Anda di halaman 1dari 13

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Perangkat dan Media Pembelajaran


B. Kegiatan Belajar : Pengembangan Materi, Media, Sumber Belajar, Dan Instrumen
Penilaian (KB 2)
C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Peta Konsep A. Pengembangan Materi Ajar dan Lembar Kerja Peserta Didik
(Beberapa istilah dan 1. Pengertian Materi Pembelajaran
definisi) di modul materi pembelajaran (Learning Materials) adalah segala
bidang studi sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh
(Beberapa istilah dan peserta didik, sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka
definisi) di KB pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam
satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran dapat dibedakan
menjadi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
keterampilan (psikomotor). Dalam mengembangkan materi
perlu diperhatikan cakupan pengetahuan yang terdiri dari 4
jenis pengetahuan, yaitu:
a. Pengetahuan Fakta, yaitu sifat dari suatu gejala, peristiwa,
benda, yang wujudnya dapat ditangkap oleh panca indra.
b. Pengetahuan Konsep, yaitu adalah abstraksi kesamaan atau
keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat.
c. Pengetahuan Prosedur, yaitu materi pelajaran yang
berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk
menjelaskan langkah-langkah secara sistematis atau
berurutan dalam melakukan sebuah aktivitas dan kronologi
suatu sistem.
d. Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan mengenai
kesadaran secara umum sama halnya dengan kewaspadaan
dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang.
Metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang
diketahui dan apa yang tidak diketahui.
Materi afektif termasuk pemberian respon, penerimaan nilai,
internalisasi, dan lain sebagainya Contohnya nilai-nilai
kejujuran, kasih sayang, minat, kebangsaan, rasa sosial, dan
sebagainya.
Aspek psikomotor juga tak luput menjadi perhatian dalam
pengembangan materi yakni yang mengarah pada gerak atau
keterampilan (skill). Keterampilan adalah pola kegiatan yang
memiliki tujuan tertentu yang memerlukan manipulasi dan
koordinasi informasi. Kompetensi yang ingin dicapai dari gerak
atau keterampilan, misalnya gerakan shalat, bela diri, renang,
dan sebagainya yang diakomodir pada jenis pengetahuan
prosedural.
Hilda Taba (dalam Wina Sanjaya, 2011) juga mengemukakan
bahwa ada 4 jenis tingkatan materi pelajaran, yakni fakta
khusus, ide-ide pokok, konsep, dan sistem berpikir.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
mengembangkan materi ajar, yaitu:
a. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan;
b. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial
dan spiritual peserta didik;
c. Kebermanfaatan bagi peserta didik;
d. Struktur keilmuan;
e. Berbagai sumber belajar (referensi yang relevan dan
termutakhir digital maupun non digital); dan
f. Alokasi waktu.
Materi pelajaran pada hakikatnya adalah pesan-pesan yang
ingin disampaikan pada peserta didik untuk dapat dikuasai.
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan baik itu berupa
ide, data/fakta, konsep dan lain sebagainya, yang dapat berupa
kalimat, tulisan, gambar, peta, ataupun tanda. Wina Sanjaya
(2011) mengemukakan agar pesan yang ingin disampaikan
bermakna agar memperhatikan beberapa kriteria sebagai
berikut:
1) Novelty, artinya suatu pesan akan bermakna apabila
bersifat baru atau mutakhir,
2) Proximity, artinya pesan yang disampaikan harus sesuai
dengan pengalaman peserta didik,
3) Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas
sedemikian rupa sehingga menggugah emosi.
4) Humor, artinya pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas
sehingga menampilkan kesan lucu. Pesan yang dikemas
dengan lucu cenderung akan lebih menarik perhatian.
