Anda di halaman 1dari 9

Paramita Vol. 22, No.

2 - Juli 2012: 131—248

TINDAKAN NEGARA TERKAIT PERISTIWA G30S:


STUDI MAKNA GADAMERIAN
PADA PESELAMAT

Hamdan Tri Atmaja


Jurusan Sejarah, FIS Universitas Negeri Semarang
atmaja.hta@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK

This study aims to gain knowledge of a deep un- Tulisan ini mendeskripsikan secara mendalam
derstanding of the state action related to the tindakan negara terkait peristiwa G30S. Metode
G30S event. The research method used was a penelitian yang digunakan adalah penelitian
qualitative research approach initiated by kualitatif dengan pendekatan hermeneutika yang
Gadamer's hermeneutics. The results showed digagas Gadamer. Hasil penelitian menunjukkan
that state action against survivors were to arrest, tindakan negara terhadap peselamat adalah mela-
investigate, and imprison them to the island of kukan penangkapan, pemeriksaan, dan pena-
Buru (for men survivors) and Plantungan (for hanan serta memenjarakan mereka ke pulau
women survivors). The G30S event, by survi- Buru (untuk peselamat laki-laki) dan Plantun-
vors, was interpreted as a story of the assassina- gan (untuk peselamat perempuan). Peristiwa
tion of the generals by Indonesian Communist G30S oleh peselamat dimaknai sebagai kisah
Party (PKI), as well as the form of a political pembunuhan para jendral oleh PKI, bentuk kon-
conspiracy for Sukarno’s power within ideologi- spirasi politik memperebutkan kekuasaan
cal background. Investigation and arrest were Soekarno dengan latar belakang ideologi. Pe-
interpreted by them as an act of unwarranted, meriksaan dan penangkapan dimaknai peselamat
political scapegoat, and a form of abuse against sebagai tindakan tidak beralasan, politik kambing
them. While prison life, for survivors, was as a hitam, dan sebagai bentuk kesewenang-
form of forced labor, punishment to stigmatize wenangan terhadap peselamat. Kehidupan pen-
and isolate women jara dimaknai peselamat sebagai bentuk kerja
paksa, hukuman dengan menstigmatisasi dan
Keywords: State Action, the G30S event, Mean- mengisolasi kaum perempuan.
ing, and Survivor.
Kata kunci: Tindakan Negara, Peristiwa G30S,
Makna, dan Peselamat.

PENDAHULUAN PKI mengandung monopoli kebenaran


yang selalu dipakai Orde Baru sebagai
G30S/PKI, adalah istilah yang bentuk tafsir tunggal atas kebenaran
lazim diwacanakan untuk menggambar- sejarah pada sekitar tahun 1965
kan peristiwa penculikan para jenderal (Notosusanto dan Saleh, 1966; Manafe,
yang dipimpin Letkol Untung, pada 2008). Merujuk pada pemikiran tersebut,
tanggal 1 Oktober 1965 dini hari yang maka dalam kajian penelitian ini, istilah
berujung pada tewasnya enam jenderal yang akan digunakan adalah G30S. Se-
dan satu orang perwira. Penggunaan mentara kata peselamat yang dimaksud
istilah tersebut sangat bernuansa politis dalam tulisan ini mengacu pada korban
dan berbau kontroversi. Istilah G30S/ hidup (survivor) yaitu mereka yang di-

Paramita Vol. 22 No. 2 - Juli 2012 [ISSN: 0854-0039]


Hlm. 198—206
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: Tindakan
131—248Negara terkait Peristiwa G 30 S - Hamdan Tri Atmaja

tangkap karena anggota PKI dan Or- gara memanfaatkan balik kebisuan se-
masnya atau yang dianggap PKI. bagai alat untuk menaklukannya. Di
Makna peristiwa G30S yang sinilah negara menguasai peselamat,
diproduksi dan dilestarikan negara, sehingga makna tindakan negara atas
dalam perspektif kekuasaan, memperli- peristiwa G30S diproduksi dan dimo-
hatkan kekuasaan tidak hanya berada di nopoli oleh negara.
wilayah lembaga negara, tetapi kekua- Dari serangkaian paparan tentang
san merambah ke wilayah masyarakat. tindakan negara atas peristiwa G30S
Kekuasaan merembes dalam kehidupan seperti tersebut di atas, menunjukkan
sehari-hari dan memasuki ruang-ruang bahwa kajian tentang G30S dari pers-
sosial yang mendefiniskan subjek, objek, pektif peselamat, sarat dengan persoa-
dan realitas. Kekuasaan menjadi omni- lan-persoalan kesadaran bersama me-
present, hadir di m ana-mana dan ngenai humanisasi hidup. Kesadaran ber-
mampu mengendalikan wacana, suatu sama ini akan menghasilkan sebuah ke-
keadaan dimana cara masyarakat me- sepekatan dialogis, bahwa manusia bisa
mandang dan memahami realitas, serta hancur atau binasa jika negara mem-
menuturkannya di bawah kendali ke- biarkan kejahatan atas manusia. Dari
kuasaan (Supelli, 2000:41; Supelli, 2005). kesadaran tersebut, perlu secara prinsip
Kekuasaan juga menentukan sistem menyatakan bahwa ada tindakan-
makna dan kumpulan nilai yang tindakan yang mengingkari martabat
membingkai kemungkinan pemikiran manusia, dan tindakan-tindakan itu ti-
dan ekspresinya, untuk mengeluarkan dak boleh dibiarkan, karena kehadiran
setiap ketidaksetujuan. Foucoult lebih bersama manusia memunculkan kesa-
jauh mengatakan kekuasaan ada di daran etis untuk tidak membiarkan
mana-mana, bukan mencakupi segala- munculnya situasi yang akan menye-
galanya, tetapi karena datang dari mana babkan kebinasaan orang lain, atau
-mana, kekuasaan berfungsi sebagai un- situasi yang menyebabkan orang lain
sur yang tak terhitung jumlahnya, ke- menjalani kehidupan tidak manusiawi.
kuasaan tidak hanya bersifat represif Disinilah pentingnya membangun i-
t eta pi juga produktif da n pos itif ngatan bersama atas masa lampau me-
(Foucoult, 1997 : 113). lalui perdebatan-perdebatan jujur se-
Situasi semacam ini, membuat hingga melahirkan historical accountabil-
para peselamat kehilangan ruang publik ity. Ingatan bersama yang bersih dari
untuk menuturkan pengalaman pribadi- politisasi, sehingga tidak dijadikan pija-
nya. Peselamat merasa bahwa penga- kan untuk mengulangi kekejaman di
laman pribadinya berada di luar realitas masa yang akan datang.
yang sedang berjalan. Peselamat tidak Kajian tentang ingatan bersama
mampu mengaktualisasikan pengalam- dari perspektif peselamat, pernah dila-
annya ke dalam wacana yang bukan kukan oleh Urvashi Butalia seorang to-
mengandung pemikirannya. Ketidak- koh feminis dari India. Dengan fokus
berdayaan ini menjadi keberhasilam ne- kajian tentang pembelahan India, Ur-
gara melakukan perintah untuk bung- vashi menangkap akibat pembelahan
kam, Foucoult menyebutnya sebagai India yang menimbukan kematian,
arkeologi kebisuan. Kebisuan peselamat penggusuran, keterenggutan, pemerko-
dijadikan sebagai garis pertahanan ter- saan, kehilangan rumah, serta kehilang-
depan oleh negara, yang ampuh untuk an keluarga dan sanak saudaranya
menyangkal dan menyingkirkan pese- (Butalia, 2002). Penelitian lain dilaku-
lamat. Ketika peselamat bertutur, ne- kan oleh Jaringan Kerja Budaya (JKB).

