Proposal Skripsi:
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sastra
(S.S)
Oleh :
DIMAS JULIAN ANGGADA
2016070117
1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
2
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 4
1.3 Rumusan Penelitian 4
1.4 Tujuan Penulisan 4
1.5 Manfaat Penulisan 4
1.6 Sistematika Penulisan 4
BAB II KAJIAN TEORI 6
2.1 Penelitian Sejenis 6
2.2 Hak Asasi Manusia 6
2.3 Kekerasan 9
2.4 Sosiologi Sastra 13
BAB III METODE PENELITIAN 17
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 17
3.2 Pendekatan Penelitian 17
3.3 Sumber Data 17
3.4 Teknik Pengumpulan Data 18
3.5 Validitas Data 18
3.6 Teknik Pengolahan Data 19
3.7 Teknik Analisis Data 19
3.8 Prosedur Penelitian 21
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
4
Pembunuhan, pencidukan, dan penahanan yang dilakukan angakatan darat
dalam bulan-bulan pasca kudeta begitu terorganisir. Ormas dan masyarakat di
daerah mendapat komando langsung oleh angkatan darat yang berada di daerah.
Mereka melakukan razia-razia, dan penjarahan—melakukan penahanan,
pencidukan, dan pembunuhan tanpa alasan. Sangat berbahaya bagi seseorang yang
tidak tahu menahu dekat dengan anggota PKI, sehingga akan hal buruk akan
berimbas kepada dirinya.
Kekerasan tersebut tidak bisa kita terima dengan pemakluman bahwa PKI
harus menanggung akibat dari kudeta. Pembalasan dendam yang berupa kekerasan
atau apapun itu tidak bisa dibenarkan. Tidak adanya hak membela diri bagi korban
adalah tanda bahwa Indonesia waktu itu mengalami kemunduran dalam hal hak
asasi manusia. Korban yang ditangkap tidak diadili, dirampas haknya sebagai
manusia, lalu mendapat hukum sosial di masyarakat juga.
5
Kalatidha, sebuah novel Seno Gumira Ajidarma yang menceritakan
seseorang yang mengalami pengalaman metafisika di kurun waktu peristiwa
kudeta dan pascaperistiwa. Sudah menjadi rahasia umum, tahun 1965 akhir
september adalah sejarah kelam dengan kegelapannya yang pekat. Narasi yang
berkembang adalah pemberontakan PKI atau dikenal G30S, yang selanjutnya
menjadi peristiwa berdarah yang buram: pembantaian bagi yang dituduh dan
tertuduh.
6
Kekerasan selalu nampak dan hadir dalam keseharian tokoh “Aku”.
Pecahnya huru-hara pasca pembunuhan tujuh jenderal membuat lingkungan
sosialnya berubah: penuh kecemasan, kecurigaan, dan kemarahan. Kekerasan yang
pertama kali tokoh “Aku” lihat ketika seseorang tertuduh PKI dikejar warga dan
masuk ke ruangan kelasnya. Si tertuduh tersebut menjadi bahan amarah warga:
dirundung, dipukul, dan hal-hal mengerikan lainnya hingga diangkut menuju truk
yang penuh mayat para tertuduh PKI.
7
Pada penilitian ini, peneliti akan meneliti dampak peristiwa G30S 1965
dalam kehidupan masyarakat, khususnya tokoh “Aku” yang merasakan dampak
dan juga menjadi saksi mata kekerasan pasca peristiwa G30S. Keadaan sosial
masyarakat pasca peristiwa menjadi sorotan, sebab begitu beringasnya amarah
masyarakat terhadap terduga PKI. Kekerasan menjadi pemakluman sebagai dalih
pembalasan dendam terhadap tujuh jenderal yang dibunuh. Peneliti akan fosus
pada tataran sosiologi sastra dengan mengaitkan pasca peristiwa G30S dengan
pengalaman kekerasan tokoh “Aku”.
1.2.1 Mendeskripsikan dampak yang terjadi pasca peristiwa G30S 1965 terhadap
warga sipil dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma.
1.3.1 Apa saja dampak yang terjadi pasca peristiwa G30S 1965 terhadap warga
sipil dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma?
1.3.2 Apa penyebab kekerasan dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira
Ajidarma?
1.4.1 Untuk mengetahui dampak yang terjadi pasca peristiwa G30S 1965 terhadap
warga sipil dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma.
8
1.4.2 Untuk mengetahui kekerasan dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira
Ajidarma.
Dalam penelitian ini, tulisan terdiri dari 3 bab. Bab 1 sebagai bab
pendahuluan. Mencakup latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Dalam bab 2, ada
tinjauan pustaka yang mencakup penelitian sejenis dan juga landasan teori. Dan di
bab 3 ada metodologi penelitian yang mencakup metode penilitian, data dan
sumber data, teknik pengumpulan data, juga teknik analisis data.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
10
Karya Leila S. Chudori. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud
hegemoni dan dampak hegemoni terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang
terdapat dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Sumber data dalam
penelitian ini yaitu novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Sedangkan data
dalam penelitian ini ialah kata, frasa, dan kalimat dalam novel Laut Bercerita
karya Leila S. Chudori yang memuat wujud hegemoni dan dampak hegemoni
terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pendekatan sosiologi sastra. Teknik pengumpulan data
menggunakan Teknik baca dan catat. Sedangkan validitasi data menggunakan
triangulasi teori. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis wacana kritis.
Hasil penelitiannya, yaitu (1) wujud hegemoni yang terdapat dalam novel Laut
Bercerita karya Leila S. Chudori meliputi: (a) Aparatur Negara Represif, alat
represi ini digunakan oleh kekuasaan Orde Baru dan para oknum untuk
memberikan penekanan kepada masyarakat kelas bawah, dengan menggunakan
hakim, polisi, dan tantara. (b) Aparatur Negara Ideologis, digunakan oleh
kekuasaan Orde Baru untuk mempertahankan kekuasaan dan eksistensi melalui
sistem politik, kampanye, dan media masa. (2) dampak hegemoni terhadap
pelanggaran hak asasi manusia meliputi (a) pembunuhan, (b) perampasan
kemedekaan, (c) penyiksaan, (d) penghilangan orang secara paksa.
11
Keempat, Junita Putri (2019) Universitas Andalas, berjudul Gambaran
Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Novel Mei Merah 1998: Kala Arwah
Berkisah Karya Naning Pranoto: Pendekatan Sosiologi Sastra. Penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yakni sosiologi
karya. Teori yang digunakan adalah teori Ian Watt yang menyatakan bahwa karya
sastra sebagai cerminan masyarakat. Ada pun metode yang digunakan adalah
metode kualitatif yang menghasilkan kata-kata tertulis mengenai kekerasan
terhadap perempuan dalam novel Mei Merah 1998: Kala Arwah Berkisah karya
Naning Pranoto. Teknik yang digunakan untuk menyimpulkan data adalah teknik
pengumpulan data dengan cara membaca novel Mei Merah 1998: Kala Arwah
Berkisah karya Naning Pranoto untuk memahami karya serta data , teknik
pengklasifikasian data yang berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan
dalam Mei Merah 1998: Kala Arwah Berkisah karya Naning Pranoto, teknik
analisis data dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk melihat
bagaimana bentuk dan penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam
Mei Merah 1998: Kala Arwah Berkisah karya Naning Pranoto, dan teknik
penyajian hasil analisis data yang akan dijabarkan menggunakan katakata tertulis.
Kelima, Ully Ladzati (2019) Jurnal Sapala Vol. 6 No. 1, berjudul Dominasi
Negara atas Rakyat dalam Novel Mangun Karya Sergius Sutanto (Kajian
Dominasi Karl Marx). Karya sastra merupakan cerminan dari dunia nyata, seperti
halnya novel Mangun karya Sergius Sutanto yang mengangkat isu mengenai
penindasan yang dilakukan oleh negara terhadap masyarakat yang tinggal di
Kedung Ombo dan Kali Code. Penindasan tersebut tidak hanya berupa gertakan
atau ancaman, tetapi juga berupa kekerasan yang melibatkan polisi dan tentara.
Sehingga teori yang tepat untuk membedah novel Mangun karya Sergius Sutanto
adalah Teori Dominasi Karl Marx. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bentuk dan juga dampak dominasi yang dilakukan oleh negara atas rakyat dalam
novel Mangun karya Sergius Sutanto melalui ekonomi, budaya, sosial, politik,
agama, dan seni. Menurut Marx materi merupakan pusat utama dalam kehidupan
manusia. Faktor ekonomi yang merupakan infrastruktur (lapisan atas) menjadi
motor penggerak yang mempengaruhi superstruktur (lapisan bawah).
Superstruktur meliputi bidang budaya, sosial, agama, dan seni. yang melahirkan
12
kesadaran sosial dan mempengaruhi perilaku sosial manusia hingga terbentuklah
kelas sosial. Marx membagi dua kelas sosial yakni kelas borjuis dan proletar.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa adanya perlakuan dominasi yang
dilakukan negara atas rakyat melalui ekonomi, budaya, sosial, politik, agama, dan
seni. Perlakuan dominasi negara atas rakyat tersebut juga terjadi dalam dunia
nyata. Selain itu, dominasi tersebut juga berdampak pada ekonomi, budaya, sosial,
politik, agama, dan seni dalam novel Mangun karya Sergius Sutanto.
UUD 1945 telah menjamin pelaksanaan hak asasi setiap orang. Pada
kenyataannya masih banyak terjadi kasus pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM
di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu pelanggaran HAM
masa lalu dan pelanggaran HAM setelah diundangkan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Pelanggaran HAM masa lalu
umumnya terjadi sebelum tahun 2000. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pelanggaran HAM di Indonesia.
1. Faktor Internal
13
jurnalnya yang berjudul “Penanganan pelanggaran HAM oleh kantor wilayah
kementerian hukum dan HAM Nusa Tenggara Timur melalui pelayanan
komunikasi masyarakat”, faktor internal yang mempengaruhi pelanggaran
HAM sebagai berikut:
1) Sikap Egoisme
2) Tingkat kesadaran
2. Faktor Eksternal
14
tidak diselesaikan secara tuntas akan menjadi pemicu aksi pelanggaran
HAM. Aparat penegak hukum yang semena-mena dalam mengambil
keputusan juga menjadi salah satu pemicu pelanggaran HAM.
2) Penyalahgunaan Kekuasaan
15
pelanggaran HAM yang tidak membahayakan kesehatan atau keselamatan orang
lain. Pelanggaran HAM ringan dapat dijumpai di lingkungan sekitar, seperti di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pelanggaran HAM ringan
sebagai berikut.
1. Kejahatan Genosida
16
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil berupa tindakan-tindakan berikut.
a. Pembunuhan
b. Pemusnahan
c. Perbudakan
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
pokok hukum internasional
f. Penyiksaan
g. Penganiayaan terhadap kelompok tertentu
h. Penghilangan orang secara paksa
i. Kejahatan apartheid
17
Perbuatan yang dilakukan setiap orang pasti akan berdampak bagi diri
sendiri maupun orang lain, baik dampak negatif maupun positif. Begitu juga
dengan pelanggaran HAM yang dapat merugikan dan memberi dampak negatif
bagi diri sendiri dan orang lain. Berikut akibat dari perbuatan pelanggaran HAM.
2.3 Kekerasan
18
dan Kekerasan Struktural menyebabkan kekerasan Langsung. Kekerasan
Langsung juga menguatkan atau memperburuk Kekerasan Struktural dan
Kekerasan Kultural. Kekerasan Langsung berupa fisik atau verbal tampil sebagai
prilaku yang tidak berubah, karena akarnya adalah struktur dan budaya.
a. Bentuk-bentuk Kekerasan
1) Kekerasan Struktural
Kekerasan struktural dikenali dari dua ciri: 1). Bersifat vertikal atas
kebawah (yang kuat kepada yang lemah, yang berkuasa kepada yang
dikuasai, yang besar kepada yang kecil); dan 2). Mengandung represi
(dominasi, hegemoni, eksploitasi). Kekerasan semacam ini terjadi
dalam konteks makro, dengan aktor-aktor besar (Negara, militer/aparat
keamanan, non-negara, perusahaan trans-nasional, sindikasi,
organisasi). Motivasi dasar dari kekerasan ini adalah dominasi
(penundukan yang lain), penguasaan (sumberdaya dalam berbagai
bentuk), serta penegasian (yang benar adalah yang berkuasa, karenanya
semua yang di luar yang berkuasa tidak benar = tidak boleh ada)
domain dasar kekerasan ini adalah kepentingan dalam berbagai
dimensi (politik, ekonomi, ideologi, agama, sosial, budaya, alam,
wilayah, dst.).
2) Kekerasan Horizontal
19
Kekerasan ini terjadi dalam bentuk serangan' individual/kelompok,
umumnya dengan dasar perbedaan relasi (laki-laki-perempuan, orang
tua-anak, atasan-bawahan, benar-salah), identitas (ideologi, agama,
suku, ras, afiliasi), atau keduanya. Pembedaan relasi dan identitas di
samping menjadi alasan pembenar juga dipandang efektif untuk
menjadi sarana mobilisasi, peningkatan militansi, materi doktrinasi
maupun pemicu aksi. Domain kekerasan horizontal adalah kepentingan
pengakuan eksistensi, kepemilikan, 'penegakan' hukum/nilai (adat,
agama, negara) atau konsensus, di luar dari apa yang secara resmi
mengikat dan sah (beberapa argumentasi 'alasan agama tidak bisa
menjadi pembenar 'kekerasan' dalam satu Negara yang sistem
politiknya sekuler misalnya).
20
atau prediksi ancaman) pada empat aspek di atas. Ini merupakan reaksi
normal', sementara ancaman merupakan situasi tidak normal'.
Karenanya solusi untuk kekerasan semacam ini harus ditekankan pada
rehabilitasi (penghilangan pemulihan dari empat aspek ancaman di
atas) serta rekognisi atas apa yang dianggap sebagai 'kepentingan'
Individu/Komunitas (material), negara, agama, ideologi, dan
pandangan (non-material).
Apa yang diuraikan oleh Swingewood tersebut tidak jauh berbeda dengan
definisi mengenai sosiologi yang dikemukakan oleh Soerjono Sukanto (1970),
bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi
kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola
umum kehidupan masyarakat. Demikian juga yang dikemukakan oleh Pitirim
Sorokin (Soerjono Sukanto, 1969:24), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya
gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala nonsosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-
ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
21
Baik sosiologi maupun sastra memiliki objek kajian yang sama, yaitu
manusia dalam masyarakat, memahami hubungan-hubungan antarmanusia dan
proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut di dalam masyarakat.
Bedanya, kalau sosiologi melakukan telaah objektif dan ilmiah tentang manusia
dan masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial, mencari tahu
bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana
ia tetap ada; maka sastra menyusup, menembus permukaan kehidupan sosial dan
menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya,
melakukan telaah secara subjektif dan personal (Damono, 1979).
22
Dipicu oleh kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan
aspek-aspek kebudayaan lain maka dilakukan pengembalian karya sastra di
tengahtengah masyarakat, sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sistem
komunikasi secara keseluruhan. Ratna (2006: 332-333) mengemukakan bahwa
sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat sebagai berikut:
a. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin
oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota
masyarakat.
b. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan
yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh
masyarakat.
c. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui
kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung
masalah-masalah kemasyarakatan.
d. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat istiadat dan tradisi yang
lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etik, bahkan logika.
Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.
e. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas,
masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.
Fungsi sosial sastra menurut Watt (Endraswara, 2003: 81) akan berkaitan
dengan pertanyaan: seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan
sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial. Dalam hal ini ada
tiga hal yang perlu diungkap: (a) sudut pandang kaum romantik yang menganggap
sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi, dalam pandangan ini
tercakup wawasan agar sastra berfungsi sebagai pembaharu atau perombak; (b)
sudut pandang bahwa karya sastra bertugas sebagai penghibur belaka; (c)
23
semacam kompromi dapat dicapai dengan meminjam slogan klasik sastra harus
mengajarkan ke suatu dengan jalan menghibur.
Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Wellek dan Warren (dalam Faruk,
1999: 4) menemukan setidaknya tiga jenis pendekatan yang berbeda dalam
sosiologi sastra, yaitu:
Dari Ian Watt, Sapardi (dalam Faruk, 1999: 4) juga menemukan tiga
macam perbedaan yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian ini bersifat kualitatif yang tidak terikat oleh
tempat, waktu, dan suatu lembaga tertentu. Objek penelitian ini adalah novel
Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma yang berjumlah 240 halaman yang
diterbitkan PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2019. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan kajian pustaka.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Peneliti dalam hal
ini mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
dan hubungan kausal fenomena yang diteliti. Data yang ada berupa pencatatan
dokumen, hasil wawancara terhadap pengarang dengan pewawancara sebelumnya
yang terdapat dalam buku ataupun internet. Data yang terurai dalam bentuk kata-
kata dan bukan dalam bentuk angka.
Strategi yang digunakan adalah kajian sosiologi sastra berupa kritik atas
tragedi G30SPKI tahun 1965. Model penelitian ini adalah mimetik, yaitu karya
sastra dipandang sebagai mimesio/ tiruan terhadap kenyataan sosial yang
melingkupi penciptaan karya sastra itu yang dianggap ikut menentukan makna
karya sastra tersebut. (Herman J. Waluyo, 2002: 56).
Data merupakan suatu hal pokok dalam penelitian. Pada penelitian ini sumber
data yang digunakan adalah dokumen, yaitu novel Kalatidha yang diterbitkan oleh
PT. Gramedia Pustaka Utama. Unsur- unsur yang dikaji adalah berupa unsur
struktural dan kritik sosial, yaitu bagaimana Negara bisa melakukan pelanggaran
HAM berat pasca tragedi G30S. Peneliti dapat mengambil data berupa hasil
wawancara mengenai latar belakang pengarang menciptakan novel Kalatidha
karya Seno Gumira Ajidarma. Data dilengkapi dengan mengutip hasil wawancara
25
pengarang dengan pewawancara sebelumnya yang terdapat dalam buku atau
internet.
Guna menjamin validitas data yang akan diperoleh dalam penelitian ini,
maka peningkatan validitas akan dilakukan dengan cara menggunakan teknik
triangulasi, trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang berfungsi
sebagai pembanding atau pengecek terhadap data dengan memanfaatkan sesuatu
yang lain di dalam data (Moleong L.J, 2002: 178).
