Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah
Sistem Periodik Unsur Golongan IIIA. Sholawat serta salam tercurah kepada
utusan Allah, Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan akhlak dan budi pekerti
mulia. Alhamdulillah Laporan kunjungan ini dapat disusun dan terselesaikan
sebagaimana mestinya sebagai salah tugas untuk memenuhi mata kuliah Kimia
Anorganik.
Selaras dengan terselesaikannya makalah ini ingin penulis mengucapkan
terima kasih atas bimbingan, bantuan, dan semangatnya kepada kedua orang tua
penulis yang selalu memberikan doa, dukungan, serta sarana dalam pembuatan
makalah ini, kepada Ibu Wina Yulianti, M.Si. selaku Dosen mata kuliah Kimia
Anorganik, serta kepada teman-teman seperjuangan beserta seluruh pihak yang
telah terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena adanya keterbatasan kemampuan dalam diri penulis. Oleh
karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, 14 April 2018

Penulis
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dmitri Mendeleev adalah ilmuwan pertama yang membuat tabel periodik


unsur yang mirip dengan yang kita gunakan saat ini. Tabel ini menunjukkan
bahwa unsur-unsur diurutkan seiring dengan meningkatnya berat atom, sebuah
pola muncul di mana sifat-sifat dari unsur-unsur diulangi secara berkala. Tabel
periodik adalah tabel yang memuat kelompok unsur-unsur sesuai dengan
kemiripan sifat unsur (Krisnadwi 2013).
Dalam tabel periodik unsur, golongan IIIA merupakan salah satu golongan
yang unik untuk dipelajari karena unsur-unsurnya memiliki beberapa perbedaan
karakteristik yang cukup bervariasi, sehingga muncul anggapan bahwa
penempatan kelima unsur yang ada pada golongan IIIA dimungkinkan hanya
berdasarkan kesamaan elektron valensi yang dimiliki masing-masing unsur dalam
golongan IIIA (Rendrahadi 2015).
Unsur-unsur pada golongan IIIA mencakup satu unsur non-logam dan
empat unsur lainnya yang memiliki sifat kelogaman yang sama. Unsur-unsur pada
golongan IIIA menunjukkan perbedaan sifat yang cukup bervariasi. Boron
merupakan unsur non-logam, aluminium merupakan unsur logam namun
menunjukkan banyak kemiripan sifat kimia dengan boron, dan unsur sisanya
seluruhnya memiliki karakteristik sebagai unsur logam (Sharpe 1992).

1.2 Rumusan Masalah

1.      Dari mana kah asal usul dari unsur-unsur golongan III A?


2.      Apa saja yang membedakan unsur-unsur yang terdapat di golongan III A?
3.      Apa saja dampak dari unsur-unsur golongan III A dalam kehidupan sehari-
hari

1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui sifat kimia dan sifat fisik golongan IIIA.
2. Agar dapat menemukan serta dapat mengetahui bentuk zat kimia dari
golongan golongan IIIA.
3. Agar dapat mengetahui manfaat golongan IIIA dalam kehidupan sehari-hari.
4. Agar dapat mengetahui proses pembuatan/proses memperoleh unsur-unsur
golongan IIIA. Serta mengetahui sejarah masing-masing unsur golongan
IIIA.

2 PEMBAHASAN

2.1 Boron

Gambar 1 1 Boron

2.1.1 Sejarah Penemuan Boron


Pada tahun 1909, ahli kimia Amerika Yehezkiel Weintraub mampu
menghasilkan 99% boron murni, dengan mereduksi halida boron dengan
hidrogen. Hampir seabad kemudian, pada tahun 2004, Jiuhua Chen dan Vladimir
L. Solozhenko menghasilkan bentuk boron baru, namun tidak menentukan dari
strukturnya. Pada tahun 2009, sebuah tim yang dipimpin oleh Artem Oganov
mampu menunjukkan bentuk boron baru berisi dua struktur, B12 icosohedra dan
B2 pasangan. Gamma-boron, seperti yang telah disebut, hampir sekeras berlian
dan lebih tahan panas daripada berlian.

2.1.2 Sifat Fisik dan Kimia


Boron adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang B dan nomor atom 5. Senyawa boron murni memiliki warna hitam
kecoklatan, boron merupakan salah satu unsur metaloid. Senyawa boron
berbentuk padatan pada suhu ruang yang memiliki massa jenis 2.08 g/cm3.

2.1.3 Keberadaan di Alam


Unsur ini tidak ditemukan di alam, tetapi timbul sebagai asamothorboric dan
biasanya ditemukan dalam sumber mata air gunung berapi dan sebagai borates di
dalam boron dan colemantie. Ulexite, mineral boron yang lain dianggap sebagai
serat optik alami.
Sumber-sumber penting boron adalah rasorite (kernite) dan tincal (bijih
borax). Kedua bijih ini dapat ditemukan di gurun Mojave. Tincal merupakan
sumber penting boron dari Mojave. Deposit boraks yang banyak juga ditemukan
di Turki.

2.1.4 Proses Pembuatan


Boron (B) tidak terlalu banyak diproduksi dalam laboratorium karena dapat
diperoleh secara komersial. Secara umum,Boron (B) berasal dari tourmaline,
boraks [Na2B4O5(OH)4.8H2O], dan kernite [Na2B4O5(OH)4.2H2O]. Unsur ini susah
diperoleh dalam bentuk murni karena titik lelehnya yang tinggi (2250 ˚C) dan
sifat korosif cairannya. Ia dibuat dalam kemurnian 95 – 98% sebagai bubuk amorf
dengan reduksi B2O3 dengan Mg, diikuti dengan pencucian produknya dengan
larutan NaOH, HCl, dan HF.

B2O3 + 3Mg → 2B + 3MgO


Boron yang tidak murni digunakan pada pertunjukan kembang api untuk
memberikan warna hijau dan dalam roket sebagai pemicu.
Senyawa boron yang paling komersial adalah Na 2B4O7.5H2O. Pentrahidra
ini digunakan dalam jumlah yang banyak dalam pembuatan serat gelas yang
dijadikan insulasi (insulation fiberglass) dan pemutih sodium perborat (sodium
perborate bleach).
Asam borik juga merupakan senyawa boron yang penting dan digunakan
dalam produk tekstil. Senyawa-senyawa boron lainnya digunakan dalam
pembuatan kaca borosilica dan dalam penyembuhan arthritis.
Isotop boron-10 digunakan sebagai kontrol pada reaktor nuklir, sebagai
tameng pada radiasi nuklir dan dalam instrumen-instrumen yang digunakan untuk
mendeteksi netron. Boron nitrida memiliki sifat-sifat yang cemerlang karena ia
sekeras berlian, dapat digunakan sebagai insulator listrik walau dapat menghantar
panas seperti logam. Senyawa ini juga memiliki sifat lubrikasi seperti grafit.
Boron hidrida dapat dengan mudah dioksidasi dan melepaskan banyak energi dan
pernah digunakan sebagai bahan bakar roket. Penawaran terhadap filamen boron
juga meningkat karena bahan ini kuat dan ringan dan digunakan sebagai struktur
pesawat antariksa.
Boron mirip dengan karbon dalam memiliki kapasitas membentuk jaringan
molekul dengan ikatan kovalen. Karbonat, metalloboran, fosfakaboran dan
semacamnya terdiri dari ribuan senyawa.

2.1.5 Kegunaan Boron


Boron memiliki beberapa kegunaan yang sering dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari diantaranya ialah Boraks (Na2B4O7.10H2O) digunakan
sebagai bahan pembersih (pemutih), kaca, keramik, pupuk, kertas dan cat, asam
boric (H3BO3) digunakan dalam bidang medis sebagai antiseptik dan astringent,
boron karbida (B4C) digunakan untuk membuat amplas. Boron juga dapat
digunakan untuk mendeteksi dan mengontrol jumlah neutron pada reaktor nuklir.
Boron juga digunakan pada kembang api dan flare untuk menghasilkan warna
hijau. Filamen boron digunakan dalam industri penerbangan karena memiliki
kekuatan tinggi dan ringan. Filamen boron yang digunakan dalam industri
penerbangan karena mereka kekuatan tinggi dan ringan.

2.2 Aluminium
Gambar 2 2 Alumunium

2.2.1 Sejarah Penemuan Alumunium


Orang telah menggunakan tawas sejak zaman kuno untuk mewarnai,
penyamakan dan menghentikan pendarahan. Alum adalah kalium aluminium
sulfat. Pada tahun 1750-an, ahli kimia Jerman Andreas Marggraf menemukan
bahwa ia dapat menggunakan larutan alkali untuk mengendapkan zat baru dari
tawas. Marggraf sebelumnya adalah orang pertama yang mengisolasi seng pada
tahun 1746. Zat Marggraf yang diperoleh dari tawas dinamakan alumina oleh ahli
kimia Prancis Louis de Morveau pada tahun 1760. Senyawa tersebut adalah
aluminium oksida dengan rumus kimia Al2O3. De Morveau percaya bahwa alumia
mengandung unsur logam baru, namun seperti Marggraf, ia tidak dapat
mengekstrak logam ini dari oksidanya.
Pada tahun 1807 atau 1808, kimiawan Inggris Humphry Davy
menguraikan alumina dalam busur listrik untuk mendapatkan logam.Logam itu
bukan alumunium murni, tapi paduan aluminium dan besi. Davy menyebut
alumium metal yang baru, lalu menamainya aluminium.  Aluminium pertama kali
diisolasi pada tahun 1825 oleh Hans Christian Orsted (Oersted) di Kopenhagen,
Denmark yang melaporkan, “segumpal logam yang berwarna dan berkilau agak
menyerupai timah.” Orsted memproduksi aluminium dengan mereduksi
aluminium klorida dengan menggunakan campuran kalium merkuri. Merkuri
dikeluarkan dengan pemanasan untuk meninggalkan aluminium.
Ahli kimia Jerman Friedrich Wohler (Woehler) mengulangi percobaan
Orsted namun ternyata hanya menghasilkan logam kalium.Wöhler
mengembangkan metode ini dua tahun kemudian, mereaksikan uap aluminium
triklorida dengan kalium untuk menghasilkan sejumlah kecil aluminium. Pada
tahun 1856 Berzelius menyatakan bahwa Wöhler yang telah berhasil pada tahun
1827. Oleh karena itu, Wohler biasanya diberikan penghargaan untuk penemuan
ini. Baru-baru ini, Fogh mengulangi eksperimen asli dan telah menunjukkan
bahwa metode Orsted dapat memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini telah
memperkuat prioritas karya asli Orsted dan posisinya sebagai penemu aluminium.
Selama hampir tiga dekade, aluminium tetap menjadi hal yang baru, mahal untuk
diproduksi dan lebih berharga daripada emas, sampai pada tahun 1854 Henri
Saint-Claire Deville di Paris, Prancis menemukan cara mengganti kalium dengan
natrium yang jauh lebih murah dalam reaksi mengisolasi aluminium. Aluminium
kemudian menjadi lebih populer namun, karena masih cukup mahal, masih sering
digunakan sebagai barang hiasan daripada dalam aplikasi praktis. Akhirnya, pada
tahun 1886 ahli kimia Amerika Charles Martin Hall dan ahli kimia Prancis Paul
Heroult secara independen menciptakan proses Hall-Heroult, yang secara murah
mengisolasi logam aluminium dari oksida secara elektrolisis. Aluminium masih
diproduksi menggunakan proses Hall-Heroult sampai sekarang.
2.2.2 Sifat Fisika dan Kimia
Al adalah logam yang relatif lunak, ringan, ulet, tahan lama, dan mudah
ditempa. Logam yang baru ditempa / dicetak memiliki penampilan keperakan
mengkilap, lama-kelamaan warna memudar menjadi perak abu-abu kusam.
Al memiliki massa jenis 2,70 g/cm3. Logam ini merupakan konduktor panas
dan listrik yang baik, memiliki 60% konduktivitas tembaga, sedangkan massa
jenisnya hanya 30% dari massa jenis tembaga. Meskipun konduktivitasnya lebih
rendah dari tembaga, namun dalam hal umur pemakaian, logam ini lebih unggul,
karena ketahanan terhadap korosi yang jauh lebih baik.
Aluminium memiliki nomor atom 13, dan massa atom 26,98. Hampir semua
ion aluminium bervalensi +3, dan hampir semua senyawa yang larut  tak
berwarna, sedangkan senyawa tak larut berwarna putih abu-abu.
Ketahanan terhadap korosi logam Al sangat baik karena terbentuknya
lapisan tipis Al2O3 ketika logam yang baru dibentuk terkena udara. Lapisan tipis
ini sangat efektif mencegah oksidasi lebih lanjut, karena kerapatan pori-porinya
sulit ditembus oleh molekul oksigen dan air.
Aluminium tak bereaksi dengan larutan asam nitrat encer, bereaksi sangat
lambat dalam HNO3 pekat panas. Dalam larutan bersifat asam dan mengandung
ion klorida, logam ini bereaksi dengan air dan asam membentuk larutan AlCl3,
larutan garam logam lainnya, dan gas hidrogen. Pengaruh ion klorida yang
menyebabkan terlarutnya lapisan tipis Al2O3menyebakan lapisan luar logam ini
menjadi rentan teroksidasi. Panas yang timbul akibat reaksi Al dengan asam
menyebabkan Al juga bereaksi dengan air, menyebabkan munculnya lumpur
berwarna abu-abu yang merupakan senyawa Al(OH)3. Reaksi dengan air pada
suhu tinggi sebagai berikut :

2 Al (s)  +  6 H2O (aq)   →  2 Al(OH)3 (s)  + 3 H2 (g) 

Kemampuan menghasilkan gas hidrogen ini membuat aluminium digunakan


dalam proses produksi gas hidrogen komersial.

2.2.2 Keberadaan di Alam


Di kerak bumi, Al adalah unsur logam dengan persentase terbesar (8,3%
dari keseluruhan jumlah logam) dan unsur kimia yang ketiga terbesar dari seluruh
unsur-unsur kimia (setelah oksigen dan silikon).Karena memiliki afinitas yang
kuat terhadap oksigen, unsur Al hampir tidak pernah ditemukan dalam keadaan
unsur (logam), melainkan hampir selalu ditemukan dalam bentuk oksida atau
silikat. Feldspars, kelompok yang paling umum dari mineral dalam kerak bumi,
yang aluminosilikat. Logam aluminium native hanya dapat ditemukan sebagai
fase kecil dalam lingkungan oksigen fugasitas rendah, seperti interior gunung
berapi tertentu.
Aluminium ditemukan di mineral berjenis beryl, cryolite, garnet, spinel,
pirus, dan batuan berjenis bauksit. Campuran mineral lain dalam batuan yang
mengandung Al2O3 menghasilkan batu-batu permata ruby, safir, dan batu
perhiasan jenis lainnya.
Meskipun aluminium adalah unsur kimia umum yang ditemukan secara luas
di bumi, namun tak semua mineralnya bisa ekonomis jika dibuat menjadi logam.
Hampir semua logam aluminium yang dihasilkan dibuat dari batuan berjenis
bauksit (AlOx (OH) 3-2x). Bauksit terjadi sebagai hasil pelapukan batuan dasar
yang mengandung besi dan silika rendah pada kondisi iklim tropis. Saat ini
sumber bauksit terbesar di Indonesia berada di Kepulauan Riau dan beberapa
tempat di Pulau Sumatera

2.2.3 Proses Pembuatan


A Proses Bayer
Proses Bayer terdiri dari 4 tahap yaitu ekstraksi, pemisahan, presipitasi, dan
kalsinasi.