Pengemasan materi dan pesan pembelajaran melalui bahan
ajar dapat dilakukan dengan berbagai cara baik itu visual,
audiovisual atau cetakan. Berikut akan dijelaskan lebih rinci
tentang berbagai jenis bahan ajar :
1) Bahan Ajar Cetak
a. Handout, yaitu bahan tertulis yang disiapkan guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik.
b. Buku, yaitu bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan.
c. Modul yaitu sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar
peserta didik dapat belajar mandiri dengan atau tanpa
guru.
d. Lembar Kerja Peserta didik, yaitu lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik.
e. Brosur, yaitu bahan informasi tertulis mengenai suatu
masalah yang disusun secara bersistem/cetakan yang
hanya terdiri atas beberapa halaman atau selebaran
cetakan yang berisi keterangan singkat tapi lengkap
tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa
Indonesia dalam Abdul Majid (2006).
f. Leaflet, yaitu bahan cetak tertulis berupa lembaran yang
dilipat tapi tidak dimatikan/jahit.
g. Wallchart, yaitu bahan cetak, yang berupa bagan/siklus/
grafik yang bermakna menunjukan posisi
tertentu,wallchart sebagai bahan ajar haruslah memiliki
kejelasan kompetensi dasar, dan materi yang harus
dikuasai peserta didik.
h. Foto/ Gambar, yaitu bahan ajar yang dirancang dengan
baik, agar setelah melihat gambar tersebut peserta didik
dapat melakukan sesuatu/ menguasai kompetensi dasar
yang diharapkan.
i. Model/maket Penggunaan model sebagai bahan ajar,
memberikan makna yang hampir sama dengan aslinya,
sehingga mempermudah peserta didik untuk
mempelajarinya.
2) Bahan Ajar Dengar (Audio)
a. Kaset/piringan hitam/compact disk Penggunaan kaset
yang sudah dirancang sedemikian rupa dapat digunakan
sebagai bahan ajar. Penggunaan kaset sebagai bahan ajar
dapat menyimpan suara secara berulang-ulang
diperdengarkan pada peserta didik.
b. Radio Radio dapat digunakan sebagai salah satu bahan
ajar, yang memungkinkan peserta didik bisa belajar
sesuatu.
3) Bahan Ajar Audio-Visual
a. Video/film Program video/film juga dapat digunakan
sebagai bahan ajar audio visual.
b. Orang/Narasumber Orang/narasumber dapat berfungsi
sebagai bahan ajar karena orang tersebut memiliki
keahlian/keterampilan tertentu yang memungkinkan
peserta didik dapat belajar.
4) Bahan Ajar Interaktif
multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua arah atau
lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video)
yang oleh penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan
perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi
2. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
LKPD merupakan lembaran petunjuk dan langkah-langkah
tugas yang disediakan untuk peserta didik dalam proses
pembelajaran, baik secara kelompok maupun perorangan.
Menurut Trianto, LKPD merupakan salah satu sumber belajar
yang dapat digunakan untuk menambah pemahaman konsep
peserta didik (Trianto, 2010, hal. 222). Sementara itu, menurut
Depdiknas (2008) lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik yang biasanya berupa petunjuk, langkahlangkah
untuk menyelesaikan suatu tugas.
Beberapa fungsi LKPD di antaranya: 1) Meningkatkan aktivitas
peserta didik dalam pembelajaran; 2) Membantu peserta didik
untuk mengembangkan konsep materi pembelajaran; 3)
Melatih peserta didik dalam menemukan sesuai tujuan
pembelajaran dan mengembangkan aspek keterampilan; 4)
Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran; 5) Menambah informasi
bagi peserta didik tentang konsep materi pembelajaran melalui
kegiatan belajar yang sistematis; 6) Membantu guru dalam
mengevaluasi pembelajaran.
Manfaat LKPD adalah : 1) Mengaktifkan peserta didik dalam
proses pembelajaran; 2) Membantu peserta didik dalam
mengembangkan konsep; 3) Melatih peserta didik dalam
menemukan dan mengembangkan keterampilan proses; 4)
Membantu peserta didik memperoleh catatan terkait materi
yang dipelajari melalui proses pembelajaran; 5) Dan membantu
peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis; 6) peserta
didik akan dapat belajar dan memahami secara mandiri serta
menjalankan tugas secara lebih mendalam memudahkan
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran secara sistematis
dan terukur kompetensi peserta didik yang akan dicapai
melalui tugas-tugas pada LKPD; 7) Sebagai pedoman pendidik
dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran;
Bentuk-bentuk LKPD : 1) LKPD yang membantu peserta didik
menemukan suatu konsep; 2) LKPD yang membantu peserta
didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang
telah ditemukan; 3) LKPD yang berfungsi sebagai penuntun
belajar; 4) LKPD yang berfungsi sebagai penguatan; 5) LKPD
yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum. (Prastowo, 2011,
hal. 24).