199
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

Penelitian yang mencoba mengungkap adalah tindakan negara atas peristiwa


keberagaman ingatan sosial para pese- G30S dari perspektif negara itu sendiri.
lamat atas peristiwa G30S (Rossa dkk, Dengan menggali intepretasi peselamat
2004). Saskia Elenora Wieringa, dengan tentang tindakan negara atas peristiwa
mengambil topik sekitar peristiwa G30S G30S, akan didapatkan keseimbangan
dan fokus kajiannya tentang Gerwani. intepretasi, sehingga akan muncul
Men coba mengungkap kebena ran makna baru tentang tindakan negara
tersembunyi di balik cerita-cerita ten- peristiwa G30S, sebagai antitesis atas
tang perbuatan seksual yang tidak makna yang diproduksi negara selama
senonoh dan kebejatan moral yang dila- ini, sehingga terbuka ruang dialog un-
kukan para gerwani pada saat peristiwa tuk memahami realitas tindakan negara
G30S (Wieringa, 1999). atas peristiwa G30S. Melalui oral histories
Penelitian lain tentang peselamat (sejarah lisan) secara spesifik, tulisan
yang terkait dengan kajian tentang ini mencoba mengungkap tindakan ne-
makna dilakukan oleh Teria Shantall. gara terhadap peselamat terkait dengan
Penelitian Teria mengungkap penga- peristiwa G30S dan bagaimana pese-
laman peselamat dalam sebuah tragedi lamat memaknai tindakan negara terha-
politik, dengan subjek penelitian adalah dap dirinya terkait dengan peristiwa
para peselamat dalam tragedi Holou- G30S.
coust di Afrika Selatan (Shantall, 1999).
Kajian mendalam tentang makna den-
gan menggunakan pendekatan herme- METODE PENELITIAN
neutika, dilakukan Utan Parlindungan.
Sebuah penelitian yang mempertanya- Jenis penelitian yang digunakan
kan mengapa dan bagaimana genjer- dalam penelitian ini adalah penelitian
genjer dijangkiti ambiguitas makna, kualitatif dengan pendekatan interpreta-
yang di satu sisi diletakkan di aras ter- tif, yang dig a gas G a dame r y a it u
hormat kultural (folksong) sebagai media fenomenologi hermeneutika. Dalam
kritik terhadap penjajahan, dan di sisi fenomenologi hermeneutika, makna
lain berakhir secara dramatis sebagai suatu tindakan atau fenomena bukanlah
lagu manifesto PKI hingga mengalami sesuatu yang ada pada tindak itu
pelarangan Orde Baru (Parlindungan, sendiri, tetapi terbuka bagi adanya
2007). Kajian tentang penjara Buru per- penafsiran baru sesuai dengan kreativi-
nah dilakukan oleh Krisnadi (2000). Ia tas penafsir (Gadamer, 2004). Sebuah
melakukan kajian terhadap tahanan fenomena yang sudah dilempar ke ru-
politik di Pulau Buru pada tahun 1969- ang publik sepenuhnya menjadi milik
1979. Selain itu ada pula penuturan pe- penafsir dengan berbagai interpre-
selamat yang menguraikan ceritanya tasinya (Raharjo, 2008). Dalam hal ini,
ketika tengah berada pada pengasingan. interprestasi bukan hanya sebatas mere-
Demokrano (2006) misalnya mengi- produksi makna, tetapi juga mempro-
sahkan kisahnya selama 11 tahun dalam duksi makna. Akhirnya makna yang
penjara Orde Baru. diproduksi itu sendiri sangat terbuka
Dari kajian penelitian tersebut di dengan tafsir makna baru sesuai dengan
atas menginspirasi untuk melakukan perkembangan waktu dan zamannya.
penelitian, khususnya terkait dengan Subjek yang perlu didengar, di-
tindakan negara terkait peristiwa G30S mengerti, digali dan terus diungkap
dari perspektif peselamat. Selama ini, dunia realitas di balik yang tampak,
yang sudah banyak terpublikasikan agar apa yang implisit menampakkan

200
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: Tindakan
131—248Negara terkait Peristiwa G 30 S - Hamdan Tri Atmaja

dirinya menjadi eksplisit adalah pese- dari dalam dirinya sendiri terhadap diri
lamat yang pernah di penjara di pulau masyarakat tertentu. Secara garis besar,
Buru dan Plantungan atau pernah di langkah-langkah analisis data dapat
tahan tetapi tidak sampai Plantungan dirumuskan sebagai berikut. Pertama,
dan pulau Buru. Berdasarkan pengga- menentukan subjek penelitian. Kedua,
lian data di lapangan, dapat dijaring mengumpulkan data dengan melaku-
tujuh peselamat sebagai subjek peneli- kan wawancara mendalam sesuai deng-
tian. Ketujuh peselamat tersebut pada an panduan wawancara. Ketiga, mela-
masa lalu tergabung dalam organisasi kukan kategorisasi atau pengelompokan
sosial politik yang berbeda-beda seperti data. Keempat, setelah semua data
SB Tekstil, IPPI/Lekra, PKI/PR, PGTI terkumpul dan diurutkan secara kro-
dan CGMI, dan dua orang peselamat nologis, langkah berikutnya adalah me-
mengaku tidak pernah ikut dalam or- reduksi data atau menyusun narasi se-
ganisasi. Disamping itu tujuh peselamat jarah hidup pengalaman peselamat. Ke-
yang terpilih memenuhi kriteria yang lima, melakukan telah dan pengungkap-
unik dan spesifik, seperti memiliki pe- an keserbamaknaan pengalaman pese-
ngalaman khas, memiliki harapan- lamat, atau konstruksi peselamat atas
harapan sendiri, yang pada intinya pengalamannya terkait dengan tindakan
berusaha menemukan kedalaman negara atas peristiwa G30S.
(depth), kekayaan (richness) dan kom-
pleksitas (complexity) (Sparringa, 2008).
Pengumpulan data dalam peneli- HASIL DAN PEMBAHASAN
tian ini menggunakan wawancara men-
dalam. Dalam wawancara mendalam Peristiwa G30S dalam Perspektif Pese-
ini, peneliti berupaya menyelam ke lamat
dalam dunia psikologis dan sosial sub-
jek penelitian. Jenis wawancara men- Peselamat perempuan berpendi-
dalam yang dipilih adalah wawancara dikan SD dan tidak memiliki latar be-
sejarah hidup (life history interview), lakang politik apapun, memaknai
perlu dicatat disini sejarah hidup yang peristiwa G30S sebagai pembunuhan
dimaksud bukanlah otobiograsi konven- para jenderal oleh PKI, dengan imbas-
sional ataupun fiksi, meskipun narasi nya menghukum orang-orang yang ti-
subjektif penulisnya mirip dengan na- dak bersalah. Pemaknaan ini dibangun
rasi dan pandangan penulis dalam oto- tidak didasarkan pada analisis kritis,
biografi. Sejarah hidup disini lebih tetapi hanya sebatas masuknya infor-
memperhatikan pengalaman subjek dan m a si t e n t a n g m e n i n g g a l n y a p a ra
penafsirannya atas dunia dan penga- jenderal oleh PKI. Ketidakmampuan
lamannya. Artinya dengan sejarah peselamat mencerna informasi yang
hidup berarti menempatkan peran, dan diperoleh mengenai peristiwa G30S,
hidup peselamat sebagaimana mereka membenarkan bahwa terbunuhnya para
melihatnya, bukan penafsiran orang lain jenderal memang dilakukan oleh PKI.
atau peneliti tetapi penafsirannya Pembenaran tersebut tidak menunjuk-
sendiri. kan keberpihakan pada salah satu ke-
Teknik analisis yang digunakan kuatan politik tertentu, tetapi semata-
dalam penelitian ini adalah teknik anali- mata karena peselamat merasa tidak
sis kualitatif sejarah hidup. Teknik ini tahu apa-apa tentang peristiwa G30S.
mampu untuk melihat reaksi, tangga- Peselamat perempuan, yang
pan, intepretasi, pandangan individu memiliki latar belakang komunis,

201
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

seperti aktif dalam ormas IPPI dan meskipun tidak semuanya terlibat
Lekra, memaknai peristiwa G30S seba- dalam dunia politik praktis, tetapi
gai pembunuhan para jenderal oleh PKI. mereka telah menunjukkan ideologi
Akan tetapi, tidak semua orang PKI ter- politik ayang dianutnya. Keberagaman
libat dalam peristiwa tersebut. Pe- tersebut ditunujukan dengan adanya
maknaan ini didasarkan pada apa yang silang pendapat sebagai berikut: G30S
dialami dan dirasakan pada waktu itu. sebagai persoalan persaingan antara
Ketika G30S itu meletus, peristiwa itu TNI-AD dan PKI, persoalan G30S meru-
benar-benar membingungkan bagi dir- pakan konspirasi politik yang menem-
inya. Menurutnya, semua informasi ten- patkan PKI dan Amerika sebagai bagian
tang peristiwa G30S justru didapatkan perebutan kekuasaan, dan peristiwa
dari isu yang berkembang di masyara- G30S sebagai perebutan kekuasaan
kat. Hampir semua orang menyimpul- Soekarno dengan latar belakang
kan PKI adalah dalang dan pelaku ideologi.
dalam peristiwa G30S dan kesimpulan
ini diperoleh secara berulang-ulang mu- Penangkapan dan Pemeriksaan Pese-
lai dari sebelum masuk penjara, ada lamat
dalam penjara, sampai dengan keluar
dari penjara. Ruang politik seperti ke- Pasca-peristiwa G30S, negara se-
luarga yang berhaluan komunis, justru cara represif melakukan penangkapan
tidak banyak memberi informasi apa- terhadap orang-orang yang diduga
apa tentang peristiwa G30S. menjadi anggota PKI atau menjadi ang-
Peristiwa G30S dimaknai pula se- gota ormas PKI, tanpa ada sedikit pun
bagai perebutan kekuasaan antar-elite celah untuk membela dirinya. Hasil
politik, hal ini menunjukkan adanya penelitian ini, menunjukkan bahwa
para elite politik yang bertikai mem- penangkapan terhadap mereka dilaku-
perebutkan kekuasaaan. Elite politik kan langsung oleh petugas dengan cara
mana yang bertikai memperebutkan ke- mendatangi rumah peselamat. Secara
kuasaan, dalam perspektif peselamat garis besar aktivitas penangkapan dan
memunculkan berbagai keragaman pen- pemeriksaan terhadap peselamat dapat
dapat. Keberagaman pendapat ini digambarkan pada tabel 1.
menunjukkan adanya keberpihakan Dari tabel tersebut dapat dijelas-
pada ideologi politik tertentu pada pese- kan bahwa tahun penangkapan pada
lamat sesuai dengan keyakinan ideologi peselamat berbeda-beda. Empat orang
yang dianutnya. Ini dapat disadari, peselamat ditangkap beberapa bulan
mengingat mereka para peselamat setelah peristiwa G30S, sehingga masih