1 Tahap ekstraksi
Tahap ekstraksi atau tahap digestion merupakan tahap pertama dalam proses
Bayer. Bauksit dan natrium hidroksida diumpankan secara terpisah ke dalam
autoclaves, tubular reactor, dan steel vessel. Kondisi operasi tahap ini adalah pada
temperatur 140C dan tekanan 34 atm. Alumina hidrat yang terdapat di dalam
bauksit larut di dalam natrium hidroksida dan menghasilkan natrium aluminat
(NaAlO2).Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :

Al(OH)3 + NaOH → NaAlO2 + 2 H2O


AlO(OH) + NaOH → NaAlO2 + H2O

Aluminium hidroksida larut di dalam natrium hidroksida, sedangkan zat –


zat lain seperti silika dan semua oksida logam lainnya tidak larut di dalam natrium
hidroksida. Larutan natrium aluminat dan natrium hidroksida disebut dengan
green liquor, sedangkan zat – zat yang tidak larut di dalam natrium hidroksida
seperti silika, oksida besi, titanium oksida (TiO2), kaolin (H4Al2Si2O9), dan oksida
logam lain membentuk red mud. Natrium aluminat yang terbentuk didinginkan
hingga 50 – 85C dalam flash tank.Ada dua macam reaksi lainnya yang terjadi
pada proses ekstraksi yaitu :
A. Desilication
Desilication merupakan reaksi antara silika yang terdapat di dalam bauksit,
seperti kaolin, dengan natrium hidroksida membentuk natrium silikat terlarut.
Pada temperatur digestion, natrium silikat membentuk natrium aluminium silikat
yang tidak larut.Reaksi yang terjadi adalah :

5 Al2Si2O5(OH)4 + 2 Al(OH)3 + 12 NaOH → 2 Na6Al6Si5O17(OH)10 + 10 H2O

Desilication dipengaruhi oleh temperatur tinggi dan waktu tinggal untuk


mendapatkan produk yang murni.

B. Causticization of liquor
Causticization of liquor merupakan reaksi antara kalsium hidroksida
(Ca(OH)2) dengan natrium karbonat untuk meregenerasi natrium hidroksida dan
presipitasi kalsium karbonat. Reaksi ini merupakan reaksi yang penting dalam
proses Bayer. Reaksi yang terjadi adalah :

Na2CO3 + Ca(OH)2 → CaCO3 + 2 NaOH

Natrium karbonat dihasilkan pada proses Bayer karena degradasi zat – zat
organik oleh natrium hidroksida dan karena absorpsi CO2 selama larutan terkena
udara luar.

2 Tahap pemisahan
Tahap kedua dari proses Bayer adalah tahap pemisahan natrium aluminat
dengan red mud. Larutan natrium aluminat difiltrasi untuk memisahkan red mud.
Red mud ditambahkan flokulan untuk meningkatkan settling rate, kemudian
dipindahkan dengan menggunakan thickener yang berdiameter besar. Partikel –
partikel padat yang terkandung dalam red mud dipisahkan dengan filter press.
Sedangkan, aluminium yang masih terdapat di dalam red mud didaur ulang
dengan menggunakan counter current 18 decantation. Red mud ditambah dengan
kapur (Ca(OH)2) untuk causticization supaya terbentuk natrium hidroksida dan
kalsium karbonat.Reaksi yang terjadi yaitu :

Na2CO3 + Ca(OH)2 → 2 NaOH + CaCO3

Natrium hidroksida ini dapat digunakan kembali pada proses awal.

3 Tahap presipitasi
Presipitasi dilakukan untuk memisahkan aluminium hidroksida (Al(OH)3).
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :

NaAlO2 + 2 H2O → Al(OH)3 + NaOH

Presipitasi Al(OH)3 tidak terjadi dengan sendirinya, sehingga presipitasi


dilakukan dengan cara menambahkan kristal aluminium hidroksida untuk
menginisiasi presipitasi. Ada 6 macam precipitating agents yang dapat digunakan
di dalam proses ini diantaranya Hidrogen peroksida (H2O2), Karbon dioksida
(CO2), Amonium karbonat ((NH4)2CO3), Amonium hidrogen karbonat
((NH4)HCO3), Amonium aluminium sulfat ((NH4)2Al(SO4)2), Kristal aluminium
hidroksida (Al(OH)3.

4 Tahap kalsinasi
Aluminium hidroksida dikeringkan di dalam rotary kiln atau fluid – bed
calciners pada temperatur 1100 – 1500 oC untuk melepaskan air. Hasil kalsinasi
aluminium hidroksida adalah alumina. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :

2Al(OH)3 → Al2O3 + 3 H2O


 
B Proses Hall-Heroult
Tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses elektrolisis
menurut proses Hall-Heroult. Tahapan-tahapan pada proses Hall-Heroult ialah,
mula-mula aluminum oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam
bejana baja berlapis grafit  (berfungsi sebagai katode), kemudian elektrolisis
dilakukan pada suhu 950 oC (digunakan batang grafit sebagai anode), setelah
diperoleh Al2O3 murni, proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3.
Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) (berfungsi untuk
menurunkan titik lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3murni mencapai 2000 0C)),
campuran tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 0C. Anode dan
katodenya terbuat dari grafit. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Al2O3 (l) 2Al3+ (l) + 3O2- (l)


Anode (+): 3O2- (l) 3/2 O2 (g) + 6e−
Katode (-): 2Al3+ (l) + 6e- 2Al (l)
Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)

2.2.4 Kegunaan Aluminium


Logam aluminium digunakan di hampir semua aspek kehidupan. Logam-
logam Al digunakan di dunia fisika dan kimia. Di fisik digunakan dalam struktur
pesawat terbang, rangka-rangka etalase, rangka pintu dan jendela, peralatan-
peralatan dapur, sebagai pembungkus (aluminium foil), dan sebagainya. Di dunia
kimia, logam Al digunakan sebagai reduktor dalam berbagai ekstraksi ion logam
dari larutannya. Alumunium punya reflektivitas tinggi. Karena sifat alumunium
tersebut maka alumunium sangat cocok untuk cermin, reflektor panas dan cahaya,
serta pakaian tahan api untuk pemadam kebakaran
Sama halnya dengan zinc (Zn), logam Al juga bisa digunakan sebagai
reduktor emas dalam proses sianidasi. Dalam proses ekstraksi emas tiosulfat,
logam Al mampu mereduksi ion emas lebih cepat dibanding zinc. Al juga bisa
digunakan dalam proses reduksi ion tembaga (Cu2+)dan merkuri (Hg) dari
larutannya.
Karena proses produksi logam Al menggunakan panas tinggi, maka pada
dasarnya logam ini menyimpan potensi kalor tersembunyi yang sangat besar.
Kalor ini disebut dengan istilah “kalor laten”, yang sewaktu-waktu bisa dilepaskan
pada kondisi yang tepat. Kalor laten ini bisa dimanfaatkan dalam proses
pengolahan metalurgi mineral yang menggunakan cara pyrometallurgy.
Senyawa-senyawa Al juga digunakan secara luas di berbagai bidang.
Aluminium klorida atau sulfat digunakan sebagai koagulan dalam proses
penjernihan dan pemurnian air. Al(OH)3 digunakan sebagai bagian dari obat
maag. Senyawa-senyawa Al lainnya digunakan sebagai amplas dan batu bata
tahan api.
Dalam dunia konstruksi, aluminium banyak digunakan sebagai bahan
konstruksi. Seperti atap, casting, fabrikasi, pipa, tangki, batang aluminium, kawat,
bingkai jendela, pagar, pegangan tangga merupakan bagian penting konstruksi
yang menggunakan aluminium. Inilah yang sebelumnya telah kami katakan
bahwa aluminium ini membantu melestarikan lingkungan. Karena biasanya
penggunaan bahan konstruksi di atas, biasanya kontraktor akan menggunakan
kayu.
Aluminium juga banyak digunakan dalam mobil. Aluminium untuk mobil
memiliki sifat termal sekaligus estetika. Bagian-bagian mobil seperti pelek, blok
mesin, komponen suspensi, dan transmisi terbuat dari aluminium. Bagian lain
seperti dudukan karburator, gagang pintu, ornamen, dan logo mobil adalah bagian
lain yang menggunakan aluminium. Oleh sebab itu, aluminium sangat berperan
penting di sini. Selain ringan aluminium juga mudah di dapat.
Jika biasanya Anda melihat banyak minuman kaleng yang kemasannya
mudah hancur, itulah aluminium. Kemasan adalah salah satu penggunaan paling
umum dari aluminium. Minuman kaleng, tutup botol, foil, nampan, dll semuanya
terbuat dari logam ini. Aluminium sanat membantu dalam kehidupan sehari-hari.
Aluminium sangat mudah ditemukan bahkan di rumah. Selain bingkai
jendela juga gagang pintu, dan untuk membuat berbagai peralatan di dapur.
Meskipun untuk peralatan dapur logam turut berperan serta, namun sebagai
peralatan makan serta pembungkus makanan terutama dalam bentuk aluminium
foil aluminium masih mendominasi.
Jika pakaian Anda terbuat dari bahan wol, sutera, atau rayon, Anda bisa
menggunakan aluminium untuk mengulangkan kusutnya dengan menjadikannya
alas ketika menyetrikanya. Letakkan aluminium foil di atas papan setrika dan
pakaian Anda di atasnya. Kemudian pastikan tombol uap dalam keadaan mati,
jangan langsung meletakan setrikaan di atas baju. Angkatlah setinggi 7-10 cm di
atas pakaian, panas dari aluminium akan membantu menghilangkan kusutnya.

2.3 Galium

Gambar 3 3 Galium

2.3.1 Sejarah Pembuatan Galium


Pertama kali diusulkan oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun 1871
berdasarkan kesenjangan dalam  Tabel Periodik Unsur yang dibuatnya, galium
ditemukan spectroscopically oleh kimiawan Perancis Paul Emile Lecoq de
Boisbaudran pada tahun 1875. Kemudian pada tahun yang sama, Lecoq mampu
memperoleh galium murni melalui elektrolisis larutan gallium hidroksida
(Ga(OH)3). Jumlah  gallium ditemukan di diaspore, sfalerit, germanite dan bauksit
serta produk sampingan pembakaran batu bara.
2.3.2 Sifat Fisika dan Kimia
Galium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Ga dan nomor atom 31, massa atom: 69,72 g/mol, densitas 5,1 g/m3
pada 20 °C, titik lebur29,8 °C, titik didih 2204 °C, radius Vanderwaals 0,161 nm,
radius ionik 0,083 nm (+3), Isotop 6, energi ionisasi pertama 578,6 kJ/mol, energi
ionisasi kedua 1978,8 kJ/mol, energi ionisasi ketiga 2389 kJ/mol, energi ionisasi
keempat 2962,3 kJ/mol, dan potensial standar – 0,52 V.
Galium merupakan benda padat yang mudah rapuh pada suhu rendah namun
mencair lebih lambat diatas suhu kamar dan akan melebur di tangan. Terbentuk
dalam jumlah sedikit di dalam bauksit dan bijih seng.
Galium padat merupakan logam abu-abu kebiruan yang memiliki struktur
kristal ortorombik, sedangkan galium murni memiliki warna keperakan
menakjubkan. Galium berbentuk padat pada suhu ruang, tetapi seperti merkuri,
cesium, dan rubidium, akan menjadi cair bila sedikit dipanaskan. Galium padat
cukup lunak sehingga bisa dipotong dengan pisau. Unsur ini stabil di udara dan
air, tetapi bereaksi dan larut dalam asam dan basa. memiliki titik leleh hanya
29,76C (85,57F), jadi jika diletakkan pada tangan cukup lama, logam itu akan
menjadi cair.

2.3.2 Keberadaan di Alam


Galium tidak terdapat dalam bentuk murni di alam. Galium sebenarnya
lebih berlimpah dari timbal tapi lebih sulit diakses karena tidak terkonsentrasi
selektif dalam mineral sehingga persebarannya cenderung luas. Beberapa bijih
logam seperti bauksit mengandung sejumlah kecil galium. Selain itu, batubara
juga memiliki konten galium relatif tinggi.

2.3.3 Proses Pembuatan


Ghalium biasanya adalah hasil dari proses pembuatan aluminium.
Pemurnian bauksit melalui proses Bayer menghasilkan konsentrasi ghalium pada
larutan alkali dari sebuah aluminium. Elektrolisis menggunakan sebuah elektroda
merkuri yang memberikan konsentrasi lebih lanjut dan elektrolisis lebih lanjut
menggunakan katoda baja tahan karat dari hasil natrium gallat menghasilkan
logam galium cair. Galium murni membutuhkan sejumlah proses akhir lebih
lanjut dengan zona penyaringan untuk membuat logam galium murni.

2.3.4 Kegunaan Galium


Galium cair jika dikenakan pada permukaan porselin dan kaca akan
membentuk lapisan terang sangat reflektif yang bisa digunakan membuat cermin.
Galium mudah berpadu dengan sebagian besar logam sehingga digunakan untuk
membentuk paduan dengan titik leleh rendah. Plutonium pit pada senjata nuklir
menggunakan paduan logam galium untuk menstabilkan alotrop plutonium.
Analog integratedcircuit merupakan salah satu aplikasi paling umum untuk
galium, dengan perangkat optoelektronik (kebanyakan dioda laser dan dioda
pemancar cahaya) sebagai penggunaan terbesar kedua.
Galium memiliki sifat semikonduktor, terutama sebagai galliumarsendite
(GaAs). GaAs dapat mengubah listrik menjadi cahaya dan digunakan dalam
lightemittingdiodes (LED) pada berbagai layar alat elektronik dan jam tangan.
Galium juga digunakan dalam berbagai termometer suhu tinggi.

2.4 Indium

Gambar 4 4 Indium

2.4.1 Sejarah Pembuatan Indium


Indium ditemukan oleh ahli kimia Jerman Ferdinand Reich dan Hieronymus
Theodor Richter pada tahun 1863. Reich dan Richter telah mencari jejak talium
unsurt dalam sampel bijih seng. Sebuah garis indigo brilian dalam spektrum
sampel mengungkapkan adanya indium. Indium sekitar melimpah seperti perak,
tetapi jauh lebih mudah untuk pulih karena biasanya terjadi bersama dengan seng,
besi, timbal dan tembaga bijih.

