Anda di halaman 1dari 17

“MANFAAT DAN TUJUAN OTONOMI DAERAH”

Dosen Pengampu : MARYAM, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK II

SERLY PITRIANI SILITONGA


YOLANDA NOVITA DEWI
ZAITUN

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2022
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ــــــــــــــــِم اِﷲالَّر ْح َم ِن الَّر ِحيم‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “MANFAAT DAN
TUJUAN OTONOMI DAERAH”. Jurnal ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas kelompok tahun akademik 2022

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita


semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Mei 2022

Penulis
ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan membahas plus minusnya pelaksanaan


otonomi daerah serta realisasi kegiatan dimaksud. Otonomi daerah
dimaksudkan sebagai pemberian sebagian wewenang dalam pengelolaan
suatu daerah, tanpa mengabaikan wewenang Pusat dan standarisasi
nasional. Nilai lebih dari otonomi pendidikan dapat dilihat dari kemandirian
SDM yang ada di daerah dalam mengelola pendidikan, dan masyarakat
daerah dapat merasa memiliki hasil pembangunan pendidikan di
daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Efek
negatif yang mungkin menjadi nilai minus bagi pelaksanaan otonomi
pendidikan adalh memungkinkan terjadinya arogansi daerah, yang
disebabkan oleh perbedaan mencolok antar berbagai daerah yang
ada.Realisasi otonomi pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari
manajemen berbasis sekolah, di mana pengambila keputusan yang
semula berada di Pusat/Kanwil/Kandep ke level sekolah dan pendidikan
berbasis masyarakat dimana masyarakat sebagai elemen sosial
diberdayakan melalui peran serta mereka dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan dengan membentuk komite
sekolah.

Key word : otonomi daerah


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia
para founding fatherstelah menjatuhkan pilihannya pada prinsip
pemencaran kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan
Negara.
Cita desentralisasi ini senantiasa menjadi bagian dalam praktek
pemerintahan Negara sejak berlakunya UUD 1945, terus memasuki era
Konstitusi RIS, UUDS 1950 sampai pada era kembali ke UUD 1945
yang dikukuhkan lewat Dekrit Presiden 5 juli 1959.
Garis perkembangan sejarah tersebut membuktikan bahwa cita
desentralisasi senantiasa dipegang teguh oleh Negara Republik
Indonesia, sekalipun dari satu periode ke periode lainnya terlihat
adanya perbedaan dalam intensitasnya
Sebagai perwujudan dari cita desentralisasi tersebut, maka
langkah-langkah penting sudah dilakukan oleh pemerintah. Lahirnya
berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk
mewujudkan cita-cita ini terus berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan
membuktikan bahwa cita tersebut masih jauh dalam realisasinya.
Otonomi daerah masih lebih sebagai harapan ketimbang sebagai
kenyataan yang telah terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Otonomi Daerah belumlah terwujud sebagaimana yang diharapkan.
Kita nampaknya baru menuju kea rah Otonomi Daerah yang
sebenarnya
Beberapa faktor-faktor yang menetukan prospek otonomi daerah,
diantaranya, yaitu :
 Faktor Pertama adalah faktor manusia sebagai subyek penggerak
(faktor dinamis) dalam peenyelenggaraan otonomi daerah. Faktor
manusia ini haruslah baik, dalam pengertian moral maupun
kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah yang
terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun
masyarakat daerah yang merupakan lingkungan tempat aktivitas
pemerintahan daerah tersebut.
 Faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan tulang
punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan Daerah.
Salah stu cirri daerah otonom adalah terletak pada kemampuan self
supportingnya / mandiri dalam bidang keuangan. Karena itu,
kemampuan keuangan ini akan sangat memberikan pengaruh
terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.Sumber keuangan
daerah yang asli, misalnya pajak dan retribusi daerah, hasilm
perusahaan daerah dan dinas daerah, serta hasil daerah lainnya
yang sah, haruslah mampu memberikan kontribusinya bagi
keuangan daerah.
 Faktor ketiga adalah faktor peralatan yang merupakan sarana
pendukung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan daerah.
Peralatan yang ada haruslah cukup dari segi jumlahnya, memadai
dari segi kualitasnya dan praktis dari segi penggunaannya. Syarat-
syarat peralatan semacam inilah yang akan sangat berpengaruh
terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.
 Faktor keempat adalah faktor organisasi dan manajemen. Tanpa
kemampuan organisasi dan manajemen yang memadai
penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik,
efisien, dan efektif.oleh sebab itu perhatian yang sungguh-sunggguh
terhadap masalah ini dituntut dari para penyelenggara pemerintahan
daerah.

Sejarah perkembangan Otonomi Daerah membuktikan bahwa


keempat faktor tersebut di atas masih jauh dari yang diharapkan.
Karenanya Otonomi Daerah masih menunjukkan sosoknya yang
kurang menggembirakan.oleh sebab itu apabila kita berkeinginan untuk
merealisasi cita-cita Otonomi Daerah maka pembenahan dan perhatian
yang sungguh-sungguh perlu diberikan kepada empat faktor di atas.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Otonomi Daerah


Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah.
Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos.
Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang,
sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri
atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga
sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah.1
Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang
berarti sendiri dannamos yang berarti undang-undang atau aturan.
Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri.
Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai “mandiri”.
Sedangkan makna yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”.
Otonomi daerah dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah
dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai
kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah mampu mencapai
kondisi sesuai yang dibutuhkan daerah maka dapat dikatakan bahwa
daerah sudah berdaya (mampu) untuk melakukan apa saja secara
mandiri tanpa tekanan dan paksaan dari pihak luar dan tentunya
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah.
Beberapa pendapat ahli yang dikutip Abdulrahman (1997)

1
Dede Rosada et all, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta,
ICCE Syarif Hidayatullah, 2003, hlm. 150.
mengemukakan bahwa :2
F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan
wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.
Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai
makna kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan (tidak
terikat atau tidak bergantung kepada orang lain atau pihak tertentu).
Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian
kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak
mengatur dan memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari
pemerintah pusat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein (1993) bahwa
otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian
wilayah nasional suatu Negara secara informal berada di luar
pemerintah pusat. Sedangkan Philip Mahwood (1983) mengemukakan
bahwa otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang
mempunyai kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan
otoritas (kekuasaan atau wewenang) yang diserahkan oleh pemerintah
guna mengalokasikan sumber sumber material yang substansial
(sesunggguhnya atau yang inti) tentang fungsi-fungsi yang berbeda.
Berbagai definisi tentang Otonomi Daerah telah banyak
dikemukakan oleh para pakar. Dan dapat disimpulkan bahwa Otonomi
Daerah yaitu kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
(inisiatif) sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom itu sendiri
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, bandung, Alfa Beta, 2004, hlm. 83
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan
hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus
diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih
luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,
memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di
daerah masing-masing.
B. Tujuan dan Fungsi Otonomi Daerah
Otonomi daerah memiliki fungsi dan tujuan yang sangat penting
bagi daerahnya sendiri. Tujuan Otonomi dan Fungsi Otonomi daerah
telah tertuang dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 [3].
Berdasarkan landasan hukum tersebut, fungsi dan tujuan otonomi
daerah adalah sebagai berikut:3
1. Tujuan Otonomi Daerah
 Tujuan Otonomi daerah yang pertama adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang tinggal atau mendiami suatu
tempat di daerah yang menjadi kekuasaannya.
 Tujuan Otonomi Daerah yang kedua yaitu untuk Meningkatkan
kualitas pelayanan umum yang berada didaerah kekuasaannya.
 Tujuan otonomi daerah yang ketiga adalah untuk meningkatkan
daya saing daerah yang ada dalam suatu negara.
 Tujuan otonomi daerah yang keempat yaitu untuk menetapkan
kebijakan sendiri berdasarkan kondisi daerah kekuasaannya.
 Tujuan otonomi daerah selain tujuan otonomi daerah diatas
adalah untuk memenuhi tujuan kedaerahan dan memberikan
kebebasan untuk mengatur dearahnya ssendiri meskipun masih
terikat dengan negara.
2. Fungsi otonomi daerah
Sama halnya dengan tujuan otonomi daerah, fungsi otomoni
daerah juga tertuang dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004[3].
3
Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2006,
hlm. 249.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut Fungsi Otonomi Daerah
adalah sebagai berikut:
 Otonomi daerah berfungsi untuk mengatur pemerintahannya
daerah kekuasaannya
 Otonomi daerah berfungi untuk mengurus berbagai urusan
pemerintahan di daerah kekuasaannya.
Tujuan dan fungsi otonomi daerah merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan antar satu dengan yang lainnya. Fungsi
otonomi daerah dilaksanakan untuk memenuhi tujuannya.

C. Prinsip Otonomi Daerah


Dalam pelaksanaannya otonomi daerah memiliki prinsip- prinsip
tertentu. Penyelenggaraan otonomi daerah membutuhkan suatu
otonomi yang berprinsipkan luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Tujuan dari adanya Prinsip-prinsip otonomi daerah tersebut adalah
untuk menghindari terjadinya penyelewengan kekuasaan yang
dilakukan oleh para pemegang kekuasaan.4 Secara lebih jelas prinsip
otonomi daerah menurut Undang-undang No 32 Tahun 2004[3] tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Prinsip otonomi luas
Otonomi luas yang dimaksudkan dalam prinsip otonomi ini
menjelaskan bahwa kepala daerah diberikan tugas, wewenang, hak,
dan kewajiban dalam menangani berbagai masalah yang berkaitan
dengan pemerintahan daerah. Permasalahan tersebut juga tidak
ditangani oleh pemerintahan pusat. Sehingga secara umum otonomi
daerah memiliki berbagai jenis. Selain itu, setiap otonomi daerah
juga memberikan kebebasan untuk mewujudkan tujuan yang ingin
dicapainya. Tujuan tersebut secara umum telah dijelaskan dalam
pembahasan tujuan otonomi daerah diatas.
b. Prinsip otonomi nyata

4
Sufyarma, Op. Cit., hlm. 86-87
Prinsip otonomi nyata berkaitan dengan tugas, wewenang dan
kewajiban dalam menangani urusan pemerintahan yang
dilaksanakan secara nyata, senyata-nyatanya. Prinsip nyata ini telah
ada, berkembang dan berpotensi untuk tumbuh sesuai dengan
potensi dan karakteristik daerah masing-masing.
c. Prinsip otonomi bertanggung jawab
Prinsip otonomi bertanggung jawab ini dapat dijelaskan bahwa
otonomi daerah harus benar-benar dilaksanakan atau
diselenggarakan sejalan dengan fungsinya dengan maksud untuk
mencapai tujuan otonomi daerah. Tujuan utama diberikan otonomi
pada suatu daerah adalah untuk memberdayakan daerah, dalam
tujuan tersebut termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
D. Asas-asas Otonomi Daerah
Dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bersifat otonomi
daerah Pemerintah harus menggunakan beberapa asas.5 Asas-asas
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Asas desentralisasi
b. Tugas pembantuan
c. Dekonsentrasi
Ketiga asas diatas harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah
menggunakan asas yang menitik beratkan pada otonomi dan tugas
pembantuan. Perlu digarisbawahi bahwa pelaksanaan pemerintahan
juga harus memenuhi asas-asas pemerintahan secara umum. Asas-
asas pemerintahan secara umum adalah sebagai berikut :

a) Asas Kepastian Hukum


b) Asas Tertib Penyelenggara Negara

5
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah.
c) Asas Kepentingan Umum
d) Asas Keterbukaan
e) Asas Proporsionalitas
f) Asas Profesionalitas
g) Asas Akuntabilitas
h) Asas Efisiensi
i) Asas Efektivitas
E. Dasar Hukum Otonomi Daerah
Pembahasan mengenai otonomi daerah tentunya memiliki dasar
hukum yang jelas. Dalam pelaksanaan otonomi ini juga memiliki aturan-
aturan yang telah tertuang dalam landasan atau dasar hukumnya.
Dasar Hukum otonomi daerah adalah sebagai berikut:6
a) Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945( pada pasal 18 ayat 1-7. 18A dan 18B)
b) Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah.
c) Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
d) Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/2000, tentang Rekomendasi
Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
e) Ketetapan MPR RI No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, pembagian, serta Pemanfaatan
Sumber Daya Nasional yangg Berkeadilan, dan perimbangan
keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
f) Beberapa dasar hukum di atas mendasari terbentuknya otonomi
daerah. Selain itu dasar hukum tersebut juga digunakan untuk
pedoman dalam melaksanakan penyelenggaraan otonomi daerah.

