizki Surya Ramadhan

XII IPS 1

SMAN 1 KATAPANG

KAB. BANDUNG

PROVINSI JAWA BARAT

2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang "Dinamika
Pelanggaran Hukum”
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, sayai
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Bandung, 10 September 2023

Rizki Surya

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................1
D. Manfaat................................................................................................................................2
BAB 2..............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

1. Berbagai Kasus Pelanggaran Hukum...............................................................................4


2. Macam-Macam Sanksi atas Pelanggaran Hukum...........................................................6
3. Partisipasi dalam Perlindungan dan Penegakan Hukum................................................7
BAB 3..............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan tindakan menurut


kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang telah dibuat. Sedangkan pelanggaran
menurut Tarmizi adalah ”tidak terlaksananya peraturan atau tata tertib secara konsisten akan
menjadi salah satu penyebab utama terjadinya berbagai bentuk dan kenakalan yang dilakukan
siswa, baik di didalam mauipun di luar sekolah”. Berdasarkan pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa pelanggaran adalah bentuk kenakalan siswa yang dilakukan menurut
kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan yang telah dibuat. Peranan hukum di dalam
masyarakat khususnya dalam menghadapi perubahan masyarakat perlu dikaji dalam rangka
mendorong terjadinya perubahan sosial. Pengaruh peranan hukum ini bisa bersifat langsung dan
tidak langsung atau signifikan atau tidak. Hukum memiliki pengaruh yang tidak langsung dalam
mendorong munculnya perubahan sosial pada pembentukan lembaga kemasyarakatan tertentu
yang berpengaruh langsung terhadap masyarakat. Di sisi lain, hukum membentuk atau mengubah
institusi pokok atau lembaga kemasyarakatan yang penting, maka terjadi pengaruh langsung,
yang kemudian sering disebut hukum digunakan sebagai alat untuk mengubah perilaku
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami membatasi rumusan masalahnya yaitu :
1. Berbagai kasus pelanggaran hukum
2. Macam-macam sanksi atas pelanggaran hukum
3. Partisipasi dalam perlindungan dan penegakan hukum

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kasus pelanggaran hukum
2. Untuk mengetahui macam-macam sanksi atas pelanggaran hukum
3. Untuk mengetahui partisipasi dalam perlindungan dan penegakan hukum

1
D. Manfaat
1. Diketahuinya kasus pelanggaran hokum
2. Diketahuinya macam-macam sanksi atas pelanggaran hokum
3. Diketahuinya partisipasi dalam perlindungan dan penegakan hukum

2
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Berbagai Kasus Pelanggaran Hukum
Tindakan-tindakan seperti pencurian, penculikan, pemukulan yang disebut dengan
pelanggaran hukum. Jadi pelanggaran hukum adalah berupa perbuatan yang tidak
sesuai atau melanggar larangan- larangan yang ditentukan oleh aturan hukum.
Pelanggaran dan kejahatan dua kata yang berhubungan dengan hukum. Kejahatan
adalah perbuatan melanggar hukum yang dikategorikan berat dan sedang. Sedangkan
pelanggaran adalah perbuatan melanggar hukum yang dikategorikan ringan. Sanksi
tindakan kejahatan adalah hukuman dan denda , sedangkan sanksi tindak pelanggaran
umumnya berupa denda. Misalnya, pelanggaran lalu lintas biasanya didenda dengan
sejumlah nominal sesuai UU.
Pelanggaran hukum adalah perbuatan yang bertentang dengan hukum. Perbuatan
melawan hukum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal
1365, berbunyi: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.”
Pelanggaran hukum sangat sering terjadi, bahkan hampir setiap hari kita
menjumpai berbagai informasi terjadinya tindakan melawan hukum baik itu yang
dilakukan oleh masyarakat bahkan oleh aparat penegak hukum sendiri. Pelanggaran
hukum selalu saja terjadi dan terulang di masyarakat, hal ini disebabkan berbagai faktor
diantaranya ;
a. Sistem peradilan yang dipandang kurang independen dan imparsial,
b. Belum memadainya perangkat hukum yang mencerminkan keadilan
sosial,
c. Lemahnya perlindungan hukum terhadap masyarakat,
d. Masih adanya intervensi terhadap hukum,
e. Inkonsistensi dalam penegakan hukum,