2.4.2 Sifat Fisika dan Kimia


Indium adalah logam pasca transisi berwarna putih-keperakan yang sangat
ulet dengan kilau terang. Ia sangat lembut (kekerasan Mohs 1,2) seperti natrium,
dan bisa dipotong menggunakan pisau. Ia juga meninggalkan garis yang terlihat di
atas kertas. Ia adalah anggota golongan 13 pada tabel periodik dan sifat-sifatnya
sebagian besar berada di antara tetangga vertikalnya, galium dan thallium. Seperti
timah, suara melengking bernada tinggi terdengar saat indium ditekuk – suara
berderak akibat pengembaran kristal. Seperti galium, indium mampu membasahi
kaca. Seperti keduanya, indium memiliki titik lelehrendah, 156,60 °C (313,88 °F);
lebih tinggi daripada homolognya yang lebih ringan, galium, tapi lebih rendah
daripada homolognya yang lebih berat, thallium, dan lebih rendah daripada timah.
Titik didihnya adalah 2072 °C (3762 °F), lebih tinggi daripada thallium, tapi lebih
rendah dari galium, terbalik dengan kecenderungan titik leleh pada umumnya,
tetapi kecenderungan menurunnya sesuai dengan golongan logam pasca transisi
lainnya karena lemahnya ikatan logam dengan sedikit elektron terdelokalisasi.
Densitas indium adalah 7,31 g/cm3, lebih besar daripada galium, tapi lebih
rendah daripada thallium. Di bawah temperatur kritis, 3,41 K, indium
menjadi superkonduktor. Pada suhu dan tekanan standar, indium mengkristal
dalam sistem kristal tetragonal yang berpusat pada muka pada kelompok
ruang I4/m3 (parameter kisi: a = 325 pm, c = 495 pm) ini adalah struktur face-
centered cubic yang sedikit terdistorsi, di mana masing-masing atom indium
memiliki empat tetangga pada jarak 324 pm dan delapan tetangga sedikit lebih
jauh (336 pm). Indium menampilkan respons viskoplastik ulet, yang ditemukan
sebagai ketegangan dan kompresi yang tidak tergantung pada ukuran. Namun, ini
memiliki efek ukuran dalam pembengkokan dan lekukan, terkait dengan skala
panjang pada tingkat 50-100 μm, relatif besar bila dibandingkan dengan logam
lainnya.
Indium memiliki 49 elektron, dengan konfigurasi elektron [Kr]4d105s25p1.
Dalam senyawa, indium paling sering menyumbangkan tiga elektron terluarnya
menjadi indium(III), In3+. Dalam beberapa kasus, pasangan elektron 5s tidak
disumbangkan, menghasilkan indium(I), In+. Stabilisasi keadaan monovalen
terkait dengan efek pasangan inert, di mana efek relativistik menstabilkan orbital
5s, yang teramati pada unsur yang lebih berat. Thallium (homolog indium yang
lebih berat) menunjukkan efek yang lebih kuat, menyebabkan oksidasi menjadi
thallium(I) menjadi lebih memungkinkan daripada
menjadi thallium(III),[11] sedangkan gallium (homolog indium yang lebih
ringan) biasanya hanya menunjukkan tingkat oksidasi +3. Jadi, walaupun
thallium(III) adalah oksidator yang cukup kuat, namun tidak demikian dengan
indium(III), bahkan banyak senyawa indium(I) adalah reduktor kuat. Sementara
energi terendah yang dibutuhkan untuk memasukkan elektron s ke dalam ikatan
kimia adalah untuk indium di antara logam golongan 13, energi ikatan menurun
sepanjang golongan dari atas ke bawah sehingga untuk indium, energi yang
dilepaskan dalam membentuk dua ikatan tambahan dan mencapai keadaan +3
tidak selalu cukup untuk melampaui energi yang dibutuhkan untuk melibatkan
elektron 5s. Indium(I) oksida dan hidroksida bersifat lebih basa sedangkan
indium(III) oksida dan hidroksida bersifat lebih asam.

2.4.2 Keberadaan di Alam


Di kerak bumi, indium jarang berada sebagai butiran logam bebas, terlalu
langka dan kecil untuk kepentingan komersial. Indium adalah unsur paling
melimpah di kerak bumi kira-kira 160 ppb, kira-kira sama melimpahnya
seperti kadmium. Kurang dari 10 mineral indium yang diketahui dan tidak ada
satupun endapan yang bermakna. Dua di antaranya adalah dzhalindite (In(OH)3)
dan indit (FeIn2S4).
Indium cenderung berada bersama dengan seng dalam mineral sulfida
karena kedua unsur tersebut memiliki jari-jari atom dan sifat kimia yang
serupa. Berdasarkan kandungan indium dalam bijih seng, total cadangan indium
yang layak secara ekonomis sekitar 6.000 ton, dan Royal Society of
Chemistry mengingatkan risiko serius bahwa pasokan indium akan habis dalam
satu abad. 

2.4.3 Proses Pembuatan


Sejumlah potensial elektroda standar indium yang dilaporkan, tergantung
pada reaksi yang diteliti, mencerminkan penurunan stabilitas tingkat oksidasi +3
−0,40 In2+ + e− ↔ In+
−0,49 In3+ + e− ↔ In2+
−0,443 In3+ + 2 e− ↔ In+
−0,3382 In3+ + 3 e− ↔ In
−0,14 In+ + e− ↔ In
Logam indium tidak bereaksi dengan air, namun dioksidasi oleh oksidator
kuat seperti halogen, menghasilkan senyawa indium(III). Ia tidak membentuk
suatu borida, silisida, atau karbida, dan hidridanya InH3 berada pada kondisi
transisi terbaiknya dalam larutan eter pada suhu rendah, dan tidak cukup stabil
untuk dipolimerisasi secara spontan tanpa koordinasi. Indium bersifat sedikit basa
dalam larutan akuatik, hanya menunjukkan sedikit karakteristik amfoter, dan tidak
seperti homolognya yang lebih ringan, aluminium dan galium, ia tidak larut dalam
larutan alkali.

2.4.1 Kegunaan Indium


Indium digunakan untuk melapisi bantalan motor kecepatan tinggi karena
memungkinkan untuk pemerataan minyak pelumas. Indium digunakan untuk obat
bius germanium untuk membuat transistor. Hal ini juga digunakan untuk
membuat komponen listrik lainnya seperti rectifier, termistor dan fotokonduktor.
Indium dapat digunakan untuk membuat cermin yang reflektif seperti cermin
perak tetapi tidak becek dengan cepat. Indium juga digunakan untuk membuat
paduan leleh rendah. Paduan 24% indium gallium dan 76% adalah cair pada suhu

kamar.

Indium digunakan sebagai bahan campuran logam, campuran logam poros,


transistor germanium, termistor dan fotokonduktor. Ia dapat dilapisi pada logam
dan diuapkan pada gelas untuk membentuk kaca sebagus yang tebuat dari perak
tetapi tidak rentan korosi atmosfir.
Indium biasa digunakan pada solder (untuk mengelas). Selain itu Indium
bisa juga ditemukan di dalam elektrode yang digunakan pada layar komputer kita,
yakni pada LCD (Liquid Crystal Display)

2.5 Talium
Gambar 5 5 Talium

2.5.1 Sejarah Pembuatan Talium


Thallium (Yunani:thallos) yang berarti "tunas hijau atau ranting" ditemukan
oleh spektroskopi nyala pada tahun 1861. Nama itu berasal dari garis emisi
spektral terang terang thallium.
Setelah diterbitkannya metode spektroskopi nyala api yang lebih baik oleh
Robert Bunsen dan Gustav Kirchhoff dan penemuan cesium dan rubidium pada
tahun 1859 sampai 1860, spektroskopi nyala menjadi metode yang disetujui untuk
menentukan komposisi mineral dan produk kimia. William Crookes dan Claude-
Auguste Lamy keduanya mulai menggunakan metode baru. William Crookes
menggunakannya untuk membuat penentuan spektroskopi untuk telurium pada
senyawa selenium yang disimpan di ruang utama pabrik produksi asam sulfat di
dekat Tilkerode di pegunungan Harz. Dia telah memperoleh sampel untuk
penelitiannya tentang selenium sianida dari Agustus Hofmann bertahun-tahun
sebelumnya.
Tahun 1862, Crookes mampu mengisolasi sejumlah kecil elemen baru dan
menentukan sifat beberapa senyawa Claude-Auguste Lamy menggunakan
spektrometer yang serupa dengan Crookes 'untuk menentukan komposisi zat yang
mengandung selenium yang diendapkan selama produksi asam sulfat dari pirit .
Dia juga melihat garis hijau baru dalam spektrum dan menyimpulkan bahwa ada
unsur baru. Lamy telah menerima bahan ini dari pabrik asam sulfat temannya
Fréd Kuhlmann dan produk sampingan ini tersedia dalam jumlah banyak. Lamy
mulai mengisolasi elemen baru dari sumber itu. Kenyataan bahwa Lamy dapat
bekerja dengan jumlah yang cukup dari thallium memungkinkannya untuk
menentukan sifat beberapa senyawa dan sebagai tambahan, dia menyiapkan ingot
kecil dari logam thallium yang dia siapkan dengan cara merelehkan thallium yang
dia dapatkan dengan elektrolisis garam thallium.

2.5.2 Sifat Fisika dan Kimia


Talium ialah unsur kimia dengan simbol Tl dan mempunyai nomor atom 81.
Talium adalah logam yang lembut dan berwarna kelabu dan lunak dan dapat
dipotong dengan sebuah pisau. Berbentuk padatan berwarna putih agak kebiruan,
tidak berbau, logam yang sangat lunak, berubah abu-abu bila terpapar udara.
Thalium termasuk logam miskin. Talium kelihatannya seperti logam yang
berkilauan tetapi ketika bersentuhan dengan udara, talium dengan cepat memudar
menjadi warna kelabu kebiru-biruan yang menyerupai timbal. Jika talium berada
di udara dalam jangka waktu yang lama maka akan terbentuk lapisan oksida pada
talium. Jika talium berada di air maka akan terbentuk talium hidroksida. Memiliki
titik lebur 304 °C dan titik didih 1447 – 1467 °C. Talium memiliki berat jenis
sebesar 11,85 g/cm3, tekanan uap 1 mmHg pada 825°C, dan elektronegativitas
2.04. Talium tidak larut dalam air; larut dalam asam nitrat dan asam sulfat, serta
sedikit larut dalam asam klorida.

2.5.2 Keberadaan di Alam


Logam talium pada kulit bumi pada taksiran konsentrasi 0,7 mg/kg,
kebanyakan pada gabungan mineral potasium pada tanah liat, tanah dan granit.
Sumber utama talium ditemukan pada tembaga, timbal, seng dan bijih sulfida
lainnya. Logam talium ditemukan pada mineral crookesite,hutchinsonite dan
lorandite. Logam ini juga dapat ditemukan pada pyrite.

2.5.3 Proses Pembuatan


Talium bisa ditemukan pada crooksite, lorandite, dan hutchinsonite serta
pyrites. Zat ini didapat dengan cara memanggang biji-bijian itu. Talium juga bisa
diambil dengan cara melebur bijih timbal dan seng.
2.5.4 Kegunaan Talium
Talium digunakan sebagai bahan semikonduktor pada selenium, dopant
( meningkatkan) kristal natrium iodida pada peralatan deteksi radiasi gamma
seperti pada kilauan alat pendeteksi barang pada mesin hitung di
supermarket.Radioaktif talium-201 (waktu paruh 73 jam) digunakan untuk
kegunaan diagnosa pada pengobatan inti.Jika talium digabungkan dengan
belerang, selenium dan arsen, talium digunakan pada produksi gelas dengan
kepadatan yang tinggi yang memiliki titik lebur yang rendah dengan jarak 125 dan
1500 C. Talium juga digunakan pada elektroda dan larut pada penganalisaan
oksigen, pendeteksi inframerah. Talium ialah racun yang digunakan untuk racun
tikus dan insektisida, tetapi penggunaannya dilarang oleh banyak negara.Garam-
garam Talium (III) seperti talium trinitrat, talium triasetat adalah reagen yang
berguna pada sintesis organic yang menunjukkan perbedaan perubahan bentuk
pada senyawa aromatik, keton dan yang lainnya.Talium sulfat, yang tak berwarna,
tak berasa, dan sangat beracun digunakan sebagai bahan obat pembasmi
hama.Talium yang dihasilkan dari kristal natrium iodide dalam tabung
photomultiplier digunakan pada alat pendeteksi radiasi sinar gamma.Kristal
talium oksisulfida untuk mendeteksi campuran talium dengan raksa membentuk
cairan logam yang membeku, pada suhu -60°C digunakan untuk membuat
thermometer suhurendah dan relay.
Talium sebagai bahan dalam pembuatan roket dan kembang api.
Talium adalah unsur yang sangat toksik. Itu digunakan sebagai racun tikus
dan juga sebagai racun semut. Sejak tahun 1972, Amerika Serikat melarang
penggunaan Talium sebagai racun tikus karena masalah keamanan. Talium sulfat
banyak digunakan sebagai pembasmi tikus dan semut karena ia tak berbau dan
tidak memiliki rasa. Tapi senyawa ini telah dilarang kegunaannya di AS sejak
tahun 1975. Konduktivitas talium sulfida berubah sesuai dengan eksposenya
terhadap sinar infra merah. Kristal talium bromida-iodida telah digunakan sebagai
bahan optik. Talium beserta sulfur atau selenium dan arsenik juga telah digunakan
untuk membuat gelas dengan titik lebur rendah antara 125 ? 150 derajat Celcius.
Gelas ini diberitakan memiliki sifat yang sama dengan gelas biasa pada suhu
ruangan tetapi lebih tanah lama di dalam air. Talium oksida digunakan untuk
membuat kaca gelas dengan indeks refraksi yang tinggi.

2.6 Nihonium

2.6.1 Sifat Fisika dan Kimia


Ununtrium atau Nihonium ditemukan pada 12 Agustus 2012 oleh tim
kolaborasi RIKEN Kosuke Morita di Jepang. Penemuan ini secara resmi diterima
pada 30 Desember 2015 oleh IUPAC dan IUPAP, dan elemen superheavy baru
mengambil tempat di baris ketujuh dari tabel periodik.Nihonium merupakan unsur
yang sangat reaktif unsur ini bersifat radioaktif dengan nomor atom 113 dan
nomor massa 286 (dugaan). Untuk unsur dengan nomor atom 113 para penemu di
RIKEN Nishina Center for Accelerator-Based Science (Jepang) mengusulkan
nama nihonium dan simbol Nh. Nihon adalah salah satu dari dua cara untuk
mengatakan dalam bahasa Jepang, dan secara harfiah berarti "Tanah Matahari
Terbit". Nama ini diusulkan untuk membuat koneksi langsung ke negara tempat
elemen ditemukan. Elemen 113 adalah elemen pertama yang ditemukan di negara
Asia.
2.6.2 Keberadaan di Alam
Unsur Nihonium merupakan unsur sintetis, yang berarti unsur yang dibuat
dilaboratorium dan tidak tersedia di alam bebas melainkan unsur ini hasil sintesis.
Tidak tersedia di alam bebas disebabkan oleh ketidak stabilannya. 

2.6.3 Proses Pembuatan


Nihonium dibuat dengan menggabungkan seng-70 dengan bismuth-209
dalam reaksi nuklir.

2.6.4 Kegunaan Nihonium


Nihonium digunakan hanya untuk penilitian.

2.7 Cara Mendapatkan Unsur Logam Golongan III A


a. Boron
Sumber boron yang melimpah adalah borax (Na2B4O5 (OH)4.8 H2O) dan
kernite (Na2B4O5 (OH)4.8 H2O). Ini susah diperoleh dalam bentuk murni. Ini dapat
dibuat terus dengan reduksi oksidasi magnesium, B2O3. Oksidasi ini dapat dibuat
melalui pemanasan asam borik, B(OH)3, yang diperoleh dari borax.
B2O3 + 3 Mg → 2B + 3 MgO
Akan tetapi hasil ini sering kali dicemari dengan logam borida (proses ini agak
menakjubkan). Boron murni bisa diperoleh dengan menurunkan halogenida boron
yang mudah menguap dengan hidrogen pada suhu tinggi.
b. Aluminium
Aluminium adalah barang tambang yang didapat dalam skala besar sebagai
bauksit (Al2O3.2H2O). Bauksit mengandung Fe2O3, SiO2, dan zat pengotor
lainnya. Maka untuk dapat memisahkan aluminium murni dari bentuk
senyawanya, zat-zat pengotor ini harus dipisahkan dari bauksit. Ini dilakukan
dengan proses Bayer. Ini meliputi dengan penambahan larutan natrium hidroksida
(NaOH) yang menghasilkan larutan natrium alumina dan natrium silikat. Besi
merupakan sisa sampingan yang didapat dalam bentuk padatan. Ketika CO 2
dialirkan terus menghasilkan larutan, natrium silikat tinggal di dalam larutan
sementara aluminium diendapkan sebagai aluminium hidroksida. Hidroksida
dapat disaring, dicuci dan dipanaskan membentuk alumina murni, Al2O3.
Langkah selanjutnya adalah pembentukan aluminium murni. Ini diperoleh
dari Al2O3 melalui metode elektrolisis. Elektrolisis ini dilakukan karena
aluminium bersifat elektropositif.
c. Ghalium
Ghalium biasanya adalah hasil dari proses pembuatan aluminium.
Pemurnian bauksit melalui proses Bayer menghasilkan konsentrasi ghalium pada
larutan alkali dari sebuah aluminium. Elektrolisis menggunakan sebuah elektroda
merkuri yang memberikan konsentrasi lebih lanjut dan elektrolisis lebih lanjut
menggunakan katoda baja tahan karat dari hasil natrium gallat menghasilkan
logam galium cair. Galium murni membutuhkan sejumlah proses akhir lebih
lanjut dengan zona penyaringan untuk membuat logam galium murni.
d. Indium
Indium biasanya tidak dibuat di dalam laboratorium. Indium adalah hasil
dari pembentukan timbal dan seng. Logam indium dihasilkan melalui proses
elektrolisis garam indium di dalam air. Proses lebih lanjut dibutuhkan untuk
membuat aluminium murni dengan tujuan elektronik.
e. Thalium
Logam thalium diperoleh sebagai produk pada produksi asam belerang
dengan pembakaran pyrite dan juga pada peleburan timbal dan bijih besi
Walaupun logam thalium agak melimpah pada kulit bumi pada taksiran
konsentrasi 0,7 mg/kg, kebanyakan pada gabungan mineral potasium pada tanah
liat, tanah dan granit. Sumber utama thalium ditemukan pada tembaga, timbal,
seng dan bijih sulfida lainnya.
Logam thalium ditemukan pada mineral crookesite TlCu7Se4, hutchinsonite
TlPbAs5S9 dan lorandite TlAsS2. Logam ini juga dapat ditemukan pada pyrite.

2.8 Perbedaan Tiap Unsur dari Golongan III A

1 Sifat-sifat Unsur Golongan III A


                  a)      Sifat Fisika
Unsur B Al Ga In Tl Nh
Nomor atom 5 13 31 49 81 113
Massa atom 10,81 26,92 69,74 114,82 204,37 -
Jari –jari atom (A0) 0,80 1,25 1,24 1,50 1,55 1,70
Jari –jari ion (A0) - 0,45 0,60 0,81 0,95 -
Kerapatan (g/cm3) 2,54 2,70 5,90 7,30 11,85 18
Titik Leleh (0K) 2300 932 303 429 577 700
Titik Didih (0K) 4200 2720 2510 2320 1740 1400
Energi ionisasi (I) 807 577 579 556 590 704.9
(kJ/mol)
Energi ionisasi (II) 2425 1816 1979 1820 1971 1775,3
(kJ/mol)
Energi ionisasi (III) 3658 2744 2962 2703 2874 1871,8
(kJ/mol)

            Tabel di bawah menunjukkan bahwa ringkasan beberapa sifat penting dari


unsur-unsur golongan III A. Fakta yang terpenting pada tabel diatas adalah
tingginya titik leleh Boron dan titik leleh Galium yang relatif rendah, peningkatan
yang signifikan pada potensial reduksi dari atas ke bawah dalam satu golongan,
tingginya energi ionisasi dari golongan nonlogam (boron) dan besarnya
peningkatan kepadatan dari atas ke bawah dalam satu golongan. Fakta selanjutnya
adalah bahwa data Unutrium pada tabel diatas adalah prediksi atau perkiraan dari
hasil penemuan ilmuwan Rusia di Dubna ( Joint Institute untuk Riset Nuklir ), dan
ilmuwan Amerika di Lawrence Livermore National Laboratory pada tahun 2003.

Kecenderungan sifat logam golongan IIIA:


a. Jari-jari logam cenderung berkurang dari Ga- Tl, kecuali logam Al
b. Jari-jari ion cenderung meningkat dari Al – Tl
c. Energi ionisasi pertama unsur golongan III A cenderung berkurang dari Al –
Tl
d. Keelektronegatifan unsur golongan III A cenderung bertambah dari Al – Tl
e. Titik cair unsur golongan III A cenderung bertambah dari Ga – Tl, kecuali Al
memiliki titik cair yang besar
f. Titik didih unsur golongan III A cenderung berkurang dari B – Nh
g. Kerapatan unsur golongan III A cenderung bertambah dari B – Nh
h. Enam isotop berbeda Nihonium (Nh) telah dilaporkan dengan massa atom
278 dan 282-286, Enam isotop Nh yang berbeda ini didapat dari
percobaan  melalui peluruhan alfa.

  Potensial reduksi negatif menyatakan bahwa unsur lebih bersifat logam


dibandingkan hidrogen. Energi pengionan dari logam golongan III A hampir sama
satu sama lain, kecuali energi hidrasi Al3+  merupakan yang terbesar di antara
kation golongan III A. Hal ini menjelaskan bahwa Al3+ mempunyai potensial
reduksi negatif yang paling besar di antara kation golongan III A dan bahwa Al
adalah logam yang paling aktif.
Sifat menarik dari unsur Ga, In, dan Tl yang tidak terdapat pada Al adalah
kemampuan membentuk ion bermuatan satu. Kemampuan ini menunjukkan
adanya pasangan elektron lembam atau unsur pasca-peralihan (post-transition).
Jadi, sebuah atom Ga dapat kehilangan elektron pada 4p dan mempertahankan
elektron 4s untuk membentuk ion Ga+, dengan konfigurasi elektron [Ar]3d104s2.
Kemungkinan ini lebih mudah terjadi pada atom yang lebih berat dalam golongan.
Dalam kenyataannya , talium dengan bilangan oksidasi +1 lebih mantap dalam
larutan berair dibanding taliuum dengan bilangan oksidasi +3.
Ukuran ion yang kecil, besarnya muatan ion, dan tingginya energi ionisasi
menyebabkan logam golongan III A umumnya memiliki sifat kovalen yang tinggi
( ion Al3+ tidak dijumpai kecuali dalam ALF3 padat). Dalam larutan berair, ion
Al3+ berada dalam bentuk ion terhidrat [Al(H2O)63+] atau dalam bentuk
kompleks lainnya. Al sangat stabil terhadap udara, karena membentuk lapisan
oksida pada permukaannya yang digunakan untuk melindungi logam dari oksidasi
lebih lanjut.

2.9 Reaksi-reaksi Golongan IIIA


Reaksi- reaksi yang terjadi pada Golongan III A yaitu sebagai berikut :

1. Boron
Reaksi dengan Udara :

4B + 3O2 (g) → 2B2O

Reaksi dengan Air :


Boron  tidak dapat beraksi dengan air pada kondisi normal

Reaksi dengan Halogen :

2B(s) + 3X2(g) → 2BX3  ;          X = F,Cl,Br,I


Reaksi dengan Asam :
Boron tidak bereaksi dengan pemanasan asam, misalnya asam hidroklorida
(HCl) ataupun dengan pemanasan asam hidroflourida (HF). Boron dalam bentuk
serbuk   mengoksidasi dengan lambat ketika ditambahkan dengan asam nitrat.

2. Aluminium
Reaksi dengan Udara :
Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan. Permukaan logam
aluminium dilapisi dengan lapisan oksida yang membantunya melindungi logam
agar tahan terhadap udara. Jadi, aluminium tidak bereaksi dengan udara. Jika
lapisan oksida rusak, logam aluminium bereaksi untuk menyerang (bertahan).
Aluminium akan terbakar dalam oksigen dengan nyala api, membentuk
aluminium (III) oksida.

4Al (s) + 3O2 (l ) → 2Al2O3

Reaksi dengan Air :


Aluminium tidak dapat bereaksi dengan air, hal ini  dikarenakan logam aluminium
juga tidak dapat bereaksi dengan air karena adanya lapisan tipis oksida.

Reaksi aluminium dengan halogen :


Aluminium dapat bereaksi dengan unsur –unsur halogen seperti iodin (I2), klorin
(Cl2), bromine (Br2), membentuk aluminium halida menjadi aluminium (III)
iodida, aluminium (III) bromida, aluminium (III) klorida.

2Al (s) + 3I2 (l) → Al2I6 (s)


2Al (s) + 3Cl2 (l) → Al2Cl3
2Al (s) + 3Br2 (l) → Al2Br6

Reaksi aluminium dengan asam :


Logam aluminium larut dengan asam sulfur membentuk larutan yang
mengandung ion Al (III) bersama dengan gas hidrogen.

2Al (s) + 3H2SO4 (aq) → 2Al3+ (aq) + 2SO42- (aq) + 3H2 (g)


2Al (s) + 6HCl (aq) → 2Al3+ (aq) + 6Cl- (aq) + 3H2 (g)

Reaksi aluminium dengan basa :


Aluminium larut dengan natrium hidroksida.
2Al (s) + 2NaOH (aq) + 6H2O → 2Na+(aq) + 2[Al (OH)4]- + 3H2 (g)
3. Galium
Reaksi galium dengan asam :
Ga2O3 + 6H+ → 2Ga3+ + 3H2
Ga(OH)3 + 3H+ → Ga3+ + 3H2O
Reaksi galium dengan basa
Ga2O3 + 2OH- → 2 Ga(OH)4-
Ga (OH)3 + OH- → Ga(OH)4-
4.Indium :
Reaksi indium dengan  udara :
In3+ + O2 → In2O3
Reaksi indium dengan asam :
Indium bereaksi dengan HNO3 15 M
In3+ + 3HNO3 → In(NO3)3 + 3H+
Indium juga bereaksi dengan HCl 6M

In3+ + 3HCl → InCl3 + 3H+

5. Talium
Reaksi talium dengan udara :
Talium bereaksi dengan oksida mirip dengan Galium,  namun Talium hanya
menghasilkan TI2O3 yang berwarna hitam cokelat yang terdekomposisi
menjadi  Tl2Opada suhu 100oC
3Tl (s) + O2 (g) → Tl2O

Reaksi Talium dengan air :


Talium kelihatannya tidak bereaksi dengan air. Logam talium memudar dengan
lambat dalam air basah atau larut dalam air menghasilkan racun thalium (I)
hidroksida
3Tl (s) + 2H2O (l) → 2 TlOH (aq) + H2 (g)
Reaksi Talium dengan halogen :
Logam talium bereaksi dengan hebat dengan unsur-unsur halogen seperti flourin
(F2), klorin (Cl2), dan bromin (Br2) membentuk thalium (III) flourida, thalium (III)
klorida, dan thalium (III) bromida. Semua senyawa ini bersifat racun.
2Tl (s) + 3F2 (g) → 2TiF3 (s)
2Tl (s) + 3Cl2 (g) → 2TiCl3 (s)
2Tl (s) + 3Br2 (g) → 2TiBr3 (s)
Reaksi talium dengan asam
Talium larut dengan lambat pada asam sulfat atau asam klorida (HCl) karena
racun garam talium yang dihasilkan tidak larut.

3 SIMPULAN

Unsur dari logam utama golongan III A adalah boron ( B), aluminium (Al),
galium (Ga), indium ( In), thalium (Tl) dan Nihonium (Nh). Unsur-unsur ini
umumnya dapat bereaksi dengan udara, air, asam, dan unsur-unsur halogen
membentuk senyawa. Unsur-unsur dari logam utama golongan III A di alam tidak
ditemukan dalam bentuk unsur melainkan dalam bentuk senyawanya. Oleh karena
itu, diperlukan beberapa proses yang digunakan untuk dapat mengisolasi unsur
tersebut dari senyawanya. Unsur-unsur golongan III A dan senyawanya memiliki
kegunaan masing-masing dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri.
DAFTAR PUSTAKA

Anwardah. 2017. Unsur Kimia: Boron. Sains Kimia [Internet]. [diunduh 2018 Apr
14]. Tersedia pada: http://sainskimia.com/2017/10/26/unsur-kimia-boron/
Anwardah. 2018. Sifat, Pembuatan, Kegunaan dan Sumber dari Unsur Kimia Nihomium.
Sains Kimia [Internet]. [diundu 2018 Apr 14]. Tersedia pada:
http://sainskimia.com/2018/03/24/sifat-pembuatan-kegunaan-dan-sumber-dari-
unsur-kimia/
Dadan. 2018. Apa itu Boron. [Internet]. [diunduh 2018 Apr 14]. Tersedia pada:
http://www.sridianti.com/apa-itu-boron.html.
Krisnadwi. 2013. Semua Tentang Tabel Periodik. Bisakimia [Internet].[diunduh 2018
Apr 14]. Tersedia pada: https://bisakimia.com/2013/02/22/semua-tentang-tabel-
periodik/
Pradistiani. 2015. Kegunaan Aluminium. Prisma Cipta Mandiri [Internet].
[diunduh 2018 Apr 2016]. Tersedia pada: http://prismakaca.com/artikel-
detail-prisma-kaca/kegunaan-aluminium.
President P, President V, General S. 2016. IUPAC is naming the four new
elements nihonium , moscovium , tennessine , and oganesson. :8–10.
Rendrahadi RD. 2015. Makalah Kimia Unsur Golngan IIIA. Docslide [Internet].
[diunduh 2018 Apr 14]. Tersedia pada:
https://dokumen.tips/documents/makalah-kimia-unsur-golongan-iiia.html.

Anda mungkin juga menyukai