Belajar 1
Belajar 1
Matakuliah Teori Belajar Dan Pembelajaran yang dibimbing oleh Bpk. Dr. Mundir M.Pd.
Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, kemudian mengatur
serta mengolah informasi. gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi,
melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi analitik, global
atau otak kiri otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap
secara abstrak dan konkret).
Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu visual (cenderung
belajar melalui apa yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar) dan
kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Prestasi belajar masih tetap menjadi indikator untuk
menilai tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar.
Gaya belajar (Learning Styles) dianggap memiliki peranan penting dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Siswa yang kerap dipaksa belajar dengan cara-cara yang kurang cocok dan
berkenan bagi mereka tidak menutup kemungkinan akan menghambat proses belajarnya terutama
dalam hal berkonsentrasi saat menyerap informasi yang diberikan. Pada akhirnya hal tersebut juga
akan berpengaruh pada hasil belajar yang belum maksimal sebagaimana yang diharapkan. Prestasi
belajar yang baik dapat mencerminkan gaya belajar yang baik karena dengan mengetahui dan
memahami gaya belajar yang terbaik bagi dirinya akan membantu siswa dalam belajar sehingga
prestasi yang dihasilkan akan maksimal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Gaya belajar terdiri dari dua kata yakni gaya dan belajar. Dalam hal ini bisa di jabarkan satu-satu
terlebih dahulu apa yang di maksud gaya dan apa yang di maksud dengan belajar. Adapun bebepara
pendapat pengertian dari gaya belajar yaitu:
1. Gaya adalah tingkah laku, gerak gerik dan sikap. Sedangkan belajar adalah menuntut ilmu. Belajar
dapat diartikan sebagai suatu proses aktif untuk menuju satu arah tertentu yang dapat
meningkatkan perbuatan, kemampuan atau pengertian baru.[1]
2. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap
stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal.[2](Nasution, 2010: 93)
3. Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan
mengerti suatu informasi.[3]
4. Gaya belajar ialah kebiasaan yang sering kita lakukan dalam suatu aktuvitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan pengetahuan-pemahaman
dan nilai sikap yang bersifat secara relative konstan dan berbekas.[4]
5. Gaya belajar adalah perilaku atau cirri seseorang dalam kegiatan untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.[5]
6. Gaya belajar merupakan cara yang yang membuat kita nyaman dalam kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur fundamental dalam penyelenggaraan yang menghasilkan informasi.[6]
Dari sekian pendapat tentang pengertian gaya belajar maka dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah suatu tingkah laku, sikap dan cirri kebiasaan yang kita sukai atau yang kita lakukan
secara continue dalam proses berinteraksi dengan lingkungan yang kemudian akan memberikan
informasi dan pemahaman.
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar.
Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya melihat orang lain melakukannya. Biasanya,
mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuluskan apa yang
dikatakan guru.
Kalangan pendidik juga mencermati adanya perubahan cara belajar siswa. Selama lima belas
tahun terakhir,Schroeder dan koleganya (1993) telah menerapkan Indikator tipe Myer-Briggs (MBTI)
kepada mahasiswa baru. MBTI merupakan salah satu insrtumen yang paling banyak digunakan
dalam dunia usaha masa kini. Instrument ini sangat berguna untuk memahami fungsi perbedaan
individu dalam proses belajar. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 60 persen dari mahasiswa yang
masuk memiliki orientasi praktis ketimbang teoretis terhadap pembelajaran, dan persentase itu
bertambah setiap tahunnya, mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman langsung dan konkret
daripada mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu dan baru kemudian menerapkannya.
(Melvin L.Silberman,1996:28)
Kebanyakan orang menunjukkan kelebih sukaan atau kecendrungan pada satu gaya belajar
tertentu dibanding dua gaya lainnya. Berdasarkan hasil riset kecendrungan tersebut; 29% visual, 34%
auditori, dan 37% kinestetik. Informasi tambahan menyatakan bahwa saat mencapai usia dewasa
kecendrungan gaya belajar adalah daya visual.
Disamping itu, penelitian terhadap model gaya belajar dipengaruhi oleh fungsi dasar belahan
otak, yakni otak belahan kiri dan otak belahan kanan. Dibuktikan tipe orang yang memperoses
informasi dengan menggunakan otak kiri lebih menyukai lingkungan belajar yang sunyi,
pencahayaan yang terang, dan dirancang secara formal, mereka tidak memerlukan makanan
camilan, bisa belajar dengan kondisi terbaik saat sendiri atau dengan kehadiran figur yang
berwenang.
Sebaliknya, orang yang memperoleh informasi dengan mengunakan otak kanan lebih
menyukai pengalihan kebisingan atau musik, pencahayaan redup, rancangan informal, makanan
camilan, mobilitas dan interaksi dengan orang lain di tempat kerja, selama belajar atau sedang
berkonsentrasi.
Penelitian mengungkapkan adanya perbedaan gaya belajar diantara murid. Setiap individu
lebih suka belajar dengan cara yang berbeda serta kemampuan menyerap informasi meningkat
secara signifikan ketika orang dapat berpikir, bekerja dan berkonsentrasi dalam kondisi yang
disenanginya.[7]
Jadi kunci menuju keberhasilan dalam belajar adalah mengetahui gaya belajar yang unik dari
setiap orang, menerima kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan sebanyak mungkin menyesuaikan
preferensi pribadi dalam setiap situasi pembelajaran.[8]
Cara yang kerap disukai banyak siswa adalah medel belajar yang menempatkan guru tak
ubahnya seorang pencerama. Guru diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam teori
dengan ilustrasinya, sementara para siswa mendengarkan sambil mengambarkan isi ceramah itu
dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri. Adapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar
itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah
informasi dari luar dirinya.
Apabila kita biasa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang, maka kita akan
lebih mudah memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan
hasil yang maksimal bagi dirinya. Sebelum kita mengerjakannya pada orang lain, langkah terbaik
adalah mengenali gaya belajar kita sendiri, karena kita harus merasakan pengalaman mendapatkan
gaya belajar yang tepat bagi diri sendiri, sebelum menularkannya pada orang lain.[9]
Rita Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah menemukan banyak variabel yang
mempengaruhi cara belajar orang. Sebagian orang misalnya belajar paling baik secara kelompok,
sedangkan yang lain lagi memilih adanya figur ptoriter seperti orang tua atau guru yang lain lagi
memilih merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian orang
memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali
dalam ruangan sepi.
Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi. Jika seseorang akrab dengan gaya belajarnya sendiri, seseorang
tersebut akan dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu dirinya belajar lebih
cepat dan lebih mudah.Jika seseorang tidak dapat melihat atau mendengar, atau, jika tidak dapat
merasakan tekstur, bentuk, temperatur, atau berat atau penolakan di lingkungan, berarti seseorang
tersebut sama sekali tidak memiliki gaya belajar.[10]
Meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah memilih sikap
yang tepat untuk merealisir tujuan itu. Namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat
dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi dimana pun dan kapan saja memberi kesempatan
belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut menentukan sikap belajar yang dipilih.[11]
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh gaya belajar dalam beberapa situasi yang sesuai
dengan sikap atau perilaku yang biasa orang lakukan saat belajar yaitu:
1. Visual
Setiap stimulus visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Dalam kehidupan
sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi tidak semua pandangan atau
penglihatan kita adalah belajar. Meskipun pandangan kita tertuju kepada suatu objek visual, apabila
dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi serta sikap tertentu untuk mencapai suatu tujuan,
maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.
Alam sekitar kita termasuk juga sekolah dengan segenap kesibukannya merupakan objek-objek
yang memberi kesempatan untuk belajar. Apabila kita memandang sesuatu dengan sikap tertentu
untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan perkembangan diri kita maka dalam hal yang demikian
kita sudah belajar.[12]
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah
mata/penglihatan (visual), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih
banyak/dititikberatkan pada peragaan/media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan
pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau
menggambarkannya di papan tulis.
Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka
gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat
melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar
lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk
mendapatkan informasi.[13]
5) Lebih mudah mengingat apa yang dilihat, dari pada yang didengar
6) Pengeja yang baik kata demi kata
7) Sering menjawab petanyaan engan jawaban singkat ya atau tidak, sudah atau belum
10) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
11) Memilki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik
15) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta
bantuan orang untuk mengulanginya.[14]
17) Mencorat-coret tanpa arti selama bicara berbicara di telepon maupun dalam rapat
19) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara
mental pasti tentang suatu masalah atau proyek, terbiasa melakukan check dan recheck sebelum
membuat simpulan.[15]
20) Suka membaca (menyukai atau menikmati bacaan), suka menonton televisi, menonton film,
menerka teka-teki atau mengisi TTS
21) Lebih suka memperhatikan ekspresi wajah ketika berbicara dengan orang lain atau membacakan
bacaan kepadanya, Menyatakan emosi melalui ekspresi muka.
22) Kalau memberi/ menerima penjelasan lebih suka memakai peta/ gambar.
25) Menjalankan bisnis atas dasar hubungan personal antarwajah. Punya ingatan visual yang sangat
bagus, mudah mengingat dimana meninggalkan sesuatu beberapa hari yang lalu.
26) Merespons lebih bagus ketika anda memperlihatkan sesuatu daripada bercerita tentangnya.[16]
a) Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta konsep atau peta pembelajaran.
b) Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
2. Audio
Dalam proses belajar mengajar disekolah sering ada ceramah atau kuliah dari guru atau dosen.
Tugas pelajar atau mahasiswa adalah mendengarkan. Tidak setiap orang dapat memanfaatkan
situasi ini untuk belajar. Bahkan para pelajar atau mahasiswa yang diam mendengarkan ceramah itu
mesti belajar. Apabila hal mendengarkan mereka tidak didorong oleh kebutuhan, motivasi, dan
tujuan tertentu maka sia-sialah tujuan mereka. Tujuan belajar mereka tidak tercapai karena tidak
adanya set-set yang tepat untuk belajar.
Kasus yang demikian terjadi pula dalam situasi diskusi, seminar, lokakarya, demonstrasi ataupun
resitasi. Apabila dalam situasi ini orang mendengarkan dengan sikap tertentu untuk mencapai tujuan
belajar maka orang itu adalah belajar. Melalui pendengarannya, ia berinteraksi dengan lingkungan
sehingga dirinya berkembang.[18]
Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja. Siswa yang bertipe
auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu maka
guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang
mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan
mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan
melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya.
Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya.
Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan
mendengarkan kaset.[19]
2. Penampilan rapi
4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
12. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
13. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar.
14. Lebih menyukai music dari pada seni lukis atau seni dengan hasil tiga dimensi.[20]
16. Suka mendengar radio, musik, sandiwara drama atau lakon, debat. (anak-anak auditori suka cerita
yang dibacakan kepadanya dengan berbagai ekspresi).
17. Ingat dengan baik nama orang. Bagus dalam mengingat fakta, suka berbicara dan punya
perbendaharaan kata yang luas.
18. Menerima dan memberikan penjelasan arah dengan kata-kata (verbal) serta senang menerima
instruksi secara verbal.
19. Mengungkapkan emosi secara verbal melalui perubahan nada bicara atau vokal.
21. Aktivitas kreatif: menyanyi, mendongeng (mengobrol apa saja), bermain musik,membuat cerita lucu,
berdebat dan berfilosofi.
22. Menangani proyek-proyek dengan berpijak pada prosedur, memperdebatkan masalah, mengatasi
solusi verbal.
23. Berbicara dengan kecepatan sedang, suka bicara bahkan di dalam kelas.
24. Dalam keadaan diam suka bercakap-cakap dengan dirinya sendiri.atau bersenandung.
1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
5) Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya
sebelum tidur.[22]
6) Mengingat apa yang dramatik, misalnya pakaian warna pastel, lembut mungkin cantik, namun
mungkin tidak mudah dikenang atau diingat.
7) jika suatu pesan kritis atau sulit, coba baca pesan itu keras-keras dengan dramatis. Anda dapat
menggunakan action asing atau membisikkannya
8) Memberi tekanan auditori ini pada suatu bahan yang sedang kita pelajari akan membantu
melekatnya pada pikiran anda.[23]
3. Kinestetik
Belajar melalui aktifitas fisik dan keterlibatan langsung. suka “menangani”, bergerak, menyentuh
dan merasakan.
15) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mencerminkan aksi dan gerak tubuh saat
membaca sebagai manifestasi penghayatan terhadap apa yang di baca
18) Menyukai kegiatan aktif, baik sosial maupun olahraga, seperti menari dan lintas alam.
20) Menggunakan kata dan ungkapan seperti: merasa, menyentuh menangani, mulai dari awal, meraba,
memegang, memetik, bergandeng tangan, mengatasi dan menahan.
22) Menangani proyek langlah demi langkah, serta suka menggulung lengan bajunya dan terlibat secara
aktif.
2) Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil
bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
6) Eksperimen tentang seberapa banyak anda membutuhkan suatu elemen fisik bagi cara anda
menyerap informasi.[28]
Prestasi belajar yang baik pasti ditentukan oleh bagaimana proses belajar dia untuk menuju
hasil prestasi yang baik pula. Proses atau gaya belajar pasti berbeda-beda dan masing-masing gaya
belajar memiliki nilai positif dan negatif begitu juga dengan dampaknya kepada orang tersebut dan
di sekelilingnya. Memang betul ada pola belajar yang tidak baik dan karena itu menghasilkan prestasi
belajar yang buruk tetapi kalau pola belajar baik sudah dijamin mendapat hasil yang memuaskan.
Mutu pendidikan pun juga mempengaruhi kelangsungan pola belajar seorang murid begitu juga
dengan lingkungan murid tersebut. Tetapi yang paling mempengaruhi pola belajar terhadap prestasi
belajar adalah murid itu sendiri. Jika dia punya motivasi yang tinggi untuk mengembangkan pola
belajar maka pola belajar tersebut akan membaik dan hasil prestasinya pun juga akan membaik.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan
gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari
orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
Dampak gaya belajar kepada pendidikan secara umum terkait dengan apa yang harus
dilakukan guru terhadap materi pembelajaran (kurikulum), pengajaran, dan penilaian sebagai tolak
ukur keberhasilan pembelajaran. Guru harus memperhatikan kesesuaian antara metode pengajaran
dengan gaya belajar. Guru wajib menganali gaya belajar setiap siswanya kemudian dilihat mana gaya
belajar yang paling dominan, hal itulah yang harus disesuaikan dengan metode pengajarannya.
Walaupun kelompok minoritas dari gaya belajar tidak dapat menyesuaikan gaya belajarnya dengan
yang lain diharapkan bisa mengikuti gaya belajar siswa yang lain dan guru bisa menerapkan semua
metode pembelajran yang tetap membuat anak merasa nyaman dengan gaya belajarnya. Peranan
guru harus tetap dijaga.
· Kurikulum: guru harus memberikan penekanan kepada intuisi, perasaan, pengindraan, dan imajinasi
siswa sebagai pelengkap dari peningkatan keterampilan tradisional seperti menganalisis, menalar,
dan memecahkan masalah secara urut.
· Pengajaran: guru wajib merencanakan metode pembelajarannya sesuai dengan berbagai gaya
belajar siswa, menggunakan berbagai kombinasi seperti pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan
eksperimentasi. Guru dapat memperkenalkan berbagai unsur pengalaman kedalam kelas misalnya
dengan bunyi-bunyian, music, gambar visual, gerakan-gerakan, pengalaman dan bahkan percakapan.
· Penilaian: guru wajib menerapkan berbagai tekhnik penilaian yang berfokus kepada pengmbangan
kapasitas totalitas otak dan berbagai gaya belajar yang berbeda-beda. Dalam tes bahasa misalnya di
samping digunakan tes tulis juga tes lisan serta listening comprehension.[30]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gaya belajar adalah suatu tingkah laku, sikap dan cirri kebiasaan yang kita sukai atau yang kita
lakukan secara continue dalam proses berinteraksi dengan lingkungan yang kemudian akan
memberikan informasi dan pemahaman.
Terdapat tiga tipe gaya belajar yang biasanya sering menjadi cirri seorang dalam belajar yang
mana juga terdapat strategi bagaimana seorang guru menghadapi tipe gaya belajar siswa yang
berbeda-beda antar individu. Adapaun gaya belajar tersebut yaitu visual (cenderung belajar melalui
apa yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar) dan kinestetik (belajar
melalui gerak dan sentuhan). Prestasi belajar masih tetap menjadi indikator untuk menilai tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar.
Selain hal di atas, dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat menyesuaikan gaya
mengajaranya dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan berbagai gaya mengajar
sehingga muri-murid semuanya dapat memperoleh cara yang efektif baginya dan bisa mendpatkan
informasi dan pemahaman yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Boby Deporter dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Departemen pendidikan nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Gunawan, Adi. 2004.Genius Learning Strategy Petunjuk Proses Mengajar, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
http://kosegusite.blogspot.com/2011/06/kata-pengantar-alhamdulillah-segala.html
http://www.padepokan-ilmu.co.cc/2010/12/gaya-belajar-siswa.html
http://www.pontianakpost.com/?mib=berita.detail&id=38110
Mulyani dan Syaodih N. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nasution. 2010. Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Rose, Colin. 2002. Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Suryono dan Haryono. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Dalam Pengembangan Psikologi Pendidikan, Jakarta: Aksara.
[1] Departemen pendidikan nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001).
hlm 267
[2] Nasution, Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010 ) hlm
93
[3]Adi Gunawan, Genius Learning Strategy Petunjuk Proses Mengajar, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004) hlm 64
[4] W.S. Winkel SJ, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1987) hlm 73
[5]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) hlm 46
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu Bumi Aksara, 1999) hlm 59
[7] http://www.pontianakpost.com/?mib=berita.detail&id=38110
[8] http://www.padepokan-ilmu.co.cc/2010/12/gaya-belajar-siswa.html
[9] Hamzah B. Uno, Orientasi Dalam Pengembangan Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara, 2008).
hlm. 180
[10] Boby Deporter dan Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. (Bandung: Kaifa, 1999) hlm 109
[11] Dalyono, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). hlm 218
[13] http://kosegusite.blogspot.com/2011/06/kata-pengantar-alhamdulillah-segala.html
[14] Suryono dan Haryono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm 151-152
[15] Boby Deporter dan Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. (Bandung: Kaifa, 1999) hlm 113
[16] Colin Rose, Cara Belajar Cepat Abad XXI , (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2002) hlm 136
[17] Mulyani dan Syaodih N, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Universitas Terbuka. 2007) hlm
98
[18] Dalyono, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). hlm 219
[19] http://kosegusite.blogspot.com/2011/06/kata-pengantar-alhamdulillah-segala.html
[20] Suryono dan Haryono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm 152
[21] Boby Deporter dan Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. (Bandung: Kaifa, 1999) hlm 113
[22] Fokus CM 31, Mengenal Tipe Gaya Belajar, (Jakarta: Wikipedia, 2008)
[23] Colin Rose, Cara Belajar Cepat Abad XXI , (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2002) hlm 137
[24] Boby Deporter dan Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. (Bandung: Kaifa, 1999) hlm 114-115
[25] Suryono dan Haryono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm 152-153
[26] Colin Rose, Cara Belajar Cepat Abad XXI , (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2002) hlm 139-
140
[27] http://kosegusite.blogspot.com/2011/06/kata-pengantar-alhamdulillah-segala.html
[28] Colin Rose, Cara Belajar Cepat Abad XXI , (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2002) hlm 142
[29] Suryono dan Haryono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm163
[30] Suryono dan Haryono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm 163-164
[31] Nasution, Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010 )
hlm 115
Unknown di 22.33
Berbagi
2 komentar:
1.
2.
Kesulitan belajar klasikal adalah sedikit kemungkinannya kita memilah siswa dalam
satu kelas dengan gaya belajar yang sama agar guru menggunakan gaya mengajar
yang sesuai. Kemungkinannya penggunaaan gaya belajar sebagai dasar menentukan
metode mengajar atau gaya mengajar yaitu pada saat bimbingan personal dalam
belajar atau dalam kelompok siswa dengan gaya belajar yang sama.
Balas
Beranda
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.