Tabel 1 Penangkapan dan Pemeriksaan Terhadap Peselamat


No. Peselamat Tahun Tempat Waktu Kekerasan Pelecehean
Ditangkap Penangkapan Tangkap Fisik Seksual
1 Kustini 1965 Rumah Siang x -
2 Sunari 1967 Rumah Malam x -
3 Sariatun 1965 Perjalanan Malam x x
4 Sumito 1967 Rumah Malam x -
5 Suparno 1965 Sekolah Siang x -
6 Abdullah 1969 Rumah Siang x -
7 Wiratmo 1965 Rumah Siang x -

202
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: Tindakan
131—248Negara terkait Peristiwa G 30 S - Hamdan Tri Atmaja

di tahun 1965, dimana suhu politik ma- kuensi, orang-orang PKI atau mereka
sih cukup memanas. Tiga orang pese- yang ada di ormasnya, ditangkap dan
lamat ditangkap setelah tahun 1965, diperiksa. Padahal, tidak semua orang
setelah terjadi pergantian kekuasaan PKI atau yang ada di ormasnya menge-
dari Soekarno ke Soeharto. Waktu tahui soal pembunuhan para jenderal.
penangkapan terjadi pada siang dan Para peselamat yang memaknai penang-
malam hari, hampir seluruh peselamat kapan dan pemeriksaan sebagai politik
mengalami penyiksaan fisik saat pe- kambing-hitam, dibangun oleh dua pe-
meriksaan, dan salah seorang peselamat selamat yang berlatar belakang sebagai
mengalami pelecehan seksual pada saat pegawai. Sebagai pegawai negeri, se-
pemeriksaan. benarnya mereka tidak terlibat dalam
Peselamat perempuan yang tidak dunia politik, hanya secara kebetulan
merasa menjadi anggota Gerwani, me- mereka bergabung dalam organisasi
maknai penangkapan terhadap dirinya profesi seperti PGTI. Bahkan Peselamat
sebagai tindakan tidak beralasan atau lain yang berstatus sebagai pegawai
mengada-ada. Dengan menggunakan Jawatan Pertanian tdak pernah menjadi
kata “Gerwani” maka semua aktivitas anggota PKI ataupun Ormas PKI, hanya
perempuan berhaluan kiri disebut deng- secara kebetulan pernah ikut kursus
an Gerwani. Kata “Gerwani” dilekatkan Kader Calon PKI, tetapi mereka tetap
pada semua kaum perempuan yang di- ditangkap dan di buang ke pulau Buru.
tangkap, sehingga semua perempuan Penangkapan dan pemeriksaan
yang ditangkap tuduhannya sama seba- oleh peselamat dimaknai juga sebagai
gai Gerwani. Padahal, dua peselamat bentuk kesewenang-wenangan terhadap
yang dalam pengakuannya hanya men- orang-orang yang memiliki keterkaitan
jadi anggota Serikat Buruh Tekstil dan dengan PKI baik secara langsung atau-
Lekra tidak pernah merasa menjadi ang- pun tidak langsung dengan tujuan un-
gota Gerwani. Dalam pemeriksaan, pe- tuk menghancurkan paham komunis di
selamat terus dipojokkan dengan tudu- Indonesia. Ketika penangkapan dan pe-
han sebagai anggota Gerwani yang per- meriksaan dimaknai sebagai kesewe-
nah ke Lubang Buaya, membunuh, dan nang-wenangan, maka semua orang
menyiksa para jenderal. Menjawab seju- yang bersentuhan dengan paham komu-
jurnya dengan mengatakan “bukan Ger- nis, baik dalam bentuk aktivitas politik,
wani”, tidak berarti dibebaskan dari se- budaya, ekonomi, maupun sosial,
mua tuduhan, tetapi justru sebaliknya adalah orang-orang yang dianggap terli-
mendapat penyiksaan. bat dalam peristiwa G30S. Mereka yang
Penangkapan dan pemeriksaan pernah bersentuhan dengan PKI dan
terhadap orang-orang PKI atau mereka ormasnya dalam pandangan negara
yang ada dalam ormas PKI, dimaknai adalah orang-orang yang berbahaya,
pula sebagai politik kambing-hitam un- yang dimungkinkan dapat menum-
tuk meligitimasi kekuasaan. Kambing- buhkan benih-benih paham komunis. Di
hitam yang dimaksud di sini adalah samping itu, negara menganggapnya
PKI. Ini menunjukkan pembunuhan sebagai orang yang bersalah, yang pan-
para jenderal di Jakarta merupakan tas untuk mendapat hukuman. Kesewe-
perebutan antar elit kekuasaan, ke- nang-wenangan itu ditunjukkan dengan
mudian digeneralisasikan bahwa semua tidak adanya parameter yang jelas
orang PKI atau mereka yang ada di Or- dalam proses penangkapan. Satu-
mas PKI sebagai orang yang terlibat dan satunya parameter yang digunakan
bertanggung jawab. Sebagai konse- adalah keterkaitan seseorang dengan

