C. Refleksi
3. Syarat-syarat Profesi
Syafrudin Nurdin (2005)
o Panggilan hidup yang sepenuh waktu;
o Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian;
o Kebakuan yang universal;
o Pengabdian;
o Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif;
o Otonomi;
o Kode etik;
o Klien;
o Berperilaku pamong;
o Bertanggung jawab, dan lain sebagainya.
Ahmad Tafsir (1992)
o Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus.
o Profesi harus diambil sebagai pemenuhan
panggilan hidup.
o Profesi memiliki teori-teori yang baku secara
universal.
o Profesi adalah diperuntukkan bagi masyarakat.
o Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan
diagnostic dan kompetensi aplikatif.
o Pemegang profesi memegang otonomi dalam
melakukan profesinya.
o Profesi memiliki kode etik.
o Profesi miliki klien yang jelas.
o Profesi memiliki organisasi profesi.
o Profesi mengenali hubungan profesinya dengan
bidang-bidang lain.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Pasal
39 (ayat 2)
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi”.
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 7 ayat 1, prinsip profesional guru mencakup
karakteristik sebagai berikut:
o Memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealisme.
o Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
o Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugas.
o Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi.
o Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
o Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja.
o Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
profesi berkelanjutan.
o Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan keprofesionalan.
o Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan keprofesian.
1. Pengertian Profesi
Pada umumnya masyarakat awam mengartikan kata
profesionalisme bukan hanya digunakan untuk pekerjaan
yang telah diakui sebagai suatu profesi, melainkan pada
hamper setiap pekerjaan. Muncul ungkapan misalnya
penjahat profesional, sopir profesional, hingga tukang
ojek profesional. Dalam bahasa awam pula, seseorang
disebut profesional jika cara kerjanya baik, cekatan, dan
hasilnya memuaskan. Dengan hasil kerjanya itu, seorang
mendapatkan uang atau bentuk imbalan lainnya.
2. Beberapa Istilah yang Berkaitan dengan Profesi
Meskipun berbeda pengertian, namun sepintas secara
harfiah istilah profesional, profesionalisme,
Daftar materi yang sering
profesionalisasi, dan profesionalitas ada kesamaan makna,
3 mengalami miskonsepsi
dalam pembelajaran sehingga kadang salah atau kurang tepat dalam
penempatan istilah-istilah tersebut.
3. Syarat-syarat Profesi
Sudah menjadi kebiasaan, jika suatau pekerjaan (apapun)
diistilahkan sebagai profesi, padahal ada banyak syarat
suatu pekerjaan disebut sebagai profesi, apalagi profesi
sebagai guru yang sudah semestinya mengacu pada etos
kerja yang unggul (exellence)
4. Urgensi Profesionalisme dalam Kehidupan
Motivasi intrinsik yang akan berdampak pada munculnya
etos kerja yang unggul (exellence) sering dilupakan, atau
sengaja dilupakan. Urgensi profesionalisme dalam
kehidupan prakteknya lebih ke muara hasil (materi)