Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ahmad Hetmatiyar

Nim : 21130157
Matkul : Bahasa Indonesia
Identitas Buku
Judul : Menjerat Gusdur
Penulis : Virdika Rizky Utama
Penerbit : Numedia Digital
Tahun Terbit : Desember 2019
Halaman : 376 halaman
Sinopsis
Secara garis besar buku ini menceritakan tentang indonesia yang memberlakukan sistem
pemerintahan demokrasi hingga awal abad 21 tak pernah ada peralihan kekuasaan yang
demokratis karena peralihan terjadi di saat pemerintahan yang sedang berkuasa mengalami
dekadensi legitimasi, ada tiga bidang yang membuat sistem pemerintahan itu mengalami
dekadensi legitimasi yaitu politik, Ekonomi, dan moral pada pemerintahan soekarno dan
Soeharto.
Awal kegaduhan dari dilengserkannya Gus Dur ini dimulai dari pemecatan Jusuf Kalla dari
Menteri Perdagangan dan Perindustrian yang berasal dari Partai Golkar dan Laksamana
Sukardi dari Menteri BUMN yang berasal dari Partai PDIP. Akibat pemecatan ini dan adanya
pembahasan 40 nama-nama musuh Gus Dur dengan tugasnya masing-masing membuat buku
Virdi ini semakin menarik untuk dibaca. Mereka diantaranya adalah Fuad Bawazier (mantan
Menteri Keuangan), Arifin Panigoro (Ketua Fraksi PDI-P di DPR), M. Jusuf Kalla (Bukaka),
Amien Rais (Partai Amanat Nasional), Akbar Tandjung (Golkar), Eggi Sudjana (Ketua
Umum PPMI), Dawam Rahardjo (Rektor Unisma, Bekasi), Wiranto (mantan Menko
Polkam), Feisal Tanjung (mantan Panglima ABRI), dll.
kemudian adanya tuduhan korupsi Buloggate dan Bruneigate menjadi pembahasan yang
menarik dan menjelaskan bukti sejarah yang semestinya. Kedua isu ini, sebagaimana kita
ketahui, menjadi senjata untuk menurunkan reputasi Gus Dur. Melalui tuduhan korupsi
tersebut, musuh politik Gus Dur tersebut menjadikannya sebagai alat untuk menghabisi moral
Gus Dur. Bagaimana tidak? Seorang tokoh Gus Dur bertekad membasmi praktik KKN
(Korupsi Kolusi Nepotisme) malah sebaliknya melakukan korupsi. Itu tuduhan dari musuh
politik Gus Dur yang bertujuan untuk melengserkan Gus Dur.
Akhirnya pada bagian dari buku ini disebutkan oleh penulis buku bahwa “setelah Gus Dur
lengser, pilik kekuasaan hanya sekedar bagi-bagi jabatan. Politik sudah tidak menyentuh
substansinya sebagai alat untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat dengan cara-cara
demokratis. Tidak ada lagi keberanian untuk mendobrak kelaziman yang sebenarnya keliru
dalam praktik demokrasi. Dan Gus Dur merupakan aktor sekaligus korban dari praktik politik
yang demikian keliru tersebut”
Presuasif pada novel ini kita dapat mengambil pelajaran pada masa itu mengungkapkan data-
data terus diupayakan, bukan untuk membalas dendam melainkan sebagai pelajaran agar kita
tidak selalu diwarisi awan gelap pada masa lalu dan agar catatan sejarah dapat diluruskan
Dalam perjalanan politik di negara kita tidak ada yang selamanya bersama, semua masih
hanya soal kepentingan akan kekuasaan. Mari kita lihat hari ini, mereka yang dulunya
bersebrangan saat ini bisa bergandengan tangan, begitupun sebaliknya. Termasuk beberapa
tokoh-tokoh nasional yang disebutkan dalam dokumen pelengseran Gus Dur tersebut.

Anda mungkin juga menyukai