Komponen LKPD : 1) Lembar Kerja (Nama Peserta didik, Kelas,
Tema, Tujuan Pembelajaran dan Langkah-Langkah Kegiatan);
2) Lembar Jawaban; dan 3) Penilaian.
3. Pengembangan Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti ”tengah”, ”perantara” atau ”pengantar”. Dalam
bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan. Jadi, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Menurut Yusufhadi Miarso, media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya prosesbelajar
yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Menurut Wina
Sanjaya, ada beberapa fungsi dari penggunaan media
pembelajaran yaitu:
1) Fungsi komunikatif Media pembelajaran digunakan untuk
memudahkan komunikasi antara penyampai pesan dan
penerima pesan.
2) Fungsi motivasi Media pembelajaran dapat memotivasi
peserta didik dalam belajar.
3) Fungsi kebermaknaan Penggunaan media pembelajaran
dapat lebih bermakna yakni pembelajaran bukan hanya
meningkatkan penambahan informasi tetapi dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
menganalisis dan mencipta.
4) Fungsi penyamaan persepsi Dapat menyamakan persepsi
setiap peserta didik sehingga memiliki pandangan yang
sama terhadap informasi yang disampaikan.
5) Fungsi individualitas Dengan latar belakang peserta didik
yang berbeda, baik itu pengalaman, gaya belajar,
kemampuan peserta didik maka mediapembelajaran dapat
melayani setiap kebutuhan setiap individu yang memiliki
minat dan gaya belajar yang berbeda.
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
klasifikasi (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai) yaitu:
a. Dilihat dari sifatnya, media dibagi ke dalam: a) Media auditif,
yaitu media yang hanya didengar saja. b) Media visual, yaitu
media yang hanya dilihat saja. c) Media audiovisual, yaitu
jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang bisa dilihat.
b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya media dapat dibagi
ke dalam: a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan
serentak b) seperti radio dan televisi. c) Media yang
mempunyai daya liput yang terbatas oleh d) ruang dan
waktu seperti film slide, film, video.
c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dibagi ke
dalam: a) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film
strip, transparansi, dan sebagainya b) Media yang tidak
diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan
sebagainya.
Pengklasifikasian media berdasarkan ciri-ciri tertentu dikenal
dengan taksonomi media (Yusufhadi Miarso), yaitu:
a. Media penyaji, yang terdiri dari: a) Kelompok satu: Grafis,
Bahan Cetak, dan Gambar Diam b) Kelompok Dua: Media
Proyeksi Diam c) Kelompok Tiga: Media Audio d) Kelompok
Empat: Audio ditambah Media Visual Diam e) Kelompok
Lima: Gambar Hidup (film), f) Kelompok Eman: Televisi g)
Kelompok Tujuh: Multimedia
b. Media Objek, yaitu benda tiga dimensi yang mengandung
informasi, tidak dalam bentuk penyajian tetapi melalui ciri
fisiknya seperti ukuran, berat, bentuk, susunan, warna,
fungsi.
c. Media Interaktif, yang terdiri dari : a) Media grafis, disebut
juga media dua dimensi yaitu media yang mempunyai
ukuran panjang dan lebar seperti gambar, foto, grafik, bagan
atau diagram, poster, kartun, komik; b) Media tiga dimensi.
Dalam bentuk model seperti model padat, model
penampang, model susun, model kerja, diorama; c) Media
proyeksi, Seperti slide, film strips, film; d) Penggunaan
lingkungan sebagai media pengajaran.
