Anda di halaman 1dari 7

Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Rendah … Made Suartika, I Wayan Arta Wijaya

REKONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) UNTUK


MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DI DAERAH BANJAR TULANGNYUH
KLUNGKUNG

Made Suartika, I Wayan Arta Wijaya


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 80361
Email: suartika@ee.unud.ac.id

Abstrak

Daerah Banjar Tulangnyuh terletak di Desa Tegak kabupaten Klungkung Propinsi Bali dan merupakan daerah
dengan topografi wilayah pemukiman penduduk, hutan dan sedikit perbukitan. Sistem kelistrikan daerah Banjar
Tulangnyuh disuplay oleh trafo distribusi KL0018 melalui Penyulang Klungkung. Trafo KL0018 berlokasi di Banjar
Griya Cucukan yaitu dengan kapasitas maksimum 200kVA yang digunakan untuk menyuplay daya listrik ke daerah
Br Griya Cucukan, Desa Tegak, Desa Selat dan Banjar Tulangnyuh. Jumlah seluruh pelanggan daerah Banjar
Tulangnyuh adalah 124 unit pelanggan dengan total beban daya kontrak sebanyak 89.600VA atau 89,6 kVA.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan didapatkan nilai tegangan terendah di daerah Banjar
Tulangnyuh yaitu 139V terhadap tegangan sumber satu phasa ke netral (231V) dan terjadi pada saat beban puncak
atau dengan kata lain drop tegangan di daerah Banjar Tulangnyuh sudah melebihi 5% dari standar PLN. (SPLN
No.72 tahun 1987). Pada jam 19.00 saat terjadi beban puncak, konsumen tidak bisa menyalakan TV, Radio, Kulkas
dan alat elektronik lainnya. Selain itu beban-beban lampu seperti lampu TL/neon tidak bisa dinyalakan dan lampu
pijar dapat di nyalakan tetapi nyalanya redup setengah lilin. Dengan kondisi seperti itu perlu adanya rekonfigurasi
jaringan pada daerah Banjar Tulangnyuh.
Rekonfigurasi JTR daerah Banjar Tulangnyuh dengan menggunakan simulasi program ETAP powerstaion 4.0
yaitu meliputi: tahap pertama adalah penambahan jaringan baru dan pergantian kabel JTR jenis LVTC 3x35 mm2
diganti mengunakan LVTC 3x50 mm2 dan kabel SR LVTC 2x10 mm2 masih tetap digunakan. Perancangan kedua
adalah penambahan jaringan baru dan pergantian kabel JTR mengunakan LVTC 3x70 mm2 dan kabel SR LVTC
2x10 mm2 juga masih tetap digunakan. Akhirnya rekonfigurasi dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan
teknis dan efisiensi biaya investasi pembuatannya serta mengacu pada beberapa standar PLN yaitu (SPLN No. 72
tahun 1987) mengenai “spesifikasi desain JTM dan JTR”, dan (SPLN 56-1, tahun 1993) mengenai ”Sambungan
Tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR)”.
Hasil rekonfigurasi JTR dengan simulasi program ETAP powerstaion 4.0 yaitu drop tegangan yang didapat
sebesar 4,68% dari tegangan sumber 231V dan rugi-rugi daya sebesar 1,8kW. Sehingga nilai drop tegangan yang
didapat setelah rekonfigurasi jaringan sudah sesuai dengan standar PLN yaitu drop tegangan yang diijinkan tidak
melebihi 5%, (SPLN 72, 1987).

Kata Kunci : JTR, drop tegangan, rekonfigurasi jaringan

1. PENDAHULUAN sekunder trafo kemudian didistribusikan ke masing-


masing pelanggan jaringan tegangan rendah (JTR).
Pada pengoperasian sistem tenaga listrik Pengaturan tegangan dan turun tegangan
diperlukan kualitas dan tingkat keandalan yang baik, menurut SPLN No.72 tahun 1987 yaitu “turun
salah satunya adalah tegangan yang sampai ke tegangan yang diperbolehkan pada JTM dan JTR
pelanggan tidak mengalami drop tegangan atau adalah 2% dari tegangan kerja untuk sistem spindle
tegangan turun di bawah standarisasi dari PLN. /gugus dan 5% dari tegangan kerja yaitu untuk sistem
Faktor kualitas ditentukan dari pusat pembangkitan radial di atas tanah dan sistem simpul tergantung
yang terdiri dari generator dan trafo step up, saluran kepadatan beban”.
transmisi yang bertegangan tinggi/ekstra tinggi dan Permasalahan listrik yang sering dirasakan oleh
pada jaringan distribusi. Jaringan distribusi adalah masyarakat adalah masalah drop tegangan. Salah satu
energi listrik yang disalurkan dari penyulang gardu daerah yang mengalami masalah drop tegangan
induk (GI) melalui jaringan tegangan menengah adalah daerah Banjar Tulangnyuh Klungkung. Drop
(JTM) ke sisi primer trafo distribusi step down tegangan pada pelanggan di daerah ini melebihi 5%
20/11kV dirubah ke sistem tegangan rendah (TR) dari standar yang diperbolehkan PLN. Tegangan
pada bagian sekunder trafo yaitu 400/231V yang listrik yang terukur pada siang hari yaitu jam 12.00
disesuaikan dengan nameplate pada trafo. Dari sisi adalah 198V dan pada malam hari saat terjadi beban
puncak jam 19.00 adalah 139V dan terjadi pada

Teknologi Elektro 175 Vol. 9 No.2 Juli - Desember 2010


Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Rendah … Made Suartika, I Wayan Arta Wijaya

lokasi pelanggan JTR paling ujung. Dengan tegangan yang akan dilakukan pada daerah Banjar Tulangnyuh
yang sangat rendah maka peralatan–peralatan listrik adalah instalasi ulang dan pengalihan jaringan yang
pada pelanggan dan alat-alat elektronika akan meliputi : pergantian kabel JTR dan penambahan
menjadi cepat rusak. Pada jam 19.00 saat terjadi jaringan baru pada beberapa line JTR yang jarak
beban puncak, konsumen tidak bisa menyalakan TV, sambungannya serta jumlah tarikan tidak memenuhi
radio, kulkas dan alat elektronik lainnya. Selain itu standar PLN. Nantinya rekonfigurasi dilakukan
beban-beban lampu seperti lampu TL/neon tidak bisa dengan memperhatikan faktor-faktor dalam
menyala dan lampu pijar dapat di nyalakan tetapi pemilihan konfigurasi, yaitu faktor kualitas hasil dan
nyalanya redup setengah lilin. teknis pemasangan di lapangan serta faktor efesiensi
Dilihat dari data pelanggan serta konfigurasi biaya investasi pembuatannya. Sehingga
jaringan yang diperoleh dari PT. PLN Persero area rekonfigurasi jaringan merupakan cara untuk
jaringan Bali Timur, daerah Banjar Tulangnyuh memperbaiki drop tegangan pada sistem JTR di
disuplai dari trafo distribusi KL0018 melalui daerah Banjar Tulangnyuh klungkung.
Penyulang Klungkung. Energi listrik disalurkan
secara radial yaitu dari Trafo KL0018 sampai ke 2. JARINGAN TEGANGAN RENDAH
masing-masing pelanggan daerah Banjar
Tulangnyuh. Trafo KL0018 berlokasi di Banjar Griya Jaringan Tegangan Rendah ialah jaringan tenaga
Cucukan yaitu dengan kapasitas maksimum 200kVA. listrik dengan tegangan rendah yang mencakup
Trafo KL0018 digunakan untuk menyuplai empat seluruh bagian jaringan tcrsebut beserta
daerah yaitu daerah Br Griya Cucukan, Desa Tegak, perlengkapannya. dari sumber penyaluran tegangan
