id
Skri psi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mem peroleh derajat Sarjana Teknologi H asil Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Disusun ol eh :
C HRISTIAN ARG O PRAMANI
H 0604006
i
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ir. Kawiji, MP. Lia Umi Khasanah, ST, MT R. Baskara Katri A., STP, MP.
NIP. 196112141986011001 NIP. 198007312008012012 NIP. 1918005132006041001
ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami naikkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya, sehingga
skripsi yang berjudul “Pengaruh perlakuan awal bahan baku dan waktu
destilasi serai dapur terhadap karakte ristik fisik okimia minyak serai dapur
(Lemongrass oil)” dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun tanpa adanya
bant uan, dorongan semangat, serta bimbingan dari sem ua pihak. Oleh karena itu,
pada kesem patan ini penulis m engucapkan terim a kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Sunt oro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.
2. Ir. Kawiji, MP dan Lia Um i Khasanah, ST, MT selaku dosen pem bim bing
utama dan pendam ping serta penguji, terimakasih atas bimbingan dan nasehat
selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Lem baga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNS yang telah
memberi bant uan dana DIPA tahun anggaran 2009 dalam penyelesaian
penelitian ini.
4. Tem an-teman angkatan 2004, 2005, 2006 dan 2007 THP yang telah banyak
membantu dan memberi semangat selama penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Sem ua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
pelaksanaan penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir.
Penulis menyadari sepenuhnya kekurangan yang ada dalam skripsi ini,
maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dem i
perbaikan skripsi ini. Akhirnya, sem oga skripsi ini dapat berm anfaat bagi penulis
maupun pembaca sem uanya.
Penulis
iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
H alaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PENGESAH AN................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................ vii
DAFTAR GRAFIK................................................................................... viii
RINGKASAN ............................................................................................ ix
SUMMARY............................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan masalah........................................................................ 2
C. Tujuan penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat penelitian ......................................................................... 3
II. LANDASAN TEO RI .......................................................................... 4
A. Tinjauan pustaka............................................................................ 4
1. Serai secara um um ................................................................... 4
2. Serai dapur ............................................................................... 7
3. Minyak serai dapur................................................................... 10
4. Pembuatan minyak serai dapur ................................................ 12
5. Sifat Fisiko kimia .................................................................... 15
B. Hipotesis......................................................................................... 21
III. METO DE PENELITIAN ................................................................. 22
A. Tem pat dan waktu penelitian ......................................................... 22
B. Bahan, alat dan t ahap penelitian .................................................... 22
1. Bahan ...................................................................................... 22
2. Alat ......................................................................................... 22
3. Tahap penelitian...................................................................... 23
iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
2. Tabel 2.2 Sifat fisk kimia minyak serai dapur m enurut standar mutu
EOA .................................................................................. 16
3. Tabel 2.3 Tabel 2.3 Sifat fisikokimia m inyak serai dapur m enurut
SNI No. 06-3953-1995 ...................................................... 16
9. Tabel 4.3 Hasil analisa organoleptik aroma minyak serai dapur ..... 33
11. Tabel 4.5 Hasil analisa berat jenis m inyak serai dapur (gr/m l) ......... 39
12. Tabel 4.6 Hasil analisa putaran optik m inyak serai dapur ................. 43
13. Tabel 4.7 Hasil analisa indek bias pada 20 ºC m inyak serai dapur.... 47
14. Tabel 4.8 Hasil analisa kelarutan minyak serai dapur dalam
alkohol 70% ....................................................................... 50
15. Tabel 4.9 Hasil analisa kadar sitral minyak serai dapur(%)............... 54
vi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
3. Gam bar 2.3 Gambar serai dapur dalam bentuk bumbu dapur ......... 9
vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR G RAFIK
viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
Kata kunci : Minyak serai dapur, waktu destilasi, perajangan, dim emarkan.
ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
R ING KA SAN
Serai dapur merup ak an salah satu komoditas rempah-rempah yang cukup penting
di indo nesia. Pro duk olahan serai dap ur yan g dapat dikemban gkan adalah dal am bentuk
minyak atsi ri. Mi nyak atsiri dari serai dap ur dapat diperoleh dengan proses des tilasi
bat ang serai dapur. Mi nyak serai dapur dalam indust ri kimia diman faatkan seb agai
bah an baku dalam pembuatan kosmet ik, parfum, deo doran, pewangi sab un, pembers ih
lan tai dan det erjen .
Tuju an dari pen elitian ini untuk men getahui apakah perlakuan aw al bahan baku
dan waktu destilasi serai dapur berpengaru h terhadap karakteri sti k fisi kokimia minyak
serai dap ur yang dih as ilk an. Rancan gan percob aan berup a rancang an acak len gkap
(RA L) faktorial dengan 2 faktor yai tu; varias i perl akuan awal bahan baku (dengan
dimemarkan dan dengan dirajang) dan variasi waktu destilasi (1, 2, 3 dan 4 jam). Data
diperoleh dari an alisa; Total padatan terlaru t, w arna, aro ma, ren demen, berat jenis pada
25 ºC, p utaran optik, index bias pada 20 ºC, kelaru tan dalam alkohol 70 % dan kadar
sitral.
Berdasark an has il p enelitian dapat dis impulkan bahw a perlak uan awal bahan
bak u dan w ak tu destilasi berpengaruh terhadap Total pad atan terlaru t, aro ma, rendemen ,
berat jen is, putaran optik, in dek bias dan tidak berp engaruh terhad ap warn a dan kadar
sitral. Dengan perl akuan perajan gan dan waktu destilasi yang lebih lama men yebabkan
terj adi peningkat an nilai Total padat an terlaru t, aro ma, rend emen , berat jeni s, putaran
optik, in dek bias yang lebih signi fikan dibandingkan dengan dimemark an pada w aktu
des tilas i yan g sama, sedan gkan kel aru tannya dal am alkohol cend erun g men urun.
P erl akuan perajan gan dengan waktu destilasi selama 4 jam meru pakan perlakuan dan
w ak tu y ang paling op timal unt uk menghasilkan minyak serai dap ur yang lebih baik ,
yak ni; dengan nilai Total padat an terl arut 80,53 3 ºBrix, warna 0,54 56 Å, aro ma lemon,
ren demen 0,303 %, berat jen is pada 25 ºC 0,8796 gr/ml, put aran optic +0,21, indek bias
pad a 20 ºC 1,457 5, kel aru tan dal am alkoh ol 7 0 % 1 : 4,33 dan kadar sitral 76,3 %.
K at a kunci : Minyak serai dapu r, wa ktu destilasi , per ajang an, dim emarkan.
1) Ma hasiswa Jur usan/P rogr am Studi Teknologi Hasil Pertania n Fakultas Perta nian UNS
de ngan N IM. H 0604006
2) P em bim bing U tama
3) P em bim bing P endamping
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMA R Y
K ey w ord : Lem ongr ass o il, Ti me disti llati on, ca rve, strike.
1) Ma hasiswa Jur usan/P rogr am Studi Teknologi Hasil Pertania n Fakultas Perta nian UNS
de ngan N IM. H 0604006
2) P em bim bing U tama
3) P em bim bing P endamping
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
3. Apakah interaksi ant ara keduanya yaitu; perlakuan awal bahan baku pada
serai dapur dan wakt u destilasi serai dapur m em pengaruhi karakteristik
fisikokimia m inyak serai dapur (Lem ongrass oil) yang dihasilkan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, ant ara lain :
1. Mengetahui pengaruh perlakuan awal bahan baku pada serai dapur
terhadap karakt eristik fisikokimia m inyak serai dapur (Lemongrass oil)
yang dihasilkan.
2. Mengetahui pengaruh waktu destilasi serai dapur terhadap karakteristik
fisikokimia minyak serai dapur (Lemongrass oil) yang dihasilkan.
3. Mengetahui interaksi ant ara keduanya yaitu; pengaruh perlakuan awal
bahan baku pada serai dapur dan wakt u destilasi serai dapur terhadap
karakteristik fisikokimia minyak serai dapur (Lem ongrass oil) yang
dihasilkan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berm anfaat untuk :
1. Memberi kontribusi data tentang sifat fisikokimia minyak serai dapur.
2. Memberi informasi tentang ada tidaknya pengaruh perlakuan awal bahan
baku pada serai dapur dan waktu destilasi serai dapur terhadap sifat
fisikokimia minyak serai dapur selama proses destilasi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Tinjauan Pustaka
Serai Secara Umum
Secara umum, serai dibagi menjadi 2 jenis, yaitu serai wangi
(sitronella) dan serai dapur (lemongrass). Keduanya memiliki arom a yang
berbeda. Minyak serai yang selam a ini dikenal di Indonesia merupakan
minyak serai wangi (citronella oil) yang biasanya terdapat dalam komposisi
minyak tawon dan minyak gandapura (Feryanto, 2006).
Minyak serai wangi telah dikembangkan di Indonesia dan minyak
atsirinya sudah diproduksi secara komersial dan termasuk komoditas ekspor.
Sedangkan minyak serai dapur (lemongrass oil) belum pernah diusahakan
secara komersial. Dari segi kom posisi kimianya, keduanya m em iliki
kom ponen utama yang berbeda. Serai wangi kandungan utamanya adalah
citronella, sedangkan serai dapur adalah sitral (Feryanto, 2006).
Tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus L), secara taksonom i
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Devisio : Spermatophyta
Klas : Angiospermae
Sub klas : Monocotyledonae
Ordo : Graminales
Family : Gramineae
Sub family : Panicoidae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Nardus
(Hieronimus, 1992).
Serai wangi m erupakan tanaman tahunan (perennial) dan stolonifera
(berbatang sem u). Berdaun m em anjang seperti pita, m akin ke ujung m akin
meruncing, daunnya agak kaku, dan berwarna hijau dengan bagian pinggir
daun berwarna merah atau ungu, Panjang daunnya berkisar ant ara 0,8-1,0 m ,
4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
aroma tajam dan dapat tercium dari jarak yang cukup jauh. Mem punyai akar
yang cukup kuat, pertum buhannya berlangsung cepat dalam waktu 6-9 bulan.
Pemanenan dilakukan tiap 3-4 bulan dengan cara m em angkas daunnya. Umur
tanamnya terbatas sam pai 5 tahun saja (Harris, 1993 dan Sadjad, 1995).
Tanaman serai wangi dapat tumbuh dimana-mana, m ulai dataran
rendah (100 m) sampai ketinggian 1000 m . Akan tetapi, serai wangi
berproduksi paling baik pada ketinggian optimum sekitar 180-250 m dpl.
Tanam an ini membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun,
sedangkan suhu yang cocok unt uk pertumbuhannya sekitar
18º-25 ºC, adapun bent uk fisik dari tanaman serai wangi ini dapat dilihat pada
Gam bar 2.1(Hieronim us, 1992).
Serai Dapur
Berdasarkan varietasnya serai dapur dibedakan menjadi 2 macam ,
yaitu; serai dapur Cym bopogon flexuosus dan serai dapur Cymbopogon
citratus (Feryanto, 2006).
Tanaman serai dapur secara taksonom i dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Devisio : Magnoliophyt a Devisio : Magnoliophyt a
Klas : Liliopsida Klas : Liliopsida
Sub klas : Comm elinidae Sub klas : Comm elinidae
Ordo : Poales Ordo : Poales
Fam ily : Poaceae Fam ily : Poaceae
Sub fam ily : Panicoideae Sub family : Panicoideae
Genus : Cymbopogon Genus : Cymbopogon
Spesies : Flexuosus Spesies : Citratus
(Anonim-f, 2008 dan Anonim-g, 2008).
Secara fisik kedua jenis varietas ini memiliki ciri-ciri dan persyaratan
tum buh yang ham pir sam a, yang membedakan dari kedua tanaman ini adalah
kom posisi/sifat fisik dan kim ia minyak yang dihasilkan. Selain itu perbedaan
didasarkan pada daerah asal dan tem pat dibudidayakan, dimana varietas
Cym bopogon flexuosus banyak dibudidayakan dan berasal dari india,
srilangka, RRC dan brasil. Sedangkan varietas Cym bopogon citratus
dibudidayak an dan berasal dari Guatemala dan indonesia (Feryanto, 2006).
Menurut ilm u taksonom i, tanam an serai dapur termasuk dalam famili
gramineae (rum put-rum putan) dan genus Cymbopogon. Serai dapur
merupakan tanam an tahunan (perennial) dan stolonifera (berbatang semu).
Berdaun m em anjang seperti pita, makin ke ujung makin meruncing dan
berwarna hijau, sebagaim ana layaknya famili rumput-rumputan yang lain
seperti ilalang dan padi. Panjang daunnya berkisar 0,6 – 1,2 m yang tersusun
pada stolon. Rumput ini tidak berbunga dan tidak m enghasilkan biji m eskipun
dibiarkan tidak dipangkas dalam kondisi dan waktu tertentu (Feryanto, 2006).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 Gam bar serai dapur dalam bentuk bum bu dapur
Adapun manfaat dari tanaman serai dapur ini yang paling utama
adalah sebagai bum bu masakan dalam berbagai aneka m akanan dan m inum an.
Dalam m akanan m isalnya, dapat dijumpai pada masakan opor ayam ,
kare/gulai, soto, pepes udang, nasi kuning/nasi uduk, masakan rendang dan
sebagai bahan perisa sedangkan pada minuman sering dijumpai pada
minum an sekoteng, wedang cemoe dan wedang bandrek. Bagian tanaman
yang digunakan sebagai bumbu dapur adalah pangkal tangkainya. Bagian dari
pangkal tangkai serai dapur ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. Di afrika barat
tanaman ini dimanfaatkan pada tanggul/galengan untuk m engendalikan erosi.
Kegunaan lain yang tidak kalah pentingnya dari tanaman ini adalah dengan
menyuling bagian daunnya sehingga didapatkan m inyak atsiri (Ronoprawiro,
1993, Subiati, 1992 dan Anonim-b, 2007).
Dalam penelitian ini dipilih jenis serai dapur Cymbopogon citratus,
hal ini karena, komoditi ini cukup populer di m asyarakat kita dan banyak
ditemukan serta ditanam disekitar kita. Selain itu, Harganya relatif m urah
diant ara tanam an serai yang lain artinya secara ekonomis harga serai dapur
jenis Cym bopogon citratus ini lebih rendah jika dibanding Cymbopogon
flexuosus, hal ini terkait dengan jumlah kandungan sitralnya (Feryanto, 2006).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menunjukkan bahwa adanya panas air dan uap tertent u akan mempengaruhi
bahan sehingga didalam ketel terdapat 2 cairan yaitu air panas dan minyak
atsiri, kedua cairan tersebut kem udian dididihkan perlahan-lahan hingga
terbentuk cam puran uap ini akan m engalir m elalui pipa-pipa pendingin dan
terjadilah proses pengembunan sehingga uap tidak kem bali mencair, dari pipa
pendingin, cairan tersebut dialirkan ke alat pem isah yang akan m em isahkan
minyak atsiri dari air berdasarkan berat jenisnya. Perlu diketahui bahwa
selama proses penyulingan terjadi ekstraksi m inyak dimana pada permulaan
penyulingan berlangsung cepat dan secara bertahap semakin lam bat sam pai
kira-kira 2/3 bagian telah tersuling (Hieronimus, 1992 & Ketaren dan
Djadmiko, 1978).
Ketel suling bervolume 3000 liter mampu m enampung bahan olah 800 – 1000
kg serai rajangan. Penyulingan dilakukan dengan penyulingan uap-air(pada
tekanan 1 atm atau diatas 1 atm), dengan wakt u penyulingan antara 1-3 jam ,
tergantung pada jumlah uap dan jum lah bahan yang diolah. Rendem en minyak
yang dihasilkan bervariasi ant ara 0,2-0,4 % basis basah(Feryanto, 2006).
tak jenuh (terpene), ester, asam dan aldehida serta beberapa jenis
persenyawaan lainnya. Beberapa proses yang dapat mengakibatkan perubahan
sifat kimia m inyak adalah oksidasi, hidrolisa polimerisasi (resinifikasi) dan
penyabunan (Anonim -c, 2007).
Beberapa jenis ester berada dalam bentuk padat, cair, m udah
menguap atau terdiri dari senyawa jenuh dan tidak jenuh. Masing-masing ester
tersebut m enentukan sifat fisiko kim ia dari minyak sehingga jumlah dan jenis
dari ester menentukan sifat fisiko kimia m inyak. Kegunaan dari minyak dan
lem ak juga ditentukan oleh sifat fisiko kimianya (Ketaren, 1986).
Adapun sifat fisik kimia m inyak serai dapur dapat dilihat pada tabel
2.2 dan 2.3.
Tabel 2.2 Sifat fisikokimia minyak serai dapur menurut standar m utu EOA
No Sifat Fisik Kimia Keterangan
1 Penampilan Cair
2 Warna Kuning tua sampai merah
3 Aroma Lemon yang tajam
4 Rendemen 0,2-0,4 %
5 Berat jenis pada 25˚C 0,8-0,9
6 Putaran optic -3˚ sampai +1˚
7 Index bias pada 20˚C 1,4830 sampai 1,4890
8 Kelarutan dalam alkohol 70 % larut dalam 2-4 volume, sering sedikit keruh
9 Kadar sitral 75-78 %
(EOA, 1975).
Tabel 2.3 Sifat fisikokimia minyak serai dapur menurut SNI No. 06-3953-1995
No Sifat Fisik Kimia Tipe C.flexuosus Tipe C. citratus
1 Penampilan Cair Cair
2 Warna Kuning tua sampai Kuning tua sampai merah
merah Lemon
3 Aroma Lemon 0,3 %
4 Rendemen 0,4 % 0,8731
5 Berat jenis pada 25˚C 0,8902 +0,2
6 Putaran optic + 0,2 1,4587
7 Index bias pada 20˚C 1,487 1:4
8 Kelarutan dalam alkohol 70 % 1:2 76,1 %
9 Kadar sitral 80,2 %
(SNI, 1995).
Rendemen m inyak serai yang dihasilkan tergantung dari bermacam-
macam fakt or antara lain:
a. Iklim : Di daerah yang curah hujannya m elimpah, serai dapat dipanen
lebih sering dibandingk an dengan daerah kering, namun m inyak yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dihasilkan lebih rendah. Serai dapur dapat tumbuh subur pada daerah
dengan limpahan cahaya m atahari yang besar, curah hujan tidak terlalu
berlimpah (m in 1500 m m/tahun), serta ketinggian sampai 1000 m dpl
(paling baik 100-400 m).
b. Kesuburan tanah : Tanam an ini tum buh baik pada tanah yang berdrainase
baik, bertekstur ringan, lem pung berpasir, sam pai pasir berdebu. Namun
hasilnya kurang pada tanah bertekstur berat dan keras. Tanam an yang
dibudidayakan ditanah yang baik dapat meningkatkan rendemen
minyaknya.
c. Um ur tanam an : Semakin tua umur tanam an maka sem akin tinggi
kandungan m inyaknya.
d. Cara penyulingan : Masing-m asing metode penyulingan berpengaruh
pada rendemen m inyak yang dihasilkan. Umumnya, Rendem en minyak
serai dapur berkisar antara 0.26–0.37 % dengan waktu penyulingan antara
1–3 jam, adapun lam a penyulingan tersebut tergantung pada jum lah uap
dan jumlah bahan yang diolah (Anonim-a, 1970 dan Feryanto, 2006).
e. Kondisi bahan yang disuling :
1. Tingkat kesegaran bahan olah. Sem akin segar bahan olah, sem akin
tinggi rendem ennya. Bahan yang kering/layu kem ungkinan telah
terjadi penguapan sejumlah kecil minyak ke udara bebas.
2. Kualitas bahan olah. Bahan olah yang m engandung banyak batang
sem u dan bonggol akar dibandingkan batang sejati akan m enghasilkan
rendem en minyak yang kecil. Minyak atsiri banyak terdapat dalam
pangkal tangkai, sedangkan bonggol akarnya sedikit m enghasilkan
minyak padahal kehadiran bonggol akar pada bahan olah berkontribusi
besar terhadap berat bahan olah.
3. Jenis serai dapur. Serai flexuosus (East Indian) m enghasilkan
rendem en minyak yang lebih baik daripada serai citratus (West Indian)
4. Perlakuan awal bahan olah. Perajangan yang terlalu tipis akan
menurunkan rendem en m inyak nam un m em perbesar kapasitas
penyulingan. Disarankan agar bahan yang dirajang sesegera mungkin
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mutu dan kemurnian minyak atsiri. Nilai berat jenis minyak atsiri
didefinisikan sebagai perbandingan ant ara berat minyak dengan berat air pada
volume air yang sam a dengan volume minyak yang sam a pula. Berat jenis
sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang
terkandung di dalamnya. Sem akin besar fraksi berat yang terkandung dalam
minyak, m aka semakin besar pula nilai densitasnya. Biasanya berat jenis
kom ponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak
teroksigenasi.
2. Indeks Bias
Indeks bias merupakan perbandingan ant ara kecepatan cahaya di
dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu.
Indeks bias m inyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen
yang tersusun dalam m inyak atsiri yang dihasilkan. Sam a halnya dengan berat
jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat m em pengaruhi nilai
indeks biasnya. Sem akin banyak komponen berantai panjang seperti
sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, m aka kerapatan
medium m inyak atsiri akan bertam bah sehingga cahaya yang datang akan
lebih m udah untuk dibiaskan. Hal ini m enyebabkan indeks bias m inyak lebih
besar. Menurut Guent her (1987), nilai indeks juga dipengaruhi salah satunya
dengan adanya air dalam kandungan minyak tersebut. Semakin banyak
kandungan airnya, maka sem akin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat
dari air yang mempunyai kerapatan m edium lebih kecil jika dibandingkan
dengan minyak. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih
bagus dibandingkan dengan m inyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil.
3. Putaran optik
Sifat optik dari minyak atsiri ditent ukan menggunakan alat
polarimeter yang nilainya dinyat akan dengan derajat rot asi. Sebagian besar
minyak atsiri jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan m aka
memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke
arah kiri (laevorotary). Pengukuran paramet er ini sangat m enentukan kriteria
kem urnian suatu m inyak atsiri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Bilangan Asam
Bilangan asam m enunjukkan kadar asam bebas dalam m inyak atsiri.
Bilangan asam yang sem akin besar dapat mempengaruhi terhadap kualitas
minyak atsiri. Yaitu senyawa-senyawa asam tersebut dapat m erubah bau khas
dari m inyak atsiri. Hal ini dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan
minyak dan adanya kontak antara m inyak atsiri yang dihasilkan dengan sinar
dan udara sekitar ketika berada pada botol sampel minyak pada saat
penyim panan. Karena sebagian komposisi minyak atsiri jika kontak dengan
udara atau berada pada kondisi yang lem bab akan mengalami reaksi oksidasi
dengan udara (oksigen) yang dikatalisi oleh cahaya sehingga akan membentuk
suatu senyawa asam . Jika penyim panan minyak tidak diperhatikan atau secara
langsung kontak dengan udara sekitar, m aka akan sem akin banyak juga
senyawa-senyawa asam yang terbent uk. Oksidasi komponen-komponen
minyak atsiri terutama golongan aldehid dapat membentuk gugus asam
karboksilat sehingga akan menam bah nilai bilangan asam suatu m inyak atsiri.
Hal ini juga dapat disebabkan oleh penyulingan pada tekanan tinggi
(tem peratur tinggi), dim ana pada kondisi tersebut kemungkinan terjadinya
proses oksidasi sangat besar.
5. Kelarutan dalam Alkohol
Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus OH. Karena
alkohol dapat larut dengan m inyak atsiri m aka pada komposisi m inyak atsiri
yang dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Guent her (1987), bahwa kelarutan minyak
dalam alkohol ditentukan oleh jenis kom ponen kimia yang terkandung dalam
minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan t erpen
teroksigenasi lebih m udah larut daripada yang m engandung terpen. Makin
tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut,
karena senyawa terpen tak teroksigenasi m erupakan senyawa nonpolar yang
tidak m em punyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sem akin
besar kelarutan m inyak atsiri pada alkohol m aka kualitas m inyak atsirinya
sem akin baik (Feryant o, 2007).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Hipote sis
1. Diduga perlakuan awal bahan baku pada serai dapur mempengaruhi
karakterisasi minyak serai dapur (Lem ongrass oil) yang dihasilkan dan
serai dapur dengan perlakuan perajangan m erupakan ukuran yang paling
optimal unt uk menghasilkan karakteristik fisikokimia minyak serai dapur
yang lebih baik.
2. Diduga wakt u destilasi serai dapur mempengaruhi karakt erisasi minyak
serai dapur (Lemongrass oil) yang dihasilkan dan lama destilasi selam a 4
jam m erupakan waktu yang paling optimal unt uk m enghasilkan
karakteristik fisikokimia m inyak serai dapur yang lebih baik.
3. Diduga interaksi antara keduanya yaitu; perlakuan awal bahan baku serai
dapur dan waktu destilasi serai dapur m empengaruhi karakteristik
fisikokimia minyak serai dapur (Lem ongrass oil) yang dihasilkan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Tahap Penelitian
a. Preparasi Bahan
Sebelum dilakukan destilasi, terlebih dahulu dilakukan
perlakuan pendahuluan. Serai dapur dicuci hingga bersih, setelah
bersih, dilakukan variasi perlakuan awal bahan baku yaitu; serai dapur
dengan dimem arkan dan dengan proses perajangan. Untuk serai dapur
dengan dimem arkan dilakukan dengan m em em arkan serai dapur
dengan m enggunakan mart il seberat 1 kg. Adapun intensitas
pem ukulannya sam a yaitu 5 kali pemukulan perbatang serai dengan
melibatkan sem ua bagian dari serai tersebut sehingga diharapkan serai
yang dimemarkan memiliki tingkat pemem aran yang sama/seragam .
Sedangkan unt uk serai dapur dengan proses perajangan dilakukan
dengan m erajang serai dapur dengan menggunakan pisau. Adapun
serai dapur tersebut dirajang dengan posisi tegak dengan masing-
masing ketebalan rajangan 10 mm .
b. Pembuatan minyak serai dapur
Pembuatan minyak serai dapur dilakukan dengan metode
direct destillation Guenther (1987) yang dimodifikasi. Bagian pangkal
serai dapur didestilasi hingga seluruh m inyak terekstrak semua.
Minyak dipisahkan dari pelarutnya dengan menggunakan corong
pem isah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Metode Analisa
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1. Metode analisa pada penelitian
Macam analisa Metode analisa
Penam pilan Total padatan terlarut
Warna Spektrofotom etri
Aroma Organoleptik
Rendem en Guent her, 1987
Berat jenis pada 25˚C Guent her, 1987
Putaran opt ic Guent her, 1987
Index bias pada 20˚C Guent her, 1987
Kelarutan dalam alkohol 70 % Guent her, 1987
Kadar sitral Metode bisulfit (Guent her, 1987)
4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini m enggunakan percobaan rancangan acak lengkap
fakt orial dengan 2 variabel sebagai berikut :
Variabel I : Perlakuan awal bahan baku yang berbeda dengan simbol A
terdiri dari 2 perlakuan, yaitu;
A1 : Serai dapur dengan dimemarkan
A2 : Serai dapur dengan proses perajangan(Feryanto, 2006)
Variabel II : W akt u destilasi dengan sim bol B terdiri dari 4 perlakuan,
yaitu:
B1 : 1 jam
B2 : 2 jam
B3 : 3 jam
B4 : 4 jam(Feryant o, 2006)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap sederhana. Data yang di peroleh selanjutnya di analisa dengan
menggunakan ANOVA. Apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan
uji beda nyata menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
tingkat signifikansi α = 0,05.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
A. Penampilan
Penampilan merupakan suatu parameter untuk menilai wujud bentuk luar
dari suatu bahan. Wujud cair dari minyak serai dapur dapat dilihat dari tingkat
kekentalannya. Kekentalan minyak menunjukkan total padatan terlarut yang
terkandung di dalam minyak yang dinyatakan dalam ºBrix. Perlakuan awal bahan
baku, waktu destilasi dan interaksi antara keduanya yang berbeda ternyata
memberikan hasil minyak serai dapur dengan nilai kekentalan yang berbeda.
Hasil dari tiap-tiap perlakuan terhadap kekentalan minyak serai dapur dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil analisa penampilan minyak serai dapur(ºBrix)
Waktu Perlakuan awal bahan baku(A)
destilasi(B) Dimemarkan (A1) Dirajang (A2)
a a
1 jam(B1) 79,066 79,266
b
2 jam(B2) 79,667 79,266a
3 jam(B3) 80,066cd 80,266d
d e
4 jam(B4) 80,200 80,533
Ket : Supercript yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 %
26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
Pada perlakuan awal bahan baku yaitu serai dapur dengan dimemarkan
diperoleh nilai kekentalan sebesar 79,066; 79,667; 80,066 dan 80,200 ºBrix. Pada
perlakuan serai dapur dengan perajangan diperoleh nilai kekentalan sebesar
79,266; 79,866; 80,266; 80,533 ºBrix. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata
terdapat beda nyata diantara kedua perlakuan awal bahan baku yaitu; dimemarkan
dan dirajang terhadap kekentalan minyak serai dapur yang dihasilkan. Untuk
perlakuan dimemarkan dan dirajang dengan waktu destilasi selama 1 jam
menunjukkan nilai kekentalan yang tidak beda nyata, sedangkan untuk perlakuan
dimemarkan dan dirajang dengan waktu destilasi selama 2 sampai 4 jam
menunjukkan nilai kekentalan yang beda nyata. Dari grafik 4.1. dapat dilihat
bahwa perlakuan awal bahan baku dengan dirajang menunjukkan nilai kekentalan
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan dimemarkan.
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 1 jam diperoleh
kekentalan sebesar 79,066 dan 79,266 ºBrix . Pada perlakuan waktu destilasi serai
dapur selama 2 jam diperoleh kekentalan sebesar 79,667 dan 79,866 ºBrix. Pada
perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 3 jam diperoleh kekentalan sebesar
80,066 dan 80,266 ºBrix. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 4 jam
diperoleh kekentalan sebesar 80,200 dan 80,533 ºBrix. Berdasarkan hasil uji beda
nyata ternyata terdapat beda nyata diantara beberapa perlakuan waktu destilasi
terhadap kekentalan minyak serai dapur yang dihasilkan. Untuk perlakuan waktu
destilasi selama 1 sampai 4 jam pada bahan dimemarkan menunjukkan nilai
kekentalan yang beda nyata, Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 4
jam pada bahan dirajang menunjukkan nilai kekentalan yang beda nyata, Untuk
perlakuan waktu destilasi selama 1 jam antara bahan dimemarkan dan dirajang
menunjukkan nilai kekentalan yang tidak beda nyata, Untuk perlakuan waktu
destilasi selama 2 sampai 4 jam antara bahan dimemarkan dan dirajang
menunjukkan nilai kekentalan yang beda nyata. Dari grafik 4.1 dapat dilihat
bahwa untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan dimemarkan, semakin
lama waktu destilasi menunjukkan peningkatan nilai kekentalan tetapi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
B. Warna
Warna merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas minyak.
Intensitas warna minyak ditentukan oleh banyak/sedikitnya kandungan pigmen
warna tertentu di dalam minyak. Intensitas warna diukur dengan spektrofotometer
dan nilainya dinyatakan dengan tingkat Absorbansi(Å). Perlakuan awal bahan
baku, waktu destilasi dan interaksi antara keduanya yang berbeda ternyata
memberikan hasil minyak serai dapur dengan nilai absorbansi yang berbeda. Hasil
dari tiap-tiap perlakuan terhadap tingkat absorbansi minyak serai dapur dapat
dilihat pada tabel 4.2.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Grafik 4.2. Grafik hubungan antara waktu destilasi terhadap absorbansi (Å)
minyak serai dapur
Pada perlakuan awal bahan baku yaitu serai dapur dengan dimemarkan
diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,5135; 0,5260; 0,5341 dan 0,5439 Å. Pada
perlakuan serai dapur dengan perajangan diperoleh nilai absorbansi sebesar
0,5133; 0,5256; 0,5357; 0,5456 Å. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata tidak
terdapat beda nyata diantara kedua perlakuan awal bahan baku yaitu; dimemarkan
dan dirajang terhadap intensitas warna minyak serai dapur yang dihasilkan.
kemungkinan untuk pengecilan ukuran dengan dirajang dengan ketebalan
rajangan sebesar 10 mm kurang optimal untuk memunculkan beda nyata sehingga
untuk memunculkan beda nyata perlu dilakukan pengecilan ukuran yang lebih
kecil lagi dari ukuran sebelumnya. Dan untuk perlakuan waktu destilasi selama 4
jam dengan selisih 1 jam untuk tiap-tiap perlakuan ternyata kurang optimal untuk
memunculkan beda nyata sehingga perlu dilakukan peningkatan selisih waktu
destilasi untuk tiap-tiap perlakuan. Dari grafik 4.2. dapat dilihat bahwa perlakuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
awal bahan baku dengan dirajang menunjukkan nilai absorbansi warna yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan dimemarkan.
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 1 jam diperoleh nilai
absorbansi warna sebesar 0,5135dan 0,5133 Å . Pada perlakuan waktu destilasi
serai dapur selama 2 jam diperoleh nilai absorbansi warna sebesar 0,5260 dan
0,5256Å. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 3 jam diperoleh nilai
absorbansi warna sebesar 0,5341 dan 0,5357 Å. Pada perlakuan waktu destilasi
serai dapur selama 4 jam diperoleh nilai absorbansi warna sebesar 0,5439 dan
0,5456Å. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata terdapat beda nyata diantara
beberapa perlakuan waktu destilasi terhadap kekentalan minyak serai dapur yang
dihasilkan. Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 4 jam pada bahan
dimemarkan menunjukkan nilai absorbansi warna yang beda nyata, Untuk
perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 4 jam pada bahan dirajang
menunjukkan nilai absorbansi warna yang beda nyata, Untuk perlakuan waktu
destilasi selama 1 sampai 4 jam antara bahan dimemarkan dan dirajang
menunjukkan nilai absorbansi warna yang tidak beda nyata. Dari grafik 4.2 dapat
dilihat bahwa untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan dimemarkan,
semakin lama waktu destilasi menunjukkan peningkatan nilai absorbansi warna
tetapi peningkatannya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan waktu
destilasi pada bahan dengan dirajang, sedangkan untuk perlakuan waktu destilasi
pada bahan dengan dirajang, semakin lama waktu destilasi menunjukkan
peningkatan nilai absorbansi warna yang lebih signifikan jika dibandingkan
dengan waktu destilasi pada bahan dengan dimemarkan.
Interaksi antara keduanya yaitu perlakuan awal bahan baku dan waktu
destilasi yang berbeda menghasilkan minyak serai dapur dengan nilai absorbansi
yang tidak beda nyata. Dengan perlakuan perajangan dan dengan waktu destilasi
yang semakin lama menyebabkan terjadinya peningkatan nilai absorbansi warna
minyak serai dapur yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan perlakuan
dengan dimemarkan pada tingkat waktu destilasi yang sama. Dengan perlakuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
C. Aroma
Aroma merupakan salah satu parameter mutu minyak atsiri. Aroma dari
suatu minyak dipengaruhi oleh senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya.
Perlakuan awal bahan baku, waktu destilasi dan interaksi antara keduanya yang
berbeda ternyata memberikan hasil minyak serai dapur dengan nilai aroma yang
berbeda. Untuk mengetahui intensitas aroma lemon pada minyak serai dapur
maka digunakan analisa organoleptik. Adapun prosedur analisanya adalah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
Ket : Supercript yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 %
Grafik 4.3. Grafik hubungan antara waktu destilasi terhadap intensitas aroma
lemon minyak serai dapur
Pada perlakuan awal bahan baku yaitu serai dapur dengan dimemarkan
diperoleh nilai intensitas aroma lemon sebesar 3,961; 3,884; 4,153 dan 4,346.
Pada perlakuan serai dapur dengan perajangan diperoleh nilai intensitas aroma
lemon sebesar 3,038; 3,692; 4,615 dan 4,423. Berdasarkan hasil uji beda nyata
ternyata terdapat beda nyata diantara kedua perlakuan awal bahan baku yaitu;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
dimemarkan dan dirajang terhadap intensitas aroma lemon minyak serai dapur
yang dihasilkan, yaitu pada perlakuan dimemarkan dan dirajang dengan waktu
destilasi selama 1 jam, tetapi tidak beda nyata pada perlakuan dimemarkan dan
dirajang dengan waktu destilasi selama 2 sampai 4 jam . Dari grafik 4.3. dapat
dilihat bahwa perlakuan awal bahan baku dengan dirajang menunjukkan nilai
intensitas aroma lemon yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan dimemarkan.
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 1 jam diperoleh
intensitas aroma lemon sebesar 3,961 dan 3,038. Pada perlakuan waktu destilasi
serai dapur selama 2 jam diperoleh intensitas aroma lemon sebesar 3,884 dan
3,692. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 3 jam diperoleh
intensitas aroma lemon sebesar 4,153 dan 4,615. Pada perlakuan waktu destilasi
serai dapur selama 4 jam diperoleh intensitas aroma lemon sebesar 4,346 dan
4,423. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata terdapat beda nyata diantara
beberapa perlakuan waktu destilasi terhadap aroma minyak serai dapur yang
dihasilkan. Untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dimemarkan selama 2
sampai 3 jam menunjukkan intensitas aroma lemon yang beda nyata, 1 sampai 2
jam menunjukkan intensitas aroma lemon yang tidak beda nyata, 3 sampai 4 jam
menunjukkan intensitas aroma lemon yang tidak beda nyata, Untuk perlakuan
waktu destilasi pada bahan dirajang selama 1 sampai 3 jam menunjukkan
intensitas aroma lemon yang beda nyata, 3 sampai 4 jam menunjukkan intensitas
aroma lemon yang tidak beda nyata, untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 jam
antara bahan dimemarkan dan dirajang menunjukkan intensitas aroma lemon yang
beda nyata, untuk perlakuan waktu destilasi selama 2 sampai 4 jam antara bahan
dimemarkan dan dirajang menunjukkan intensitas aroma lemon yang tidak beda
nyata. Dari grafik 4.3 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan waktu destilasi pada
bahan dengan dimemarkan, semakin lama waktu destilasi menunjukkan
peningkatan intensitas aroma lemon tetapi peningkatannya tidak terlalu signifikan
jika dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan dengan dirajang, sedangkan
untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan dirajang, semakin lama waktu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
V: 66,080 %. Dari beberapa perlakuan awal bahan baku dan waktu destilasi
minyak serai dapur semua memenuhi standar mutu EOA maupun SNI yaitu
aroma lemonnya kuat.
D. Rendemen
Rendemen merupakan kadar minyak atsiri di dalam serai dapur yang
dinyatakan dalam persen(%). Perlakuan awal bahan baku, waktu destilasi dan
interaksi antara keduanya yang berbeda ternyata memberikan hasil minyak serai
dapur dengan nilai rendemen yang berbeda. Hasil dari tiap-tiap perlakuan
terhadap rendemen minyak serai dapur dapat dilihat p ada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil analisa rendemen minyak serai dapur(%)
Waktu Perlakuan awal bahan baku(A)
destilasi(B) Dimemarkan (A1) Dirajang (A2)
a
1 jam(B1) 0,068 0,076b
c d
2 jam(B2) 0,163 0,181
e f
3 jam(B3) 0,258 0,301
f f
4 jam(B4) 0,300 0,303
Ket : Supercript yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 %
Grafik 4.4. Grafik hubungan antara waktu destilasi terhadap rendemen minyak
serai dapur
Pada perlakuan awal bahan baku yaitu serai dapur dengan dimemarkan
diperoleh rendemen sebesar 0,068; 0,163; 0,256; dan 0,300 %. Pada perlakuan
serai dapur dengan perajangan diperoleh rendemen sebesar 0,076; 0,181; 0,301
dan 0,303 %. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata terdapat beda nyata
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
diantara kedua perlakuan awal bahan baku yaitu; dimemarkan dan dirajang
terhadap rendemen minyak serai dapur yang dihasilkan. Untuk perlakuan
dimemarkan dan dirajang dengan waktu destilasi selama 1 sampai 3 jam
menunjukkan nilai rendemen yang beda nyata, sedangkan untuk perlakuan
dimemarkan dan dirajang dengan waktu destilasi selama 4 jam menunjukkan nilai
rendemen yang tidak beda nyata. Dari grafik 4.4. dapat dilihat bahwa perlakuan
awal bahan baku dengan dirajang menunjukkan nilai rendemen yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan dimemarkan.
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 1 jam diperoleh
rendemen sebesar 0,068 dan 0,076 %. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur
selama 2 jam diperoleh rendemen sebesar 0,163 dan 0,181%. Pada perlakuan
waktu destilasi serai dapur selama 3 jam diperoleh rendemen sebesar 0,258 dan
0,301 %. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 4 jam diperoleh
rendemen sebesar 0,300 dan 0,303 %. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata
terdapat beda nyata diantara beberapa perlakuan waktu destilasi terhadap
rendemen minyak serai dapur yang dihasilkan. Untuk perlakuan waktu destilasi
selama 1 sampai 4 jam pada bahan dimemarkan menunjukkan nilai rendemen
yang beda nyata, Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 4 jam pada
bahan dirajang menunjukkan nilai rendemen yang beda nyata, Untuk perlakuan
waktu destilasi selama 1 sampai 3 jam antara bahan dimemarkan dan dirajang
menunjukkan nilai rendemen yang beda nyata, Untuk perlakuan waktu destilasi
selama 4 jam antara bahan dimemarkan dan dirajang menunjukkan nilai
rendemen yang tidak beda nyata. Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa untuk
perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan dimemarkan, semakin lama waktu
destilasi menunjukkan peningkatan nilai rendemen tetapi peningkatannya tidak
terlalu signifikan jika dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan dengan
dirajang, sedangkan untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan dirajang,
semakin lama waktu destilasi menunjukkan peningkatan nilai rendemen yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
lebih signifikan jika dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan dengan
dimemarkan.
Interaksi antara keduanya yaitu perlakuan awal bahan baku dan waktu
destilasi yang berbeda menghasilkan minyak serai dapur dengan nilai rendemen
yang beda nyata. Dengan perlakuan perajangan dan dengan waktu destilasi yang
semakin lama menyebabkan terjadinya peningkatan nilai rendemen minyak serai
dapur yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan perlakuan dengan
dimemarkan pada tingkat waktu destilasi yang sama. Dengan perlakuan
perajangan bentuk bahan menjadi lebih seragam, kompak dan merata sehingga
dapat meningkatkan efisiensi ruang tempat destilasi. Ap abila bahan kompak dan
merata maka penggunaan air mendidih untuk berpenetrasi/difusi ke bahan
menjadi lebih efisien. M enurut lucyana dan Sumarsi(1993), perlakuan perajangan
menyebabkan proses hidrodifusi berjalan lebih cepat sehingga memperbesar
jumlah minyak atsiri yang dihasilkan sedangkan menurut Ketaren(1987) dan
Lucyana dan Sumarsi(1993), perajangan dapat memperluas/memperbesar luas
permukaan kontak antara bahan berminyak dengan pelarut menjadi lebih besar
dan merata sehingga minyak akan lebih mudah terekstrak, serta jumlahnya lebih
banyak. Hal ini karena air mendidih membantu proses difusi pelarut ke bahan
berminyak sehingga difusi tersebut akan merusak sebagian dinding sel bahan dan
jaringan lemak yang melindungi kantung-kantung/kelenjar minyak. Kondisi itulah
yang menyebabkan minyak menjadi lebih mudah dan cepat terekstrak.
Peningkatan rendemen minyak seiring dengan peningkatan waktu destilasi
disebabkan karena semakin lama waktu kontak antara bahan sumber minyak
dengan pelarut sehingga minyak menjadi lebih mudah terekstrak, selain itu
penambahan waktu destilasi menyebabkan proses hidrodifusi/penetrasi air
mendidih ke bahan berlangsung lebih lama sehingga semakin banyak minyak
yang dihasilkan(Lucyana dan Sumarsi, 1993). Semakin lama waktu destilasi
maka semakin besar rendemen minyak serai dapur yang dihasilkan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Pada penelitian ini, rendemen minyak serai dapur yang dihasilkan berkisar
antara 0,068–0,303 %, sedangkan menurut standar EOA nilai yang dipersyaratkan
antara 0,2-0,4 %(EOA, 1975) dan menurut standar SNI nilai yang dipersyaratkan
minimal 0,3 %(SNI, 1995). Dari beberapa perlakuan awal bahan baku dan waktu
destilasi minyak serai dapur yang masih memenuhi standar mutu EOA maupun
SNI antara lain; Perlakuan dimemarkan dengan waktu destilasi selama 4 jam,
perlakuan perajangan dengan waktu destilasi selama 3 dan 4 jam.
Ket : Supercript yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 %
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Grafik 4.5. Grafik hubungan antara waktu destilasi terhadap berat jenis minyak
serai dapur
Pada perlakuan awal bahan baku yaitu serai dapur dengan dimemarkan
yang diperoleh berat jenis sebesar 0,8374; 0,8497; 0,8637 dan 0,8726 gr/ml. Pada
perlakuan serai dapur dengan perajangan diperoleh berat jenis minyak yang
dihasilkan sebesar 0,8474; 0,8565; 0,8705 dan 0,8796 gr/ml. Berdasarkan hasil uji
beda nyata ternyata terdapat beda nyata diantara kedua perlakuan awal bahan
baku yaitu; dimemarkan dan dirajang terhadap berat jenis minyak serai dapur
yang dihasilkan. Untuk perlakuan dimemarkan dan dirajang dengan waktu
destilasi selama 1 sampai 4 jam menunjukkan nilai berat jenis yang beda nyata.
Dari grafik 4.5. dapat dilihat bahwa perlakuan awal bahan baku dengan dirajang
menunjukkan nilai berat jenis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
dimemarkan.
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 1 jam diperoleh berat
jenis sebesar 0,8374 dan 0,8474 gr/ml. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur
selama 2 jam diperoleh berat jenis sebesar 0,8497 dan 0,8565 gr/ml. Pada
perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 3 jam diperoleh berat jenis sebesar
0,8637 dan 0,8705 gr/ml. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 4 jam
diperoleh berat jenis sebesar 0,8726 dan 0,8796 gr/ml. Berdasarkan hasil uji beda
nyata ternyata terdapat beda nyata diantara beberapa perlakuan waktu destilasi
terhadap berat jenis pada 25 ºC. Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai
4 jam pada bahan dimemarkan menunjukkan nilai berat jenis yang beda nyata,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 4 jam pada bahan dirajang
menunjukkan nilai berat jenis yang beda nyata, Untuk perlakuan waktu destilasi
selama 1 sampai 4 jam antara bahan dimemarkan dan dirajang menunjukkan nilai
berat jenis yang beda nyata. Dari grafik 4.5 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan
waktu destilasi pada bahan dengan dimemarkan, semakin lama waktu destilasi
menunjukkan peningkatan nilai berat jenis tetapi peningkatannya tidak terlalu
signifikan jika dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan dengan dirajang,
sedangkan untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan dirajang, semakin
lama waktu destilasi menunjukkan peningkatan nilai berat jenis yang lebih
signifikan jika dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan dengan
dimemarkan.
Interaksi antara keduanya yaitu perlakuan awal bahan baku dan waktu
destilasi yang berbeda menghasilkan minyak serai dapur dengan nilai berat jenis
yang beda nyata. Dengan perlakuan perajangan dan dengan waktu destilasi yang
semakin lama menyebabkan terjadinya peningkatan nilai berat jenis minyak serai
dapur yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan perlakuan dengan
dimemarkan pada tingkat waktu destilasi yang sama. Dengan perlakuan
perajangan cenderung lebih memudahkan difusi pelarut ke bahan dan proses
pengeluaran minyak atsiri yang terdapat dalam kelenjar minyak ke permukaan
bahan. M enurut Ketaren(1987), pengecilan ukuran dengan perajangan
menyebabkan terikutnya sejumlah senyawa-senyawa bertitik didih tinggi seperti;
resin, parafin, lilin(wax) dan lemak dari kelenjar minyak lalu bercampur dan larut
bersama minyak atsiri, kemudian ikut terdestilasi. Parafin dan lilin(wax)
merupakan senyawa berantai panjang yang termasuk dalam golongan senyawa
alkana dan senyawa tersebut mempunyai berat molekul dan titik didih yang tinggi
sehingga akan meningkatkan nilai berat jenis pada minyak yang dihasilkan.
Peningkatan berat jenis minyak seiring dengan peningkatan waktu destilasi dapat
terjadi karena proses destilasi dimana laju destilasi dipengaruhi oleh komponen-
komponen kimia yang terkandung di dalam minyak atsiri. Komponen-komponen
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
yang mempunyai titik didih tinggi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
terdestilasi jika dibandingkan dengan komponen-komponen bertitik didih rendah.
Semakin lama waktu destilasi akan terjadi peningkatan konsentrasi minyak yang
disebabkan oleh semakin banyak terakumulasinya komponen-komponen kimia
penyusun minyak atsiri, baik itu senyawa bertitik didih tinggi atau rendah,
sehingga akan meningkatkan berat jenis minyak seiring dengan bertambahnya
waktu destilasi. Peningkatan berat jenis minyak juga dapat terjadi karena proses
pemanasan yang berlangsung selama proses destilasi. Pemanasan menyebabkan
sebagian kecil komponen minyak atsiri mengalami polimerisasi. Komponen-
komponen minyak atsiri yang mengalami polimerisasi adalah dari golongan
senyawa hidrokarbon takteroksigenasi seperti; senyawa terpen dan sesquiterpen.
Polimerisasi minyak menyebabkan terbentuknya senyawa-senyawa polimer
dalam minyak yang akan memicu meningkatkan nilai berat jenis minyak. Selain
karena proses polimerisasi, peningkatan berat jenis minyak juga disebabkan oleh
sejumlah kecil fraksi berat ikut tersuling selama proses destilasi. M enurut
Feryanto(2006), pemanasan dengan suhu dan tekanan yang tinggi akan
menyebabkan sejumlah komponen senyawa berantai panjang yang memiliki titik
didih tinggi menjadi ikut tersuling bersama minyak. Fraksi berat tersebut seperti;
parafin, lilin(wax) dan senyawa resin. Parafin merupakan senyawa dari golongan
alkana berantai panjang yang terdapat dalam jaringan lemak tanaman aromatik
kemudian larut bersama minyak atsiri. Semakin lama waktu destilasi maka akan
meningkatkan berat jenis minyak.
Pada penelitian ini, berat jenis minyak serai dapur yang dihasilkan
berkisar antara 0,8374-0,8796 gr/ml, sedangkan menurut standar EOA nilai yang
dipersyaratkan antara 0,8-0,9 gr/ml(EOA, 1975) dan menurut standar SNI nilai
yang dipersyaratkan minimal 0,8731 gr/ml(SNI, 1995). Dari beberapa perlakuan
awal bahan baku dan waktu destilasi minyak serai dapur semua memenuhi standar
mutu EOA maupun SNI.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
F. Putaran optik
Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter
yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika
ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar
bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary).
Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak
atsiri. Perlakuan awal bahan baku, waktu destilasi dan interaksi antara keduanya
yang berbeda ternyata memberikan hasil minyak serai dapur dengan nilai putaran
optik yang berbeda. Hasil dari tiap-tiap perlakuan terhadap nilai putaran optik
minyak serai dapur dapat dilihat p ada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil analisa putaran optik minyak serai dapur
Waktu Perlakuan awal bahan baku(A)
destilasi(B) Dimemarkan (A1) Dirajang (A2)
a
1 jam(B1) + 0,14 + 0,14a
a b
2 jam(B2) + 0,15 + 0,17
b c
3 jam(B3) + 0,18 + 0,20
c d
4 jam(B4) + 0,20 + 0,21
Ket : Supercript yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 %
Grafik 4.6. Grafik hubungan antara waktu destilasi terhadap putaran optik minyak
serai dapur
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
Pada perlakuan awal bahan baku yaitu serai dapur dengan dimemarkan
diperoleh nilai putaran optik sebesar 0,14; 0,15; 0,18; dan 0,20. Pada perlakuan
serai dapur dengan perajangan diperoleh nilai putaran optik sebesar 0,14; 0,17;
0,20 dan 0,21. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata terdapat beda nyata
diantara kedua perlakuan awal bahan baku yaitu; dimemarkan dan dirajang
terhadap nilai putaran optik minyak serai dapur yang dihasilkan. Untuk perlakuan
dimemarkan dengan waktu destilasi selama 1 dan 2 jam, serta perlakuan dirajang
dengan waktu destilasi selama 1 jam menunjukkan nilai putaran optik yang tidak
beda nyata, sedangkan untuk perlakuan dimemarkan dengan waktu destilasi
selama 3 sampai 4 jam, serta perlakuan dirajang dengan waktu destilasi selama 2,
3 dan 4 jam menunjukkan nilai putaran optik yang beda nyata. Dari grafik 4.6.
dapat dilihat bahwa perlakuan awal bahan baku dengan dirajang menunjukkan
nilai putaran optik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan dimemarkan
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 1 jam diperoleh putaran
optik sebesar 0,14 dan 0,14. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 2
jam diperoleh putaran optik sebesar 0,15 dan 0,17. Pada perlakuan waktu destilasi
serai dapur selama 3 jam diperoleh putaran optik sebesar 0,18 dan 0,20. Pada
perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 4 jam diperoleh putaran optik
sebesar 0,20 dan 0,21. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata terdapat beda
nyata diantara beberapa perlakuan waktu destilasi terhadap putaran optik. Untuk
perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 2 jam pada bahan dimemarkan
menunjukkan nilai putaran optik yang tidak beda nyata, tetapi beda nyata pada 3
sampai 4 jam. Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 4 jam pada bahan
dirajang menunjukkan nilai putaran optik yang beda nyata. Untuk perlakuan
waktu destilasi selama 1 jam antara bahan dimemarkan dan dirajang
menunjukkan nilai putaran optik yang tidak beda nyata. Untuk perlakuan waktu
destilasi selama 2 sampai 4 jam antara bahan dimemarkan dan dirajang
menunjukkan nilai putaran optik yang beda nyata. Dari grafik 4.6 dapat dilihat
bahwa untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan dimemarkan, semakin
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Tabel 4.7 Hasil analisa indek bias p ada 20 ºC minyak serai dapur
Waktu Perlakuan awal bahan baku(A)
destilasi(B) Dimemarkan (A1) Dirajang (A2)
1 jam(B1) 1,4468a 1,4469a
b b
2 jam(B2) 1,4486 1,4494
3 jam(B3) 1,4513c 1,4545d
d e
4 jam(B4) 1,4548 1,4575
Ket : Supercript yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 %
Grafik 4.7. Grafik hubungan antara waktu destilasi terhadap index bias minyak
serai dapur
Pada perlakuan awal bahan baku yaitu serai dapur dengan dimemarkan
diperoleh indek bias minyak serai dapur yang dihasilkan sebesar 1,4468; 1,4486;
1,4513; dan 1,4548. Pada perlakuan serai dapur dengan perajangan diperoleh
indek bias minyak serai dapur yang dihasilkan sebesar 1,4469; 1,4494; 1,4545;
dan 1,4575. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata terdapat beda nyata diantara
kedua perlakuan awal bahan baku yaitu; dimemarkan dan dirajang terhadap indek
bias minyak serai dapur yang dihasilkan. Untuk perlakuan dimemarkan dan
dirajang dengan waktu destilasi selama 1 jam menunjukkan nilai index bias yang
tidak beda nyata, sedangkan untuk perlakuan dimemarkan dan dirajang dengan
waktu destilasi selama 2 sampai 4 jam menunjukkan nilai index bias yang beda
nyata. Dari grafik 4.7. dapat dilihat bahwa perlakuan awal bahan baku dengan
dirajang menunjukkan nilai index bias yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
dimemarkan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 1 jam diperoleh indek
bias sebesar 1,4468 dan 1,4469. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur
selama 2 jam diperoleh indek bias sebesar 1,4486 dan 1,4494 . Pada perlakuan
waktu destilasi serai dapur selama 3 jam diperoleh indek bias sebesar 1,4513 dan
1,4545 . Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 4 jam diperoleh indek
bias sebesar 1,4548 dan 1,4575 . Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata
terdapat beda nyata diantara beberapa perlakuan waktu destilasi terhadap indek
bias pada 25 ºC. Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 4 jam pada
bahan dimemarkan menunjukkan nilai index bias yang beda nyata, Untuk
perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 4 jam pada bahan dirajang
menunjukkan nilai index bias yang beda nyata, Untuk perlakuan waktu destilasi
selama 1 jam antara bahan dimemarkan dan dirajang menunjukkan nilai index
bias yang tidak beda nyata, Untuk perlakuan waktu destilasi selama 2 sampai 4
jam antara bahan dimemarkan dan dirajang menunjukkan nilai index bias yang
beda nyata. Dari grafik 4.7 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan waktu destilasi
pada bahan dengan dimemarkan, semakin lama waktu destilasi menunjukkan
peningkatan nilai index bias tetapi peningkatannya tidak terlalu signifikan jika
dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan dengan dirajang, sedangkan
untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan dirajang, semakin lama waktu
destilasi menunjukkan peningkatan nilai index bias yang lebih signifikan jika
dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan dengan dimemarkan.
Interaksi antara keduanya yaitu perlakuan awal bahan baku dan waktu
destilasi yang berbeda menghasilkan minyak serai dapur dengan nilai indek bias
yang berbeda nyata. Dengan perlakuan perajangan dan dengan waktu destilasi
yang semakin lama menyebabkan terjadinya peningkatan nilai index bias minyak
serai dapur yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan perlakuan dengan
dimemarkan pada tingkat waktu destilasi yang sama. Dengan perlakuan
perajangan cenderung lebih memudahkan difusi pelarut ke bahan dan proses
pengeluaran minyak atsiri yang terdapat dalam kelenjar minyak ke permukaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
bahan baku dan waktu destilasi minyak serai dapur semua tidak memenuhi
standar SNI maupun EOA.
Ket : Supercript yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 %
Grafik 4.8. Grafik hubungan antara waktu destilasi terhadap kelarutan minyak
serai dapur dalam alkohol 70 %
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
Pada perlakuan awal bahan baku yaitu serai dapur dengan dimemarkan
diperoleh kelarutan minyak serai dapur dalam alkohol 70 % sebesar 1: 3 ; 1 : 3 ;
1 : 3,66 dan 1 : 4. Pada perlakuan serai dapur dengan perajangan diperoleh
kelarutan minyak serai dapur dalam alkohol 70 % sebesar 1 : 3; 1 : 3,33; 1 : 4;
dan 1 : 4,33. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata terdapat perbedaan yang
nyata diantara kedua perlakuan awal bahan baku yaitu; dimemarkan dan dirajang
terhadap kelarutan dalam alkohol minyak serai dapur yang dihasilkan. Untuk
perlakuan dimemarkan dan dirajang dengan waktu destilasi selama 1 jam
menunjukkan nilai kelarutan dalam alkohol yang tidak beda nyata, sedangkan
untuk perlakuan dimemarkan dan dirajang dengan waktu destilasi selama 2
sampai 3 jam menunjukkan nilai kelarutan dalam alkohol yang beda nyata, Untuk
perlakuan dimemarkan dan dirajang dengan waktu destilasi selama 4 jam
menunjukkan nilai kelarutan dalam alkohol yang tidak beda nyata. Dari grafik
4.8. dapat dilihat bahwa perlakuan awal bahan baku dengan dirajang
menunjukkan penurunan nilai kelarutan minyak dalam alkohol yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan dimemarkan.
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 1 jam diperoleh
kelarutan minyak dalam alkohol sebesar 1 : 3 dan 1 : 3. Pada perlakuan waktu
destilasi serai dapur selama 2 jam diperoleh kelarutan minyak dalam alkohol
sebesar 1 : 3 dan 1 : 3,33. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 3
jam diperoleh kelarutan minyak dalam alkohol sebesar 1 : 3,66 dan 1 : 4. Pada
perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 4 jam diperoleh kelarutan minyak
dalam alkohol sebesar 1 : 4 dan 1 : 4,33. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata
terdapat beda nyata diantara beberapa perlakuan waktu destilasi terhadap
kelarutan minyak serai dapur dalam alkohol 70 %. Untuk perlakuan waktu
destilasi selama 2 sampai 4 jam pada bahan dimemarkan menunjukkan nilai
kelarutan dalam alkohol yang beda nyata, tetapi pada 3 sampai 4 jam tidak beda
nyata. Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 3 jam pada bahan
dirajang menunjukkan kelarutan dalam alkohol yang beda nyata, tetapi pada 3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
sampai 4 jam tidak beda nyata. Untuk perlakuan waktu destilasi selama 2 dan 3
jam antara bahan dimemarkan dan dirajang menunjukkan nilai kelarutan dalam
alkohol yang beda nyata. Dari grafik 4.8 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan
waktu destilasi pada bahan dengan dimemarkan, semakin lama waktu destilasi
menunjukkan peningkatan nilai kelarutan dalam alkohol tetapi peningkatannya
tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan
dengan dirajang, sedangkan untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan
dirajang, semakin lama waktu destilasi menunjukkan peningkatan nilai kelarutan
dalam alkohol yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan waktu destilasi
pada bahan dengan dimemarkan.
Interaksi antara keduanya yaitu perlakuan awal bahan baku dan waktu
destilasi yang berbeda menghasilkan minyak serai dapur dengan nilai kelarutan
minyak dalam alkohol yang berbeda nyata yakni pada perlakuan dimemarkan dan
perajangan dengan waktu destilasi selama 2 sampai 3 jam, tetapi tidak beda nyata
untuk perlakuan dimemarkan dan perajangan dengan waktu destilasi selama 1 dan
4 jam. Dengan perlakuan perajangan dan dengan waktu destilasi yang semakin
lama menyebabkan terjadinya penurunan nilai kelarutan minyak dalam alkohol
yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan perlakuan dengan dimemarkan
pada tingkat waktu destilasi yang sama. Dengan perlakuan perajangan lebih
memudahkan difusi pelarut ke bahan dan proses pengeluaran minyak atsiri yang
terdapat dalam kelenjar minyak ke permukaan bahan. M enurut Ketaren(1987),
pengecilan ukuran dengan perajangan menyebabkan terikutnya sejumlah
senyawa-senyawa bertitik didih tinggi seperti; resin, parafin, lilin(wax) dan lemak
dari kelenjar minyak lalu bercampur dan larut bersama minyak atsiri, kemudian
ikut terdestilasi, sehingga akan menurunkan kelarutan minyak yang dihasilkan.
Senyawa resin, parafin, lilin merupakan senyawa non-polar yang bersifat tidak
mudah larut dalam alkohol. Alkohol sendiri merupakan senyawa polar, dimana
senyawa polar bersifat saling melarutkan senyawa polar dan bersifat tidak saling
larut dengan senyawa non-polar. Semakin banyak kandungan senyawa non-polar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
menurut standar SNI nilai yang dipersyaratkan maksimal 1 : 4 (SNI, 1995). Dari
beberapa perlakuan awal bahan baku dan waktu destilasi minyak serai dapur yang
tidak memenuhi standar mutu EOA maupun SNI hanya pada perlakuan
perajangan dengan waktu destilasi selama 4 jam saja.
I. Kadar sitral.
Sitral merupakan senyawa aktif yang terdapat dalam minyak serai dapur.
Sitral adalah senyawa aldehid yang memberikan bau khas lemon dari minyak
serai dapur. Perlakuan awal bahan baku, waktu destilasi dan interaksi antara
keduanya yang berbeda ternyata memberikan hasil minyak serai dapur dengan
nilai kadar sitral yang berbeda. Hasil dari tiap-tiap perlakuan terhadap rendemen
minyak serai dapur dapat dilihat p ada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil analisa kadar sitral minyak serai dapur(%)
Waktu destilasi(B) Perlakuan awal bahan baku(A)
Dimemarkan (A1) Dirajang (A2)
a a
1 jam(B1) 70,0 70,0
b
2 jam(B2) 73,3 74,0b
3 jam(B3) 75,3c 76,3c
c c
4 jam(B4) 76,3 76,3
Ket : Supercript yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 %
Grafik 4.9. Grafik hubungan antara waktu destilasi terhadap kadar sitral minyak
serai dapur
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
Pada perlakuan awal bahan baku yaitu serai dapur dengan dimemarkan
diperoleh nilai kadar sitral sebesar 70,0; 73,3; 75,3 dan 76,3 %. Pada perlakuan
serai dapur dengan perajangan diperoleh kadar sitral sebesar 70,0; 74,0; 76,3 dan
76,3 %. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata tidak terdapat beda nyata
diantara kedua perlakuan awal bahan baku terhadap kadar sitral minyak serai
dapur yang dihasilkan. kemungkinan untuk pengecilan ukuran dengan dirajang
dengan ketebalan rajangan sebesar 10 mm kurang optimal untuk memunculkan
beda nyata sehingga untuk memunculkan beda nyata perlu dilakukan pengecilan
ukuran yang lebih kecil lagi dari ukuran sebelumnya. Dan untuk perlakuan waktu
destilasi selama 4 jam dengan selisih 1 jam untuk tiap-tiap perlakuan ternyata
kurang optimal untuk memunculkan beda nyata sehingga perlu dilakukan
peningkatan selisih waktu destilasi untuk tiap-tiap perlakuan.
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 1 jam diperoleh kadar
sitral sebesar 70,0 dan 70,0 %. Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama
2 jam diperoleh kadar sitral sebesar 73,3 dan 74,0 %. Pada perlakuan waktu
destilasi serai dapur selama 3 jam diperoleh kadar sitral sebesar 75,3 dan 76,3 %.
Pada perlakuan waktu destilasi serai dapur selama 4 jam diperoleh kadar sitral
sebesar 76,3 dan 76,3 %. Berdasarkan hasil uji beda nyata ternyata terdapat beda
nyata diantara beberapa perlakuan waktu destilasi terhadap kadar sitral minyak
serai dapur yang dihasilkan. Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1 sampai 3
jam pada bahan dimemarkan menunjukkan kadar sitral yang beda nyata, tetapi
pada 3 dan 4 jam tidak beda nyata. Untuk perlakuan waktu destilasi selama 1
sampai 3 jam pada bahan dirajang menunjukkan kadar sitral yang beda nyata,
tetapi pada 3 dan 4 jam tidak beda nyata. Untuk perlakuan waktu destilasi selama
1 sampai 4jam antara bahan dimemarkan dan dirajang menunjukkan kadar sitral
yang tidak beda nyata. Dari grafik 4.9 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan waktu
destilasi pada bahan dengan dimemarkan, semakin lama waktu destilasi
menunjukkan peningkatan kadar sitral tetapi peningkatannya tidak terlalu
signifikan jika dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan dengan dirajang,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
sedangkan untuk perlakuan waktu destilasi pada bahan dengan dirajang, semakin
lama waktu destilasi menunjukkan peningkatan kadar sitral yang lebih signifikan
jika dibandingkan dengan waktu destilasi pada bahan dengan dimemarkan.
Interaksi antara keduanya yaitu perlakuan awal bahan baku dan waktu
destilasi yang berbeda menghasilkan minyak serai dapur dengan nilai kadar sitral
yang tidak beda nyata. Dengan perlakuan perajangan dan dengan waktu destilasi
yang semakin lama menyebabkan terjadinya peningkatan kadar sitral minyak
dalam alkohol yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan perlakuan dengan
dimemarkan pada tingkat waktu destilasi yang sama.Dengan perlakuan
perajangan cenderung lebih memudahkan difusi pelarut ke bahan dan proses
pengeluaran minyak atsiri yang terdapat dalam kelenjar minyak ke permukaan
bahan. Pengecilan ukuran dengan perajangan akan memperbesar luas permukaan
kontak antara bahan berminyak dengan pelarut sehingga semakin banyak senyawa
sitral yang akan terekstraksi. Peningkatan kadar sitral minyak seiring dengan
peningkatan waktu destilasi dapat terjadi karena semakin lama waktu kontak
antara bahan sumber minyak dengan pelarut sehingga sitral menjadi lebih mudah
terekstrak, selain itu proses pemanasan yang berlangsung cukup lama dan dalam
kondisi yang lembab akan mengakibatkan reaksi hidrolisis sebagian dari
komponen minyak seperti senyawa sitronelol dan sitronelal menjadi sitral lebih
sempurna sehingga akan memperbesar kadar sitral yang dihasilkan.
Pada penelitian ini, kadar sitral minyak serai dapur yang dihasilkan
berkisar antara 70,0-76,3 %, sedangkan menurut standar EOA nilai yang
dipersyaratkan antara 75-80 % (EOA, 1975) dan menurut standar SNI nilai yang
dipersyaratkan minimal 76,1 % (SNI, 1995). Dari beberapa perlakuan awal bahan
baku dan waktu destilasi minyak serai dapur yang masih memenuhi standar mutu
EOA maupun SNI antara lain; perlakuan dimemarkan dengan waktu destilasi
selama 4 jam, perlakuan perajangan dengan waktu destilasi selama 3 dan 4 jam.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Perlakuan dimemarkan dan dirajang tidak mempengaruhi warna dan kadar
sitral, tetapi mempengaruhi nilai kekentalan, aroma, rendemen, berat jenis,
putaran optik, index bias dan kelarutan dalam alkohol. Perlakuan perajangan
menghasilkan nilai kekentalan, aroma, rendemen, berat jenis, putaran optik,
indek bias yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan dimemarkan sedangkan
kelarutannya dalam alkohol cenderung lebih rendah.
2. Waktu destilasi berpengaruh terhadap karakteristik minyak serai dapur yang
dihasilkan. Semakin lama waktu destilasi maka minyak serai dapur yang
dihasilkan mempunyai nilai kekentalan, warna, aroma, rendemen, berat jenis,
putaran optik, indek bias dan kadar sitral yang semakin tinggi, sedangkan
kelarutannya dalam alkohol semakin rendah.
3. Interaksi antara keduanya yakni perlakuan awal bahan baku dan waktu
destilasi berpengaruh terhadap kekentalan, aroma, rendemen, berat jenis,
putaran optik, indek bias dan tidak berpengaruh terhadap warna dan kadar
sitral. Dengan perlakuan perajangan dan waktu destilasi yang lebih lama
menyebabkan terjadi peningkatan nilai kekentalan, aroma, rendemen, berat
jenis, putaran optik, indek bias yang lebih signifikan dibandingkan dengan
dimemarkan pada waktu destilasi yang sama, sedangkan kelarutannya dalam
alkohol cenderung menurun.
B. S aran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menaikkan rendemen dan
kemurnian minyak atsiri serai dapur diantaranya dengan fermentasi bahan baku
atau destilasi fraksinasi vakum.
57
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ames G, W.S.A M atthews, 1968. The Destillation of Essential Oil, Trop. Sci.
Ketaren, S.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.
Ketaren, S dan B. Djatmiko. 1978. Minyak Atsiri Bersumber Dari Bunga Dan Buah.
Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta IPB, Bogor.
Lucyana dan Sumarsi. 1993. Pengaruh Ukuran Bahan dan Waktu Penyulingan
Terhadap Hasil dan Sifat Fisikokimia Minyak Lada Putih yang Dihasilakan.
Warta IHP Vol 10 No. 1-2. Bogor.
Rusli, Sofyan dan ma’mun. 1997. Pengaruh Bobot Pereaksi Na2SO3 dan Suhu
Reaksi Terhadap Randemen dan Karakteristik Sitral dari Minyak Serai
Dapur. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Jurnal Littri Vol II No.5
Hal : 218-222.