Kriterian pembuatan dan pemilihan media pembelajaran yang
perlu diperhatikan:
1) Ketepatan atau efektivitas media dengan tujuan pengajaran
2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran (konsep. Fakta,
prosedur, dan metakognitif)
3) Kemudahan memperoleh media
4) Keterampilan guru dan peserta didik dalam menggunakan
media
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya
6) Sesuai dengan taraf berpikir peserta didik
7) Fleksibilitas media sehingga dapat digunakan dalam
berbagai situasi
8) Tidak melanggar nilai-nilai agama dan atau SARA
9) Kualitas media
4. Pengembangan Sumber Belajar Digital
Sumber belajar digital (e Learning) dapat didefinisikan sebagai
sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang
pendidikan berupa website yang dapat diakses di mana saja. E-
learning berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik
mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan
materi pembelajaran elektronik atau tidak. Fungsi pembelajaran
elektronik: 1) Suplemen Dikatakan berfungsi sebagai suplemen
(tambahan), apabila peserta mempunyai kebebasan memilih,
apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik
atau tidak. 2) Komplemen (tambahan) Dikatakan berfungsi
sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran
elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi
pembelajaran yang diterima tersebut. 3) Substitusi (pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan
beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan
kepada para maha peserta didiknya.
Manfaat elearning : 1) 1. Pengalaman Belajar yang Lebih Praktis dan
Menyenangkan. 2) Pendekatan yang Lebih Personal ke Setiap Siswa.
3) Performa Siswa Dapat Dimonitor dengan Lebih Mudah. 4)
Menghemat Biaya Pembelajaran. 5)  Database Siswa yang Terpusat
Berikut ini merupakan lima cara teknologi digital yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dalam pembelajaran
formal dan dalam pengaturan informal (NETP, 2017), yaitu:
a. Teknologi dapat memungkinkan pembelajaran atau pengalaman
yang dipersonalisasi yang lebih menarik dan relevan.
b. Teknologi dapat membantu mengatur pembelajaran di sekitar
tantangan dunia nyata dan pembelajaran berbasis proyek -
menggunakan berbagai perangkat dan sumber belajar digital
untuk menunjukkan kompetensi dengan konsep dan konten
yang kompleks
c. Teknologi dapat membantu belajar bergerak di luar ruang kelas
dan memanfaatkan peluang belajar yang tersedia di museum,
perpustakaan, dan lingkungan luar sekolah lainnya.
d. Teknologi dapat membantu pelajar mengejar cita-cita dan minat
pribadi.
e. Kesetaraan akses teknologi dapat membantu menutup
kesenjangan digital dan membuat peluang pembelajaran
transformatif tersedia untuk semua peserta didik di mana pun
5. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap dan Karakter (profil
Pancasila)
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik
yang meliputi aspek menerima atau memerhatikan (receiving atau
attending), merespons atau menanggapi (responding), menilai atau
menghargai (valuing), mengorganisasi atau mengelola
(organization), dan berkarakter (characterization). Dalam
kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua, yakni sikap spiritual dan
sikap sosial. Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi
inti 1(KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi inti 2 (KI 2) untuk
sikap sosial (Kunandar, 2013, hal. 100). Pada kurikulum 2013, mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada KI-1
dan KD pada KI-2 disusun secara koheren dan linier dengan KD
pada KI-3 dan KD pada KI-4. Dengan demikian aspek sikap untuk
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn
dibelajarkan secara langsung (direct teaching) maupun tidak
langsung (indirect teaching) yang memiliki dampak instruksional
(instructional effect) dan memiliki dampak pengiring (nurturant
effect). Sedangkan untuk mata pelajaran lain, tidak terdapat KD
pada KI-1 dan KI-2. Dengan demikian aspek sikap untuk mata
pelajaran selain Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn
tidak dibelajarkan secara langsung dan memiliki dampak pengiring
dari pembelajaran KD pada KI-3 dan KD pada KI-4.
a. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap harus mengacu pada indikator yang dirinci dari
Kompetensi Dasar (KD) dari kompetensi inti spiritual dan sosial
pada kurikulum 2013 dan Capaian Pembelajaran pada
kurikulum merdeka yang ada di kerangka dasar dan struktur
kurikulum untuk setiap jenjang dari dasar sampai menengah.
Oleh karena itu, guru harus merinci setiap KD dari Kompetensi
Inti menjadi indikator pencapaian kompetensi sikap spiritual
dan sosial yang nantinya akan dinilai oleh guru dalam bentuk
perilaku peserta didik sehari-hari. (Kunandar, 2013, hal. 115).
1) Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah
indikator perilaku atau aspek yang diamati (Kunandar, 2013,
hal. 117).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
penilaian sikap dengan teknik observasi: a) Jurnal digunakan
oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas selama
periode satu semester. b) Jurnal oleh guru mata pelajaran
dibuat untuk seluruh peserta didik yang mengikuti mata
pelajarannya. Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru
BK dibahas dalam rapat dewan guru dan selanjutnya wali
kelas membuat predikat dan deskripsi sikap setiap peserta
didik di kelasnya. d) Perilaku sangat baik atau kurang baik
yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada butir-butir
sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan melalui
pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana
dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup butir-butir
sikap lainnya yang ditanamkan dalam semester itu, jika butir-
butir sikap tersebut muncul/ditunjukkan oleh peserta didik
melalui perilakunya. e) Catatan dalam jurnal dilakukan
selama satu semester sehingga ada kemungkinan dalam satu
hari perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik muncul
lebih dari satu kali atau tidak muncul sama sekali. f) Perilaku
peserta didik selain sangat baik atau kurang baik tidak perlu
dicatat dan dianggap peserta didik tersebut menunjukkan
perilaku baik atau sesuai dengan norma yang diharapkan.
2) Penilaian Diri
Dalam melakukan penilaian diri terhadap kompetensi sikap,
baik sikap spiritual maupun sikap sosial harus mengacu pada
indikator pencapaian kompetensi yang sudah dibuat oleh
guru sesuai dengan kompetensi dasar dari kompetensi inti
sikap spiritual dan sikap sosial (Kunandar, 2013, hal. 131).
Penilaian diri dilakukan dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam berperilaku. Penilaian diri dapat memberi dampak
positif terhadap perkembangan kepribadian peserta didik,
antara lain: a) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri, karena
diberi kepercayaan untuk menilai diri sendiri; b) Peserta
didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena
ketika melakukan penilaian harus melakukan introspeksi
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki; c) Dapat
mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur, karena dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian; d) Membentuk sikap terhadap mata
pelajaran/pengetahuan.
Penilaian diri oleh peserta didik dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut. a) Menjelaskan kepada peserta didik
tujuan penilaian diri. b) Menentukan indikator yang akan
dinilai. c) Menentukan kriteria penilaian yang akan
digunakan. d) Merumuskan format penilaian, berupa daftar
cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale), atau dalam
bentuk esai untuk mendorong peserta didik mengenali diri
dan potensinya.
3) Penilaian Antar Peserta Didik atau Penilaian Antar Teman
Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sosial dengan
cara meminta peserta didik untuk menilai satu sama lain.
(Kunandar, 2013, hal. 140). Penilaian antar-teman dapat
mendorong: (a) objektivitas peserta didik, (b) empati, (c)
mengapresiasi keragaman/perbedaan, dan (d) refleksi diri.
Kriteria penyusunan instrumen penilaian antarteman sebagai
berikut. a) Sesuai dengan indikator yang akan diukur. b)
Indikator dapat diukur melalui pengamatan peserta didik. c)
Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas
dan tidak berpotensi munculnya penafsiran makna
ganda/berbeda. d) Menggunakan bahasa lugas yang dapat
dipahami peserta didik. e) Menggunakan format sederhana
dan mudah digunakan oleh peserta didik. f) Indikator
menunjukkan sikap/perilaku peserta didik dalam situasi yang
nyata atau sebenarnya dan dapat diukur.
4) Pengembangan Instrumen Penilaian Pengetahuan Berbasis
HOTS
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) bukanlah
kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan
untuk memecahkan masalah (problem solving), berpikir
kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan
mengambil keputusan (decision making). Tingkat kesukaran
dalam butirs soal tidak sama dengan kemampuan berpikir
tinggi. Karakteristik soal-soal HOTS :
a) Bersifat divergen. Maksud bersifat divergen adalah
instrumen penilaian berbasis HOTS ini dapat
menumbuhkan ide atau solusi peserta didik dalam
memberikan jawaban-jawaban.
b) Menggunakan multi representasi. Dalam instrumen
penilaian berbasis HOTS sebaiknya menggunakan
multirepresentasi antara lain seperti verbal (berbentuk
kalimat), visual (gambar, bagan, grafik, tabel, termasuk
video), simbolis (simbol, ikon, inisial, isyarat), dan
matematis (angka, rumus, persamaan).
c) Berbasis permasalahan kontekstual. Soal-soal HOTS
merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam
kehidupan sehari hari, dimana peserta didik dapat
menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d) Menggunakan bentuk soal beragam. Terdapat beberapa
bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir
soal HOTS yaitu soal pilihan berganda dan uraian.
Langkah-langkah penyusunan soal berbasis HOTS :
a) Menganalisis KD. Dalam menganalisis KD bertujuan untuk
menganalisis KD yang memiliki tingkat kognitif yang sama
karena tidak semua KD mempunyai tingkat kognitif yang
sama.
b) Menyusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi penyusunan soal dapat
membantu guru dalam penulisan soal HOTS.
c) Memilih stimulus yang tepat dan kontekstual. Stimulus
yang tepat dan kontekstual yaitu stimulus yang dapat
membuat peserta didik mencermati soal dan stimulus
tersebut sesuai dengan kenyataan sehari-hari agar
peserta didik tertarik untuk membaca.
d) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal.
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah
penulisan butir soal HOTS.
e) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci
jawaban.
Penilaian pengetahuan atau kognitif adalah penilaian
yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian
atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan
yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman,
penerapan atau aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi.
Teknik menilai kompetensi pengetahuan bisa melalui: (1) tes
tertulis dengan menggunakan butir soal, (2) tes lisan dengan
bertanya langsung terhadap peserta didik menggunakan
daftar pertanyaan, dan (3) penugasan atau proyek dengan
lembar kerja tertentu yang harus dikerjakan oleh peserta
didik dalam kurun waktu tertentu.
1) Tes Tertulis
Pengembangan instrumen tes tertulis mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan tes, yaitu untuk seleksi,
penempatan, diagnostik, formatif, atau sumatif.
b. Menyusun kisi-kisi, yaitu spesifikasi yang digunakan
sebagai acuan menulis soal.
c. Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah
penulisan butir soal.
d. Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk
soal yang digunakan.
e. Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum
soal diujikan, yaitu analisis tentang validitas meliputi
substansi (materi), konstruksi, dan bahasa.
Tes tulis terdiri dari tes tulis bentuk pilihan ganda dan
uraian. Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai
berikut:
a) Substansi/Materi terdiri dari: Soal sesuai dengan
indikator (menuntut tes bentuk PG); Tidak bersifat
SARA dan PPPK (suku/agama/ras/antar
golongan/pornografi/politik/propaganda/kekerasan)
;Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi
(UKRK: urgensi, keberlanjutan, relevansi, dan
keterpakaian); Pilihan jawaban homogen dan logis;
serta hanya ada satu kunci jawaban yang tepat.
b) Konstruksi yang terdiri dari: Pokok soal dirumuskan
dengan singkat, jelas, dan tegas; Rumusan pokok soal
dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang
diperlukan saja; Pokok soal tidak memberi petunjuk
kunci jawaban; Pokok soal tidak menggunakan
pernyataan negatif ganda;
Gambar/grafik/tabel/diagram dan sebagainya jelas
dan berfungsi; Panjang rumusan pilihan jawaban
relatif sama; Pilihan jawaban tidak menggunakan
pernyataan "semua pilihan jawaban benar” atau
“semua pilihan jawaban salah”; Pilihan jawaban yang
berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan
besar kecilnya angka atau kronologis kejadian; Butir
soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c) Bahasa terdiri dari: Menggunakan bahasa sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia, kecuali untuk mata
pelajaran bahasa Asing dan/atau Bahasa daerah;
Menggunakan bahasa yang komunikatif; Tidak
menggunakan bahasa yang berlaku setempat; Pilihan
jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang
sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.
Sedangkan Tes tulis bentuk uraian atau esai menuntut
peserta didik mengorganisasikan dan menuliskan jawaban
dengan kalimatnya sendiri. Penilaian sebaiknya lebih
banyak menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi/high
order thinking skills (HOTS) yaitu bentuk soal yang
memiliki tingkatan berpikir menganalisis, mengevaluasi,
sampai ke mencipta. Untuk melatih HOTS sebaiknya
penilaian lebih banyak diberikan dalam bentuk uraian.