Desa Selat dan Banjar Tulangnyuh. Jumlah seluruh rendah tidak termasuk SLTR. Sedangkan Sambungun
pelanggan daerah Tulangnyuh adalah 124 buah tenaga listrik tegangan rendah (SLTR) ialah
pelanggan dengan total daya kontrak sebanyak penghantar di bawah atau di atas tanah termasuk
89.600VA atau 89,6 kVA. peralatannnya mulai dari titik penyambungan pada
Berdasarkan hasil survey di daerah Banjar JTR sampai dengan alat pembatas dan pengukur
Tulangnyuh Klungkung, yaitu sistem jaringan (JTR) (App).(SPLN No.56 tahun 1984). Jaringan tegangan
dilakukan secara radial dengan jumlah tarikan pada rendah merupakan jaringan yang berhubungan
beberapa titik lokasi melebihi ketentuan yang langsung dengan konsumen tenaga listrik. Pada JTR
diijinkan oleh PLN yaitu jarak antar tarikan pada sistem tegangan distribusi primer 20/11 kV
saluran rumah (SR) melebihi 30 meter dengan jumlah diturunkan menjadi tegangan rendah 380/220V.
tarikan melebihi 5 buah, sedangkan menurut standar Sistem penyaluran daya listrik pada JTM
PLN yaitu jarak antar tarikan pada saluran rumah maupun JTR dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(SR) tidak melebihi 30 meter dengan jumlah tarikan sebagai berikut:
pelanggan maksimal 5 buah. Ini tidak sesuai dengan 1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
[5] mengenai ”Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel
Rendah (SLTR). Dampak dari sistem seperti ini telanjang (tanpa isolasi) seperti kabel AAAC,
adalah turun tegangan atau drop tegangan yang kabel ACSR.
diterima di sisi pelanggan itu akan semakin besar, hal 2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)
ini disebabkan karena instalasi penyambungan antar Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel
konektor kurang bagus dan rugi-rugi tegangan yang berisolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage
besar pada penghantar karena jarak tarikan terlalu Twisted Cable).ukuran kabel LVTC adalah : 2 x
panjang. Kabel penghantar yang digunakan pada JTR 10mm2, 2 x 16mm2, 4 x 25mm2, 3 x 35mm2, 3 x
daerah Banjar Tulangnyuh adalah jenis aluminium 50mm2, 3 x 70mm2.
LVTC 3x35 dan kabel SR yang digunakan Penyambungan JTR menurut SPLN No.74 tahun
yaitu kabel jenis aluminium LVTC 2x10 . 1987 yaitu “sambungan JTR adalah sambungan
Cara untuk memperbaiki drop tegangan pada rumah (SR) penghantar di bawah tanah atau di atas
jaringan tegangan rendah diantaranya adalah dengan tanah termasuk peralatannya mulai dari titik
metoda tap changer (pemilihan level tap-tap penyambungan tiang JTR sampai alat pembatas dan
tegangan pada trafo), penambahan trafo sisipan/gardu pengukur (APP)”. Spesifikasi umum sambungan
sisipan dan rekonfigurasi jaringan (meliputi : rumah yaitu sebagai berikut :
pengalihan jaringan, penambahan jaringan, 1. Rugi Tegangan
pergantian jaringan baru). Berdasarkan standar PLN Jatuh tegangan maksimum yang diperkenankan
yang telah disebutkan di atas dan mengacu dari teori sepanjang penghantar SR ialah 2%. Dengan
mengenai konfigurasi jaringan yang menyatakan catatan dalam hal ini SR diperhitungkan dari titik
bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyambung pada STR. Khusus untuk
memilih konfigurasi sistem distribusi adalah : penyambungan langsung dari papan bagi TR di
kontinuitas pelayanan tenaga listrik yang baik, gardu transformator jatuh tegangan
kualitas tegangan listrik yang baik, dan kuantitas diperkenankan maksimum 5%.
tenaga listrik” [2]. Maka dalam hal ini rekonfigurasi 2. Ukuran Penghantar Minimum

