Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN BATU BULI

A. Definisi
Batu kandung kemih adalah adanya batu di traktus urinarius (ginjal, ureter,
kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal, kalsium, oksalat, fosfat, kalsium
urat, asam urat, magnesium (Brunner & Suddart). Batu kandung kemih adalah
penyumbatan saluran kemih.(Smeltzer Bare).
Batu kandung kemih adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, dapat menyebar ke paha, abdomen
dan daerah genitalia. Medikasi yang di ketahui menyebabkan banyak pada klien
mencakup penggunaan antasida, diamox, vit D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang
berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium
dalam kombinasinya dengan zat fosfat oksalat. Batu kandung kemih adalah batu tidak
normal di dalam saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matrik
organik pada vesika urinaria yang sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat /
fosfat.

B. Etiologi
a. Faktor Endogen
1) Hyperkalsuria
 Hyperlaksuria idiopatik ( disebabkan masukan tinggi, natrium, kalsium, dan
protein )
 Hyperparatiroidisme primer
 Sarkoidosis
 Kelebihan vitamin D dan kalsium
 Asidosis tubulus ginjal type 1
2) Hyperoksaluria
 Hyperoksaluria enterik
 Hyperoksaluria idiopatik ( meningkatnya oksalat, protein )
 Hyperoksaluria herediter ( type 1 dan 2 )
 Hypersistinuria
 Suatu kelainan herediter resesif autosomal di pengangkutan asam
amino di membran batas sikat tubuli proksimal.
b. Faktor Eksogen
1. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkam nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukanbatu saluran kemih. Infeksi bakteri
akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah
pH urine menjadi alkali.
2. Hyperurikosuria
Karena masukan diet purin berlebih.
3. Hypositraturia
Idiopatik, asidosis tubulus ginjal.
4. Ginjal spongiosa medular
Volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik, batu asam urat ( pH
air kemih rendah )

5. Batu sistin
Sistinuria herediter, batu lain seperti matriks, amonium urat, silikat.
6. Stasis dan Obstruksi
Adanya obstruksi dab stasis urine akan mempermudah pembentukan
batu saluran kemih.
7. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi
daripada daerah lain. Daerah seperti afrika selatan hampir tidak
dijumpai kasus batu kandung kemih.
8. Jenis kelamin
Probabilitas kemungkinan pria cenderung mengalami kejadian 3 x lipat
di banding wanita.
9. Usia
Kejadian banyak pada usia rentang 30 - 50 tahun.
10. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar substansi dalam urine meningkat.
11. Pekerjaan
Kemungkinan terbentuknya batu kandung kemih akan meningkat pada
orang yang duduk daripada orang dengan pekerjaan yang banyak
bergerak.
12. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral
dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.
13. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditas batu saluran kemih berkurang.Penduduk yang vegetarian
yang kurang makan putih telur lebih ssering menderita batu saluran
kemih.

C. Tanda dan Gejala


 Rasa nyeri saat buang air kecil
 Darah dalam urine
 Urine terlihat lebih pekat dan gelap
 Kesulitan buang air kecil
 Merasa ingin selalu buang air kecil
 Buang air kecil tidak lancar atau tersendat-sendat
 Perut bagian bawah terasa nyeri
 Penis terasa tidak nyaman atau sakit

D. Klasifikasi
Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut lokasi
beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.
1. Menurut tempat terbentuknya
 Batu ginjal
 Batu kandung kemih
2. Menurut lokasi keberadaannya :
 Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
 Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)
3. Menurut Keadaan Klinik :
 Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu
bertambah besar atau kencing batu.
 Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif
 Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)
 Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila menyebabkan
obstruksi,
 infeksi, kolik, hematuria.
4. Menurut susunan kimiawi
Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu
kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit
(magnesiumammonium fosfat) dan batu sistin
a. Batu Kalsium Oksalat :
Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 –
85% dari seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata
terjadi pada usia decade ketiga. Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam
bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu
kalsium fosfat )biasanya hidroxy apatite). Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe
yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu kalsium dihidrat biasanya pecah dengan
mudah dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive dengan menggunakan
gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan batu
menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah salah satu
diantara jenis batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen. Faktor terjadinya
batu kalsium adalah:
1) Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat
terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria
absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal
(hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang
(hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor
paratiroid.

2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak


dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi
makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, kakao, arbei,
jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.

3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat
bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari
metabolisme endogen.

b. Batu Struvit :
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat
(batu struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi
saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea. Batu dapat tumbuh
menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan
kaliks ginjal (6,46) Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu
staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.(6’46) Batu ini bersifat
radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal batu struit
berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan
struit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari ginjal’ hal
ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten.

c. Batu asam urat :


Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak
mengandung kalsium dalam bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan sinar
X (Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat dengan USG atau dengan Intra
Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi
kadang-kadang dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan
biasanya relatif lebih mudah keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin
yang asam. Batu asam urat ini terjadi terutama pada wanita. Separoh dari
penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini biasanya bersifat famili
apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat berwarna merah
orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat
amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan
dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti
tetesan air mata.

d. Batu Sistin : (1-2%)


Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak
umum), berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin
tampak seperti plat segi enam, sangat sukar larut dalam air.(6) Bersifat
Radioopak karena mengandung sulfur.

e. Batu Xantin :
Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase.
Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang berlebihan.

E. Manisfestasi Klinis
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi
pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis,
kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat
tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2005).
 Dapat tanpa keluhan
 Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)
 Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke
ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita).
 Terdapat hematuri pada akhir kencing
 Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing walaupun
VU belum penuh).
 Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna.
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya
tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika
penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan
koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada
sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan
(Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di
daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung. Selain tanda diatas, tanda
hidronefrosis yang lain menurut adalah:
a. Hematuri.
b. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
c. Demam.
d. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
e. Mual.
f. Muntah.
g. Nyeri abdomen.
h. Disuria.
i. Menggigil.

F. Patofisiologi
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial
maupun total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi hidronefrosis. Batu saluran
kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah,
tumor dan urat. Komposisi mineral dari batu bervariasi, kira-kira 3/2 bagian dari batu
adalah kalsium fosfat, asam,urine dan custine. Peningkatan konsentrasi larutan urine
akibat intake cairan yang rendah dan juga peningkatan bahan organic akibat ISK atau
urine statis, menjadikan sarang untuk pembentukan batu, ditambah adanya infeksi,
meningkatkan lapisan urine yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium
ammonium fosfat. Teori menurut Nursalam( 2006) antara lain :
a. Teori matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adnay substansia organic
sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
memepermudah kristalisasi dan agregasi substansu pembentukan batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti sistin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat, polifosfat,
sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya
batu saluran kencing.

G. Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invai ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
a. Urinalisa
 Warna kuning, coklat atau gelap.
 pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat
berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan
pengendapan batu asam urat.
 Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
 Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam
proses pembentukan batu saluran kemih.
 Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
b. Darah
 Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis
 Lekosit terjadi karena infeksi.
 Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
 Kalsium, fosfat dan asam urat.
c. Radiologis
 Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak
 Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan
ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad
pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.
 PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
 Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.
d. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
e. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
f. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
g. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
h. IVP ( intra venous pylografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat
obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.
i. Vesikolitektomi ( sectio alta )
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
j. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
k. Pielogram retrograd
l. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis
ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur
kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari
diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan
kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.

I. Penatalaksanaan
Menurut Soeparman ( 2008) pengobatan dapat dilakukan dengan :
a. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis,
berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks
ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.
b. Pengambilan Batu
1) Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6 mm.

2) Vesikolithotomi : Suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu dari buli-


buli dengan membuka buli-buli dari arterior.
Ruang Lingkup : Semua penderita yang datang dengan keluhan nyeri pada akhir
miksi, hematuria dan miksi yang tiba-tiba berhenti serta dalam pemeriksaan
penunjang (foto polos abdomen, pyelografi intravena dan ultrasonografi) diketahui
penyebabnya adalah batu buli-buli. Dalam kaitan penegakan diagnosis dan
pengobatan, diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait antara lain; Patologi
Klinik dan Radiologi
Indikasi Operasi : Batu buli-buli yang berukuran lebih dari 2,5 cm pada orang dewasa
dan semua ukuran pada anak-anak.
Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap, tes faal ginjal, sediment urin, kultur urin dan
tes kepekaan antibiotika, kadar kalsium, fosfat, dan asam urat dalam serum serta
ekskresi kalsium, fosfat dan asam urat dalam urin 24 jam, foto polos abdomen,
pyelografi intravena, USG.
Komplikasi Operasi : Komplikasi adalah perdarahan, infeksi luka operasi, fistel.
Perawatan Pasca Bedah : Pelepasan catheter minimal 6 hari Setelah hari
operasi,pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi < 20cc/24 jam
Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca operasi.

3) Pengangkatan Batu
a. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor adalah
alat yang digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat
memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini
dapat ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan
prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa
batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

b. Metode endourologi pengangkatan batu


Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal
tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari
ukurannya. Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai
gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.

c. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser,
litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.

4)Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)


a. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
b. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20
mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu
tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan
batu baru.
c. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft
drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan
natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.

d. Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan
metabolik yang ada.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Usia : paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun.
Jenis kelamin : banyak ditemukan pada pria dibanding wanita.
Suku/bangsa : banyak di temukan pada bangsa asia dan afrika.
Pekerjaan : orang yang bekerja dengan banyak duduk atau kurang
aktivitas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien dengan batu kandung kemih
adalah nyeri pada kandung kemih dan menjalar ke penis, berat ringannya
tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal.Klien
juga dapat mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi
urine dengan merasakan nyeri saat berkemih dan sulit untuk mengeluaran urine.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah di derita oleh penderita yang
berhubungan dengan batu saluran kemih antara lain infeksi kemih,
hiperparatiroidisme, penyakit inflamasi usus, keadaan – keadaan yang
menyebabkan hiperkalasemia, imobilasi lama dan dehidrasi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Beberapa peyakit atau kelainan yang bersifat heriditer dapat menjadi penyebab
terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan Renal Tubular Asidosis
(RTA), cystinuria, xanthinuria, dan dehidroxenadeninuria. (Munver dan
Preminger, 2001)2.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada pasien batu kandung kemih yang datang kerumah sakit dengan keadaan
lelah, letih, dan klien tampak gelisah,dimana kondisi psikologisnya
mempengaruhi karena manifestasi klinis yang ditimbulkan.
b. Tanda-tanda vital
N : Tidak temukan takikardi maupun barkikardi pada pasien batu kandung kemih
tetapi pada kondisi tertentu nadi tidak pada kondisi normal, yaitu jika adanya
reaksi inflamasi/infeksi.
S : Suhu pada Pasien batu kandung kemih dalam keadaan hipertermi karena ada
reaksi inflamasi dan rasa nyeri hebat yang di rasakan.
TD : Tekanan darah pada pasien batu kandung kemih tidak mengalami
peningkatan melainkan ada faktor genetik hipertensi yang mencetuskannya.
RR : RR pada pasien batu kandung kemih normal 16-24x/mnt kecuali jika faktor
genetic penyakit saluran napas (asma) pada pasien.
c. B1 – B6
1. Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : Fungsi pernapasan baik, pernapasan cuping hidung (-)
Trachea : Tak ada kelainan.
Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)
Bentuk dada : simetris
MK: Tidak ada masalah keperawatan pada sistem pernafasan pada pasien Batu
kandung kemih, melainkan pasien mempunyai riwayat penyakit pernapasan
sebelumya.
2. Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (-), palpitasi (-), nyeri dada (-), kram kaki (-)
Suara jantung: S1/S2 normal/ tidak terdengar suara jantung tambahan.
MK: Tidak ada masalah keperawatan pada sistem kardiovaskuler pada pasien
batu kandung kemih, melainakan ada faktor pemicu terjadinya gangguan pada
sistem kjardiovaskuler pada pasien.

3. Persyarafan (B3: Brain)


Kesadaran : Composmentis GCS: E = 4, V = 5, M = 6
MK: Tidak ada masalah keperawatan sistem persarafan pada pasien batu
kandung kemih, melainkan ada faktor pemicu terjadinya gangguan pada
sistem persarafan.

4. Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)


Produksi urine : < 500-1000 ml Frekuensi : > 6
x/hari, menetes
Keluhan : Warna pekat seperti teh, terlihat ada kristal (berbentu batu) dan
berbau khas, nyeri pinggang, sifat nyeri tumpul (kemeng), terus-menerus,
meningkat pada saat berkemih terutama bila keluar butiran-butiran batu, serta
disertai adanya distensi pada kandung kemih.
MK: Pada sistem perkemihan pasien batu kandung kemih lebih dirasakan,
mulai dari nyeri pada saat berkemih, dan adanya gangguan eliminasi urine
kerena adanya obstruksi pada saluran kemih dengan adanya batu.

5. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)


Mulut dan tenggorok : Fungsi mengunyah dan menelan baik
Abdomen : Bising usus normal, distensi (-), nyeri tekan (-)
Rectum : tdk dikaji
BAB : lancar, 1 x/hari
MK : Tidak ada masalah keperawatan pada sistem
pencernaan pasien batu kandung kemih, melainkan adanya gangguan
pencernaan sebelumnya.

6. Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)


Kemampuan pergerakan sendi : intolenransi, Parese (-), paralise (-),
hemiparese (-)
Extremitas : tidak ada kelainan.

Tulang belakang : skolisis (-), kifisis (-), lordosis (-).

Kulit :

a. Warna kulit : pigmentasi normal

b. Akral : sangat hangat

c. Turgor : baik
MK: Pada sistem muskoloskaletal pasien batu kandung kemih sering mengalami intoleransi
aktivitas karena nyeri yang dirasakan yang melakukan mobilitas fisik tertentu.
3. Diagnosa Keperawatan
 Retensi Urine
 Gangguan Eliminasi Urine
 Nyeri Akut
 Resiko defisit nutrisi

Anda mungkin juga menyukai