Kaidah penulisan soal bentuk uraian:
a) Substansi/materi terdiri dari: Soal sesuai dengan
indikator (menuntut tes bentuk uraian); Tidak
bersifat SARA dan PPPK (Suku/Agama/Ras/Antar-
golongan/ Pornografi/
Politik/Propaganda/Kekerasan); Batasan pertanyaan
dan jawaban yang diharapkan sesuai; Materi yang
diukur sesuai dengan kompetensi; Isi materi yang
ditanyakan sesuai dengan tingkat kelas; Konstruksi;
Ada petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan
soal; Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan
kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
terurai; Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya
harus jelas dan berfungsi; Ada pedoman penskoran
atau rubrik.
b) Bahasa yang terdiri dari: Rumusan kalimat
soal/pertanyaan komunikatif; Butir soal
menggunakan bahasa Indonesia yang baku, kecuali
untuk mata pelajaran bahasa asing dan/atau bahasa
daerah; Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian;
Tidak mengandung kata yang menyinggung perasaan;
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
2) Tes Lisan
Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang
menuntut peserta didik menjawab secara lisan, dan dapat
diberikan secara klasikal ketika pembelajaran. Jawaban
peserta didik dapat berupa kata, frase, kalimat maupun
paragraf. Rambu-rambu pelaksanaan tes lisan sebagai
berikut :
d. Tes lisan dapat digunakan untuk mengambil nilai
(assessment of learning) dan dapat juga digunakan
sebagai fungsi diagnostik untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terhadap kompetensi dan
materi pembelajaran (assessment for learning).
e. Pertanyaan harus sesuai dengan tingkat kompetensi
dan lingkup materi pada kompetensi dasar yang
dinilai.
f. Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta
didik dalam mengonstruksi jawaban sendiri.
g. Pertanyaan disusun dari yang sederhana ke yang lebih
kompleks
3) Penugasan
Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau
proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok
sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian ini bertujuan
untuk pendalaman terhadap penguasaan kompetensi
pengetahuan yang telah dipelajari atau dikuasai di kelas
melalui proses pembelajaran. Rambu-rambu penugasan:
a) Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil
belajar. b) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik,
selama proses pembelajaran atau merupakan bagian dari
pembelajaran mandiri. c) Pemberian tugas disesuaikan
dengan taraf perkembangan peserta didik. d) Materi
penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum. e)
Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik menunjukkan kompetensi
individualnya meskipun tugas diberikan secara kelompok.
f) Pada tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas
setiap anggota kelompok. g) Tampilan kualitas hasil tugas
yang diharapkan disampaikan secara jelas. h) Penugasan
harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
6. Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan
(Kompetensi, Karakter, dan Literasi
Penilaian keterampilan (psikomotorik) adalah penilaian yang
dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi,
manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Kompetensi inti 4
(KI 4), yakni keterampilan tidak dapat dipisahkan dengan
kompetensi inti 3 (KI 3), yakni pengetahuan. Artinya kompetensi
pengetahuan itu menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan
tertentu dan kompetensi keterampilan ini menunjukkan peserta
didik bisa (mampu) tentang keilmuan tertentu tersebut. (Kunandar,
2013, hal. 251).
a. Teknik Penilaian Keterampilan
Guru menilai kompetensi keterampilan peserta didik dapat
dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain: (1) penilaian
kinerja yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu tertentu menggunakan tes praktek
(unjuk kerja) dengan menggunakan instrumen lembar
pengamatan (observasi), (2) proyek dengan menggunakan
instrumen lembar penilaian dokumen laporan proyek, (3)
penilaian portofolio dengan menggunakan instrumen lembar
penilaian dokumen kumpulan portofolio dan penilaian produk.
b. Penilaian Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik
yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan
pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk
perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri
peserta didik (Kunandar, 2013, hal. 257).
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.
1) Langkah-langkah kinerja yang perlu dilakukan peserta didik
untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. 2)
Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam
kinerja tersebut, 3) Kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas. 4) Seyogyanya
kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
dapat diamati. 5) Kemampuan yang akan dinilai selanjutnya
diurutkan berdasarkan langkahlangkah pekerjaan yang akan
diamati.
c. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang meliputi: pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian, dan penyajian data yang harus diselesaikan
peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu atau periode
tertentu. Adapun aspek yang dinilai di antaranya meliputi:
kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian.
(Kunandar, 2013, hal. 279). Dalam penilaian proyek setidaknya
ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik
dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu
pengumpulan data dan penulisan laporan.
2) Relevansi, yaitu tugas atau proyek yang diberikan pada
peserta didik harus sesuai dengan karakteristik materi,
lingkungan sekolah dan karakteristik peserta didik.
3) Keaslian, yaitu tugas atau proyek yang dikerjakan peserta
didik benarbenar hasil pekerjaan peserta didik dengan
bimbingan guru.
d. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan
berdasarkan kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik
dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta
didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang
terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
(Kunandar, 2013, hal. 286). Manfaat penilaian portofolio :
1) Memberikan bukti yang jelas dan lengkap tentang kinerja
siswa daripada hasil tes di kelas. 2) Portofolio dapat merupakan
catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran
yang baik. 3) Portofolio merupakan catatan jangka panjang
tentang kemajuan peserta didik. 4) Portofolio memberikan
gambar tentang kemampuan siswa. 5) Penggunaan portofolio
penilaian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau
kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas. 6)
Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas
bervariasinya gaya belajar siswa. 7) Portofolio memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif dalam
penilaian hasil belajar. 8) Portofolio membantu guru dalam
menilai kemajuan siswa. 9) Portofolio membantu guru dalam
mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan
pembelajaran. 10) Portofolio merupakan bahan yang relatif
lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa tentang
perkembangan siswa yang bersangkutan. 11) Portofolio
membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang
bersangkutan. 12) Menumbuhkan motivasi peserta didik untuk
belajar, mempunyai kebanggan (pride), rasa memiliki
(ownership), dan menumbuhkan kepercayaan diri (self
confidence).
Rambu-rambu penilaian portofolio :
1) Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran
yang akan diukur. 2) Hasil karya peserta didik yang dijadikan
portofolio berupa pekerjaan hasil tes, perilaku peserta didik
sehari-hari, hasil tugas terstruktur, dokumentasi aktivitas
peserta didik di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.
3) Tugas portofolio membuat aspek judul, tujuan pembelajaran,
ruang lingkup belajar, uraian tugas, dan kriteria penilaian. 4)
Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta didik
mengembangkan kompetensi dalam semua aspek (sikap,
pengetahuan, keterampilan). 5) Uraian tugas bersifat terbuka,
dalam arti mengakomodasi dihasilkannya portofolio yang
beragam isinya. 6) Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas
menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah
dilaksanakan. 7) Alat dan bahan yang digunakan dalam
penyelesaian tugas portofolio tersedia di lingkungan peserta
didik dan mudah diperoleh.
Sedangkan rubrik penilaian portofolio harus memenuhi kriteria
berikut, yaitu: 1) Rubrik memuat indikator kunci dari
kompetensi dasar yang akan dinilai pencapaiannya dengan
portofolio. 2) Rubrik memuat aspek-aspek penilaian yang
macamnya relevan dengan isi tugas portofolio. 3) Rubrik
memuat kriteria kesempurnaan (tingkat, level) hasil tugas. 4)
Rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan peserta didik. 5)
Rubrik menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami.
(Kunandar, 2013, hal. 295-296)

Daftar materi pada


1. C2, memahami (understand): kemampuan mengonstruksi makna
2 KB yang sulit
dari pesan pembelajaran baik secara lisan, tulisan maupun grafik;
dipahami

Daftar materi yang 1. Banyak guru kurang memahami taksonomi, sehingga dalam
sering mengalami mengukur kemampuan peserta didiknya guru memberikan intruksi
3
miskonsepsi dalam semaunya tanpa memperhatikan KKO yang terdapat pada KD dan
pembelajaran Indikator .

Anda mungkin juga menyukai