Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KULIAH

MATA KULIAH ENDAPAN MINERAL


KLASIFIKASI ENDAPAN MENURUT LINDGREN (1933)

Endapan Mineral Hipotermal


Beberapa endapan mineral terbentuk pada larutan hidrotermal. Berdasarkan temperatur, tekanan
dan kondisi geologi pada saat pembentukannya endapan hidrotermal dapat dibagi menjadi 3 jenis
yaitu: endapan hipotermal, endapan mesotermal dan endapan epitermal. Pada tulisan ini
pembahasan terhadap proses pembentukan endapan mineral lebih dikhususkan pada
pembentukan endapan hipotermal.
Mineralisasi hipotermal adalah proses pembentukan mineral pada suhu tinggi (300°C- 5000C)
yang berada pada lingkungan jauh dengan permukaan pada kedalaman kurang dari 4-6 km.
prosesnya hamper sama dengan epithermal dan endapan mesothermal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi secara umum pada lingkungan ini, yang mencirikan
karakteristik dari proses mineralisasi, temasuk kondisi geologi lokal (permeabilitas dan
reaktivitas dari host-rocks) dan tekanan beserta temperatur dari fluida hydrothermal (air pada
temperatur 100°C dapat tetap menjadi cairan dibawah tekanan yang tinggi tetapi ketika berada
lingkungan tekanan yang rendah dapat mendidih secara tiba-tiba bahkan meledak secara
explosive). Fluida hydrothermal mungkin dari residu magma asli, tetapi umumnya terbentuk
ketika airtanah terpanaskan oleh tubuh batuan yang meleleh, contohnya sebuah sub-volcanic
magma-chamber.

Gambar (A) : Bedded facies : sphalerit dan galena interlaminasi dengan pirit, hidrotermal
karbonat, dan carbonaceus chert. (B) : Urat Kompleks : Pyrite, Sphalerite, Galena, dan Ferroan
Carbonaceous. (C) : Dystal hidrotermal sediments. (D) : breksi yang terisikan oleh Sphalerite,
dan calcopyrite. (E) : Urat Sphalerite pada Silicified Shale (F)

A. Keberadaan
Endapan hipotermal terbentuk pada magma chamber pada kedalaman 4.000 – 6.000 meter. Pada
endapan ini, biasa terdapat mineral logam yang berupa bornit, kovelit, kalkosit, kalkopirit, pirit,
tembaga, emas, wolfram, molibdenit, seng dan perak. Mineral logam tersebut berasosiasi dengan
mineral - mineral pengotor seperti piroksen, amfibol, garnet, ilmenit, spekularit, turmalin, topaz,
mika hijau dan mika cokelat (Warmada, 2009).
Gambar Keberadaan Endapan Hipotermal

Keberadaan dari endapan hipotermal terkait dengan pembentukannya yang dipengaruhi oleh
aktivitas magmatisme yang berada pada lokasi di bawah permukaan, yaitu pada kedalaman 4.000
– 6.000 meter. Selain itu, dengan adanya sistem hidrotermal yang membutuhkan adanya aktivitas
magmatisme, maka endapan hipotermal akan dapat ditemukan pada daerah-daerah yang terdapat
aktivitas magmatisme seperti sepanjang zona subduksi ataupun ring of fire.