Teknologi Elektro 176 Vol. 9 No.2 Juli - Desember 2010


Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Rendah … Made Suartika, I Wayan Arta Wijaya

Ukuran penghantar minimum saluran rumah 3. PENGATURAN TEGANGAN DAN


(SLP dan SMP) ialah untuk SLP, baik di atas DROP TEGANGAN
ataupun di bawah tanah minimal 10mm2 .
Sedangkan untuk SMP penghantar aluminium Pengaturan tegangan dan turun tegangan menurut
minimal 10mm2 atau tembaga minimum 4mm2. SPLN (Standar PLN 72 tahun 1987 Pasal 4)
Sambungan rumah digunakan kabel pilin berinti mengenai spesifikasi desain untuk jaringan tegangan
tembaga atau aluminium, dengan ukuran inti menengah (JTM) dan jaringan tegangan rendah (JTR)
tembaga adalah 4 mm2 , 6 mm2 , l0 mm2 16 adalah sebagai berikut:
mm2 , 25 mm2. Ukuran inti aluminium adalah l0 1. Turun tegangan pada JTM dibolehkan:
mm2; 16 mm2 , 25 mm2, 35 mm2. a. 2% dari tegangan kerja sebagaimana tercantum
3. Jumlah Langganan/Sambungan Seri pada ayat 22 bagi sistem yang tidak
Dengan memperhitungkan jatuh tegangan memanfaatkan STB ) yaitu sistem Spindel dan
maksimum yang diizinkan, cos ߠ = 0,85 Gugus.
impedansi saluran dan "demand factor" = 0,5, b. 5% dari tegangan kerja bagi sistem yang
maka didapatkan jumlah sambungan seri memanfaatkarr STB yaitu sistem radial di atas
menurut ukuran dari jenis kabel SR, jarak SR tanah dan sistem simpul.
dan besar beban tersambung rata-rata terlihat 2. Turun tegangan pada transformator distribusi
pada Tabel 1 berikut ini. dibolehkan 3% dari tegangan kerja.
3. Turun tegangan pada STR dibolehkan sampai 4%
Tabel 1. SR yang disadapkan dari JTR dengan rugi dari tegangan kerja tergantung kepadatan beban.
tegangan SR = 2% 4. Turun tegangan pada SR dibolehkan l% dari
tegangan nominal.
Beban Luas penampang
tersambung kabel pilin (mm2)
Jml Drop tegangan yang diijinkan untuk sistem
rata-rata per AAAC/L
sambungan spindel tidak boleh melebihi 2% dari tegangan
konsumen (VA)
Cu
VTC
maksimum nominalnya, sedangkan untuk sistem radial drop
S ≤ 450 4 - 5 tegangan yang diijinkan mencapai 5% [6].
Arus listrik yang mengalir pada saluran yang
S ≤ 450 6 10 5
mempunyai tahanan dan reaktansi akan menimbulkan
450 < S ≤ 800 10 16 7
drop tegangan. Besarnya drop tegangan yang terjadi
800 < S ≤ 1250 16 25 7 pada saluran tersebut dapat dirumuskan (Gonen,
1986) :
Perencanaan sistem distribusi ini harus ∆V = Vs − Vr ≈ I R .R + I X .X
dilakukan secara sistematik dengan pendekatan yang
Dimana :
didasarkan pada peramalan beban untuk memperoleh
suatu pola pelayanan yang optimal. Pengembangan I R = I.pf = I cosθ dan I X = I.qf = I sinθ
sistem yang terlambat memberikan resiko terjadinya Sehingga :
pemadaman dalam penyediaan tenaga listrik bagi ∆V = I(RCos θ + XSin θ )
pelanggan sebagai akibat terjadinya pertambahan Jika diketahui jarak atau panjang saluran L (km),
beban. Sebaliknya pengembangan sistem yang terlalu maka turun tegangan dapat dicari dengan :
cepat merupakan pemborosan energi [3]. ∆ V = I.L(RCos θ + XSin θ )
Tujuan perencanaan sistem distribusi adalah Dimana :
untuk mendapatkan suatu fleksibilitas pelayanan R dan Sin θ = Sin (Arc Cos θ )
optimum yang mampu dengan cara cepat Cos θ =
mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik (R 2
+ X2 )
yang terkait dengan makin tingginya konsumsi energi Drop tegangan dalam persentase :
dan kerapatan beban yang harus dilayani. ∆V
(%) = IL(RCosθ + XSinθ ) x 100%
Perencanaan yang baik akan memberikan kontribusi V V
besar terhadap kualitas dan keandalan sistem Keterangan :
distribusi. Kondisi ini disebabkan oleh kenyataan ∆V : Drop tegangan (V)
bahwa sistem distribusi merupakan pelayanan energi Vs : Tegangan awal (V)
listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen Vr : Tegangan akhir (V)
sehingga adanya gangguan pada sistem distribusi R : Resistansi saluran ( Ω /km)
akan berakibat langsung pada konsumen.
X : Reaktansi saluran ( Ω /km)
Ada beberapa faktor yang berpengaruh dan
I : Arus saluran (A)
perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem
IR : Komponen arus aktif
distribusi agar didapatkan hasil yang optimal yaitu :
IX : Komponen arus reaktif
1. Faktor teknis.
pf : Power faktor
2. Faktor ekonomis.
qf : Power faktor reaktif
3. Faktor sosial.

Teknologi Elektro 177 Vol. 9 No.2 Juli - Desember 2010


Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Rendah … Made Suartika, I Wayan Arta Wijaya