203
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

PKI, baik secara langsung ataupun tidak garis besar keberadaan peselamat dalam
langsung. penjara dapat digambarkan pada tabel
Pemaknaaan penangkapan dan 2.
pemeriksaan sebagai bentuk kesewe- Berdasarkan pada sebaran data
nang-wenangan, dibangun oleh pese- tersebut, enam peselamat digolongkan
lamat yang menjadi anggota PKI. Pese- dalam klasifikasi B, dengan penjara tera-
lamat merasa tidak terlibat dan tidak khir untuk laki-laki pulau Buru, dan un-
bersalah atas pembunuhan para tuk wanita Plantungan, serta satu pese-
jenderal. Memang benar dirinya ang- lamat digolongkan dalam klasifikasi C
gota PKI, tetapi walaupun anggota PKI dipenjarakan di LP. Aktivitas inti yang
tidak berarti tahu tentang skenario pem- dilakukan untuk tiga peselamat laki-laki
bunuhan para jenderal. Peselamat bertani, dua peselamat lainnya ditugasi
meyakini kalau pembunuhan para untuk bidang administrasi. Untuk pese-
jenderal hanya dilakukan oleh elit-elite lamat wanita aktivitas utama yang dila-
politik PKI, bukan merupakan kebijakan kukan membuat kerajinan, seperti
partai. Maka sudah seharusnya mereka menyulam, menjahit, membuat kristik
elite politik yang dihukum, bukan se- dan sebagainya disamping aktivitas-
mua orang PKI dihukum. Pemaknaan aktivitas lainnya. Lamanya waktu di
ini dibangun pula oleh Peselamat yang penjara bagi mereka yang dikirim ke
merasa tidak pernah menjadi anggota Plantungan atau Pulau Buru rata-rata
PKI dan tidak pernah terjun dalam lebih dari sepuluh tahun, empat pese-
politik praktis, bahwa penangkapan dan lamat menjalani hidup di penjara di atas
pemeriksaan yang menimpa dirinya me- sepuluh tahun, dua peselamat sepuluh
rupakan tindakan kesewenang- tahun, dan satu peselamat yang dipen-
wenangan. jarakan LP, menjalani hidup di penjara
selama dua tahun.
Kehidupan penjara dimaknai se-
Kehidupan Penjara dalam Pandangan bagai kerja paksa. Peselamat diposisikan
Peselamat sebagai sumber daya manusia, yang
tenaganya dieksploitasi untuk kepentin-
Setelah dilakukan penangkapan, gan kerja tertentu. Ini artinya, penem-
pemeriksaan, dan penahanan, langkah patan tahanan politik PKI di Pulau Buru
berikutnya adalah negara memenjara- dalam kacamata peselamat bukanlah
kan peselamat. Perjalanan menuju pen- proyek rehabilitasi mental, tetapi seba-
jara secara permanen cukup panjang, gai proyek membuka Pulau Buru, untuk
dan masing-masing peselamat memiliki kepentingan ekonomi. Pemaknaan ini
pengalaman yang berbeda-beda. Secara dibangun peselamat yang ditahan

Tabel 2 Keberadaan Peselamat dalam Penjara


No. Peselamat Gol. Penjara Terakhir Aktivitas Lama di Pen-
jara
1 Kustini B Plantungan Membuat Kerajinan 13 tahun
2 Sunari B Buru Bertani 11 tahun
3 Sariatun B Plantungan Membuat Kerajian 14 tahun
4 Sumito B Buru Administrasi 10 tahun
5 Suparno C LP Adminstrasi 2 tahun
6 Abdullla B Buru Bertani 10 tahun
7 Wiratmo B Buru Bertani 13 tahun

204
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: Tindakan
131—248Negara terkait Peristiwa G 30 S - Hamdan Tri Atmaja

karena melindungi orang-orang dari selamat perempuan. Negara mengang-


pengejaran petugas dan massa. Pe- gap peselamat perempuan sebagai Ger-
maknaan ini tidak jauh berbeda dengan wani yang berbahaya dan tidak ber-
yang dialami peselamat yang ditahan moral, sehingga perlu disingkirkan dari
karena dirinya menjadi anggota PKI. kehidupan keluarga, seperti suami dan
Menurutnya, memang benar kehidupan anak pada khususnya, serta kehidupun
dipenjara seperti kerja paksa. Tahanan masyarakat pada umumnya.
diperintahkan untuk kerja, kemudian
diawasi secara ketat, dan tahanan
merasakan hanya punya waktu longgar SIMPULAN
saat istirahat siang dan tidur. Pengala-
mannya di pulau Buru memperkuat ar- Berdasarkan temuan dalam
gumentasinya, bahwa peselamat di pu- penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
lau Buru bukanlah melakukan rehabili- tindakan yang dilakukan negara terha-
tasi mental, tetapi lebih tepat kerja dap peselamat adalah melakukan
paksa. penangkapan, pemeriksaan, dan pena-
Peselamat juga memaknai ke- hanan serta memenjarakan mereka ke
hidupan penjara sebagai pembuangan pulau Buru (untuk peselamat laki-laki)
peselamat dengan tujuan menying- dan Plantungan (untuk peselamat per-
kirkan dari kehidupan masyarakat. empuan). Semua ini dilakukan negara
Dalam perspektif ini, negara memposisi- dengan anggapan, bahwa mereka yang
kan orang-orang PKI menjadi orang pernah bersentuhan dengan paham ko-
yang memiliki kemungkinan dapat munis terlibat dalam peristiwa G30S.
meracuni dan menyebarkan ideologi Karena itu, negara melakukan penang-
komunis di tengah-tengah masyarakat. kapan terhadap mereka yang pernah
Pemaknaan ini dikonstruksikan oleh menjadi anggota ormas PKI dan mereka
peselamat yang kebetulan berlatar be- yang secara langsung menjadi anggota
lakang pegawai negeri dan pernah ikut PKI.
Kursus Kader PKI, dan peselamat yang Keberagaman makna tentang
anggota PKI serta peselamat yang per- peristiwa G30S yang dibangun pese-
nah menjadi anggota CGMI. Semua lamat menunjukkan titik persamaaan
atribut yang menempel pada diri pese- yang dirasakan oleh seluruh peselamat,
lamat, baik sebagai anggota PKI atau bahwa peselamat merasa tidak menjadi
ormas PKI, menjadi keyakinan pada pe- bagian dalam peristiwa tersebut atau
selamat, bahwa dirinya memang harus dengan kata lain peselamat tidak terli-
dibuang ke Pulau Buru, dalam rangka bat dalam peristiwa G30S. Baik pese-
membersihkan PKI sampai ke akar- lamat yang menjadi anggota PKI, ang-
akarnya. gota ormas PKI, simpati pada figur
Dalam perspektif peselamat per- Soekarno dan yang tidak berlatar be-
empuan, kehidupan di penjara di- lakang ideologi apapun tidak merasa
maknai sebagai bentuk hukuman deng- dirinya terlibat dalam peristiwa G30S.
an menstigmatisasi dan mengisolasi Peristiwa G30S benar-benar persoalan
kaum perempuan dari kehidupan para elite politik. Kalau memang benar
masyarakat. Pada konteks ini, perem- PKI dianggap terlibat dalam peristiwa
puan yang berhaluan komunis dibunuh tersebut, itu secara resmi bukan kebija-
secara sistematis jatidiri dan karak- kan partai, tetapi kebijakan para elite
ternya. Stigmatisasi Gerwani yang politik PKI.
berkonotasi negatif dilekatkan pada pe- Berkaitan dengan keberagaman

205
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

makna tentang penangkapan dan pe- Demokrano, A. Gumelar. 2006. Dari Kalong
meriksan menunjukkan adanya per- sampai Pulau Buru, 11 tahun dalam
spektif yang sama pada peselamat, Sekapan, Penjara, Pembuangan, Dan
Kerja Rodi. Yogyakarta: Pusat Sejarah
bahwa semua tuduhan yang ditujukan
dan Etika Politik.
pada peselamat tidak benar. Kalau
Foucoult, Michel. 1997. Sex dan Kekuasaan:
dalam pemeriksaan peselamat harus Sejarah Sexualitas. Penerjemah Rahayu
mengakui semua tuduhan tersebut, hal S. Hidayat.Jakarta: Gramedia.
itu disebabkan faktor keterpaksaan, Gadamer, Hans-Georg. 2004. Kebenaran dan
karena peselamat merasa tidak mampu Metode. Pengantar Filsafat Herme-
menahan siksaaan demi siksaan. Semen- neutika. Penerjemah Ahmad Sahidah.
tara itu, keberagaman makna dalam ke- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
hidupan penjara, menunjukkan adanya Krisnadi, G. 2000. Tahanan Politik Pulau Buru
pengalaman yang sama dari seluruh 1969-1979. Jakarta: LP3S.
peselamat, bahwa kehidupan penjara Manafe, Aco. 2008. Teperpu, Mengungkap
Pengkhianatan PKI Pada Tahun 1965
merupakan kerja paksa dan upaya ne-
Dan Proses Hukum Bagi Para Pelakunya.
gara menjauhkan peselamat dari ke- Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan.
hidupan masyarakat serta stigmatisasi Notosusanto, Nugroho dan Saleh, Ismail.
terhadap peselamat sebagai tahanan 1966. The Coup Attempt of the September
politik. 30 Movement in Indonesia. Jakarta:
Dari seluruh pemaknaan yang di- Pembimbing Massa.
bangun peselamat, ada konsistensi pe- Parlindungan, Utan. 2007. Musik dan Politik:
maknaan, yakni konsistensi bahwa se- Genjer-Genjer, Kuasa dan Kontestasi
luruh tindakan negara terkait dengan Makna. Yogyakarta: Laboraorium Ju-
rusan Ilmu Pemerintahan Fisipol
peristiwa G30S, sebagai negativitas ke-
UGM.
kuasaan. Negativitas tersebut menyang- Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar-Dasar Herm-
kut sikap atau perilaku negara yang neutika Antara Intensionalisme dan
dirasakan peselamat, seperti stigma- Gadamerian, Jogyakarta: Ar-Ruzz Me-
tisasi, prasangka, trauma, teror atau an- dia.
caman, politik kambing hitam, dan Rossa, John dkk. 2004. Tahun Yang Tak Per-
hiperpobia. Keberagaman pemaknaan nah Berakhir: Memahami Pengalamam
yang dibangun juga menunjukkan Korban. Jakarta: Elsam.
penyingkapan “Ada” pada diri pese- Shantall, Teria. 1999. “The Experience Mean-
ing In Suffering Among Holocoust
lamat yang merasa dirinya sebagai
Survivors. Journal of Humanistic Psy-
korban, dan penyingkapan “Ada” ne-
chology, vol 39 No. 3 Summer 1999.
gara, yang menganggap peselamat seba- Sparringa, Daniel T. 2000. Kumpulan Bahan
gai “Yang lain”. Ketika peselamat di Mata Ajaran Metode Penelitian Kualita-
pandang “Yang Lain” oleh negara, tif. Surabaya: FISIP UNAIR.
maka “Yang Lain” dianggap berbeda Supelli, Karlina. 2001. “Kisah Dialektika
dan bukan anggota kelompok. Oleh Kaum Korban”. Kompas, Februari
karena itu “Yang Lain” bisa dianggap 2001.
sebagai ancaman. --------. 2005. “Mendengarkan Suara Kesuny-
ian”. Dalam Mochtar Buchori dan
Frans Magnis-Suseno (ed). Etika
Politik Dalam Konteks Indonesia. Yogya-
DAFTAR PUSTAKA
karta: Kanisius.
Wieringa, Saskia Eleonora. 1999. Penghan-
Butalia, Urvashi. 2002. Sisi Balik Senyap;
curan Gerakan Perempuan di Indonesia.
Suara-Suara Dari Pemisahan India. Alih
Penerjemah Hesri Setiawan. Jakarta:
Bahasa Landung R Simatupang. Ma-
Garba Budaya.
gelang: Indonesia Tera.

206

Anda mungkin juga menyukai