Anda di halaman 1dari 2

Konflik adalah ketidaksepakatan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok,

manajemen konflik merupakan proses untuk mengelola konflik dengan menyusun strategi yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki konflik sehingga mendapatkan resolusi yang
diinginkan. Sementara itu, dalam sudut pandang demokrasi, manajemen konflik berbicara
mengenai bagaimana konflik ditangani.
Cara penanganan konflik di dalam manajemen konflik ini biasanya dilakukan secara konstruktif
dan membawa pihak yang berkonflik ke dalam suatu proses yang kooperatif serta dapat
merancang sistem kooperatif yang praktis untuk dapat mengelola perbedaan secara konstruktif.

Pengertian Manajemen Konflik Menurut Para Ahli:

1. Howard Ross (1933), Manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan
oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik
menunjuk pada pola komunikasi termasuk perilaku para pelaku dan bagaimana mereka
memengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

2. Minnery (1980), Manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan
yang merupakan proses. Menurutnya, proses manajemen konflik perencanaan merupakan
bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik
perencanaan terus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model ideal.

3. Johnson dan Johnson (dalam Farida: 1996), seseorang yang terlibat konflik maka untuk
menghadapinya seringkali digunakan religiusitas dasar manajemen konflik yakni
menghindari, memaksa, melunak, kompromi, dan konfrontasi.

4. Farida (1996), manajemen konflik yang biasa digunakan seseorang adalah dominasi,
menyerah, menarik diri, negosiasi, intervensi pihak ketiga.
Contoh Kasus Manajemen Konflik :
Ada dua sahabat yang mendirikan perusahaan perangkat lunak (Pak Ali dan Pak Yuda).
Keduanya adalah programmer komputer berumur 20 tahun-an. Masing-masing memperoleh
saham 50%. Dalam perjalanan waktu, keduanya sering bertengkar, berbeda pendapat pada
banyak hal. Kemudian Pak Yuda mengalami gejala sakit yang menyebabkan dia tidak bisa
secara penuh bekerja di perusahaan tersebut. Hal tersebut memicu ketidaksenangan Pak Ali
karena dia merasa bekerja lebih keras. Pak Ali merasa pantas memperoleh bagian yang lebih
besar, misalnya 70% dan 30%. Dalam perjalanannya, perusahaan tersebut berkembang pesat.
Konflik antara Pak Ali dengan Pak Yuda semakin berlarut sehingga membahayakan
kelangsungan perusahaan.

Dalam hal ini, cara mengatasi konflik diatas adalah dengan cara Kompromi.
Kompromi dilakukan untuk menemukan jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang
bertentangan. Cara in membuat pihak-pihak yang bertentangan tidak merasa frustrasi atau
dikecewakan, meskipun tidak ada pihak yang merasa terpuaskan penuh. Cara ini dimungkinkan
jika setiap pihak yang berkepentingan, tidak hanya memfokuskan pada tujuan pribadinya saja,
tetapi juga bersedia mencapai tujuan pijak lainnya. Masing-masing pihak bersedia memberi dan
menerima. Meskipun tampaknya cara semacam itu cukup baik untuk individu yang terilibat,
tetapi dari segi organisasi cara ini mempunyai kerugian karena dalam kompromi hasil yang
diperoleh cenderung tidak optimal.

Sumber : Mahmud M. Hanafi. Manajemen EKMA4116 Edisi 3. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai