Anda di halaman 1dari 12

.

Pengertian Renja SKPD

Analog dengan RKPD yang telah dibahas pada Bab 18 sebelumnya. Rena SKPD pada
dasarnya merupakan penjabaran dari Renstra SKPD daerah bersangkutan dan mengacu pada
RKPD Renja SKPD ini memuat rancangan. kerangka pembangunan SKPD bersangkutan,
prioritas pembangunan, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh SKPD bersangkutan maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Sesuai dengan sifat SKPD sebagai instansi teknis, maka penyusunan Renja SKPD berikut
program dan kegiatannya tentu juga harus lebih bersifat teknis dibandingkan dengan apa yang
terdapat dalam RKPD Koordinasi dan penyesuaian antara kedua dokumen ini nantinya akan
dapat dilakukan dalam Forum SKPD yang dilakukan setiap tahun oleh Bappeda daerah
bersangkutan

Karena Renja SKPD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat operasional, maka
program dan kegiatan pembangunan yang dihasilkan seharusnya bersifat lebih rinci, lengkap
dengan ruang lingkup dan spesifikasi yang diperlukan Agar sasaran menjadi jelas dan
kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik, maka dalam penyusunan,
program dan kegiatan sudah harus termasuk Indikator dan Target Kinerja yang ingin dicapai
serta instansi yang akan melaksanakan. Di samping itu, akan sangat bermanfaat pula
bilamana penyusunan program dan kegiatan pembangunan tersebut juga mencakup perkiraan
kebutuhan dana (pagu indikatif) sehingga dapat diperkirakan apakah sumber pembiayaan
yang tersedia mampu membiayai program dan kegiatan tersebut

A. Keterkaitan Renstra SKPD Dengan Dokumen Lainnya

Sama dengan dokumen perencanaan yang telah dijelaskan terdahulu. Renja SKPD ini juga
mempunyai kaitan yang erat pula dengan dokumen perencanaan lainnya, yaitu Renstra SKPD
RKPD dan Rencana Kerja Anggaran (RKA): Keterkaitan ini perlu dijaga untuk dapat
mewujudkan keterpaduan perencanaan baik dengan rencana jangka menengah (5 tahun),
maupun dengan penyusunan anggaran Dengan cara demikian diharapkan akan dapat
diwujudkan keterpaduan antara perencanaan dan pelaksanaannya di lapangan Keterpaduan
antara Renja SKPD dengan Renstra SKPD jelas sangat diperlukan mengingat Renja
sebenarnya adalah jabaran dari Renstra tahun tertentu. Dengan demikian, tentunya sebagian
besar dari program dan kegiatan dalam Renja SKPD harus sesuai dengan yang digariskan
dalam Renstra SKPD. Namun demikian, perbedaan dapat terjadi kalau pada tahun
bersangkutan terjadi perubahan situasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat atau adanya
kebijakan baru dari kepala SKPD atau dari kepala daerah bersangkutan.

Konsistensi antara Renja SKPD dengan RKPD yang disusun olen Bappeda juga perlu
dijaga. Ada dua alasan utama yang menyebabkan perlunya dijaga kepaduan ini. Pertama,
RKPD merupakan jabaran dari RPJMD yang didasarkan pada visi dan misi kepala daerah
bersangkutan. Karena itu, untuk menjaga keterpaduan proses pembangunan dalam daerah
bersangkutan. maka konsistensi antara program dan kegiatan Renja SKPD dan RKPD perlu
dijaga. Kedua, sesuai dengan ketentuan perundangan berlaku, penyusunan anggaran tidak
didasarkan pada Renja SKPD, tetapi dengan RKPD. Karena itu konsistensi antarkedua
dokumen ini perlu dijaga agar program dan kegiatan yang direncanakan oleh SKPD
bersangkutan dapat diupayakan masuk ke dalam APBD daerah bersangkutan. Sebagaimana
juga sudah disinggung terdahulu, bahwa konsistensi antara Renja SKPD dan RKPD ini dapat
diupayakan melalaui pelaksanaan Form SKPD pada setiap tahunnya.

Terakhir, konsistensi yang perlu dijaga asalah antara Renja SKPD dan RKA yang disusun
oleh SKPD bersangkutan. Setelah Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) melalui
Nota Kesepakatan antara kepala daerah dan Ketua DPRD daerah setempat, maka SKPD
menyusun RKA sesuai dengan plafond anggaran yang ditetapkan dalam nota kesepakatan
tersebut. Hal yang perlu dijaga dalam hal ini adalah agar program dan kegiatan yang
dimasukkan ke dalam RKA adalah sesuai dengan Renja SKPD yang telah disesuaikan dengan
RKPD melalui Forum SKPD. Dengan cara demikian, maka keterpaduan antara perancanaan,
penetapan program, dan penganggaran akan dapat diwujudkan sesuai dengan prinsip pokok
dalam ilmu perencanaan pembangunan yaitu Planning, Programing, and Budgeting System
(PPBS).

B. Kerangka Penulisan Renja SKPD

Kerangka penulisan Renja SKPD yang dibahas pada buku ini disusun berdasarkan unsur-
unsur pokok yang harus dipenuhi oleh sebuah rencana tahunan secara akademik. Di samping
itu, agar penulisan ini tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, maka penyusunan
kerangka penulisan Renja SKPD ini juga mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 08
Tahun 2008 berikut beberapa contoh dokumen yang telah disusun oleh pemerintah daerah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kerangka penulisan Renja SKPD yang dianggap
cukup baik adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Landasan Hukum

1.4 Keterkaitan dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.5 Sistematika Penulisan

Bab 2 Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun Lalu

2.1 Evaluasi Kinerja SKPD

2.2 Permasalahan dan Kendala Pelaksanaan Pembangunan

2.3 Peluang dan Tantangan

Bab 3 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

3.1 Strategi Pembangunan Tahunan

3.2 Kebijakan Pembangunan Tahunan

Bab 4 Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan Pembangunan

4.1 Alokasi Dana Tahun Sebelumnya

4.2 Kemungkinan Peningkatan Sumber Dana

4.3 Kemampuan Sumber Daya Manusia Daerah

Bab 5 Penetapan Program dan Kegiatan

5.1 Program dan Kegiatan SKPD

5.2 Program dan Kegiatan Lintas SKPD

Bab 6 Indikator dan Target Kinerja

6.1 Indikator dan Target Kinerja Keluaran (Output)

6.2 Indikator dan Target Kinerja Hasil (Outcome)


Bab 7 Penutup

Sejalan dengan hal ini. Departemen Dalam Negeri, melalui Permendagri 54 Tahun 2010
juga memberikan kerangka penulisan untuk acuan penyusunan Renja SKPD pada tingkat
daerah, baik provinsi, kabupaten, dan kota. Kerangka penulisan atau daftar isi Renja SKPD
sesuai peraturan tersebut adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Landasan Hukum

1.3 Maksud dan Tujuan

1.4 Sistematika Penulisan

Bab 2 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu

2.1 Capaian Pembanguna Tahun Lalu

2.2 Analisis Kinerja Pelayanan SKPD

2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas SKPD

2.4 Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat

Bab 3 Tujuan, Program, dan Kegiatan

3.1 Kebijaksanaan Nasional dan Regional

3.2 Tujuan dan Sasaran Renja SKPD

3.3 Program dan Kegiatan

Bab 4 Penutup

Sebagaimana terlihat bahwa kerangka penulisan Renja SKPD sebenarnya sangat mirip
dengan kerangka penulisan RKPD sebagaimana dijelaskan pada Bab 18 terdahulu.
Perbedaannya hanyalah bahwa Renja SKPD ini hanya mencakup perencanaan untuk satu
bidang atau sektor tertentu saja sesuai dengan TUPOKSI SKPD bersangkutan. Sedangkan
penulisan RKPD mencakup semua bidang dan sektor pembangunan dalam daerah
bersangkutan. Di samping itu, penyusunan Renja SKPD lebih bersifat teknis sesuai dengan
sifat dan ruang lingkup keahlian dari SKPD bersangkutan.

C. Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun Lalu

Sama halnya dengan penyusunan RKPD yang dibahas pada Bab 14 sebelumnya,
pembahasan tentang penyusunan Renja SKPD dimulai dengan evaluasi pelaksanaan
pembangunan pada tahun lalu. Bilamana data sudah tersedia, pengertian tahun lalu dalam hal
ini dapat diartikan sebagai tahun berjalan pada saat penyusunan Renja SKPD dilakukan.
Tetapi bilamana data tidak tersedia, maka pengertian tahun lalu ini dapat dilakukan untuk
setahun sebelum penulisan Renja SKPD tersebut dilakukan.

Analisis tentang evaluasi pelaksanaan pernbangunan tahun lalu ini diperlukan untuk dapat
mengetahui kinerja yang sudah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan baik secara makro
(menyeluruh) maupun untuk tingkat program dan kegiatan. Di samping itu, melalui analisis
ini juga diharapkan akan dapat pula diketahui beberapa faktor utama yang mendorong
terjadinya keberhasilan pelaksanaan pembangunan atau permasalahan dan kendala yang
menyebabkan kurang berhasilnya pelaksanaan pembangunan pada daerah bersangkutan.

Sebagaimana juga telah dibahas pada Bab 14 terdahulu, evaluasi terhadap pelaksanaan
pembangunan tahun lalu dapat dilakukan dengan menggunakan dua jenis metode. Pertama,
untuk evaluasi pelaksanaan pembangunan yang bersifat makro dapat digunakan beberapa
indikator pembangunan daerah dengan menggunakan data sekunder yang tersedia. Metode
yang dapat digunakan untuk analisis makro ini adalah dengan jalan membandingkan antara
kondisi sebelum dan sesudah pelaksanaan pembangunan, atau dengan jalan membandingkan
kemajuan yang diperoleh dengan kondisi rata-rata baik pada tingkat provinsi maupun tingkat
nasional. Kedua, untuk evaluasi pelaksanaan pembangunan pada tingkat program dan
kegiatan biasanya digunakan teknik Evaluasi Kinerja dengan menggunakan lima indikator
penilaian yaitu: masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan
dampak (impacts).

Analisis tentang evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun sebelumnya diperlukan untuk


mendapatkan informasi dan masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan pembangunan
daerah berikut faktor keberhasilan dan kendala yang dihadapi. Informasi ini sangat berguna
dalam merumuskan kebijakan pembangunan berikut program dan kegiatan yang akan
direncanakan untuk tahun berikutnya dalam penyusunan Renja SKPD bersangkutan.
Bilamana pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah untuk beberapa sektor dan
bidang tertentu ternyata berhasil, maka kebijakan berikut maka program dan kegiatan
pembangunan yang sudah dilakukan pada tahun sebelumnya akan dapat diteruskan dalam
Renja SKPD yang sedang disusun. Akan tetapi, bilamana ternyata pelaksanaan pembangunan
daerah ternyata mengalami kendala cukup serius karena adanya beberapa permasalahan
tertentu, maka kebijakan program dan kegiatan tersebut perlu diubah atau dilakukan
penyesuaian dengan yang baru agar pelaksanaan pembangunan akan menjadi lebih baik di
masa mendatang.

Mempertimbangkan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan ini sangat penting artinya


agar kesalahan yang sama terjadi dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan daerah tidak terulang sehingga efisiensi pelaksanaan pembangunan
dapat dijaga. Sejalan dengan hal tersebut, faktor-faktor keberhasilan yang dialami
sebelumnya akan dapat pula dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong proses
pembangunan daerah ke depan. Di samping itu, dengan mempertimbangkan hasil evaluasi
pelaksanaan pembangunan daerah tersebut akan dapat pula dilakukan penyesuaian kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan dengan kondisi dan situasi yang berkembang dalam
masyarakat. Dengan demikian. penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
daerah yang akan dilakukan dalam penyusunan Renja SKPD tersebut akan menjadi lebih baik
dan terarah sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam masyarakat.

D. Perumusan Kebijakan Pembangunan Tahunan

Kebijakan pembangunan daerah untuk bidang dan sektor tertentu yang telah ditetapkan
dalam Renstra SKPD bersangkutan adalah untuk periode 5 tahun sesuai dengan masa jabatan
kepala daerah. Karena jangka waktu ini relatif cukup panjang, maka kebijakan ini dapat saja
tidak lagi tepat dan relevan karena terjadinya perubahan situasi dan kondisi sosial ekonomi
daerah bersangkutan. Di samping itu, dapat pula terjadi adanya perubahan ketentuan dalam
peraturan dan perundangan yang berlaku secara nasional yang menyebabkan kebijakan yang
telah ditetapkan dalam Renstra SKPD sudah tidak lagi sesuai dengan ketentuan yang ada.
Untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut, maka Renja SKPD sebaiknya
menyusun perumusan kebijakan baru khusus untuk tahun bersangkutan sesuai dengan
perubahan yang terjadi pada SKPD tersebut. Melalui penetapan kebijakan baru ini, akan
dapat dilakukan penyesuaian terhadap kebijakan yang telah ditetapkan semula dalam Renstra
SKPD terdahulu sesuai dengan prinsip perencanan bergulir (Rolling Plan).
Sebagaimana sudah disinggung pada bab-bab terdahulu bahwa kebijakan pada dasarnya
adalah suatu keputusan pemerintah untuk menciptakan suatu kondisi yang dapat mendorong
terlaksananya visi dan misi serta strategi Pembangunan yang telah ditetapkan dalam rencana.
Kebijakan yang perlu dirumuskan ini tentunya harus bersifat konkret dan operasional sesuai
dengan sifat dan tujuan dari Renja SKPD itu sendiri. Di samping itu, sesuai dengan periode
perencanaan dari Renja SKPD, maka kebijakan ini tentunya berikutnya bilamana kebijakan
tersebut dianggap cukup bermanfaat dan ya berlaku untuk masa satu tahun, tetapi dapat
diperpanjang untuk tahun berhasil dalam penerapannya.

Penyesuaian kebijakan pembangunan yang sering terjadi adalah dalam bidang ekonomi
yang menyangkut dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Misalnya karena terjadinya Krisis
Finansial Global belakangan ini di negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang,
maka target pertumbuhan sektor perkebunan yang umumnya berorientasi ekspor yang telah
ditetapkan semula tidak dapat lagi dicapai karena menurun drastisnya permintaan terhadap
produk ekspor ke luar negeri sehingga hal ini cenderung mengancam produksi perkebunan
daerah bersangkutan. Akibat situasi demikian, perlu dilakukan penyesuaian kebijakan dari
yang semula lebih berorientasi pada ekspor sekarang menjadi lebih berorientasi pada
pemasaran di dalam negeri. Perubahan kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh pada
formulasi kebijakan Kepala SKPD perkebunan daerah bersangkutan.

Dalam bidang infrastruktur misalnya, penyesuaian kebijakan pembangunan yang dapat


terjadi misalnya adalah karena terjadinya gempa bumi yang cukup kuat mengakibatkan
banyak bangunan kantor pemerintah dan jalan raya yang rusak. Kerusakan ini perlu
ditanggulangi sesegera mungkin karena sangat mengganggu kegiatan pemerintahan dan
jalannya perekonomian daerah bersangkutan. Untuk dapat melakukan perbaikan tersebut,
pemerintah terpaksa melakukan perubahan kebijakan untuk dapat mengalihkan sebagian dana
pembangunan untuk perbaikan gedung kantor dalam jalan raya yang mengalami kerusakan.
Perubahan kebijakan ini akan langsung mempengaruhi kebijakan SKPD pekerjaan umum dan
SKPD lainnya yang terkait pada gilirannya juga akan mempengaruhi alokasi dana
pembangunan yang dibutuhkan dalam Renja SKPD bersangkutan.

Dalam melakukan perumusan kebijakan pembangunan daerah pada Renja SKPD ini aspek
yang perlu diperhatikan adalah hasil evaluasi tahunan pelaksanaan Renstra SKPD
bersangkutan. Dalam hal ini kebijakan yang dirumuskan sebaiknya terfokus pada pemecahan
masalah dan kendala jangka pendek yang ternyata menghambat pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan daerah yang terkait dengan Tupoksi Renstra SKPD bersangkutan. Hal
ini perlu diperhatikan agar tidak berbenturan dengan visi dan misi Kepala SKPD
bersangkutan yang akan dirumuskan untuk periode lima tahun berikutnya. Kebijakan yang
bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam jangka menengah sebaiknya dimasukkan
pada penyusunan Renstra SKPD berikutnya.

E. Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan

Tidak dapat disangkal bahwa pelaksanaan program dan kegiatan banyak ditentukan oleh
ketersediaan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah bersangkutan yang dijadikan sebagai
sumber pembiayaan pembangunan daerah. Walaupun partisipasi masyarakat ternyata juga
ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan, namun demikian
ketersediaan dana pembangunan masih tetap merupakan faktor yang sangat menentukan.
Sedangkan ketersediaan dana tersebut untuk satu tahun ke depan relatif akan lebih mudah
diketahui dibandingkan dengan 5 tahun ke depan seperti dalam penyusunan Renstra SKPD.
Karena itu, analisis tentang ketersediaan dana dan sumber pembiayaan pembangunan perlu
dilakukan dalam penyusunan Renja SKPD suatu institusi.

Sebagaimana telah dibahas terdahulu pada Bab 18, ketersediaan dana untuk sumber
pembiayaan pembangunan pemerintah daerah dapat berasal dari dalam daerah sendiri atau
berasal dari luar. Sumber dana yang berasal dari dalam daerah terutama dalam bentuk
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan hasil dari pajak dan retribusi daerah, laba
bersih perusahaan daerah dan penerimaan lainnya yang sah sesuai ketentuan perundangan
berlaku. Sedangkan sumber dana pemerintah daerah yang berasal dari luar daerah terutama
dalam bentuk Dana Perimbangan yang berasal dari pemerintah nasional (APBN). Dana
Perimbangan terdiri dari tiga unsur yaitu Dana Bagi Hasil (DBH), Pajak dan Sumber Daya
Alam, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Untuk daerah dengan kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang telah maju seperti
Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, danı Bali serta daerah
perkotaan umumnya, sumber pembiayaan pembangunan yang cukup besar adalah berasal dari
DBH, khususnya yang berasal dari dana bagi hasil pajak. Untuk daerah yang kaya dengan
sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam, batu bara dan kehutanan, maka sumber
pembiayaan yang cukup besar berasal dari DBH khusus untuk sumber daya alam. Sedangkan
untuk daerah yang kegiatan industri, perdagangan dan jasanya masih belum berkembang dan
miskin dengan sumber daya alam bernilai tinggi, maka ketersediaan dana untuk sumber
pembiayaan pembangunan sebagian besar berasal dari DAU dan DAK. Daerah seperti
pembangunannya sangat tergantung dari sumber pembiayaan yang berasal mi umumnya
mempunyai sumber dana yang sangat terbatas dan kegiatan dari pemerintah pusat.

Ketersediaan dana dan sumber pembiayaan daerah perlu dipertimbangkan karena hal ini
akan sangat mempengaruhi jumlah dan nilai program dan kegiatan pembangunan yang
mampu dilaksanakan SKPD bersangkutan. Bila ketersediaan dana cukup memadai, maka
penyusunan Renja SKPD dapat dilakukan secara ambisius dengan jumlah dan nilai program
dan kegiatan pembangunan yang cukup besar. Akan tetapi, bila ketersediaan dana untuk
sumber pembiayaan pembangunan sangat terbatas maka jumlah dan nilai program dan
kegiatan yang diusulkan sebaiknya juga tidak terlalu banyak. Kalau jumlah program dan
kegiatan yang diusulkan masih tetap banyak, maka kemungkinan sebagian besar terpaksa
dihapus oleh kepala daerah atau DPRD karena sumber pembiayaan yang tidak mencukupi.
Hal ini tentunya akan menimbulkan kekecewaan pada SKPD terkait dan masyarakat secara
keseluruhan yang telah mengusulkan berbagai program dan kegiatan dalam penyusunan
RKPD daerah bersangkutan.

F. Penetapan Program dan Kegiatan Prioritas

Sebagai sebuah dokumen perencanaan yang operasional, penetapan program dan kegiatan
pembangunan daerah merupakan bagian sangat penting dalam penyusunan Renja SKPD ini.
Program dan kegiatan dalam Renja SKPD ini pada dasarnya adalah merupakan jabaran lebih
konkret dan rinci dari program yang telah ditetapkan dalam Renstra SKPD daerah
bersangkutan untuk satu tahun. Program dan kegiatan pembangunan tahunan tersebut juga
harus dilengkapi dengan indikator dan target kinerja yang akan dicapai serta perkiraan
kebutuhan dana yang diperlukan untuk pelaksanaannya.

Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan dalam penjabaran lebih lanjut program dan
kegiatan pada penyusunan RKPD. Pertama, bilamana RPJMD bersangkutan mempunyai
beberapa Agenda Pembangunan Daerah, maka program dan kegiatan dalam RKPD
merupakan jabaran lebih rinci dari agenda pembangunan tersebut. Sebagai contoh misalnya
adalah dalam penyusunan program dan kegiatan RKPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2007
dan 2008. Dalam hal ini program dan kegiatan ditetapkan sebagai tindakan operasional
pemerintah daerah untuk melaksanakan agenda pembangunan yang telah ditetapkan semula
dalam Renstra SKPD institusi bersangkutan. Kedua, bilamana Renstra SKPD tidak
mempunyai agenda pembangunan secara eksplisit, tetapi adalah langsung dalam bentuk
program umum, maka penetapan program dan kegiatan dalam penyusunan Renja SKPD
adalah merupakan jabaran lebih konkret dan rinci dari program umum yang telah ditetapkan
dalam Renstra SKPD institusi tersebut.

Dalam perumusan program dan kegiatan pembangunan ini, aspek pertama yang perlu
diperhatikan adalah keterkaitan program tersebut dengan visi dan misi yang ditetapkan
semula. Hal ini sangat penting artinys agar perumusan program dan kegiatan tersebut benar-
benar bertujuan untuk melaksanakan visi dan misi kepala SKPD bersangkutan sebagaimana
ditetapkan dalam Renstra SKPD. Di samping itu, aspek ini juga sangat penting diperhatikan
adalah agar perumusan program dan kegiatan tersebut menjadi lebih terfokus dan terarah
kepada pencapaian sasaran pembangunan tertentu secara konkret.

Aspek lainnya yang juga sangat penting diperhatikan dalam perumusan program dan
kegiatan pembangunan daerah adalah sinerginya dengan program dan kegiatan lainnya yang
terkait. Dalam hal ini, program dan kegiatan yang ditetapkan sebaiknya mampu bersinergi
dengan program dan kegiatan lainnya. Bila sinergi ini dapat diwujudkan, maka efek berganda
(Multiplier Effect) yang dapat dihasilkan akan menjadi lebih besar sehingga proses
pembangunan daerah akan menjadi lebih cepat dan efisien.

Aspek lainnya yang juga sangat penting diperhatikan dalam perumusan program dan
kegiatan adalah tingkat kelayakannya baik secara finansial maupun secara sosial ekonomi.
Dalam hal ini program dan kegiatan pembangunan yang akan ditetapkan sebaiknya cukup
layak yang berarti manfaat (baik secara finansial maupun sosial ekonomi) lebih besar atau
paling kurang sama dengan biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan program dan proyek
tersebut. Pertimbangan ini sangat penting artinya untuk lebih menghemat dan mengefisienkan
penggunaan sumber pembiayaan pembangunan yang tersedia pada daerah bersangkutan.

Aspek terakhir yang juga perlu dipertimbangkan dalam penetapan program dan kegiatan
pembangunan adalah agar tidak bertentangan dengan kondisi sosial dan budaya setempat. Hal
ini sangat penting artinya untuk menjamin dapat terlaksananya program dan kegiatan
pembangunan tersebur dalam masyarakat. Bila program dan kegiatan yang ditetapkan
ternyata berlawanan dengan nilai-nilai dan pandangan sosial dan budaya setempat. maka
besar kemungkinan akan timbul nantinya penolakan masyarakat terhadap pelaksanaan
program dan kegiatan tersebut.
G. Indikator dan Target Kinerja

Sama halnya dengan penyusunan dokumen Renstra SKPD dan RKPD sebagaimana sudah
dibahas pada bab terdahulu, dalam penyusunan dokumen Renja SKPD ini juga diperlukan
penggunaan Indikator dan Target Kinerja sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan program
dan kegiatan yang akan dilakukan Indikator dan target kinerja ini tidak hanya diperlukan
untuk mewujudkan perencanaan yang terukur, tetapi juga diperlukan nantinya untuk
menunjang penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan sebagai alat ukur dalam
melakukan evaluasi pelaksanaan rencana di kemudian hari.

