Anda di halaman 1dari 2

Gempa Bumi Sumatera Barat 30 September 2009

Oleh: Febriana Azzahra Potabuga


Kelas: XII IPA C

BMKG 30/9/15, Hari ini 6 (enam) tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 30 September
2009 pukul 17:16:09 WIB seluruh wilayah Sumatera Barat merasakan guncangan gempa
bumi yang sangat kuat, guncangan yang disebabkan oleh gempa bumi tersebut juga
dirasakan di kota-kota Sumatera lainnya, bahkan guncangan tersebut terasa sampai ke
Singapura, Malaysia, Thailand dan juga di Jakarta dengan intensitas III MMI.

Gempa bumi dengan kekuatan 7.9 SR dengan kedalaman 71 km dan pusat gempa pada
0.84 LS – 99.65 BT ini kurang lebih sekitar 57 Km Barat Daya Pariaman, Sumatera Barat,
gempa ini telah memporak-porandakan hampir seluruh wilayah Sumatera Barat khususnya
wilayah pantai Barat Sumbar.

Melihat hasil peta guncangan (shakemap) yang diakibatkan oleh gempa bumi tanggal 30
September 2009, maka intensitas guncangan gempa yang sangat kuat terjadi di Pariaman,
Agam, Padang dengan intensitas VIII MMI. Berdasarkan skala Modified Mercalli Intensity
merupakan skala ukuran kerusakan akibat gempa bumi berdasarkan pengamatan efek
gempa bumi terhadap manusia, struktur bangunan, lingkungan pada suatu tempat tertentu
maka intensitas pada skala VIII MMI ini dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan
yang tidak kuat.

Kerusakan ringan pada bangunan-bangunan dengan konstruksi yang kuat, retak-retak pada
bangunan yang kuat, dinding dapat terlepas dari kerangka rumah, sedangkan kota-kota di
Sumatera Barat lainnya dengan intensitas VI-VII MMI antara lain di Bukit Tinggi, Padang
Panjang,Pasaman, Pasaman Barat, Batu Sangkar, Solok, Solok selatan, dan Pesisir
Selatan.

Gempa bumi tersebut telah menyebabkan sedikitnya 1100 orang meninggal, 2180 orang
luka-luka dan 2650 bangunan rumah rusak berat/ringan termasuk gedung-gedung kantor,
sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pasar, jalan, jembatan dengan kerusakan paling parah
sepanjang pantai Barat Sumatera Barat juga telah menyebabkan jaringan listrik dan
komunikasi terputus.

Sebagian besar korban disebabkan karena tertimpa reruntuhan bangunan dikarenakan


konstruksi bangunan yang tidak aman,akibat gempa juga terjadi eksodus besar-besaran
warga yang tinggal disekitar pantai ke tempat lain karena adanya isu akan datangnya
gelombang tsunami.

Wilayah barat pulau Sumatera merupakan salah satu kawasan yang terletak pada pinggiran
lempeng aktif dunia hal ini dapat dilihat pada tingginya. Kejadian gempa bumi di wilayah ini
karena wilayah ini adalah daerah pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dengan
lempeng tektonik Eurasia.
Sumber gempa di wilayah ini tidak hanya bersumber dari pertemuan lempeng tektonik
tersebut tetapi juga dikarenakan adanya sesar Mentawai (Mentawai Fault System) dan
sesar Sumatera (Sumatran Fault System). Dengan adanya 3 (tiga) sumber gempa bumi
tersebut menambah kompleksnya tektonik wilayah Sumatera dan menyebabkan wilayah
Sumatera merupakan daerah yang rawan terhadap Gempa bumi.

Berdasarkan katalog gempa bumi merusak BMKG, ketiga sumber gempa bumi di Sumatera
tersebut, baik gempa bumi yang terjadi di Subduksi, sesar Mentawai dan sesar Sumatera
telah menyebabkan kerusakan bangunan dan juga korban jiwa, yaitu dimulai pada tahun
1926 gempa bumi terjadi di sekitar danau Singkarak yang menyebabkan 354 orang
meninggal dunia. Kejadian gempa bumi selanjutnya berturut-turut terjadi pada tahun 1977,
1979, 1993, 1994, 1995, 1998, 2004, 2005, 2007, 2008, 2009 dan 2010. Beberapa gempa
bumi tersebut di samping menyebabkan kerusakan bangunan juga menimbulkan tsunami

Kini setelah 6 tahun berlalu kejadian itu masih teringat pada sebagian besar masyarakat
Sumatera Barat karena disamping diantaranya menjadi korban reruntuhan bangunan yang
disebabkan oleh gempa bumi juga sebagian dari mereka kehilangan keluarga dan harta
bendanya dan mereka juga masih trauma dengan kejadian gempa bumi 30 September
2009.

Mengingat wilayah Sumatera merupakan wilayah yang rawan terjadinya gempa bumi
dimana gempa bumi juga mempunyai return periode kejadiannya maka dengan melihat
kembali sejarah kejadian gempa bumi di masa lalu dapat meningkatkan kesadaran kita akan
pentingnya pemahaman tentang gempa bumi.

Mengetahui daerah-daerah rawan gempa bumi respon atau tindakan sebelum,sesaat dan
setelah terjadinya gempa bumi haruslah dipahami dan yang penting adalah sosialisasi yang
menerus kepada masyarakat tentang ancaman bahaya gempa bumi serta sosialisasi dari
pemerintah pusat daerah dan juga lembaga swadaya masyarakat tentang pentingnya
konstruksi rumah aman gempa pada daerah rawan gempa.

Sedangkan masyarakat yang tinggal didaerah pantai disamping memahami hal tersebut
diatas juga mengetahui jalur-jalur evakuasi yang sudah ada disetiap wilayah perkampungan,
juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melakukan evakuasi sesegera mungkin
sesaat setelah merasakan guncangan gempa bumi yang kuat untuk menjauh dari pantai
mencari tempat-tempat yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai