Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaya Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia

dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti, peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan

(Hakim, 2008). Belajar menurut Nasution (2011) merupakan suatu aktivitas mental

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan keterampilan dan nilai

sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas.

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya

berupa peningkatan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indra dan

pengalamannya (Simamora, 2009).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah segala kegiatan yang dapat merubah kepribadian atau tingkah laku

berdasarkan pengalaman yang didapat di sekitar lingkungan atau berdasarkan apa

yang dirasakan.

2.1.2 Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan

mengolah informasi (Syakir, 2014). Gaya belajar menurut Dryen dkk (2001) adalah

6
7

suatu proses tingkah laku, penghayatan, serta kecenderungan seorang mahasiswa

mempelajari atau memperoleh sesuatu ilmu dengan cara sendiri.

Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi setiap individu.

Sehingga kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran berbeda

tingkatannya. Maka dari itu, setiap orang harus menempuh cara yang berbeda untuk

bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama (Nasution, 2011).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar

adalah cara belajar yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh informasi

atau memahami pelajaran secara optimal sesuai dengan caranya sendiri.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar

Faktor yang mempengaruhi gaya belajar seorang individu terbagi

menjadi empat yaitu : lingkungan fisik, kebutuhan emosional, kebutuhan sosial dan

kebutuhan biologis. Faktor lingkungan fisik meliputi suara, cahaya, suhu, tempat

duduk, dan sikap tubuh. Faktor kebutuhan emosional : emosi berperan penting

dalam proses belajar, muatan emosi dari prestasi dapat berpengaruh besar dalam

memudahkan individu untuk menyerap informasi. Faktor kebutuhan sosial :

sebagian individu lebih senang apabila belajar sendiri, sebagian yang lain lebih

senang bila belajar bersama seorang teman, dan sebagian individu lebih senang jika

belajar berkelompok. Kebutuhan biologi bergantung kepada waktu makan, tingkat

energi dalam sehari, dan kemampuan mobilitas (Dryden dkk, 2001).

Gaya belajar dipengaruhi oleh dua faktor menurut Susilo (2006) yaitu

faktor alamiah dan faktor lingkungan. Faktor alamiah adalah faktor pembawaan

yang tidak dapat diubah meskipun dengan latihan seperti intelegensi, bakat, minat,

kebiasaan, dan modalitas belajar sedangkan faktor lingkungan adalah faktor yang
8

berada diluar individu dan dapat diubah meliputi suara, pencahayaan, temperatur

dan desain belajar.

Faktor yang mempengaruhi gaya belajar dari kedua penjelasan

tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik meliputi kebutuhan emosional, kebutuhan sosial, intelegensi, bakat,

minat, kebiasaan dan modalitas belajar sedangkan faktor ekstrinsik meliputi

lingkungan fisik seperti suara, pencahayaan, temperatur atau suhu dan desain

belajar (Hardiansyah, 2014).

2.1.4 Tipe Gaya Belajar

Tipe gaya belajar bermacam-macam mulai dari tipe gaya belajar

visual (V), auditorik (A), read/writing (R), dan kinestetik (K). Mahasiswa yang

menunjukkan kecenderungan kuat terhadap satu gaya belajar disebut unimodal.

Mahasiswa yang kecenderungannya pada beberapa gaya belajar relatif seimbang

disebut multimodal, sedangkan kombinasi antara dua gaya belajar disebut bimodal,

kombinasi tiga gaya belajar disebut trimodal, dan kombinasi empat gaya belajar

dinamakan quadmodal (Fleming dan Mills, 2016).

Pada dasarnya setiap orang memiliki semua gaya belajar tersebut

namun diantaranya ada yang paling dominan dimiliki seseorang, hal ini terkait

dengan cara terbaik seseorang dalam memperoleh informasi (Slameto, 2013).

2.1.4.1 Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang cenderung

menggambarkan informasi dalam bentuk peta, gambar, grafik, flow chart, dan

simbol visual seperti panah, lingkaran, hirarki, dan materi lain yang digunakan
9

instruktur untuk merepresentasikan hal-hal yang dapat disampaikan dalam kata-

kata (Liew, Sidhu, dan Barua, 2015).

Tipe belajar visual adalah tipe belajar yang cenderung menerima

informasi paling baik dan efektif dengan memakai indra penglihatan (visual)

(Fleming dan Mills, 2016). Ciri-ciri gaya belajar visual adalah sebagai berikut :

1. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru/dosen yang sedang

mengajar.

2. Menyukai instruksi tertulis, foto, dan ilustrasi untuk dilihat.

3. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat

teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak.

4. Cenderung menggunakan gerakan tubuh untuk mengekspresikan atau

mengganti sebuah kata saat mengungkapkan sesuatu.

5. Kurang menyukai berbicara di depan kelompok san kurang menyukai

untuk mendengarkan orang lain.

6. Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan secara lisan

(Fleming dan Mills, 2016).

Strategi belajar visual menurut Russel (2006) dalam buku Strategi

Belajar adalah sebagai berikut :

1. Meminta instruksi tertulis.

2. Membayangkan visualisasi ejaan kata atau fakta yang akan dihapalkan.

3. Menulis hal-hal yang akan diingat/dihapalkan.

4. Lihatlah orang yang sedang berbicara dengan anda itu akan membantu

anda fokus.
10

5. Cobalah untuk bekerja di tempat tenang, pakai penutup atau penyumbat

telinga jika diperlukan. Beberapa orang visual menyukai musik lembut di

latar belakang.

6. Sebagian besar orang visual belajar dengan baik ketika sendirian.

7. Ketika belajar perbanyak catatan dan menuliskan banyak rincian.

8. Ketika mencoba untuk mempelajari materi dengan menuliskan catatan,

tutup catatan anda kemudian kembali menulis.

9. Sebelum membaca sebuah bab atau buku, preview pertama dengan

memindai gambar, judul dan sebagainya.

10. Cobalah untuk menempatkan meja anda jauh dari pintu dan jendela dan

dekat dengan depan kelas.

11. Buatlah sendiri flashcards anda yang berisi poin-poin utama.

12. Bila memungkinkan gunakan grafik, peta, poster, film, video, dan

perangkat lunak komputer untuk belajar dan untuk mempresentasikan

hasil kerja anda (Prihanti, 2015).

2.1.4.2 Gaya Belajar Auditorik

Tipe gaya belajar auditorik adalah tipe belajar yang cenderung

menerima informasi paling baik dan efektif dengan memakai indra pendengaran

(audio) (Liew, Sidhu, dan Barua, 2015).

Maka dari itu mahasiswa dengan gaya belajar auditorik dapat belajar

secara maksimal dari ceramah, tutorial, tape, diskusi kelompok, bicara, dan

membicarakan materi (Dryden dkk, 2001). Ciri-ciri gaya belajar auditorik adalah

sebagai berikut :
11

1. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru saat menerangkan atau

materi yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas.

2. Mengingat dengan baik dengan jalan selalu mengucapkan dengan nada

keras dan mengulang-ulang kalimat.

3. Sangat menyukai diskusi kelompok.

4. Menyukai diskusi yang lebih lama terutama untuk hal-hal yang kurang

mereka pahami.

5. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik

karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.

6. Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang atau menulis.

7. Sukar bekerja dengan tenang tanpa menimbulkan suara dan mudah

terganggu konsentrasi karena suara dan juga susah berkonsentrasi bila

tidak ada suara sama sekali.

8. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya

(Slameto, 2013).

Strategi belajar untuk gaya belajar auditorik berdasarkan ciri-ciri

diatas adalah catatan yang dibuat mungkin sangat tidak memadai, tambahkan

informasi yang didapat dengan cara berdiskusi dengan orang lain dan

mengumpulkan catatan dari buku lain, rekam ringkasan yang dibuat dan dengarkan

rekaman tersebut, dan baca buku atau catatan dengan keras (Dryden dkk, 2001).

Strategi belajar auditorik menurut Russel (2006) dalam buku Strategi

Belajar untuk dapat memperoleh hasil baik dalam setiap tes, tugas atau ujian adalah

sebagai berikut :

1. Bayangkan berbicara dengan penguji.


12

2. Dengarkan suara anda dan menuliskannya di kertas.

3. Menghabiskan waktu di tempat-tempat yang tenang untuk mengingat ide-

ide.

4. Berlatih menulis jawaban atas pertanyaan ujian-ujian sebelumnya.

5. Katakan jawaban anda dengan suara keras atau di dalam kepala anda

(Prihanti, 2015).