6
Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
F. Manfaat Otonomi Daerah
Adapun manfaat Otonomi Daerah yaitu :7
a. Pelaksanaan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan
Masyarakat di Daerahyang bersifat heterogen.
b. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang sangat
terstruktur dari pemerintah pusat
c. Perumusan kebijaksanaan dari pemerintah akan lebih realistik.
d. Desentralisasi akan mengakibatkan terjadinya "penetrasi" yang lebih
baik dariPemerintah Pusat bagi Daerah-Daerah yang terpencil atau
sangat jauh daripusat di mana seringkali rencana pemerintah tidak
dipahami oleh masyarakatsetempat atau dihambat oleh elite lokal,
dan di mana dukungan terhadapprogram pemerintah sangat terbatas.
e. Representasi yang lebih luas dari berbagai kelompok politik,
etnis, keagamaan didalam perencanaan pembangunan
yang kemudian dapat memperluas kesamaandalam mengalokasikan
sumber daya dan investasi pemerintah.
f. Peluang bagi pemerintahan serta lembaga privat dan masyarakat di
Daerahuntuk meningkatkan kapasitas teknis dan managerial.
g. Dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan di Pusat dengan tidak
lagi pejabat puncak di Pusat menjalankan tugas rutin karena hal itu
dapat diserahkan kepada pejabat Daerah.
h. Dapat menyediakan struktur di mana berbagai departemen di pusat
dapat dikoordinasi secara efektif bersama dengan pejabat Daerah
dan sejumlah NGOsdi berbagai Daerah. Propinsi, Kabupaten, dan
Kota dapat menyediakan basis wilayah koordinasi bagi
program pemerintah.
i. Struktur pemerintahan yang didesentralisasikan diperlukan guna
melembagakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
7
Rosada, Dede et all, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Jakarta,ICCE Syarif Hidayatullah, 2003
implementasi program.
j. Dapat meningkatkan pengawasan atas berbagai aktivitas yang
dilakukan oleh elite lokal yang seringkali tidak simpatik dengan
program pembangunan nasional dan tidak sensitif terhadap
kebutuhan kalangan miskin di pedesaan.
k. Administrasi pemerintahan menjadi mudah disesuaikan, inovatif, dan
kreatif. Kalau mereka berhasil maka dapat dicontoh oleh Daerah
yang lainnya.
l. Memungkinkan pemimpin di Daerah menetapkan pelayanan dan
fasilitas secara efektif mengintegrasikan daerah yang terisolasi
memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek
pembangunan dengan lebih baik dari pada yang dilakukan oleh
pejabat di Pusat.
m.Memantapkan stabilitas politik dan kesatuan nasional dengan
memberikanpeluang kepada berbagai kelompok masyarakat di
Daerah untuk berpartisipasisecara langsung dalam pembuatan
kebijaksanaan sehingga dengan demikian meningkatkan
kepentingan mereka di dalam memelihara sistem politik.
n. Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di tingkat lokal dengan
biaya yang lebih rendah, karena hal itu tidak lagi menjadi beban
pemerintah Pusat karena sudah diserahkan kepada Daerah.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi
masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Berbicara mengenai perjalanan dan perkembangan otonomi
(pemerintahan) daerah di Indonesia dengan segala aspeknya seperti
mengurai suatu ”kisah” yang sangat panjang. Bahkan mungkin tidak
banyak lagi publik yang mencoba mereviewnya, kecuali bagi kalangan
peneliti atau untuk keperluan studi. Secara praktis tentu hal itu tidak jadi
masalah karena kebijakan mengenai otonomi daerah dari suatu
regulasi yang sudah tidak berlaku lagi mungkin sudah kehilangan
manfaat. Namun bagi keperluan mendapatkan suatu subtansi dan
menemukan masalah-masalah disekitar implementasi otonomi daerah
di Indonesia, maka menelusuri perjalanan otonomi daerah dari
waktu ke waktu sepertinya sangat penting. Apalagi sampai saat inis oal
otonomi daerah di Indonesia masih mencari bentuknya yang ideal.
Dalam perspektif ini, dengan menelusuri regulasi berkaitan dengan
otonomi daerah setidaknya akan ditemukan mengapa kebijakan
otonomi daerah di Indonesia selalu berubah-ubah.
DAFTAR PUSTAKA

Diklat Teknis Penganggaran di Era Desentralisasi, kerjasama LAN


Depdagri.
Seminar Desentralisasi Pemerintahan “Inventarisasi Penyerahan Urusan
Pemerintahan” Refleksi 10 tahun Otonomi Daerah, Ditjen Otda
Depdagri.
Marzuki, M. Laica, 2007. “Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem
Ketatanegaraan RI – Jurnal Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret 2007″,
Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
RI.
Siregar, Faris. 2011. Hambatan Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Arthur, Muhammad. 2012. Menggugah Peran Aktif Masyarakat dalam
Otonomi
Lubis, Rusdi. 2011.PEMBINAAN SDM UNTUK PELAKSANAAN
OTONOMI DAERAH.
Undang-Undang No. 32/200
Undang-Undang No. 33/2004

Anda mungkin juga menyukai