26
3.6 Teknik Pengolahan Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir. Analisis mengalir
ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Tiga kegiatan ini terjadi secara
27
bersamaan dan saling menjalin baik sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan
data secara paralel (Milles and Huberman, 1992: 13)
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian dari analisis, suatu bentuk analisis yang
memperjelas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang
tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dapat dilakukan. Dapat berupa proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data yang berupa data kasar dan
konsepkonsep yang umum dan terpisah yang muncul dari catatan-catatan
di lapangan. Proses ini merupakan bagian dari analisis yang sudah dimulai
sejak peneliti mengambil keputusan (walaupun tidak disadari sepenuhnya)
tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, pernyataan yang akan
diajukan, dan tentang cara pemilihan kasus, pernyataan yang akan
diajukan dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Proses ini
berlangsung hingga laporan akhir penelitian selesai ditulis.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset dilakukan. Dengan melihat sajian data,
peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk
mengerjakan sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan
penelitian tersebut. Penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan
banyak menolong peneliti. Pengelompokan atau pengklasifikasian data
yang sudah ada berarti sudah memasuki analisis data.
Kegiatan analisis data ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
a) Menganalisis data dari sumber data yaitu novel Kalatidha karya
Seno Gumira Ajidarma
b) Data yang diperoleh dari sumber data yang mendukung akan
dikaitkan dengan data dari sumber data novel Kalatidha karya
Seno
Gumira Ajidarma
c) Berdasarkan langkah (b) tersebut akan diperoleh deskripsi tentang
struktur novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma
28
3. Penarikan Kesimpulan
Proses ini memasuki penarikan kesimpulan dari data yang sudah
diperoleh dari awal penelitian. Karena kesimpulan masih bersifat
sementara, artinya penelitian masih bersifat terbuka dan skeptis, tidak
tertutup kemungkinan adanya kesimpulan-kesimpulan berikutnya secara
eksplisit dan berlandasan kuat. Kesimpulan akhir tidak akan tercapai
sampai proses pengumpulan data berakhir.
Ketiga komponen pokok tersebut merupakan tiga komponen
analisis yang aktivitasnya berbentuk interaksi, di mana peneliti tetap
bergerak di antara tiga komponen selama proses pengumpulan data
berlangsung.
Penelitian ini menggunakan proses penelitian mengalir.
29
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku
30
Robinsion, B. Geoffrey. 2018. Musim Menjagal: Sejarah Pembunuhan Massal di
Indonesia 1965-1966. Depok: Komunitas Bambu.
Taylor, Dena dan Margaret Procter. 2010. “The Literature Review: A Few Tips on
Conducting It” dimuat dalam laman University Toronto Writing Center.
ctl.utsc.utoronto.ca/twc/sites/default/files/LitReview.pdf
Wellek, Rene dan Warren Austin. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminisme Teori dan Aplikasinya dalam Sastra
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia.
Harahap, Ade Revi Yanna. 2020. “Dampak Perang Saudara Antara PRRI dengan
Tentara Pusat terhadap Kehidupan Masyarakat dalam Novel Bergolak
Karya Armini Arbain dan Rondin” Skripsi. Padang. Universitas Andalas.
Nopi, Risky Arbangi. 2020. “Praktik Hegemoni Orde Baru dalam Novel Laut
Bercerita Karya Leila S. Chudori” Skripsi. Purwokerto. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
31
Fadillah, Sumiman Udu, Irianto Ibrahim. 2020. “Kekerasan Budaya dalam Novel
Kutukan Tanah Buton Karya Safarudin”. Jurnal. Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Sastra. Universitas Halu Oleo.
Putri, Junita. 2019. “Gambaran Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Novel Mei
Merah 1998: Kala Arwah Berkisah Karya Naning Pranoto”. Skripsi.
Padang. Universitas Andalas.
Ladzati, Ully. 2020. “Dominasi Negara atas Rakyat dalam Novel Mangun Karya
Sergius Sutanto”. Jurnal. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri
Surabaya
Prasetyo, Yudi, dan Haryadi. 2017. “Kekerasan terhadap Tokoh Perempuan dalam
Novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas dan Lelaki Harimau
Karya Eka Kurniawan”. Jurnal. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Universitas Negeri Semarang.
Sumber Internet
https://www.kompasiana.com/atonimeto/5ac19838bde5754359363e82/faktor-
penyebab-terjadinya-kekerasan?page=all diakses pada tanggal 12/07/20
32