2.1.4.3 Gaya Belajar Read/Writing

Gaya Belajar Read/Writing adalah gaya belajar yang menekankan

pada input berupa teks dan output berupa bacaan atau tulisan dalam segala

bentuknya. Orang yang memiliki gaya belajar seperti ini menyukai power point,

daftar, kamus, dan bentuk kata-kata lainnya (Fleming dan Mills, 2016).

Strategi belajar untuk gaya belajar read/writing adalah sebagai

berikut :

1. Tuliskan kata-kata secara berulang-ulang.

2. Baca catatan anda (dengan sunyi) secara berkali-kali.

3. Tulis kembali ide atau informasi dengan kalimat yang berbeda.

4. Terjemahkan semua diagram, gambar, dan sebagainya ke dalam kata-kata

(Dryden dkk, 2001).

2.1.4.4 Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah cara belajar yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh informasi dengan melakukan gerakan, sentuhan, praktik atau

pengalaman belajar secara langsung. Orang yang memiliki gaya belajar seperti ini

menyukai demonstasi, simulasi, video dan film dari pelajaran yang sesuai aslinya,
13

sama halnya dengan studi kasus, latihan dan aplikasi (Fleming dan Mills, 2016).

Ciri – ciri gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut :

1. Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya.

2. Sulit untuk berdiam diri.

3. Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan.

4. Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik.

5. Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar.

6. Mempelajari hal-hal yang abstrak (simbol matematika, peta).

7. Mengingat secara baik bila secara fisik terlibat aktif dalam proses

pembelajaran.

8. Menikmati kesempatan untuk menyusun atau menangani secara fisik

materi pembelajaran.

9. Menyukai penggunaan komputer.

10. Mengungkapkan minat dan ketertarikan terhadap sesuatu secara fisik

dengan bekerja secara antusias.

11. Sulit apabila diminta untuk berdiam diri atau berada disuatu tempat untuk

beberapa lama tanpa aktifitas fisik.

12. Sering bermain-main dengan benda sekitarnya sambil mendengarkan atau

mengerjakan sesuatu (Slameto, 2013).

Strategi belajar yag dapat digunakan untuk gaya belajar kinestetik

adalah sebagai berikut ;

1. Anda akan mengingat kejadian nyata yang terjadi.

2. Masukan berbagai macam contoh untuk memudahkan dalam mengingat

konsep.
14

3. Gunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide.

4. Kembali ke laboratorium atau tempat anda melakukan eksperimen.

5. Mengingat kembali mengenai eksperimen, kunjungan lapangan dan

sebagainya (Fleming dan Mills, 2016).

2.1.5 Indikator Gaya Belajar

Indikator untuk masing-masing gaya belajar berbeda-beda bergantung

kepada gaya belajarnya. Indikator gaya belajar visual adalah 1) belajar dengan

visual yang berarti individu tersebut lebih mudah memahami pelajaran dengan

melihat bahasa tubuh/ekspresi wajah dosen, membaca, dan menulis, 2) mengerti

baik mengenai posisi, bentuk, angka, dan warna, 3) rapi dan teratur, 4) tidak

terganggu dengan keributan, 5) sulit menerima instruksi verbal.

Indikator gaya belajar auditorik adalah 1) belajar dengan cara

mendengar, 2) baik dalam aktivitas lisan, 3) memiliki kepekaan terhadap musik, 4)

mudah terganggu dengan keributan, 5) lemah dalam aktivitas visual.

Indikator gaya belajar kinestetik adalah 1) belajar dengan aktivitas

fisik, 2) peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh, 3) berorientasi terhadap fisik dan

banyak bergerak, 4) suka mencoba dan kurang rapi, 5) lemah dalam aktivitas verbal

(Porter dan Hernacki, 2004).

2.1.6 Kuisioner Gaya Belajar Visual Auditorik Read/Writing dan Kinestetik

(VARK)

Kuisioner VARK versi 7.8 merupakan instrumen yang digunakan

untuk menjaring gaya belajar mahasiwa. Kuisioner ini dalam bentuk pertanyaan

yaitu pertanyaan tentang cara belajar dan gaya belajar dengan menggunakan pilihan

berbentuk pilihan jamak (Rahmawati, 2016).


15

Kuisioner ini memiliki 16 pertanyaan dimana pada setiap pertanyaan

memiliki 4 pilihan jawaban dan masing-masing pilihan jawaban berkaitan dengan

satu macam gaya belajar (VARK) yang digunakan oleh responden dalam mengisi

kuisioner responden diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jawaban untuk

setiap pertanyaan atau mengabaikan pertanyaan yang sama sekali tidak sesuai

dengan pilihannya. Jumlah pertanyaan yang diabaikan sebaiknya tidak lebih dari

dua karena akan membuat hasil menjadi bias (Fleming dan Mills, 2016).

Jawaban yang sudah dipilih akan diakumulasikan berapa banyak

responden memilih jawaban dengan kode VARK. Gaya belajar dibagi menjadi dua

yaitu unimodal dan multimodal. Jika responden lebih banyak memilih jawaban

dengan kode V lebih banyak berarti responden memiliki gaya belajar visual atau

disebut unimodal dan begitupun dengan gaya belajar yang lain. Jika terdapat jumlah

yang sama besar diantara VARK berarti responden memiliki lebih dari satu gaya

belajar atau disebut dengan multimodal (Rahmawati, 2016).

2.1.6.1 Penskoran Kuisioner VARK

Kuisioner VARK yang telah diisi oleh responden dianalisis dengan

mengacu pada pedoman penskoran kuisioner tersebut (Ismantohadi, Nugroho, dan

Kusumawardani, 2015). Langkah pengolahan gaya belajar berdasarkan kuisioner

VARK menurut Fleming dan Mills dalam Hardiansyah (2014) adalah

1. Menghitung banyaknya jawaban atau tanggapan responden.

2. Menghitung jumlah tanggapan atau skor untuk setiap gaya belajar VARK.

3. Mengurutkan skor VARK dari yang tertinggi sampai yang paling rendah.

4. Menghitung selisih skor gaya belajar


16

a. Bila selisih skor gaya belajar pertama dan kedua melebihi ambang batas

toleransi maka gaya belajar responden dikategorikan unimodal.

b. Bila selisih skor gaya belajar pertama dan berikutnya lebih kecil sama

dengan ambang toleransi maka gaya belajar responden dikategorikan

multimodal.

Tabel 2.1 Pedoman Batas Toleransi Skor Gaya Belajar


Jumlah Jawaban Batas Toleransi
16-21 1
22-27 2
27-32 3
>32 4
(Fleming dan Mills, 2016)
5. Menghitung presentase kemunculan gaya belajar VARK di setiap

kelompok dengan menggunakan rumus :

jumlah responden yang mempunyai gaya belajar "x"


% gaya belajar “x” = × 100%
jumlah responden yang diteliti

2.1.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Gaya Belajar VARK

Setiap metode gaya belajar pasti memiliki kelebihan dan

kekurangannya begitupun dengan gaya belajar VARK. Kelebihan gaya belajar

VARK adalah :

1. Pembelajaran lebih efektif.

2. Mampu melatih dan mengembangkan potensi mahasiswa yang telah

dimiliki.

3. Memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa.

4. Mampu melibatkan mahasiswa secara maksimal dalam menemukan dan

memahami suatu konsep kegiatan.

5. Mahasiswa yang memiliki kemampuan bagus tidak terpengaruhi oleh

mahasiswa lain.
17

6. Memberi hasil belajar yang baik apabila gaya belajar sudah sesuai

(Shoimin, 2014).

Kekurangan dari gaya belajar VARK adalah tidak banyak orang

mampu mengkombinasikan keempat gaya belajar sehingga hanya satu atau dua

gaya belajar yang digunakan dan membuat materi yang dimengerti tidak seluruhnya

melainkan materi yang diajarkan sesuai dengan gaya belajar mahasiswa tersebut

(Shoimin, 2014).

2.2 Indeks Prestasi Akademik/Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik

yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses

pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan

(Daryanto, 2010).

Indeks prestasi adalah penilaian yang dihitung pada setiap akhir semester

yang digunakan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan belajar dari semua

mata kuliah yang diikuti pada semester yang bersangkutan. Indeks prestasi

akademik terbagi menjadi dua yaitu indeks prestasi semester dan indeks prestasi

kumulatif. (Siregar, 2006)

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2014), hasil penilaian

capaian pembelajaran lulusan di tiap semester dinyatakan dengan indeks prestasi

semester yang dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai huruf

setiap mata kuliah yang ditempuh dan satuan kredit semester (SKS) mata kuliah

bersangkutan dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah yang diambil dalam satu

semester sedangkan indeks prestasi kumulatif adalah hasil penilaian capaian

pembelajaran pada akhir program studi yang dihitung dengan cara menjumlahkan
18

perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan satuan kredit

semester (SKS) mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah

yang diambil yang telah ditempuh.

2.2.1 Penghitungan Indeks Prestasi Akademik

Indeks prestasi semester dihitung dengan cara menjumlahkan

perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan satuan kredit

semester (SKS) mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah

yang diambil dalam satu semester sedangkan indeks prestasi kumulatif dihitung

dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang

ditempuh dan SKS mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah SKS mata

kuliah yang diambil yang telah ditempuh. Nilai huruf mata kuliah dinyatakan dalam

kisaran sebagai berikut :

1. Huruf A setara dengan angka 4 (empat) berkategori sangat baik.

2. Huruf B setara dengan angka 3 (tiga) berkategori baik.

3. Huruf C setara dengan angka 2 (dua) berkategori cukup.

4. Huruf D setara dengan angka 1 (satu) berkategori kurang.

5. Huruf E setara dengan angka 0 (nol) berkategori sangat kurang (Menteri

Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (2015).

Sistem penelitian yang digunakan di Universitas Muhammadiyah

Malang (UMM) adalah sistem penilaian komprehensif dengan Orientasi Penilaian

Acuan Patokan (PAP). Skala penilaian akhir sebagai pengukur hasil belajar

mahasiswa dinyatakan sebagai berikut :


19

Tabel 2.2 Skala Penilaian Akhir


Taraf Penguasaan (%) Nilai Huruf Nilai Numerik
>80,0 A 4
75,0-80,0 B+ 3,5
70,0-74,9 B 3
60,0-69,0 C+ 2,5
55,0-59,9 C 2
40,0-54,9 D 1
<40,0 E 0
(Rektor UMM,2013)

Rumus perhitungan indeks prestasi semester (IPS) dan indeks prestasi

kumulatif (IPK) menurut Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik

Indonesia (2015) adalah

{𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ (𝐾 × 𝑁𝑖)}
𝐼𝑃𝑆 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾

{𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ (𝐾𝑖 × 𝑁𝑖)}


𝐼𝑃𝐾 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑖

Keterangan :

K : SKS dari mata kuliah yang telah diambil pada satu semester atau pada

semester tersebut.

Ki : SKS dari mata kuliah yang telah diambil mulai dari semester awal sampai

semester akhir

Ni : Bobot nilai yang digunakan untuk masing-masing mata kuliah.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2014) mahasiswa

program sarjana dinyatakan lulus apabila telah menempuh seluruh beban belajar

yang ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran lulusan yang ditargetkan oleh

program studi dengan indeks prestasi kumulatif lebih besar atau sama dengan 2,00

(dua koma nol). Kelulusan mahasiswa ini dinyatakan dengan beberapa predikat

yaitu :
20

1. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan apabila

mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 2,76 (dua koma tujuh enam)

sampai dengan 3,00 (tiga koma nol).

2. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan apabila

mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,01 (tiga koma nol satu) sampai

dengan 3,50 (tiga koma lima nol).

3. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat pujian apabila indeks

prestasi kumulatif (IPK) lebih dari 3,50 (tiga koma lima nol).

Menurut Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (2013),

mahasiswa program sarjana dinyatakan lulus sebagai Sarjana jika telah

menyelesaikan beban studi dalam program studinya dengan IPK ≥ 2,0 tanpa nilai

D dan nilai E dalam waktu maksimum 14 (empat belas) semester, khusus Fakultas

Kedokteran maksimum 13 (tiga belas) semester. Predikat lulusan program Sarjana

terdiri dari tiga dan ditetapkan berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif dan waktu

penyelesaian studi dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 2.3 Predikat Lulusan Program Sarjana


Predikat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Memuaskan 2,00 - 2,75
Sangat Memuaskan 2,76 - 3,50
Dengan Pujian 3,50 – 4,00
(Rektor UMM, 2013)

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Akademik/Prestasi

Belajar

Indeks prestasi akademik atau prestasi belajar merupakan salah satu

indikator pencapaian tujuan pembelajaran dikelas yang tidak terlepas dari banyak

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu. Faktor – faktor tersebut terbagi

menjadi dua faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
21

berasal dari dalam diri individu tersebut sedangkan faktor eksternal adalah faktor

yang berasal dari luar individu tersebut.

Faktor internal antara lain :

1. Aspek fisiologis meliputi kesehatan baik jasmani dan rohani, indra

penglihatan dan indra pendengaran sangat berpengaruh besar terhadap

kemampuan belajar individu yang dimana akan berpengaruh juga terhadap

hasil belajar individu tersebut.

2. Intelegensi dan Bakat memiliki pengaruh yang besar dalam keberhasilan

atau prestasi belajar. Individu yang memiliki intelegensi yang tinggi dan

bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari maka proses belajarnya akan

sukses dan kemungkinan akan mendapat hasil yang baik.

3. Minat dan motivasi merupakan 2 aspek psikis yang berperan besar

terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dan motivasi juga merupakan

modal yang besar untuk mencapai cita-cita atau memperoleh tujuan yang

ingin dicapai.

4. Cara belajar menyumbangkan pengaruh terhadap prestasi belajar. Cara

belajar ini mencakup gaya belajar, cara pemilihan tempat saat belajar, dan

juga waktu untuk belajar. Dengan belajar yang teratur setiap hari,

pembagian waktu yang baik, cara belajar dan gaya belajar yang tepat dan

juga istirahat cukup dapat meningkatkan hasil belajar (Dalyono, 2015).

Faktor eksternal meliputi 1) keadaan keluarga seperti faktor orang tua

dan juga faktor keadaan rumah dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap

prestasi belajar, 2) keadaan tempat belajar meliputi kualitas pengajar, metode

pembelajaran, fasilitas, keadaan ruangan, dan jumlah mahasiswa dalam satu kelas
22

dapat mempengaruhi prestasi belajar, dan 3) keadaan tempat tinggal seperti keadaan

lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar rumah, dan juga tetangga sekitar

rumah dapat mempengaruhi prestasi belajar (Dalyono, 2015).

2.3 Hubungan antara Gaya Belajar dengan Indeks Prestasi Akademik/Prestasi

Belajar

Gaya belajar mahasiswa umumnya ditentukan lewat cara kita menyerap dan

mengatur informasi-informasi yang kita dapat melalui pancaindera atau apa yang

dapat diamati hingga hal yang abstrak seperti ide-ide dan juga dari yang belum

diketahui sampai yang sudah diketahui (Hardiansyah, 2014).

Gaya belajar mahasiswa dapat mempengaruhi prestasi belajar individu

tersebut. Jika mahasiswa salah dalam memilih gaya belajar dapat menyebabkan

kegagalan, stres, dan mungkin frustasi pada mahasiswa tersebut sedangkan apabila

mahasiswa tepat dalam memilih gaya belajar maka dapat menunjang keberhasilan

belajar mahasiswa dan juga dapat mengatasi masalah yang dihadapi selama proses

belajar (Westwood, 2004). Hipotesis Meshing mengatakan bahwa hasil belajar bisa

baik jika pembelajaran sesuai dengan gaya belajar dominan peserta didik (Liew,

Sidhu, dan Barua, 2015).

Jika mengenali gaya belajar maka kita dapat mengelola pembelajaran pada

kondisi apa,dimana, kapan, dan bagaimana cara pembelajaran yang baik dan

efektif. Mengenali gaya belajar akan dapat menentukan cara belajar yang lebih

efektif dengan begitu kita dapat memanfaatkan kemampuan belajar secara

maksimal sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat optimal (Wulandari ,2011).
23

Gaya belajar VARK didapatkan memiliki dampak yang signifikan terhadap

kinerja akademik pada mahasiswa fisioterapi, keperawatan, kedokteran gigi, dan

program kesehatan lain (Liew, Sidhu, dan Barua, 2015).

Penelitian yang telah dilakukan pada beberapa Universitas di Luar Negeri

memberikan hasil bahwa gaya belajar tidak berpengaruh signifikan terhadap

prestasi belajar (Liew, Sidhu, dan Barua, 2015). Beberapa penelitian yang

dilakukan di Universitas Negeri di Indonesia memberikan hasil yang cukup berbeda

karena gaya belajar memberi pengaruh positif terhadap prestasi belajar atau nilai

indeks prestasi kumulatif mahasiswa terutama untuk gaya belajar multimodal

(Rahmawati, 2016).

Anda mungkin juga menyukai