Analisis rugi - rugi daya dapat dihitung dengan Trafo KL0018 berlokasi di Banjar Griya Cucukan
persamaan berikut (Parton, 2004): yaitu dengan kapasitas beban maksimum 200kVA
∆P = (VGI – Vujung) x Ibeban x Cos θ yang digunakan untuk menyuplai listrik ke daerah
Dimana : Banjar Griya Cucukan, Desa Tegak, Desa Selat dan
∆P = Rugi – rugi daya total (Watt) Banjar Tulangnyuh.
VGI = Tegangan di sumber/Gardu Induk (V) Pada tabel 2 diperlihatkan data karakteristik dan
V(ujung) = Tegangan di ujung penyulang (V) data pengukuran trafo KL0018 yang dilakukan pada
Ibeban = Arus (A) bulan maret tahun 2010
Sistem jaringan distribusi adalah sistem radial
Cos θ = Faktor daya diasumsikan 0,85
yaitu disuplai oleh penyulang Klungkung kemudian
disalurkan ke seluruh pelanggan secara radial pula.
4. ANALISA REKONFIGURASI JTR Trafo KL0018 mempunyai kapasitas maksimum
DAERAH BANJAR TULANGNYUH 200kVA digunakan untuk menyuplai beban terukur
dengan total daya dalam persentase yaitu sebanyak
Daerah Banjar Tulangnyuh terletak di 73,26% artinya trafo KL0018 mempunyai sisa
Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung 24,76% dan belum over blast. Konfigurasi JTR trafo
dengan luas wilayah ± 92.000 m2 , dengan kondisi KL0018 saat ini ditunjukkan pada gambar 2 berikut
geografis dan topografi daerah terbagi menjadi ini.
daerah perumahan penduduk, persawahan, hutan dan
perbukitan dengan jumlah penduduk sebanyak 265
KK (kepala keluarga) atau ±12.000 jiwa, Bentang
alam dan jaringan kelistrikan (JTR) daerah Banjar
Tulangnyuh ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah
ini.

Gambar 1. Foto udara banjar Tulangnyuh.


Gambar 2. Konfigurasi JTR Trafo Kl0018
Garis panah warna biru pada gambar 2 merupakan
Tabel 2. Data Gardu Trafo KL0018 tarikan JTR dari sisi sekunder trafo KL0018
Karakteristik Keterangan kemudian disalurkan ke masing-masing tiang JTR
ID GD 38233528 yang ditandai dengan titik warna biru. Tarikan
Nomor GD KL0018 saluran rumah (SR) ditandai garis warna hijau dan
Nama GD KL0018 masing-masing beban/pelanggan ditandai dengan
kotak warna merah
Nomor Seri 89417
1029208-Klungkung
Pelanggan daerah Banjar Tulangnyuh memiliki
Feeder/penyulang
karakteristik beban yang berbeda-beda. Beban-beban
Tahun Operasi 2008
pada daerah banjar Tulangnyuh yaitu beban
Merk TAIYA perumahan, beban industri kecil dan fasilitas umum.
Kapasitas max (kVA) 200 Kondisi JTR daerah Banjar Tulangnyuh sebelum
Kapasitas trafo (kVA) 200 rekonfigurasi (Tahun 2010) memiliki data-data
Beban Trafo saat ini 73,26 sebagai berikut :
(%)
1. Beban terpasang : 89.600VA atau 89,6kVA
Status trafo Tidak Over Blast
2. Jumlah pelanggan : 124 pelanggan
Sumber : PT. PLN (Persero) AJ Bali Timur
3. Konfigurasi jaringan : Sistem Radial

Teknologi Elektro 178 Vol. 9 No.2 Juli - Desember 2010


Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Rendah … Made Suartika, I Wayan Arta Wijaya