B. Potensi
Menurut M. Bateman, terdapat beberapa proses pembentukan mineral yang dari proses-proses
tersebut akan menghasilkan mineral dengan karakteristik yang khusus. Proses-proses
pembentukan mineral menurut Bateman antara lain proses magmatisme, pegmatisme,
pneumotalisis, dan hidrotermal. Dalam tulisan ini, telah dipersempit objek studi yaitu berupa
endapan mineral hipothermal yang merupakan salah satu bentukan dari proses pembentukan
mineral secara hidrotermal.
Endapan hipotermal terbentuk pada temperatur dan tekanan yang tinggi, dan pada umumnya
terbentuk kedalaman 4.000 – 6.000 meter, dimana tidak ada perantara yang bisa
menghubungakan dengan permukaan. Tekstur dan strukutur pada endapan hipotermal
menunjukan bahwa endapan ini merupakan endapan hasil replacement, dan pengisian mineral
pada rekahan (vein), sehingga karakter dari endapan dangkal tidak terlihat lagi. Batuan pada
endapan hipotermal dapat terlapiskan atau tergeruskan, terkadang mengandung fragmen-fragmen
dari batuan dinding.
Pada umumnya, endapan hipotermal berupa perlapisan endapan yang tersusun oleh butiran yang
kasar. Endapan mineral yang terdapat pada zona hipotermal antara lain emas, wolframite,
scheelite, pyrrhotite, pentlandite, pyrite, arsenopyrite, chalcopyrite, sphalerite, galena, uranite,
dan cobalt. Flourite, barite, magnetite, dan ilmenite, dalam jumlah kecil juga mungkin terdapat
pada zona ini. Selain mineral-mineral tersebut, terdapat juga mineral – mineral lain yang
merupakan penyusun dari batuan beku dan metamorf yang juga dapat dimungkinkan terdapat
pada zona hipotermal, biasanya ditemukan bersamaan dengan urat hipotermal.
Berdasarkan data-data eksperimen dan pemodelan memperlihatkan bahwa logam-logam pada
umumnya termobilisasi (berasosiasi) dengan magma. Berdasarkan pengukuran-pengukuran pada
material hasil letusan gunung api memperlihatkan bahwa gas-gas yang terlepas dari magma
(degassing magma) dapat membawa logam-logam. Berdasarkan studi terhadap beberapa tipe
endapan, memperlihatkan adanya hubungan antara jenis (komposisi) magma yang berasosiasi
dengan kandungan unsur-unsur logam tertentu, antara lain :
· Magma (batuan beku) dengan kandungan K2O dan Na2O yang tinggi dapat menjadi host
untuk unsur-unsur lithophile seperti Zr, Nb dan Lanthanides.
· Magma dengan komposisi aluminous yang kaya dengan F secara spesifik berasosiasi
dengan Sn, Mo, dan B.
· Timah (Sn) dan tungsten (W) memperlihatkan kecenderungan berasosiasi dengan “reduced
magma” (dicirikan dengan absen-nya magnetite).
· Tembaga (Cu) dan Molibdenum (Mo) memperlihatkan kecenderungan berasosiasi dengan
“oxided magma” (dicirikan dengan kehadiran magnetite).
Berdasarkan pemetaan terhadap keberadaan (sebaran) endapan-endapan pada lingkungan
hydrothermal memperlihatkan korelasi antara lingkungan tektonik (busur magmatik) dengan
distrik (komplek) bijih.

C. Penggunaan/Manfaat
Endapan hipotermal, seperti yang telah dibahas pada poin sebelumnya, memiliki berbagai
macam asosiasi dengan mineral lain. Dari masing-masing endapan hipotermal tersebut, akan
dapat bernilai ekonomis jika dalam jumlah tertentu. Berikut ini adalah beberapa contoh
penggunaan dari macam-macam endapan hipotermal.
1. Emas
Emas termasuk golongan native element, dengan sedikit kandungan perak, tembaga, atau besi.
Warnanya kuning keemasan dengan kekerasan 2,5-3 skala Mohs. Bentuk kristal isometric
octahedron atau dodecahedron. Specific gravity 15,5-19,3 pada emas murni. Makin besar
kandungan perak, makin berwarna keputih-putihan. Dengan kondisi fisik dari emas yang
berwarna menarik dan termasuk dalam golongan logam mulia, sehingga endapan ini menjadi
komoditas yang memiliki harga tinggi. Dengan kestabilan harganya, maka dibeberapa negara
sejak dulu emas dijadikan sebagai standar keuangan. Selain itu, dengan warnanya yang menarik,
emas dijadikan sebagai perhiasan dan benda-benda yang memiliki estetika.
2. Wolframite
Wolframite merupakan mineral series yang biasanya dapat ditemukan pada urat kuarsa dan
pegmatite yang merupakan asosiasi dengan intrusi granit. Wolframite merupakan sumber utama
dari metal tungsten yang merupakan logam dengan kekuatan yang tinggi dan massanya yang
rendah (ringan) sehingga digunakan sebagai bahan alat-alat militer.
3. Galena
Galena merupakan mineral sulfida, yang pembentukannya masuk dalam kategori pembentukan
hipothermal. Endapan dari mineral ini mengandung sejumlah besar perak yang menyatu pada
struktur yang ada. Galena merupakan mineral semikonduktor yang digunakan dalam peralatan
komunikasi wireless.
Selain endapan dari mineral-mineral hipotermal di atas, masih ada beberapa macam endapan
mineral hipotermal lain dengan kegunaan masing-masing. Secara umum, endapan hipotermal
memiliki kegunaan yang hampir sama sebagai mineral logam hasil altrasi pada sistem
hipotermal.

DAFTAR PUSTAKA

Edwards, and Atkinson., Ore Deposit Geology., Chapman and Hall., London, 1986
Guilbert, J.M. and C.F. Park, The Geology of Ore Deposits, W.H. Freeman & Company, New
York, 1985
Jensen, M. and A.M. Bateman., Economic Mineral Deposits., Third Edition, Wiley and Sons,
1981

ENDAPAN MINERAL MESOTHERMAL

1. PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN MINERAL MESOTHERMAL


a. Pembentukan Mineral Primer
Sebelum membahas mengenai proses pembentukan endapan mineral mesothermal, terlebih
dahulu harus diketahui tentang pembentukan endapan mineral menurut proses pembentukannya,
adalah sebagai berikut :
Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis
endapan, yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbeda-
beda, yaitu yang berhubungan dengan :
a. Kristalisasimagmanya
b. Jarak endapan mineral dengan asal magma
 intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah atuan beku
 peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
 crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
 apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
 tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku
 Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)
Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk
langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling.
Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit.
 Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat
kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang
mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
 Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan
yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karena adanya
gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini
dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding
yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3),
amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan
skarn.
 Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi
magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan.
 Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara
primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas

b. Proses Hidrotermal
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat “aqueos” sebagai hasil diferensiasi
magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan deposit mineral. Berdasarkan cara pembentukan
endapan, dikenal dua macam endapan hydrothermal yaitu Cavity Filling atau mengisi lubang-
lubang yang sudah ada dalam batuan, dan Metasomatisme, dengan mengganti unsur-unsur yang
telah ada dalam batuan dengan unsur baru larutan hydrothermal.
Berdasarkan cara pembentukannya, maka dikenal beberapa jenis endapan hidrotermal,
antara lain :
 Endapan mineral Ephitermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu < 200 ˚C
 Endapan mineral Mesothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu antara 200-300˚C
dengan tekanan moderat
 Endapan mineral Hipothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu 300-500˚C dengan
tekanan yang tinggi.

Gbr. Proses hydrothermal dalam mineralisasi batuan

c. Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal


Endapan mineral mesothermal merupakan endapan mineral yang terbentuk pada temperature
dan tekanan menengah. Bijih endapan mineral ini terbentuk pada suhu sekitar 200-300˚C dengan
kedalaman sekitar 1200-3600m dibawah permukaan bumi. Pada dasarnya pembentukannya tidak
jauh berbeda dengan pembentukan endapan mineral epitermal dan hipotermal, yang
membedakan hanya suhu dan tekanan pada saat pembentukannya.
Magma mengalami diferensiasi seiring penurunan suhu secara bertahap, mineral yang
pertama kali terbentuk adalah mineral yang terbentuk secara pegmatitic yang sarat akan unsur
logam, selanjutnya pada tingkat diatasnya kandungan unsur logam mulai berkurang seiring
pembentukan mineral secara pneumolitik, sehingga tahapan pembentukan mineral yang
selanjutnya adalah melalui proses hidrotermal akibat kandungan unsur mineral logam yang
sudah mulai berkurang. Dalam proses pembentukan endapan mineral hidrotermal ini diawali
dengan endapan mineral hypothermal pada suhu sekitar 300-500˚C dengan tekanan yang masih
sangat tinggi, kemudian terbentuk endapan mineral mesothermal pada suhu 200-300˚C pada
tekanan moderat, dan yang terakhir adalah endapan mineral epitermal pada suhu sekitar 150-
200˚C dengan tekanan rendah dekat dengan permukaan.
Semakin mendekati permukaan, maka mineral-mineral yang terbentuk cenderung kepada
mineral yang bersifat acid(asam) seiring berkurangnya kandungan unsur logam sehingga
kandungan silikanya secara otomatis akan mendominasi.