3
f. Rendahnya kontrol secara komprehensif terhadap penegakan
hukum,
g. Belum meratanya tingkat keprofesionalan para penegak hukum,
Contoh sikap sesuai dengan ketentuan hukum:
a) Sikap Terbuka
Contoh : Mau mengatakan benar atau salah, dan berupaya selalu
jujur dalam memahami ketentuan hukum.
b) Sikap Obyektif/Rasional
Contoh : sanggup menyatakan ya atau tidak dalam ketentuan
hukum dengan segala konsekuensinya.
c) Sikap Mengutamakan Kepentingan Umum
Contoh : Merelakan tanah atau bangunan diambil pemerintah untuk kepentingan
sarana jalan atau jembatan.
Cara mengatasi permasalahan implementasi hukum dan peradilan di Indonesia
adalah dengan cara memperbaiki penegakkan hukum itu sendiri yang meliputi
beberapa faktor, yaitu substansi hukum, struktur hukum, sarana dan prasarana,
dan budaya hukum masyarakat.
Dengan kata lain, pelanggaran hakikatnya merupakan pelanggaran
terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan:
1) Aturan agama; oleh peraturan atau hukum yang berlaku,
2) Dasar negara; misalnya kasus pembunuhan merupakan
3) Konstitusi negara; dan pengingkaran terhadap kewajiban
untuk norma-norma sosial menghormati hak hidup orang
lain.
Pelanggaran hukum merupakan bentuk ketidak patuhan terhadap hukum.
Ketidakpatuhan terhadap hukum dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. Pelanggaran hukum oleh si pelanggar sudah dianggap Sebagai kebiasaan;
b. Hukum yang berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan.
Saat ini, kita sering melihat berbagai pelanggaran hukum terjadi di negara ini.
Hampir setiap hari, kita mendapatkan informasi mengenai terjadinya tindakan
melawan hukum baik yang dilakukan oleh masyarakat ataupun oleh aparat penegak

4
hukum sendiri. Berikut ini contoh perilaku yang bertentangan dengan aturan yang
dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
1) Dalam lingkungan keluarga, di antaranya:
 Mengabaikan perintah orang tua;
 Mengganggu kakak atau adik yang sedang belajar;
 Ibadah tidak tepat waktu;
 Menonton tayangan yang tidak boleh ditonton oleh anak-anak;
 Nonton tv sampai larut malam; dan
 Bangun kesiangan.
2) Dalam lingkungan sekolah, di antaranya
 Menyontek ketika ulangan;
 Datang ke sekolah terlambat
 Bolos mengikuti pelajaran;
 Tidak memperhatikan penjelasan guru; dan
 Berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai dengan yang ditentukan
sekolah.
3) Dalam lingkungan masyarakat, diantaranya :
 Mangkir dari tugas ronda malam;
 Tidak mengikuti kerja bakti dengan alasan yang tidak jelas;
 Main hakim sendiri;
 Mengonsumsi obat-obat terlarang;
 Melakukan tindakan diskriminasi kepada orang lain;
 Melakukan perjudian; dan
 Membuang sampah sembarangan.
4) Dalam lingkungan bangsa dan negara, di antaranya:
 Tidak memiliki KTP;
 Tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas;
 Melakukan tindak pidana seperti pembunuhan, perampokan,
penggelapan, pengedaran uang palsu, pembajakan karya orang lain

5
dan sebagainya; d) melakukan aksi teror terhadap alat-alat
kelengkapan negara;
 Tidak berpartisipasi pada kegiatan pemilihan umum; dan
 Merusak fasilitas negara dengan sengaja.
2. Macam-Macam Sanksi atas Pelanggaran Hukum
Sanksi terhadap pelanggaran itu amat banyak ragamnya. Sifat dan jenis sanksi
dari setiap norma atau hukum berbeda satu sama lain. Akan tetapi, dari segi tujuannya
sama, yaitu untuk mewujudkan ketertiban dalam masyarakat. Sanksi norma hukum
adalah tegas dan nyata. Hal tersebut mengandung pengertian sebagai berikut.
1) Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material telah diatur Dalam
peraturan perundang-undangan. Misalnya, hukum pidana mengenai sanksi diatur
dalam Pasal 10 KUHP. Dalam pasal tersebut, ditegaskan bahwa sanksi pidana
berbentuk hukuman yang mencakup:
a) Hukuman pokok, yang terdiri atas:
 Hukuman mati; dan
 Hukuman penjara yang terdiri atas hukuman seumur hidup dan hukuman
sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1
tahun).
b) Hukuman tambahan, yang terdiri atas:
 Pencabutan hak-hak tertentu;
 Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu; dan
 Pengumuman keputusan hakim.
2) Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan kadar
Hukuman berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya. Contoh: Pasal 338 KUHP,
menyebutkan “barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam,
karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan, Sanksi
sosial diberikan oleh masyarakat, misalnya dengan cemoohan, dikucilkan dari
pergaulan, bahkan yang paling berat diusir dari lingkungan masyarakat setempat.
Jika sanksi hukum maupun sanksi sosial tidak juga mampu mencegah orang dari
perbuatan melanggar aturan, ada satu jenis sanksi lain, yakni sanksi psikologis. Sanksi

6
psikologis dirasakan dalam batin kita sendiri. Jika seseorang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan, tentu saja di dalam batinnya ia merasa bersalah. Selama hidupnya, ia
akan dibayang-bayangi oleh kesalahannya itu. Hal ini akan sangat membebani jiwa dan
pikiran kita. Sanksi inilah yang merupakan gerbang terakhir yang dapat mencegah
seseorang melakukan pelanggaran terhadap aturan.
3. Partisipasi dalam Perlindungan dan Penegakan Hukum
Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan konsep nyata
dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan sistem
hukum yang berlaku. Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga
negara, secara langsung menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya.
Kepatuhan hukum mengandung arti bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk:
 Memahami dan menggunakan peraturan perundangan yang berlaku
 Mempertahankan tertib hukum yang ada; dan
 Menegakkan kepastian hukum.

Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku dapat
dilihat dari perilaku yang diperbuatnya:
 Disenangi oleh masyarakat pada umumnya;
 Didak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain;
 Tidak menyinggung perasaan orang lain;
 Menciptakan keselarasan;
 Mencerminkan sikap sadar hukum;
 Mencerminkan kepatuhan terhadap hukum.
Perilaku yang mencerminkan sikap patuh terhadap hukum harus kita tampilkan dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan
negara sebagai bentuk perwujudan partisipasi Anda dalam proses penegakan
dan perlindungan hukum. Berikut ini contoh perilaku yang mencerminkan kepatuhan
terhadap hukum yang berlaku
1) Dalam Kehidupan di Lingkungan Keluarga
a) Mematuhi perintah orang tua.
b) Ibadah tepat waktu.

7
c) Menghormati anggota keluarga yang lain seperti ayah, ibu, kakak, adik
dan sebagainya.
d) Melaksanakan aturan yang dibuat dan disepakati keluarga.
2) Dalam kehidupan di Lingkungan Sekolah
a) Menghormati kepala sekolah, guru dan karyawan lainnya.
b) Memakai pakaian seragam yang telah ditentukan.
c) Tidak menyontek ketika ulangan.
d) Memperhatikan penjelasan guru.
e) Mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang berlaku.
3) Dalam Kehidupan di Lingkungan Masyarakat
a) Melaksanakan setiap norma yang berlaku di masyarakat;
b) Bertugas ronda.
c) Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti.
d) Menghormati keberadaan tetangga disekitar rumah.
e) Tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan kekacauan di masyarakat
seperti tawuran, judi, mabuk-mabukkan dan sebagainya;
f) Membayar iuran warga.
4) Dalam kehidupan di Lingkungan Bangsa dan Negara.
a) Bersikap tertib ketika berlalu lintas di jalan raya.
b) Memiliki KTP.
c) Memiliki SIM.
d) Ikut serta dalam kegiatan pemilihan umum.
e) Membayar pajak.
f) Membayar retribusi parkir.

BAB 3
PENUTUP

8
A. Kesimpulan

Ilmu Hukum pada hakekatnya adalah preskriptif atau mengharuskan. Karena


mengharuskan maka sifat hukum adalah normatif. Sifat normatifitas dari tidak bergantung pada
bentuk formal, kekuasaan dan sanksi, akan tetapi dari koherensinya dengankaidah dan prinsip
yang bersumber dari moralyaitu Keadilan dan Kebenaran. Hukum adalah Norma, dalam tindakan
reason for action. Sanction not constitutif law. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Sanksi bukan unsur utama dari hukum.Sanksi ada akibat tuntutan kepastian hukum dalam
paradigma positivisme hukum, yang memandang ilmu hukum sebagai ilmu empirik aturan aturan
tingkah laku yang mengatur perbuatan manusia secara lahiriah belaka. Dimana hukum dituntut
untuk berkorespondensi dengan fakta.
Dalam penerapan hukum agar hukum dapat diterapkan hukum harus dipaksakan. Dengan
demikian kedudukan sanksi dalam hukum adalah sanksi ada pada penerapan hukum

B. Saran

Sanksi tidak boleh mendegradasikan nilai hukum, menderitakan tidak diperbolehkan


merendahkan martabat manusia. Dalam hal hukum memberi nilai penghormatan atas kehidupan
manusia sanksi sama sekali tidak boleh melanggar nilai tersebut maka dari itu sanksi pidana mati
jelas tidak dibolehkan, karena hal tersebut juga pelanggaran hukum.
Hukum memberi nilai penghormatan atas hak milik sehingga kaidah hukum melarang
pencurian maka sanksi yang mengambil melebihi hak pelaku pencurian adalah tidak dibenarkan
sehingga sanksi yang memiskinkan seorang koruptor juga adalah pelanggaran hukum.Sanksi
harus ditujukan untuk mengabdi pada hukum bukan sebaliknya, apabila hukum menghendaki
untuk manusia tidak membunuh maka sanksi sebagai penegak larangan tersebut tidak boleh
menghilangkan nyawa
manusia

DAFTAR PUSTAKA

9
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balibang, Kemendikbud. Yusnawan Lubis, Mohamad Sodeli.
2018. Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XII

10

Anda mungkin juga menyukai