4. Panjang jaringan : 3,925 km = 231V − 154,63V x 100 % = 33,06%


5. Jenis penghantar : LVTC. 231V
Secara keseluruhan, jumlah pelanggan daerah Dalam perhitungan di atas terlihat bahwa
Banjar Tulangnyuh adalah sebanyak 124 pelanggan besarnya drop tegangan JTR daerah Banjar
yang terdiri dari pelanggan perumahan yaitu beban Tulangnyuh adalah 33,06%. Sedangkan menurut
satu phasa, pelanggan bangunan industri untuk beban standar PLN (SPLN 72, 1987) drop tegangan yang
tiga phasa dan fasilitas umum yaitu beban satu diijinkan untuk JTR tipe radial adalah tidak melebihi
phasa. Total daya kontrak atau beban terpasang di 5%. Sehingga dalam hal ini, drop tegangan pada JTR
daerah Banjar Tulangnyuh adalah sebanyak daerah Banjar Tulangnyuh sudah melebihi standar
89.600VA atau 89,6kVA. yang diijinkan. Oleh sebab itu JTR daerah Banjar
Pelanggan JTR daerah Banjar Tulangnyuh yaitu Tulangnyuh harus direkonfigurasi.
nomor kontak masing-masing pelanggan, daya Tahapan rekonfigurasi JTR adalah melakukan
kontrak masing-masing pelanggan dan panjang analisa aliran daya untuk menentukan drop tegangan
tarikan SR dari masing-masing pelanggan yaitu ke masing-masing beban dengan menggunakan
diukur dari tiang JTR ke pelanggan atau dari program ETAP power station 4.0 yaitu dengan
pelanggan ke pelanggan berikutnya. memasukkan data bus pada JTR dan beban, data
Berdasarkan hasil survey dan pengukuran kapasitas trafo, data impedansi kabel penghantar data
langsung di daerah Banjar Tulangnyuh, maka nilai pembebanan pada masing-masing pelanggan.
diperoleh data tegangan pada beberapa pelanggan Analisa drop tegangan pada program ETAP
yang panjang tarikan SR tidak sesuai SPLN yaitu dijelaskan sebagai berikut:
data tegangan dari pelanggan ujung line JTR sampai 1. Pertama-tama adalah memasukkan data bus pada
pelanggan ujung SR. Dengan pengukuran langsung JTR dan beban, data kapasitas trafo, data
menggunakan alat ukur tang amper standar PLN impedansi kabel penghantar data nilai
merk KYORITSU, sanwa model YX-830 , dan pembebanan pada masing-masing pelanggan
eaststar model YX-124 didapatkan data pengukuran sesuai dengan data penelitian yang didapat
yang sama. dengan memperhatikan tutorial penggunaan
Nilai tegangan yang terukur pada beberapa program ETAP power station 4.0.
pelanggan yang diukur pada jam 06.00 pagi, jam 2. Data beban dilapangan adalah beban 1 phase.
12.00 siang dan pada saat beban puncak yaitu jam Analisa yang dilakukan oleh program yaitu
19.00. Tegangan terendah terjadi pada pelanggan analisa aliran daya pada jaringan dan pada beban
NT018325 yang merupakan pelanggan yang terletak secara keseluruhan dengan metode aliran daya
paling ujung JTR dimana tegangan yang terukur sistem seimbang 3 phase atau dengan kata lain
sebesar 139V pada saat terjadi beban puncak. masing-masing beban dianalisa dengan koneksi
Selain melakukan pengukuran tegangan secara 3 phase yang seimbang dan tidak dilakukan
langsung di daerah Banjar Tulangnyuh, juga secara per phase. Ini dilakukan untuk
melakukan pengitungan pemakain beban pada mempermudah dalam proses analisis data.
beberapa pelanggan sehingga diperoleh nilai 3. Analisa aliran daya tidak dilakukan per phase
pemakaian beban rata-rata pada jam 06.00 pagi, jam atau masing-masing phase karena dalam
12.00 siang dan pada saat beban puncak yaitu jam penelitian ini keterbatasan data pembebanan
19.00. Data ini nantinya dipergunakan dalam analisa masing-masing phase pada masing-masing
drop tegangan terhadap pembebanan pada pelanggan beban.
yang dianalisa dengan program ETAP power station 4. Analisa drop tegangan dilakukan pada waktu
4.0 pada pembagian waktu tersebut. yang berbeda yaitu pada jam 06.00 pagi dengan
Besarnya tegangan di masing-masing bus beban pemakaian beban rata-rata sebanyak 40% , jam
pada pelanggan yaitu dianalisa dengan menggunakan 12.00 siang dengan pemakaian beban rata-rata
program ETAP powerstation 4.0. Cara analisa adalah sebanyak 20% dan jam 19.00 malam saat kondisi
memasukkan data bus JTR dan bus beban, data beban puncak dengan pemakaian beban rata-rata
kapasitas trafo, data impedansi kabel penghantar data sebanyak 90%.
nilai pembebanan pada masing-masing pelanggan. Setelah mengetahui cara analisa program ETAP
Tegangan terendah pada saat kondisi beban power station 4.0, maka dilanjutkan dengan
puncak (jam 19.00 WITA) terjadi di bus beban 120, rekonfigurasi jaringan yaitu meliputi pergantian kabel
yaitu besar tegangan adalah 66,94% atau 154,63V JTR dan penambahan jaringan baru yang diuraikan
dari tegangan sumber 231V. Sedangkan besarnya pada penjelasan berikut ini.
nilai drop tegangan jika dinyatakan dalam persentase 1. JTR daerah Banjar Tulangnyuh merupakan
dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini : jaringan sistem Radial. Rekonfigurasi dilakukan
Drop teg. dalam persentase (%) dengan mengubah posisi jaringan yaitu
= Teg .sumber − Teg .ujung x 100 % mengalihkan beberapa beban/pelanggan yang
Teg .sumber disuplai dari salah satu ujung line tiang JTR yang
sambungannya tidak memenuhi standar PLN,

