Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI PELAJAR

“ Pandangan Pelajar Terhadap Fenomena Klitih”


Muhammad Rizai
(Ketua PAC IPNU Kemantren Umbulharjo)

Ahad, 26 Juni 2022- Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU IPPNU) Kemantren Umbulharjo
mengadakan kegiatan berupa diskusi pelajar dengan tema “Pandangan Pelajar
Terhadap Fenomena Klitih” di Pondok Pesantren Darul Ulum Wal Hikam
Yogyakarta. Latar belakang kegiatan ini ialah untuk mengasah kemampuan berpikir
kritis dan mencoba untuk memberikan sumbangan ide terhadap fenomena yang terjadi
pada suatu wilayah khususnyadi Yogyakarta. Diskusi yang dihadiri oleh kurang lebih
20 orang tersebut memiliki tiga pokok bahasan yaitu mengenai makna, faktor
penyebab dan solusi yang bisa diberikan untuk merespon fenomena klitih yang
beberapa waktu ini cukup viral dan meresahkan.
Secara singkat klitih dimaknai sebagai kegiatan tanpa tujuan yang dilakukan
oleh sekelompok anak remaja di malam hari. Beberapa waktu terakhir, pengertian
tersebut mulai berkembang, yang awalnya hanya jalan-jalan malam tanpa tujuan
menjadi kegiatan sekelompok remaja yang erat dengan menakut-nakuti hingga
melukai orang lain. Faktor penyebab terjadinya klitih sangat beragam, seperti faktor
dari dalam diri remaja, lingkungan hingga adanya indikasi kepentingan beberapa
oknum. Nahara selaku kader IPPNU sekaligus mahasiswi STIKES Surya Global
mengemukakan “Pelaku klitih cenderung terjadi pada remaja-remaja yang memiliki
problem pada mentalnya dan kurang kasih sayang dari orang tua”. Pernyataan
tersebut didukung oleh Widya “Pelaku klitih atau kenakalan remaja cenderung
menimpa keluarga broken home”.
Sedikit berbeda dengan yang dikemukakan oleh Ova, santri PP Ulul Albab
Yogyakarta ini lebih menekankan bahwa “Perilaku klitih dilakukan untuk mencari
eksistensi diri” bahkan Munir menganggap bahwa fenomena klitih itu tidak hanya
mengarah kepada kenakalan remaja tapi terdapat unsur persaingan ekonomi juga.
Lulusan ekonomi syariah STEBI Al Muhsin ini mengatakan “Klitih atau kenakalan
remaja ini pada hakikatnya terjadi diberbagai daerah dan itu wajar-wajar saja tapi
mengapa istilah ini lebih viral di Yogyakarta? Hemat saya, kemungkinan ini juga
digunakan untuk menggiring opini bahwa di Yogyakarta sudah tidak nyaman lagi
sehingga para wisatawan akan mencari tempat lai untuk berwisata”.
Kemudian, bagaimana peran pelajar khususnya IPNU IPPNU dalam
menyikapai fenomena klitih tersebut?. Jika melihat beberapa faktor penyebab
terjadinya klitih maka yang perlu disoroti ialah aspek pribadi remaja, orang tua dan
lingkungan khususnya teman sebaya. Ada beberapa opsi yang bisa dilakukan oleh
pelajar IPNU IPPNU yaitu “memberikan edukasi, layanan konsultasi dan mengikuti
organisasi” Ungkap Rizai & Balya. Pertama, edukasi kepada remaja dan orang tua
terkait kenakalan remaja. Tujuannya ialah memberikan berbagai macam gambaran
perilaku-perilaku negatif remaja dan macam-macam pola asuh yang tepat. Kegiatan
bisa dilaksanakan melalui seminar atau sosialisasi di setiap kecamatan dengan
narasumber Kapolsek, BNN, Psikolog maupun lembaga-lembag yang menaungi para
remaja. Kedua, memanfaatkan layanan konseling pelajar. Layanan tersebut bisa
didapatkan di beberapa platform, seperti Unala maupun lembaga konseling pelajar
NU. Tujuannya ialah agar para remaja memiliki wadah untuk mencurahkan keluh
kesahnya sehingga emosi-emosi yang dimiliki bisa tersalurkan dengan baik apalagi
bagi remaja yang memang kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya. Ketiga,
bisa mengikuti organisasi-organisasi pelajar, baik yang ada di dalam sekolah maupun
luar sekolah. Salah satunya bisa mengikuti IPNU IPPNU. Mengapa? Karena
didalamnya cenderung melaksanakan kegiatan yang positif, baik dari segi pendidikan,
keagamaan hingga pengembangan bakat dan minat.

Anda mungkin juga menyukai