Akan tetapi, berbeda dengan RPJMD dan RKPD, pada penyusunan Renja SKPD ini
indikator yang diperlukan adalah dalam bentuk indikator dan target kinerja program dan
kegiatan yang terkait dengan Tupoksi SKPD bersangkutan yang bersifat sektoral. Di samping
itu, indikator kinerja yang diperlukan akan lebih rinci sampai ke tingkat kegiatan. Sedangkan
indikator dan target kinerja yang bersifat makro dan menyeluruh untuk wilayah bersangkutan
dalam hal ini tidak terlalu banyak kaitannya dengan penyusunan Renja SKPD ini.

Perlu diingat bahwa kenyataan dalam praktik menunjukkan bahwa penyusunan Indikator
dan Target Kinerja baru terbatas mencakup indikator masukan (input) dan keluaran (output)
saja. Sedangkan penetapan indikator hasil (outcome), sebegitu jauh masih sangat terbatas,
karena hal ini memerlukan survei dan pengamatan lapangan yang cukup memakan waktu dan
dana. Akan tetapi, indikator hasil ini mutlak perlu dilakukan karena unsur iri yang
menunjukkan manfaat dan dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan bagi
pembangunan masyarakat secara umum. Karena itu, upaya untuk dapat menyusun indikator
hasil (outcome) perlu terus ditingkatkan.

Penggunaan indikator dan target kinerja dalam penyusunan Renja SKPD ini biasanya
dilakukan dengan jalan memasukkannya pada Matrik Program dan Kegiatan. Karena jumlah
program dan kegiatan ini umumnya cukup hanyak, maka biasanya matrik ini diletakkan
sebagai lampiran dari buku dokumen Renja SKPD tersebut. Untuk lebih operasionalnya,
dalam Matrik Program dan Kegiatan tersebut dicantumkan pula pagu dana indikatif untuk
masing-masing kegiatan berikut unit kerja dalam institusi SKPD bersangkutan yang akan
melaksanakannya.
H. Pagu Dana Indikatif

Pagu dana indikatif pada dasarnya merupakan perkiraan kebutuhan dins secara kasar untuk
dapat melaksanakan program dan kegiatan bersangkutan. Sebagaimana disinggung terdahulu
bahwa, perkiraan kebutuhan dana ini seharusnya didasarkan pada Standar Anggaran Belanjan
(SAB) yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Bilamana SAB untuk
program dan kegiatan tertentu ternyata belum tersedia, dapat digunakan perkiraan dari tenaga
teknis yang terdapat pada SKPD bersangkutan.

Penentuan pagu dana indikatif ini biasanya akan lebih mudah dilakukan untuk program dan
kegiatan yang bersifat fisik karena ukurannya jelas dan konkret. Akan tetapi, untuk kegiatan
yang bersifat nonfisik, biasanya penetapan pagu dana indikatif akan lebih sulit karena
ukurannya yang tidak konkret. Dalam hal ini tentunya pengalaman masa lalu dalam
melaksanakan program dan kegiatan nonfisik tersebut akan sangat berguna sebagai dasar
penentuan besarnya pagu dana indikatif tersebut.

Perlu dicatat bahwa pagu indikatif ini diperkirakan dengan memperhatikan Standar
Anggaran Belanja (SAB) yang ditetapkan secara berkala oleh pemerintah daerah setempat. Di
samping itu, penentuan pagu indikatif tersebut tentunya juga harus dilakukan dengan
memperhatikan kemampuan keuangan pemerintah daerah bersangkutan berdasarkan
pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, pagu indikatif tersebut adalah
bersifat sementara dan tidak mengikat, karena nantinya kemampuan dana sebenarnya yang
lebih riil akan terlihat pada waktu dokumen Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara
(PPAS) ditetapkan dalam bentuk nota kesepakatan antara DPRD (legislatif) dan Kepala
Daerah bersangkutan (eksekutif). Pada waktu itu besarnya pagu dana untuk masing-masing
program dan kegiatan akan dapat disesuaikan kembali.

Anda mungkin juga menyukai