Teknologi Elektro 179 Vol. 9 No.2 Juli - Desember 2010


Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Rendah … Made Suartika, I Wayan Arta Wijaya

kemudian dialihkan dengan manambahkan 5,87%. Sedangkan menurut standar PLN (SPLN 72,
jaringan baru dengan menggunakan kabel JTR 1987) drop tegangan yang diijinkan untuk JTR tipe
(SKUTR) jenis LVTC 50mm2 atau 70mm2. radial adalah tidak melebihi 5%. Sehingga dalam hal
Pengalihan jaringan ini nantinya akan membuat ini, drop tegangan pada JTR daerah Banjar
perluasan JTR baru di daerah Banjar Tulangnyuh Tulangnyuh masih ada yang belum memenuhi
dan dengan konfigurasi yang telah memenuhi standar (SPLN) yang diijinkan. Oleh sebab itu JTR
standar dari PLN. Dalam melakukan rekonfigurasi daerah Tulangnyuh dilakukan rekonfigurasi kembali
jaringan hal yang penting diperhatikan adalah yaitu mengganti kabel LVTC 3x 50mm2 dengan
faktor efisiensi biaya investasi pembuatannya. LVTC 3x 70 mm2.
Sehingga dalam hal ini rekonfigurasi JTR di
daerah Banjar Tulangnyuh dilakukan tahapan-
tahapan perencanaan yaitu meliputi:
- Tahap awal adalah dengan pengalihan dan
penambahan JTR baru dengan mengganti
semua kabel JTR sebelumnya
(menggunakan tipe kabel SKUTR jenis
LVTC/NFA 3x35 mm2) diganti dengan
ukuran kabel ukuran lebih besar yaitu jenis
LVTC 3x50 mm2, sedangkan kabel SR jenis
LVTC 2x10 mm2 masih tetap digunakan.
- Tahap kedua adalah rekonfigurasi dilakukan
apabila drop tegangan pada rekonfigurasi
awal belum sesuai dengan standar PLN.
Rekonfigurasi ini yaitu dengan mengganti
ukuran kabel LVTC 3x50mm2 dengan kabel
JTR LVTC 3x 70 mm2, sedangkan kabel SR
jenis LVTC 2x 10 mm2 masih tetap
digunakan.
2. Hasil rekonfigurasi JTR daerah Banjar
Tulangnyuh adalah sistem Radial dengan
penambahan jaringan baru sesuai point (1) di atas.
Hasil rekonfigurasi JTR daerah Tulangnyuh
ditunjukkan pada gambar 3 di bawah ini. Gambar 3. JTR Daerah Banjar Tulangnyuh Hasil
Rekonfigurasi JTR daerah Banjar Tulangnyuh pada Rekonfigurasi
tahap perancangan awal adalah dengan mengganti
ukuran kabel JTR jenis LVTC 3x35 mm2 dengan Setelah rekonfigurasi pada perancangan awal
kabel JTR jenis LVTC 3x50 mm2, sedangkan kabel yaitu besarnya drop tegangan yang didapat masih
SR jenis LVTC 2x10 mm2 masih tetap digunakan melebihi standar PLN sehingga dilakukan
karena kemampuan hantar arus (KHA) kabel ukuran rekonfigurasi kembali. Rekonfigurasi sekarang
LVTC 2x10mm2 adalah 60A untuk pemakaian beban adalah dengan mengganti ukuran kabel JTR LVTC
maksimal 13.200VA dan itu masih sesuai untuk 3x50 mm2 dengan kabel JTR LVTC 3x70 mm2,
beban-beban pelanggan daerah Tulangnyuh. Selain sedangkan kabel SR jenis LVTC 2x10 mm2 masih
mengganti ukuran kabel JTR juga dengan tetap digunakan. Selain mengganti ukuran kabel JTR
penambahan jaringan baru pada beberapa titik lokasi juga dengan penambahan jaringan baru pada
sambungan yang tidak sesuai ketentuan SPLN. Hasil beberapa titik lokasi sambungan yang tidak sesuai
analisa program ETAP ditampilkan pada tabel 3. ketentuan SPLN. Analisa drop tegangan dengan
Dari data tabel 2 diketahui tegangan terendah program ETAP powerstation 4.0 ditampilkan pada
pada kondisi beban puncak (jam 19.00 WITA) terjadi tabel 4.
di bus beban 120, yaitu besarnya tegangan tersebut Setelah dilakukan rekonfigurasi jaringan,
adalah 94,13% atau 217,44V dari tegangan sumber tegangan yang terendah pada waktu beban puncak
231V. Besarnya drop tegangan jika dinyatakan dalam (jam 19.00 WITA) terjadi di bus beban 120, dimana
persentase yaitu : besarnya nilai tegangan adalah 95,32% atau 220,19V
persentase (%) dari tegangan sumber 231V. Sehingga besarnya drop
= Teg .sumber − Teg .ujung x 100 % tegangan jika dinyatakan dalam persentase adalah :
Teg .sumber persentase (%) = Teg .sumber − Teg .ujung x 100 %
Teg .sumber
= 231V − 217,44V x 100 % = 5,87%
231V = 231V − 220,19V x 100 % = 4,68%
Dari perhitungan di atas bahwa besarnya drop 231V
tegangan JTR daerah Banjar Tulangnyuh adalah

Teknologi Elektro 180 Vol. 9 No.2 Juli - Desember 2010


Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Rendah … Made Suartika, I Wayan Arta Wijaya

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa tegangan yang diijinkan untuk JTR tipe radial adalah
drop tegangan terbesar terjadi di bus beban 120 yaitu tidak melebihi 5%. Sehingga dalam hal ini, drop
besarnya drop tegangan adalah 4,68%. Sedangkan tegangan pada JTR daerah Tulangnyuh sudah
menurut standar PLN (SPLN 72, 1987) drop memenuhi standar (SPLN) yang diijinkan.
..
Tabel 3. Nilai Tegangan Tertinggi dan Terendah Daerah Banjar Tulangnyuh Setelah Rekonfigurasi Awal

Tegangan Pada Jam (%)


No Uraian Type
06.00 12.00 19.00
1 Bus JTR trafo KL0018 SWING 99,47 99,78 99,08
2 Bus beban1 Load 99,36 99,67 98,61
3 Bus beban120 Load 97,26 98,58 94,13

Tabel 4. Nilai Tegangan Tertinggi dan Terendah Daerah Banjar Tulangnyuh Setelah Rekonfigurasi akhir

Tegangan Pada Jam (%)


No Uraian Type
06.00 12.00 19.00
1 Bus JTR trafo KL0018 SWING 99,57 99,78 99,08
2 Bus beban1 Load 99,45 99,72 98,80
3 Bus beban120 Load 97,84 98,90 95,32

Tabel 5. Perbandingan Nilai Drop Tegangan Sebelum Rekonfigurasi dan Setelah Rekonfigurasi

Tegangan
Loss Loss % Drop Teg.
Kondisi terendah JTR Lokasi
(kW) (%) dari Sumber
(V)
Sebelum Rekonfigurasi 7,2 3,6 155 Bus 120 33,06
Setelah Rekonfigurasi 1,8 0,9 220 Bus 120 4,68

..
5. KESIMPULAN [5] .... SPLN 56-1, 1993. Jakarta : Sambungan
Tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR).
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas Departemen Pertambangan dan Energi
dapat disimpulkan bahwa kondisi daerah Banjar Perusahaan Umum Listrik Negara.
Tulangnyuh setelah dilakukan rekonfigurasi JTR [6] .... SPLN 72, 1987. Spesifikasi Desain Untuk
yaitu drop tegangan yang didapat sebesar 4,68% dari Jaringan Tegangan Menengah (JTM) Dan
tegangan sumber 231V dan rugi-rugi daya sebesar Jaringan Tegangan Rendah (JTR). Jakarta :
1,8kW. Sehingga nilai drop tegangan yang didapat Departemen Pertambangan dan Energi
setelah rekonfigurasi jaringan sudah sesuai dengan Perusahaan Umum Listrik Negara.
standar PLN yaitu drop tegangan yang diijinkan tidak [7] .... SPLN 74, 1987. Jakarta : Standar Listrik
melebihi 5%. Pedesaan. Departemen Pertambangan dan
Energi Perusahaan Umum Listrik Negar
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Gonen, Turan. 1986. Electric Power
Distribution Sistem Engineering. USA :
McGraw-Hill.
[2] Kadir, A. 2006. Distribusi Dan Utilisasi Tenaga
Listrik. Jakarta : UI-Press.
[3] Marsudi, D. 1990. Operasi Sistem Tenaga
Listrik. Jakarta : Balai Penerbit & Humas
ISTN.
[4] .... SPLN 56, 1984. Jakarta : Sambungan
Listrik. Departemen Pertambangan dan Energi
Perusahaan Umum Listrik Negara.

Teknologi Elektro 181 Vol. 9 No.2 Juli - Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai