Anda di halaman 1dari 5

TUNTUNAN SHOLAT NABI

Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam Manhajus Salikin,
ِ ‫اال ْستِ ْفت َا َحا‬
‫ت‬ َ ‫ أ َ ْو‬، ” ‫غي ُْر َك‬
ِ َ‫غي ُْرهُ ِمن‬ َ َ‫ َوالَ ِإلَه‬، ‫ َوتَعَالَى َجد َُّك‬، ‫ار َك ا ْس ُم َك‬
َ َ‫ َوتَب‬، ‫ِك‬ َ ‫س ْب َحان ََك اللَّ ُه َّم َو ِب َح ْمد‬ ُ ” : ‫َويَقُ ْو ُل‬
َّ
.‫سل َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلى هللا‬ َّ َ ‫ي‬ ِِّ ‫ع ِن النَّ ِب‬
َ ِ‫الو ِاردَة‬
َ
“Lalu menyebut (doa istiftah): SUBHAANAKALLOHUMMA WA BI HAMDIKA WA TABAAROKASMUKA
WA TA’AALAAJADDUKA WA LAA ILAHA GHOIRUK (artinya: Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu,
Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak
diibadahi dengan benar selain Engkau). Atau bisa pula membaca doa istiftah lainnya yang berasal dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Berbagai Bentuk Doa Istiftah


Doa Istiftah #01
َ َ‫ار َك ا ْس ُم َك َوتَعَالَى َجد َُّك َوالَ ِإلَه‬
‫غي ُْر َك‬ َ ‫س ْب َحان ََك اللَّ ُه َّم َو ِب َح ْمد‬
َ َ‫ِك َوتَب‬ ُ
“SUBHAANAKALLOHUMMA WA BI HAMDIKA WA TABAAROKASMUKA WA TA’AALAAJADDUKA WA LAA
ILAHA GHOIRUK
(artinya: Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan
dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau).” (HR.
Muslim, no. 399; Abu Daud, no. 775;Tirmidzi, no. 242; Ibnu Majah, no. 804).
Ibnu Taimiyah menyatakan, “Disunnahkan membaca doa istiftah tersebut dalam shalat wajib.
Sedangkan doa istiftah yang lain dianjurkan oleh sebagian ulama untuk dibaca pada
shalat nafilah (shalat sunnah).” (Kitab Shifat Ash-Shalah min SyarhAl-‘Umdahkarya Ibnu Taimiyah, hlm.
86).Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaad Al-Ma’ad (1:194) berkata, “Ada riwayat shahih dari ‘Umar
bahwa ia mencontohkan membaca doa istiftah seperti ini dan menganggap bahwa inilah kebiasaan
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Umar menjaherkannya dan mengajarkannya kepada yang
lainnya. Apa yang dilakukan ‘Umar di sini dapat dihukumi marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam). Imam Ahmad sampai-sampai mengatakan, ‘Adapun saya, biasa memakai doa istiftah
seperti yang dibaca oleh ‘Umar. Seandainya yang lainnya mengamalkan doa istiftah model lain, maka
itu juga baik.”

Doa Istiftah #02


ُ ‫اي َك َما يُنَقَّى الث َّ ْو‬
ُ َ‫ب ْاْل َ ْبي‬
‫ض ِم ْن‬ َ َ‫طاي‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
َ ‫ب اللَّ ُه َّم نَ ِقِّنِي ِم ْن َخ‬ ِ ‫ت بَيْنَ ْال َم ْش ِر‬ َ ْ‫عد‬َ ‫اي َك َما بَا‬
َ َ‫طاي‬َ ‫اللَّ ُه َّم بَا ِعدْ بَ ْينِي َوبَيْنَ َخ‬
‫ج َو ْالبَ َر ِد‬
ِ ‫اء َوالث َّ ْل‬
ِ ‫اي بِ ْال َم‬ َ ‫الدَّن َِس اللَّ ُه َّم ا ْغس ِْل ِني ِم ْن َخ‬
َ َ‫طاي‬
“ALLOHUMMA BAA’ID BAYNII WA BAYNA KHOTHOYAAYA KAMAA BAA’ADTA BAYNAL MASYRIQI WAL
MAGHRIB. ALLOHUMMA NAQQINII MIN KHOTHOYAAYA KAMAA YUNAQQOTS TSAUBUL ABYADHU
MINAD DANAS. ALLOHUMMAGH-SILNII MIN KHOTHOYAAYA BIL MAA-I WATS TSALJI WAL BAROD
(artinya: Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau
menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku
sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku
dengan air, salju dan embun).” (HR. Bukhari,no. 744;Muslim,no. 598;An-Nasa’i,no. 896;teks
haditsnyaadalah dari An-Nasa’i).

Doa Istiftah #03


Biasa dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat malam.
َ ‫ش َهادَةِ أ َ ْن‬
‫ت ت َ ْح ُك ُم بَيْنَ ِعبَا ِد َك فِي َما كَانُوا‬ ِ ‫عا ِل َم ْالغَ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬ ِ ‫ت َواْل َ ْر‬
َ ‫ض‬ ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫اط َر ال‬ ِ َ‫اللَّ ُه َّم َربَّ ِجب َْرائِي َل َو ِميكَائِي َل َو ِإس َْرافِي َل ف‬
‫ص َراطٍ ُم ْست َ ِق ٍيم‬ ِ ِّ ‫ف فِي ِه ِمنَ ْال َح‬
ِ ‫ق ِبإِذْنِ َك ِإنَّ َك ت َ ْهدِى َم ْن تَشَا ُء ِإلَى‬ ْ ‫فِي ِه يَ ْخت َ ِلفُونَ اِ ْه ِدنِى ِل َما‬
َ ‫اخت ُ ِل‬
“ALLOHUMMA ROBBA JIBROO-IILA WA MII-KA-IILA WA ISROOFIILA, FAATHIROS SAMAAWAATI WAL
ARDHI ‘ALIIMAL GHOIBI WASY SYAHAADAH ANTA TAHKUMU BAYNA ‘IBAADIKA FIIMAA KAANUU FIIHI
YAKHTALIFUUN, IHDINII LIMAKHTULIFA FIIHI MINAL HAQQI BI-IDZNIK, INNAKA TAHDI MAN TASYAA-U
ILAA SHIROOTIM MUSTAQIIM (artinya: Ya Allah, Rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta
langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan
hukum untuk memutuskan apa yang mereka pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa
yang dipertentangkan dengan seizin dari-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang
lurus bagi orang yang Engkau kehendaki).” (HR. Muslim, no. 770)

Doa Istiftah #04


ً ‫َّللا بُ ْك َرة‬
ِ َّ َ‫س ْب َحان‬
ُ ‫يرا َو‬ ً ِ‫َلِل كَث‬ِ َّ ِ ُ‫يرا َو ْال َح ْمد‬ ِ َّ ِ ُ‫يرا َو ْال َح ْمد‬
ً ِ‫َلِل َكث‬ ِ َّ ِ ُ‫يرا َو ْال َح ْمد‬
ً ِ‫َلِل َكث‬ ً ِ‫يرا َّللاَّ ُ أ َ ْكبَ ُر َكب‬
ً ِ‫َّللاُ أ َ ْكبَ ُر َكب‬ ً ِ‫اللَّهُ أ َ ْكبَ ُر َكب‬
َّ ‫يرا‬
‫ان ِم ْن نَ ْف ِخ ِه َونَ ْفثِ ِه َوه َْم ِِ ِه‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫اَلِل ِمنَ ال‬ِ َّ ِ‫عوذُ ب‬ُ َ ‫صيالً أ‬ ِ َ ‫َّللاِ بُ ْك َرة ً َوأ‬
َّ َ‫س ْب َحان‬ ُ ‫صيالً َو‬ ِ َ ‫َّللا بُ ْك َرة ً َوأ‬ ُ ‫صيالً َو‬
ِ َّ َ‫س ْب َحان‬ ِ َ ‫َوأ‬
“ALLOHU AKBAR KABIIRO, ALLOHU AKBAR KABIIRO, ALLOHU AKBAR KABIIRO, WALHAMDULILLAHI
KATSIIRO, WALHAMDULILLAHI KATSIIRO, WALHAMDULILLAHI KATSIIRO, WA SUBHANALLAHI
BUKROTAW WASHIILAA, WA SUBHANALLAHI BUKROTAW WASHIILAA, WA SUBHANALLAHI
BUKROTAW WASHIILA A’UDZU BILLAHI MINASY SYAITHOONI MIN NAFKHIHI, WA NAFTSHIHI, WA
HAMZIH (artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah dengan
pujian yang banyak, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, segala puji bagi Allah dengan
pujian yang banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore.
Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Aku berlindung kepada Allah dari tiupan, bisikan, dan godaan
setan).” (HR. Abu Daud, no. 764; Ibnu Majah, no. 807; Ahmad, 4:80,85. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan
‘Abdul Qadir Al-Arnauth dalam tahqiq Zaad Al-Ma’ad, 1:197 mengatakan bahwa hadits ini dishahihkan
oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi). Sebagaimana kata penulis Ghayah
Al-Muqtashidin (1:210), baiknya tidak menggabungkan di antara doa istiftah yang ada. Para ulama
seperti Ibnu Taimiyyah, Syaikh As-Sa’di, Syaikh Ibnu Baz, dan Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan bahwa
dianjurkan mengamalkan doa istiftah di atas secara bergantian, kadang baca yang satu, di kesempatan
yang lainnya baca doa istiftah lainnya. Lihat Mulakhash Fiqh Al-‘Ibadat, hlm. 208.Ibnu
Taimiyah rahimahullah berkata, “Jika ada yang lupa membaca doa istiftah pada tempatnya, maka ia
tidak perlu mengganti di rakaat kedua.” (Kitab Shifat Ash-Shalah min SyarhAl-‘Umdah, hlm. 97)

Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam Manhajus Salikin,
‫ اللَّ ُه َّم‬، ‫ِك‬
َ ‫س ْب َحان ََك اللَّ ُه َّم َربَّنَا َوبِ َح ْمد‬ ُ :ُ‫و ََيَقُ ْول‬
ُ ‫س ْب َحانَ َربِ َِّي العَ ِظي ِْم َويُك ِ َِّر ُرهُ َو ِإ ْن قَا َل َم َع ذَ ِل َك َحا َل ُر ُك ْو ِع ِه َو‬
ُ :ِ‫س ُج ْو ِده‬
‫سن‬ َ ‫ا ْغ ِف ْر ِلى فَ َح‬
“Dan beliau membaca SUBHAANA ROBBIYAL ‘AZHIM” lalu mengulanginya. Jika disertai bacaan tadi, di
mana ketika rukuk dan sujud mengucapkan “SUBHANAKALLOHUMMA ROBBANAA WA BIHAMDIKA,
ALLOHUMMAGHFIR-LII”, itu baik.”

BACAAN RUKUK (Mengagungkan Allah Ketika Rukuk)


Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ فَقَ ِمن أ َ ْن يُ ْست َ َج‬، ‫اء‬
‫اب لَ ُك ْم‬ ِ ‫ع‬ ُّ ‫ َوأ َّما ال‬، – ‫ع َِّ َو َج َّل‬
َ ُّ‫س ُجودُ فَاجْ ت َ ِهدُوا ِفي الد‬ َ – َّ‫الرب‬ ِّ ِ َ‫ع فَع‬
َّ ‫ظ ُموا ِفي ِه‬ ُ ‫الر ُكو‬
ُّ ‫ف ََأ َّما‬
“Adapun ketika rukuk, maka agungkanlah Allah. Sedangkan ketika sujud, maka bersungguh-
sungguhlah dalam berdoa, maka doa tersebut pasti dikabulkan untuk kalian.” (HR. Muslim, no. 479)
Dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amir,
‫ِّح‬
ِ ‫س ِب‬ ْ َ‫ فَلَ َّما نََِ ل‬.» ‫ « اجْ عَلُوهَا ِفى ُر ُكو ِع ُك ْم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬
َ (‫ت‬ ُ ‫س ِبِّحْ ِباس ِْم َر ِب َِّك ْالعَ ِظ ِيم) قَا َل َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬ ْ َ‫َل َّما نََِ ل‬
َ َ ‫ت (ف‬
ُ ‫اس َْم َر ِب َِّك اْل َ ْعلَى) قَا َل « ا ْجعَلُو َها ِفى‬
» ‫س ُجو ِد ُك ْم‬
“Ketika turun ayat “fasabbih bismirobbikal ‘azhim”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberkata,
“Jadikanlah bacaan tersebut pada rukuk kalian.” Lalu ketika turun ayat “SABBIHISMA ROBBIKAL
A’LAA”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan, “Jadikanlah pada sujud kalian.” (HR. Abu
Daud, no. 869 dan Ibnu Majah, no. 887. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih). Ketika rukuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca,
‫س ْب َحانَ َربِ َِّى ْالعَ ِظ ِيم‬
ُ
“SUBHANAA ROBBIYAL ‘AZHIM (artinya: Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung).” (HR. Muslim, no. 772)
Sedangkan anjuran tiga kali disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud,
َ َ‫س ْب َحانَ َر ِب َِّى ْالعَ ِظ ِيم ثَال‬
ٍ ‫ث َم َّرا‬
‫ت‬ ُ ‫ِإذَا َر َك َع أ َ َحدُكُ ْم فَقَا َل فِى ُر ُكو ِع ِه‬
“Jika salah seorang di antara kalian rukuk, maka ia mengucapkan ketika rukuknya “SUBHANAA
ROBBIYAL ‘AZHIM (artinya: Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung)”, dibaca sebanyak tiga kali.” (HR.
Tirmidzi, no. 261, Abu Daud, no. 886 dan Ibnu Majah, no. 890. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini dha’if).
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits dengan penyebutan membaca tiga kali seperti ini
diriwayatkan oleh tujuh orang sahabat. Namun boleh-boleh saja membaca dzikir tersebut lebih dari
tiga kali, lihat bahasan Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. 115. Dan boleh saja lebih
dari tiga kali karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlama rukuk sama dengan berdirinya.
Begitu pula boleh membaca dengan “SUBHANA ROBBIYAL ‘AZHIMI WA BIHAMDIH”. Dalam hadits
‘Uqbah bin ‘Amir disebutkan mengenai bacaan Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat rukuk,
‫س ْب َحانَ َربِ َِّى ْالعَ ِظ ِيم َوبِ َح ْم ِد ِه‬
ُ
“SUBHANAA ROBBIYAL ‘AZHIMI WA BI HAMDIH (artinya: Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung dan
pujian untuk-Nya).” Ini dibaca tiga kali. (HR. Abu Daud, no. 870. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa hadits ini shahih, begitu pula Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, hlm. 115. Kata Syaikh Al-Albani, hadits ini diriwayatkan pula oleh Ad-Daruquthni, Ahmad, Ath-
Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Bacaan Ketika Sujud


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
‫ اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر‬، ‫ِك‬
َ ‫س ْب َحان ََك اللَّ ُه َّم َربَّنَا َو ِب َح ْمد‬ ُ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – يُ ْك ِث ُر أ َ ْن يَقُو َل ِفى ُر ُكو ِع ِه َو‬
ُ « ‫س ُجو ِد ِه‬ ُّ ‫ك ََانَ النَّ ِب‬
َ‫ِلى » يَتَأ َ َّو ُل ْالقُ ْرآن‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammemperbanyak membaca ketika rukuk dan sujud bacaan,
“SUBHANAKALLAHUMMA ROBBANAA WA BIHAMDIKA, ALLAHUMMAGHFIR-LII(artinya: Maha Suci
Engkau Ya Allah, Rabb kami, pujian untuk-Mu, ampunilah aku)”. Beliau menerangkan maksud dari ayat
Al-Quran dengan bacaan tersebut.” (HR. Bukhari, no. 817 dan Muslim, no. 484).
Bacaan rukuk dan sujud lainnya yang bisa dibaca,
‫وح‬ ُّ ‫سبُّوح قُدُّوس َربُّ ْال َمالَئِ َك ِة َو‬
ِ ‫الر‬ ُ
“SUBBUHUN QUDDUUS, ROBBUL MALAA-IKATI WAR RUUH (artinya: Mahasuci, Maha Quddus,
Rabbnya para malaikat dan ruh–yaitu Jibril–).” (HR. Muslim, no. 487).

Menggabungkan Beberapa Bacaan Ketika Rukuk

Maksud Syaikh As-Sa’di dalam matan Manhajus Salikin di atas adalah menggabungkan bacaan rukuk
“SUBHAANA ROBBIYAL ‘AZHIM” lalu mengucapkan “SUBHANAKALLOHUMMA ROBBANAA WA
BIHAMDIKA, ALLOHUMMAGHFIR-LII”, menurut beliau itu baik.
Yang tepat, konsekuensi dari hadits tentang bacaan saat rukuk menunjukkan tidak perlu digabungkan,
tidak pernah dinukil lagi dari beliau jika beliau menggabungkannya. Maka yang sesuai sunnah adalah
tidak menggabungkan bacaan ketika rukuk dan bacaan shalat lainnya. Kita memang tidak memastikan
satu bacaan, bahkan perbedaan bacaan yang ada ini bagian dari ikhtilaf tanawwu’ (variatif), yaitu
boleh memilih bacaan ini kadang-kadang, boleh memilih bacaan lainnya pada lain waktu. Lihat Ghayah
Al-Muqtashidin Syarh Manhaj As-Salikin, 1:229.

Bacaan yang ada saat bangkit dari ruku’ (i’tidal).


Kemudian mengangkat kepala, bangkit dari ruku’ sembari mengangkat kedua tangan.
Ketika bangkit sambil mengucapkan “sami’allahu liman hamidah”. Ini berlaku bagi imam dan
orang yang shalat sendirian.
Sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik disebutkan,
ُ‫ فَقُولُوا َربَّنَا َولَ َك ْال َح ْمد‬. ُ‫َّللاُ ِل َم ْن َح ِمدَه‬ َ ‫ َو ِإذَا قَا َل‬، ‫ارفَعُوا‬
َّ ‫س ِم َع‬ ْ َ‫َو ِإذَا َرفَ َع ف‬
“Jika imam bangkit dari ruku’, maka bangkitlah. Jika ia mengucapkan ‘sami’allahu liman
hamidah (artinya: Allah mendengar pujian dari orang yang memuji-Nya) ‘, ucapkanlah ‘robbana
wa lakal hamdu (artinya: Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji)’.” (HR. Bukhari no. 689 dan
Muslim no. 411)
22- Setiap orang mengucapkan “robbana wa lakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban
mubarokan fiih, mil-assamaa-i, wa mil-al ardhi, wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du”.
Ucapan robbana wa lakal hamdu, bisa dipilih dari empat bacaan:
a- Allahumma robbanaa lakal hamdu. (HR. Muslim no. 404)
b- Allahumma robbanaa wa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 795)
c- Robbanaa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 722 dan Muslim no. 477)
d- Robbanaa wa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 689 dan Muslim no. 411).
Bacaan yang lebih lengkap ketika i’tidal (bangkit dari ruku’),
‫ْت‬ َ ‫َاء َو ْال َم ْج ِد الَ َمانِ َع ِل َما أ َ ْع‬
َ ‫طي‬ ِ ‫ش ْىءٍ بَ ْعدُ أ َ ْه َل الثَّن‬ ِ ‫ت َو ِم ْل َء اْل َ ْر‬
َ ْ‫ض َو ِم ْل َء َما ِشئ‬
َ ‫ت ِم ْن‬ ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫اللَّ ُه َّم َربَّنَا لَ َك ْال َح ْمدُ ِم ْل َء ال‬
ُّ‫ت َوالَ يَ ْنفَ ُع ذَا ْال َج ِدِّ ِم ْن َك ْال َجد‬ َ ‫َوالَ ُم ْع ِط‬
َ ‫ى ِل َما َمنَ ْع‬
“Allahumma robbanaa lakal hamdu mil-assamawaati wa mil-al ardhi, wa mil-a maa syi’ta min
syai-in ba’du, ahlats tsanaa-i wal majdi, laa maani’a limaa a’thoita, wa laa mu’thiya lima
mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu (artinya: Ya Allah, Rabb kami, bagi-Mu segala
puji sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu. Wahai
Tuhan yang layak dipuji dan diagungkan. Tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau
berikan dan tidak ada pula yang dapat memberi apa yang Engkau halangi, tidak bermanfaat
kekayaan bagi orang yang memiliinya, hanyalah dari-Mu kekayaan itu)” (HR. Muslim no. 471).
Keutamaan membaca robbana wa lakal hamdu disebutkan dalam hadits Abu Hurairah,
ُ ‫ فَإِنَّهُ َم ْن َوافَقَ قَ ْولُهُ قَ ْو َل ْال َمالَ ِئ َك ِة‬. ُ‫ فَقُولُوا اللَّ ُه َّم َربَّنَا لَ َك ْال َح ْمد‬. ُ‫َّللاُ ِل َم ْن َح ِمدَه‬
‫غ ِف َر لَهُ َما تَقَد ََّم ِم ْن‬ َّ ‫س ِم َع‬ ِ ‫ِإذَا قَا َل‬
َ ‫اإل َما ُم‬
‫ذَ ْن ِب ِه‬
“Jika imam mengucapkan sami’allahu liman hamidah, maka hendaklah kalian mengucapkan
‘robbana wa lakal hamdu’. Karena siapa saja yang ucapannya tadi berbarengan dengan ucapan
malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan dihapus.” (HR. Bukhari no. 796 dan Muslim no.
409).
Begitu pula bagi yang mengucapkan,
ً ‫ َح ْمدًا َك ِث‬، ُ‫َربَّنَا َولَ َك ْال َح ْمد‬
َ ‫يرا‬
‫ط ِيِّبًا ُمبَا َر ًكا ِفي ِه‬
“Robbana walakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih (artinya: wahai Rabb
kami, bagi-Mu segala puji, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh
dengan berkah).” Disebutkan dalam hadits Rifa’ah bin Rofi’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan bagi orang yang mengucapkan semacam itu,
‫ أَيُّ ُه ْم يَ ْكتُبُ َها أ َ َّو ُل‬، ‫ضعَةً َوثَالَثِينَ َملَ ًكا يَ ْبتَد ُِرونَ َها‬
ْ ‫َرأَيْتُ ِب‬
“Aku melihat ada 30-an malaikat, berlomba-lomba siapakah di antara mereka yang lebih
duluan mencatat amalannya.” (HR. Bukhari no. 799)
Masih ada bahasan yang berkaitan dengan postingan kali ini yang mesti diangkat yaitu di
manakah posisi tangan saat i’tidal, apakah sedekap ataukah tangan diluruskan. Lalu juga akan
dibahas posisi turun sujud, apakah tangan duluan atau lutut. Semoga Allah mudahkan.
Bacaan Tasyahud Awal
Pertama, bacaan tasyahud Ibnu ‘Abbas.
ِ َّ‫علَى ِعبَا ِد َّللا‬
َ ‫علَ ْينَا َو‬ َّ ُ‫ى َو َر ْح َمة‬
َّ ‫َّللاِ َوبَ َركَاتُهُ ال‬
َ ‫سالَ ُم‬ ُّ ‫علَي َْك أَيُّ َها النَّ ِب‬َ ‫سالَ ُم‬ َّ ُ‫صلَ َوات‬
ِ َّ ِ ُ‫الط ِيِّبَات‬
َّ ‫َلِل ال‬ َّ ‫اركَاتُ ال‬ َ َ‫الت َّ ِحيَّاتُ ْال ُمب‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
‫َّللا‬ ُ ‫َّللاُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمد ًا َر‬
َّ َّ‫صا ِل ِحينَ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإال‬
َّ ‫ال‬
“At tahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaat lillah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan
nabiyyu wa rahmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillahish sholihiin.
Asyhadu alla ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh (artinya:
Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-
mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan
barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada
seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan
utusan-Nya)” (HR. Muslim no. 403).
Kedua, bacaan tasyahud Ibnu Mas’ud.
ِ َّ ‫علَى ِعبَا ِد‬
‫َّللا‬ َ ‫علَ ْينَا َو‬ ِ َّ ُ‫ى َو َر ْح َمة‬
َّ ‫ ال‬، ُ‫َّللا َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬ ُّ ‫علَي َْك أَيُّ َها النَّ ِب‬
َ ‫سالَ ُم‬ َّ ‫صلَ َواتُ َو‬
َّ ‫ ال‬، ُ‫الط ِيِّبَات‬ ِ َّ ِ ُ‫الت َّ ِحيَّات‬
َّ ‫َلِل َوال‬
ُ‫سولُه‬ َ ‫َّللاُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬ َّ َّ‫ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإال‬، َ‫صا ِل ِحين‬
َّ ‫ال‬
“At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu
warahmatullaahi wa barokaatuh. As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin.
Asyhadu al laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh (artinya:
Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan
kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya.
Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba
Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-
Nya).” (HR. Bukhari no. 6265).
Ditambah Bacaan Shalawat pada Tasyahud Awal
Bacaan shalawat yang bisa dibaca setelah membaca salah satu dari tasyahud awal di atas,
ِ َ‫ اللَّ ُه َّم ب‬، ‫ ِإنَّ َك َح ِميد َم ِجيد‬، ‫ِيم‬
‫ار ْك‬ ِ ‫علَى‬
َ ‫آل ِإب َْراه‬ َ ‫علَى ِإب َْراه‬
َ ‫ِيم َو‬ َ ‫ْت‬َ ‫صلَّي‬
َ ‫ َك َما‬، ‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ َو‬، ‫ص ِِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫علَى آ ِل إِب َْراه‬
‫ إِنَّ َك َح ِميد َم ِجيد‬، ‫ِيم‬ َ ‫علَى إِب َْراه‬
َ ‫ َو‬، ‫ِيم‬ َ ‫ت‬َ ‫ار ْك‬ َ َ‫ كَ َما ب‬، ‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬َ ‫ َو‬، ‫علَى ُم َح َّم ٍد‬ َ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa
‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali
Muhammad kamaa baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid
(artinya: Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji lagi Maha Mulia).” (HR. Bukhari no. 4797 dan Muslim no. 406, dari Ka’ab bin
‘Ujroh).
Minimal bacaan shalawat adalah,
َ ‫اللِّ ُه َّم‬
َ ‫ص ِِّل‬
‫ع َل ُم َح َّم ٍد‬
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad (artinya: Ya Allah, semoga shalawat tercurah pada
Muhammad)”. (Roudhotuth Tholibin, 1: 187).

Anda mungkin juga menyukai