Tugas Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan pada Semester Ganjil
Disusun Oleh :
Kelompok 6 (Kelas XII OTKP 2)
Nama : 1. Rahmat Hadi Sofyan
2. Nur Meileni
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, serta karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
sederhana ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pelajaran PPKn. Kami menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
dijadikan acuan untuk membuat makalah lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 5
A. Latar Belakang.......................................................................... 5
B. Rumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan....................................................................................... 5
D. Manfaat......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................... 6
A. Berbagai Kasus Pelanggaran Hukum........................................ 6
B. Macam-macam Sanksi Atas Pelanggaran Hukum..................... 9
C. Partisisipasi dalam Perlindungan dan Penegakan Hukum........ 11
BAB III PENUTUP ......................................................................... 14
A. Kesimpulan.............................................................................. 14
B. Saran........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan tindakan menurut
kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang telah dibuat.
Sedangkan pelanggaran menurut Tarmizi adalah ”tidak terlaksananya peraturan atau tata
tertib secara konsisten akan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya berbagai bentuk dan
kenakalan yang dilakukan siswa, baik di didalam mauipun di luar sekolah”.
I.III Tujuan
1. Untuk mengetahui kasus pelanggaran hukum
I.IV Manfaat
1. Diketahuinya kasus pelanggaran hokum
BAB II
PEMBAHASAN
II.I Berbagai Kasus Pelanggaran Hukum
Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang
tidak sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan kata lain,
pelanggaran hukum merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban yang telah
ditetapkan oleh peraturan atau hukum yang berlaku, misalnya kasus pembunuhan
merupakan pengingkaran terhadap kewajiban untuk menghormati hak hidup orang lain.
b. Hukum yang berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan.
Berikut ini contoh perilaku yang bertentangan dengan aturan yang dilakukan di lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
5) Berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai dengan yang ditentukan sekolah.
1. Aksi Anarkisme
Aksi anarkisme yang marak terjadi di masyarakat adalah salah satunya yaitu aksi anarkisme
dalam unjuk rasa yang sering dilakukan oleh masyarakat. Aksi anarkisme tersebut dapat berupa
tindakan melakukan kekerasan dalam berunjuk rasa,membawa air keras,memblokade jalan sehingga
terjadi kemacetan,merusak fasilitas umum,dan lain-lain.Sehin gga hal tersebut mengganggu
masyarakat sekitar dan telah melanggar undang-undang tentang tentang cara berunjuk rasa yang
benar.
Maka dari itu sebaiknya pemerintah mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya dalam melakukan unjuk rasa yang benar sehingga tercipta lingkungan yang
kondusif setiap saat.
Di Indonesia memiliki tingkat anarkisme yang sangat tinggi dan perlu dibenahi dan
ditegaskan dalam masyarakat,masyarakat Indonesia perlu membenahi cara berpikir dan sistem
pemerintahannya agar Indonesia dapat dipandang sebagai negara yang kondusif dan tertib hukum.
Jika masyarakat menghilangkan sikap anarkisme dalam setiap tindakan yang dilakukan maka
kita semua dapat berpikir dingin dalam menghadapi setiap masalah tanpa perlu membawa emosi
kita.
2. Korupsi
Orang-orang yang melakukan tindak korupsi umumnya melakukan hal tersebut karena
dorongan ingin memuaskan diri sendiri, jadi yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin
miskin. Sehingga malah yang dirugikan adalah masyarakat.
Untuk itu sangat perlu untuk membenahi peraturan tentang tindakan korupsi yang dilakukan
diberbagai instansi yang bersangkutan maka dengan ditegakkannya dan diperkuatnya undang-
undang tentang tindakan pidana korupsi maka diharakan agar pelaku korupsi dapat jerah dan tidak
lagi melakukan tindakan korupsi dan orang-orang tidak akan berani melakukan pengkorupsian.
Sehingga kesejahteraan dapat dirasakan oleh semua orang dan keadilan dapat tercipta di
dalam masyarakat,dan dibangun sejak dini sikap anti korusi. Karena dari hal-hal yang kecil dapat
menjadi besar, jadi perlu ditangani sedini mungkin kepada semua lapisan masyarakat.
3. Pembunuhan
Pembunuhan menjadi salah satu masalah sosial di dalam masyarakat dan di seluruh dunia.
Pembunuhan merupakan salah satu masalah HAM yang sangat berat dan merupakan tindakan yang
sangat keji.
Pembunuhan dapat terjadi karena berbagai faktor seperti dilatar belakangi dendam,
masalah kejiwaan,terdesak dan keterbatasan. Maraknya tindakan pembunuhan dalam masyarakat
seperti mutilasi,pencurian jenajah untuk diambil organnya atau untuk dijual bagian tubuh seperti
rambut. Di dalam agama membunuh adalah sesuatu yang sangat haram untuk dilakukan dan
merupakan tindakan yang sangat diharamkan untuk dilakukan.
Orang yang membunuh sepantasnya harus dihukum sesuai dengan undang-undang yang
berlaku dalam masyarakat. Untuk itu masyarakat perlu duhimbau untuk tidak melakukan
pembunuhan. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk masyarakat agar tidak terjadi tindakan
pembunuhan adalah dengan memperdalam iman dan ketakwaan kepada Tuhan, mengikuti kegiatan-
kegiatan sosial,dan memperluas serta meningkatkan kominikasi dalam bersosialisasi.
Masyarakat dan pemerintah juga dapat berpartisipasi dengan melakukan berbagai kegitan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya untuk mencintai sesama manusia. Perubahan
sikap pada masyarakat tentang cara hidup yang benar dengan mulai mencintai diri sendiri lalu
mencintai orang lain.
4. Perjudian
Masyarakat perlu dihimbau untuk memerangi perjudian yang kini marak di Indonesia.
Pasalnya,perjudian selain merupakan pelanggaran pidana, keberadaannya juga sangat menyusahkan
dan menyengsarakan rakyat.
Perjudian dinilai dapat membuat orang nekat melakukan pelbagai tindakan pelanggaran
hukum seperti pencurian dan sebagainya. “Kita bisa bayangkan saja, kalau orang yang ekonominya
pas-pasan, lalu orang tersebut biasanya berjudi togel kemudian tidak pernah berhasil, maka
sendirinya muncul pikran-pikiran kriminal untuk bagaimana memperoleh uang. Nah, dengan begitu
akhirnya muncul niat buruk untuk melakukan aksi-aksi pencurian dan pelangaran hukum lainnya
Karena itu, perlu polisi dan jajarannya yang harus serius memerangi dan memberantas
berbagai tindak judi. Bahkan, para bandar maupun penjual harus ditangkap dan diproses sesuai
hukum yang berlaku. Polisi juga harus secara intensif melakukan operasi maupun razia terhadap
aktivitas judi . Polisi harus mengambil sikap tegas terhadap kegiatan perjudian. Siapapun dia, yang
melakukan pelanggaran pidana harus diproses hukum. Jangan tebang pilih dalam hal melakukan
proses hukum terhadap mereka yang melanggar hukum. Kami siap mendukung dan mengawal polisi
dalam memberantas perjudian.
Terhadap Bandar, agen dan penjudi yang perkaranya disidangkan di Pengadilan Negeri,
mereka harus dihukum seberat-beratnya sesuai aturan hukum yang berlaku, tanpa
mempertimbangkan aspek-aspek pendekatan apapun. Karena perjudian merupakan tindakan
melanggar hukum, hakim maupun jaksa harus memberikan hukuman maksimal, sehingga dapat
memberikan efek jera terhadap pelaku lainnya yang belum ditangkap.
Elemen masyarakat perlu mendukung aparat penegak hukum memberantas bisnis haram
perjudian. Kalau tidak ada sinergitas antara masyarakat dan penegak hukum, kita jangan mudah
berharap judi dapat diberantas.
Sanksi Hukum Pidana diatur dalam Pasal 10 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana),
yaitu sebagai berikut :
Hukuman Mati : yang terdiri dari hukuman seumur hidup, dan hukuman sementara waktu (setinggi-
tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun)
b. Hukuman Tambahan
Terdiri dari :
Dalam hukum perdata, ada 3 macam putusan yang dapat dijatuhkan oleh hakim, yaitu :
· Putusan Condemnatoir : Merupakan putusan yang memiliki sifat membuat pihak yang dikalahkan
melaksanakan prestasi (kewajiban). Contoh : Pihak yang kalah harus membayar kerugian
· Putusan Declatoir : Merupakan putusan yang perintahnya menciptakan suatu keadaan yang sah
menurut hukum. Putusan ini hanya bersifat menerangkan dan menegaskan suatu keadaan hukum
semata-mata. Contoh : Putusan yang menyatakan bahwa penggugat merupakan pemilik sah tanah
sengketa.
· Putusan Constitutif : Merupakan putusan yang menghilangkan suatu keadaan hukum dan
menimbulkan keadaan hukum yang baru. Contoh : Putusan yang memutuskan ikatan perkawinan
Jadi, dalam hukum perdata sanksi yang diberikan dapat berupa :
ü Menghilangkan suatu keadaan hukum diikuti dengan timbulnya keadaan hukum yang baru.
3. Sanksi Administratif
· Denda
· Tindakan administrative
b) Hukuman penjara yang terdiri atas hukuman seumur hidup dan hukuman sementara waktu
(setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun).
2) Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan kadar hukuman berdasarkan
perbuatan yang dilanggarnya. Contoh: Pasal 338 KUHP, menyebutkan “barang siapa sengaja
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun”.
Sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan, Sanksi sosial diberikan
oleh masyarakat, misalnya dengan cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan yang paling berat
diusir dari lingkungan masyarakat setempat.
Jika sanksi hukum maupun sanksi sosial tidak juga mampu mencegah orang dari perbuatan
melanggar aturan, ada satu jenis sanksi lain, yakni sanksi psikologis. Sanksi psikologis dirasakan
dalam batin kita sendiri. Jika seseorang melakukan pelanggaran terhadap peraturan, tentu saja di
dalam batinnya ia merasa bersalah. Selama hidupnya, ia akan dibayang-bayangi oleh kesalahannya
itu. Hal ini akan sangat membebani jiwa dan pikiran kita. Sanksi inilah yang merupakan gerbang
terakhir yang dapat mencegah seseorang melakukan pelanggaran terhadap aturan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran
tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu
keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.
Penegakan hukum dilakukan dengan latar belakang pemikiran bahwa teknologi dapat
berperan untuk hal-hal positif, dalam arti dapat didayagunakan untuk kepentingan manusia,
maupun secara negatif. Dampak negatif yang dimaksud adalah seperti yang dinyatakan oleh para
kriminolog bahwa kejahatan erat kaitannya dengan perkembangan masyarakat sebab kejahatan
merupakan produk dari masyarakat itu sendiri. Semakin tinggi tingkat intelektualitas suatu
masyarakat, semangkin canggih pula kejahatan yang mungkin terjadi dalam masyarakat itu. Salah
satunya adalah perkembangan teknologi komputer telah mengalami konvergensi dengan teknologi-
teknologi lain terutama teknologi komunikasi, informasi, dan media, sedemikian rupa sehingga
melahirkan semua konsep baru yaitu telematika.
Penegakan hukum adalah upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum
secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu, apabila
diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.
Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan konsep nyata dalam diri
seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan sistem hukum yang berlaku. Tingkat
kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga negara, secara langsung menunjukkan
tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya. Kepatuhan hukum mengandung arti bahwa seseorang
memiliki kesadaran untuk:
Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku dapat dilihat dari
perilaku yang diperbuatnya:
d. Menciptakan keselarasan;
Perilaku yang mencerminkan sikap patuh terhadap hukum harus kita tampilkan dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara sebagai
bentuk perwujudan partisipasi Anda dalam proses penegakan dan perlindungan hukum. Berikut ini
contoh perilaku yang mencerminkan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku
a. Dalam Kehidupan di Lingkungan Keluarga
3) Menghormati anggota keluarga yang lain seperti ayah, ibu, kakak, adik dan sebagainya.
2) Bertugas ronda.
5) Tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan kekacauan di masyarakat seperti tawuran, judi,
mabuk-mabukkan dan sebagainya;
2) Memiliki KTP.
3) Memiliki SIM.
5) Membayar pajak.
III.II Saran
Diharapkan kritik dan saran bagi para pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
lagi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://thekingslau.blogspot.com/2017/04/macam-macam-sanksi-hukum.html
http://www.artikelmateri.com/2015/09/contoh-pelanggaran-hukum-di-indonesia-gambar.html
https://www.suduthukum.com/2016/10/pengertian-penegakan-hukum.html
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/
http://sarwono-supeno.blogspot.com/2012/04/pengertian-pelanggaran.html
http://agustleoprince.blogspot.com/2017/03/makalah-pelanggaran-hukum.html