2. KEBERADAAN ENDAPAN MINERAL MESOTHERMAL


a. Macam Endapan Mineral Mesothermal
Endapan mineral mesothermal terdiri dari beberapa beberapa mineral logam yang beberapa
diantaranya adalah timbal, seng, perak, dan emas. Mineral-mineral logam tersebut dapat
terendapkan bersama dengan mineral-mineral lain seperti kuarsa, pirit, dan juga mineral
karbonat. Zona altrasi yang luas mengeliilingi endapan mineral mesothermal tersebut. Produk
dari altrasi itu antara lain, sericite, kuarsa, kalsit, pirit, dolomit, piroklas, klorit , dan mineral
lempung. Ortoklas sekunder dan mineral lempung dijumpai pada endapan tembaga yang tersebar
dalam zona tersebut. Beberapa mineral tersebut seperti klorit dan lempung lebih memiliki
karakteristik seperti endapan epithermal, akan tetapi biasanya endapan tersebut terdapat pada
bagian luar dari endapan mesothermal.
Berikut merupakan ciri-ciri umum dari endapan mesothermal
 Pada endapan ini tekanan temperaturnya medium(300o - 200oC),
 Karena bertemperaturnya medium maka proses pengendapan hanya mengisi cela-cela (cavity
filling) pada batuan yang dibentuk oleh tekanan dan juga kadang-kadang mengalami
replacement karena temperature yang masih medium.
 Asosiasi mineral yang ada berupah berupah sulfide Ag, As, Au, Sb dan oksida (Sn) yang
berasosiasi dengan batuan beku asam yang didekat permukaan bumi oleh karena itu, mineral Au,
Cu dapat dijumapi pada mineral kuarsa dan kalsit pada batuan beku asam dan batuan sedimen.
Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu
(spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-
mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa(SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu
terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal. Sedangkan alterasi yang ditimbulkan untuk
tipe endapan mesothermal khususnya pada dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Batuan dinding Hasil Alterasi

batuan gamping silisifikasi


serpih, lava selisifikasi, mineral-mineral lempung
batuan beku asam sebagian besar serisit, kwarsa, beberapa
batuan beku basa
mineral lempung
serpentin, epidot dan klorit

Tabel 1. Alterasi-alterasi yang terjadi pada tipe endapan Mesothermal

Paragenesis dari endapan mesothermal dan mineral gangue antara lain stanite (Sn, Cu)
sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3),
tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan
mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Lindgren (1933) menyatakan bahwa endapan mesothermal tidak mengandung mineral
garnet, topas, piroksen, amphibole, dan tourmaline yang merupakan mineral dengan suhu
pembentukan yang tergolong tinggi. sedangkan endapan mesothermal juga tidak mengandung
zeolite yang proses pembentukannya pada suhu yang tergolong rendah.
Endapan mineral mesothermal berhubungan erat dengan batuan beku secara spasial ataupun
secara genetic (genesa), sedangkan dalam hal lain, tidak ada asosiasi genetic yang bisa
dijabarkan.
b. Lokasi Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal
Lokasi Pembentukan dari Endapan Mineral Mesothermal adalah pada Urat-urat polimetalik
pada batuan yang berumur paleozoikum bawah, dengan contoh batuan yang telah diketahui dari
Pembrokeshire, melewati Wales tengah ke Snowdonia dan pada Anglesey.
Secara khusus, urat-urat polimetalik terdapat pada patahan, rekahan-rekahan batuan dan
zona patahan. Proses mineralisasi dimungkinkan terdapat pada struktur, atau berkembang dengan
pola minim (jarang). Gerakan perulangan dan proses aktivitas mineralisasi adalah hal yang
khusus. Dip-dip sangat dimungkinkan untuk berubah-ubah dan dip-dip curam merupakan hal
yang lazim pada batuan-batuan yang berkompeten (contoh batupasir, dolerite sills) dan dip-dip
yang kurang curam terdapat pada batuan-batuan yang tidak berkompeten (contoh serpih,
batulempung). Wallrock biasanya teralterasi, dengan kenampakkan yang agak memudar.
Di dalam Urat-urat polimetalik terkandung tembaga, timbal, seng, perak, dan emas (sangat
ekonomis), arsenic, dan logam putih, selalu didapatkan sufida langka, arsenide atau telluride,.
Material – material ini terbentuk dari sejumlah proses, yang berada di Wales,
Ketika sekuen sedimen tebal dan batuan vulkanik terkubur sangat dalam, hal ini digunakan
untuk penambahan tekanan dan suhu, menghasilkan produk dalam metamorfisme tingkat rendah.
Jumlah kebebasan air yang signifikan ini berasal dari mineral yang terhidrasi, seperti lanau,
sebagai rekristalisasinya. Unsur yang mengandung air ini lalu pindah sebagai fluida hidrotermal
sepanjang jalan yang dapat dilewati air pada batuan, seperti patahan dan zona rekahan, dimana
mineral-mineral terdepositkan.
Beberapa sampel terbaik yang berasal dari Welsh, sama seperti urat-urat yang berada di
sabuk emas Dolgellau, diisi oleh batuan sedimen berumur tengah sampai atas kambrian, dan
intrusi, dan terbentuk lebih dahulu dari deformasi Caledonian yang terangkat menjadi cekungan
Welsh pada masa Devonian. Urat-urat tersebut mengisi rekahan patahan dengan panjang strike
hingga beberapa kilometer dan khususnya terungkap menyerupai struktur pita sebagai contoh
ilustrasi diatas.
Reaksi metamorfisme menyebabkan pengisian air berskala luas pada batuan yang terkubur
sangat dalam, dipercaya telah mengalami proses mekanisme yang memicu fluida hidrotermal.

3. POTENSI
a. Nilai ekonomis mineral mesothermal
Produk atau hasil dari endapan mineral mesothermal beberapa diantaranya adalah timbal,
tembaga, seng, perak, dan emas yang terendapkan bersama dengan mineral-mineral seperti
mineral kuarsa, pirit, dan juga mineral karbonat. Mineral-mineral tersebut merupakan mineral
yang memilki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Endapan mineral emas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi diantaranya adalah, native
gold, calaverite, dan sylvanite. Dari macam-macam endapan mineral tersebut, native gold
merupakan jenis endapan mineral emas yang paling ekonomis. Hal tersebut dikarenakan
kandungan atau komposisi dari unsur Au yang lebih besar daripada jenis endapan mineral emas
,calaverite, dan sylvanite.
Endapan mineral perak dibagi menjadi beberapa jenis mineral berdasarkan komposisi atau
kandungan dari unsur Ag. Endapan mineral yang paling banyak kandungan unsur Ag adalah
mineral native silver, kemudian dibawah mineral native silver yang mana kandungan Ag nya
lebih sedikit yakni 25%-50% adalah mineral argentite dan cerargirite.
Endapan Mineral Tembaga merupakan salah satu dari beberapa mineral bijih yang cukup
potensial. Tembaga terbagi menjadi beberapa kelas berdasarkan kandungan unsur Cu, urutan
kelas tersebut antara lain Native Cooper, Bornite, Chalcosite, Chalcopyrite, Covellite, Cuprite,
Enargite, Malachite, Azurite.
Endapan mineral lain adalah mineral timbal yang diklasifikasikan berdasarkan kandungan
Pb nya. Nilai kandungan Pb yang besar adalah Galena. Sementara kandungan unsur Pb yang
lebih kecil dari mineral Galena adalah Cerussite dan Anglesite. Semakin tinggi kandungan Pb
nya, maka semakin tinggi nilai ekonomis dari mineral tersebut.
Seng adalah endapan mineral yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Mineral ini
dibagi menjadi beberapa kelas. Yaitu Sphaleite, Smitshsonite, Hemimorphite, dan Zincite. Nilai
kandungan unsur Zn yang besar akan mempengaruhi nilai ekonomis dari mineral tersebut. Kelas
endapan mineral ini yang memilki nilai Zn terbesar adalah Sphaleite.
Endapan mineral lain yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah timah. Kandungan
Sn yang besar pada mineral ini akan mempengaruhi nilai ekonomis suatu mineral. Mineral
Timah yang mengandung Sn terbesar adalah Cassiterite dan Stannite.
b. Persebaran endapan mineral mesothermal di Indonesia
Endapan mineral mesothermal banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, misalnya
1. Timah
Daerah-daerah penghasil timah di Indonesia adalah Pulau Bangka, Belitung,dan Singkep yang
menghasilkan lebih dari 20% produksi timah putih dunia. Di Muntok terdapat pabrik peleburan
timah.
2. Nikel
Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di Kolaka (Sulawesi Selatan).
3. Tembaga
Tembaga terdapat di Tirtomoyo dan wonogiri (Jawa Tengah), Muara Sipeng (Sulawesi) dan
Tembagapura (Papua/Irian Jaya).
4. Emas dan perak
Emas dan Perak merupakan logam mulia. Pusat tambang emas dan perak terdapat di daerah-
daerah berikut:
Tembagapura di Papua (Irian Jaya)
Batu hijau di Nusa Tenggara Barat
Tasikmalaya dan Jampang di Jawa Barat
Simao di Bengkulu
Logos di Riau
Meulaboh di Naggroe Aceh Darusalam

4. PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN


1. Galena
 Mineral sulfida yang alami
 Mineral bijih yang paling utama
 Mempunyai rumus bahan kimia (PbS) Sulfida
 System kristalnya isometric hexoctahedral, mempunyai belahan yang sempurna, dengan kekerasn
2,5 – 2,75 dan berat jenis 7,58, kilap logam, dengan warna abu – abu timah
 Mineral galena sekali – kali di gunakan sebagai semikonduktor (yaitu kristalnya) di dalam
pesawat radio. kristal galena menjadi bagian dari suatu titik- dioda kontak digunakan untuk
mendeteksi isyarat/sinyal radio.
 Batuan galena merupakan bahan baku dari logam timah hitam (Pb).

2. Kalkopirit
 suatu mineral besi sulfide tembaga yang mengeristal sistem bersudut empat
 mempunyai komposisi kimia yaitu (CuFeS2)
 mempunyai warna kuning keemasan, dan mempunyai skala kekerasan 3,5 – 4, Lapisan nya
adalah diagnostik seperti sedikit warna hijau kehitam.
 saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan beroksidasi dengan berbagai oksida,
hidroksid dan sulfatesRekanan Mineral Tembaga meliputi sulfida bornite ( Cu5FeS4), chalcocite
( Cu2S), covellite ( CuS), digenite ( Cu9S5); karbonat seperti perunggu dan azurit, dan oksida
jarang seperti cuprite ( Cu2O).
 Warna kalkopirit kuning gelap dengan sedikit warna kehijau – hijauan dan kilap berminyak
diagnostic. Dalam kaitan dengan warna nya dan isi tembaga tinggi, kalkopirit telah sering
dikenal sebagai ” tembaga kuningan”.
 digunakan di dalam pembuatan asam belerang dan belerang dioksida, butir dari pyrite debu telah
digunakan untuk memulihkan besi, emas, tembaga, unsur kimia/kobalt, nikel, dll.
3. Emas
 Logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala
Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu
dengannya.
 Mempunyai kandungan unsur Au
 Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral
ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non
logam.
 Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi.
 Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
 Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera,
Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Papua.
4. Perak
 Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang
mempunyai warna putih.
 Mempunyai kandungan unsur Ag
 Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran, dll. Potensinya selalu
berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga
5. Seng
 Merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik.
 Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini
berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2.
 Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik. Walau
demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada
besi dan berstruktur kristal heksagonal
 Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki lima isotop stabil.
Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).
Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng. Aplikasi-
aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan aloi. Selain itu juga seng dapat
digunakan dalam pembuatan konstruksi bangunan dan juga merupakan mineral yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan
pertumbuhan, mempengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi, diare, dan setiap
tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-anak di seluruh dunia. Konsumsi seng
yang berlebihan dapat menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan defisiensi tembaga.

5. DAFTAR PUSTAKA
Park, Charles.F Jr. and Macdiarmid, Roy A. 1964. Ore Deposite. San Francisco: W.H. Freeman and
Company.
http://www.scribd.com/doc/28518828/Genesa-Minerals-Genesa-Minerals-Written-by-Administrator
http://www.websters-online-dictionary.org/me/mesothermal_deposit.html
http://mining.itb.ac.id/esdb/file/bahan_kuliah/TE3111_Materi-3%20Klasifikasi %20 dan
%20Pembentukan%20Endapan.pdf

ENDAPAN MINERAL EPITERMAL

Endapan mineral epitermal telah menerima banyak perhatian di dunia oleh karena dapat di
eksploitasi secara ekonomis dan tersedia banyak dibantingkan dengan sumber daya logam mulia
lainnya. Secara geologi, endapan ini relatif mudah di temukan, karena secara ganesa endapan
epitermal ini kadanya rendah dan secara umum telah diketahui keberadaanya. Oleh karena secara
ganesa dan ekonomis endapan epitermal ini signifikan tetapi cadangannya masih bersatu dengan
cadangan kadar tinggi yang telah ada. Secara ekonomi harga emas-perak naik relatif terhadap
ongkos operasi penambangan emas. Hal ini disebabkan karena cadangan emas yang kadanya
rendah telah dapat diekploitasi secara komersil dan pengaruhnya adalah terjadinya revitalisasi
cadangan emas yang terlah ada.

Gambar 1. Skema penampang ilustrasi setting geologi dan hidrogeologi umum daerah endapan
epitermal (Taylor, 1996)
Endapan epitermal logam dasar dan mulia banyak macamnya mencerminkan perbedaan
tektonik, batuan beku dan kedudukan strukturnya dimana mereka terbentuk dan melibatkan
banyak proses didalam pembentukkannya. Kebanyakan dari endapan epitermal terbentuk dalam
suatu lebel kerak bumi yang dangkal, dimana perubahan tiba-tiba dalam kondisi fisik dan
kimianya menghasilkan ubahan hidrotermal (White dan Hedenquist, 1990).

Lindgren (1933) mendefinisikan istilah “epitermal” dari pengamatan mineralogi dan


teksturnya, dan ia menyimpulkan kondisi temperatur dan tekannya (kedalammnya) untuk style
(bentuk) mineralisasi ini. Walaupun penafsiran dari pengamatanya tidak mengubah secara
substansial, pemahaman kita mengenai lingkungan epitermal yang sekarang telah berkembang
sebagai hasil dari suatu pengamatan dasar yang semakin maju.
Definisi

Gambar 2. Skema pembentukan Endapan Emas Epitermal (Corbet, 2007)


Endapan epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar dari lingkungan
vulkanik. Dalam suatu sumber panas magmatik suatu sumber air tanah dalam, atau air meteorik,
metal dan penurunan sulfur dan zona - zona rekahan yang regas di kerak bumi bagian atas adalah
unsur - unsur yang paling penting. Karena unsur - unsur ini tersedia sepanjang sejarah kerak
bumi. Pencampuran material-material ini menyebabkan terbentuknya endapan-endapan emas
epitermal. Endapan emas epitermal dilingkungan batuan vulkanik adalah hampir selalu
berasosiasi dengan batuan vulkanik cal-alkaline dan batuan intrusi, beberapa memperlihatkan
suatu hubungan yang erat dengan batuan vulkanik alkali.
Kata epitermal mengacu kepada endapan yang terbentuk pada temperatur rendah dan
kedalaman yang dangkal. Istilah epitermal diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh
Lindgren (1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe alterasi di batuan, dan tekstur dari
mineral-mineral bijih yang terbentuk serta alterasi bawaannya. Dari pengamatan tersebut
diperoleh interpretasi mengenai suhu pembentukan endapan dan kedalaman pembentukannya.
Menurut White (2009) endapan epitermal dapat diketahui berdasarkan:
 Karakteristik mineral dan teksturnya
 Mineralogi alterasi hidrotermal dan zona pembentukannya
Proses Epithermal
Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000
meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak
lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang terjadi.
Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan
struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada
endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa
mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low
sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia
fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe seperti zona dimana batuan
mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan, khususnya
sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus
(discontinuous)
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai
permukaan, terutama ketika fluida hidrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles.
Banyak endapan mineral epitermal tua menampilkan fossil ‘roots’ dari sistem fumaroles kuno.
Karena mineral - mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya
secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epitermal tua relatif tidak umum secara
global. Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz,
kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari
endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu.
Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka
(karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan
struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini
juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi. Dua tipe utama dari endapan ini
adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat
kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000
dalam Chandra,2009).
Ransome (1907) (dalam Hedenquist et al, 2000) menemukan dari pengamatan yang
dijumpai pada endapan-endapan di sekitar kolam air panas dan fumarol pada gunung api, dimana
dia menyimpulkan bahwa endapan yang terbentuk pada kondisi reduksi dengan pH air netral
disebut sebagai pembawa endapan-endapan sulfidasi rendah sedangkan kondisi asam dan
teroksidasi disebut sebagai pembawa endapan-endapan sulfidasi tinggi. Terdapat asosiasi
mineral-mineral tertentu yang dapat digunakan sebagai penciri tipe-tipe endapan sulfidasinya.
Endapan sulfidasi rendah dicirikan oleh adanya asosiasi mineral-mineral sulfida seperti pirit-
pirortit-arsenopirit-sfalerit(kaya akan Fe) sedangkan sulfidasi tinggi dicirikan oleh asosiasi
mineral-mineral enargite-luzonit-kovelit-kelimpahan mineral pirit. White dan Hedenquist (1995)
di dalam White (2009), mengklasifikasikan kedua jenis endapan tersebut sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Endapan Epitermal White dan Hedenquist (1995)
Tabel 2. Asosiasi mineral bijih pada endapan epithermal (White dan Hedenquist, 1995) di dalam
White(2009)

Tabel 3. Asosiasi mineral-mineral sekunder pengisi gangue (White dan Hedenquist, 1995) di
dalam White (2009)
Dengan memahami asosiasi mineral bijih, mineral sekunder dan zona-zona
tekstur pada urat di batuan maka dapat digunakan sebagai alat interpretasi
lingkungan terbentuknya urat (Buchanan, 1981). Seperti yang terlihat pada
gambar berikut :
Gambar 3. Model Endapan Epithermal low sulfida (Buchanan, 1981)
Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):

 Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.
%
 Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)
 Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan
beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan
atau ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.
 Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan
stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian).
 Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
 Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit,
sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar,
orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides.
 Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit
rendah-Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite,
rhodochrosite, zeolit
 Ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi),
kaolinisasi, piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi
 Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang
sangat umum, sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.

Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008) adalah:
 Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik
 Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada
umumnya memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik.
 Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol
dan litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-
permeability pada kedalaman yang dangkal dari sistem hidrotermal.
 Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang
terjal yang terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya
terdapat bidang sesar utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.
 Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.
 Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih
keras dan realtif tahan terhadap pelapukan.
 Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).

Potensi Dan Keberadaan Endapan Epithermal


Jenis endapan epitermal yang terletak 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal ini
merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu dan
tekanan yang maksimum serta mengalami fluktuasi-fluktuasi yang paling cepat. Fluktuasi-
fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan
(boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika ini
secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan mineralisasi
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi
epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi
klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg),
thallium (Tl), dan belerang (S).
Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan
belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger, 1983),
beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg),
thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara
setempat terkayakan.
Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat
pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-
logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana
asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung. Menurut Buchanan (1981), logam-logam dasar
(base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun demikian
dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious metals) atau dalam asosiasi-
nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur mangan juga terjadi. Cadmium
(Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth
(Bi), tellurium (Te), dan tungsten (W) dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke
endapan yang lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan.Mineral-mineral
ekonomis yang dihasilkan dari epitermal antara lain Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg, arsenopirit, pirit,
garnet, kalkopirit, wolframit, siderit, tembaga, spalerite, timbal, stibnit, katmiun, galena,
markasit, bornit, augit, dan topaz.
Berikut ini adalah beberapa contoh logam hasil dari endapan epitermal yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, antara lain: Emas (Au) dan Perak (Ag).

 Emas

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat dinugget
emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.Kode
ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain
yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan
(gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan
sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan
sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya
>20% (Sutarto, 2004).
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal. Endapan emas
tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat kuarsa maupun dlam urat
bentuk karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-3000C dengan pH sedikit asam atau mendekati
netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan
porfiri. Dimana emas, perak, tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini
(Sukandarrumidi, 2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi
Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral
(Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas
dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer
Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline)
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi
sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam
rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas diangkut
oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan OH-. Ligan ini mengangkut emas
hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal merupakan salah satu cirri
adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal. Pendidihan terjadi karena ada pertemuan
antara larutan yang bersuhu tinggi (hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan
meteoric). Selama proses pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan
dinding batuan yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu
hilangnya gas H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses tersebut dapat
mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi biasanya dijumpai di breksi
hidrotermal (Sukandarrumidi, 2007).

 Perak

Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak murni (Ag)
mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau menjaring,
kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan sebagai argentite,
cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak biasanya berasosiasi dengan
pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk dari reduksi sulfide pada bagian bawah
endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal
berasosiasi dengan kalsit (temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa
mineral dapat mencapai perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%),
dan dalam kandungan emas (28%).
Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas kurang lebih 75% didapatkan sebagai
hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel dan tembaga. Endapan perak dapat berupa
endapan pengisian dan endapan penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan
perak didunia dihasilkan dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).

Tabel 4. Contoh daerah dengan endapan epitermal high sulfidasi (kiri), dan low sulfidasi
(kanan)
DAFTAR PUSTAKA

Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure, alteration, and
mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration Geochemists at Townville,
145pp.
Hedenquist, J. W., Arribas, A. R., dan Urien E. G., 2000, Exploration for Epithermal Gold deposits,
Economic Geology, vol. 13, p. 245-277.
Taylor, H.P., Jr., 1973, O18/O16 evidence for meteoric-hydrothermal alteration and ore deposition in
the Tonopah, Comstock Lode, and GoldfieldMining Districts, Nevada: Economic Geology, v. 68,
p. 747-764.
Sibarani, August P., 2008, Studi MikroskopiUntuk Verifikasi Hasil Analisis XRDDan
Analisis Tekstur Pada Sampel Urat Ciurug Endapan Epitermal PongkorIndonesia,Program
Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Pertambangan Dan Perminyakan, ITB

Anda mungkin juga menyukai