1. Tema : Kehidupan
Penjelasan: Dalam sebuah cerpen tersebut mengisahkan beberapa orang yang berada di tengah laut
terdapat ombak. Dalam cerpen ini ombak begitu besar sehingga mereka harus tenang dan
2. Amanat
Tirulah sikap-sikap positif dari para nelayan dan pukat harimau seperti tolong-menolong,
gotong-royong, bekerja keras, pantang menyerah, dan bertanggung jawab dalam kehidupan
sehari-hari.
Kutipan teks:
“ Salim kembali membantunya, menarik tangan kardi sampai berhasil naik ke geladak”
“ Kardi. Rukmini. Syukurlah kalian masih hidup. Papan ini hanya cukup untuk kalian berdua.
Menilai sesuatu tak cukup dari luarnya saja. Pemikiran jelek tentang orang lain adalah
Kutipan teks:
“pelaut macam apa kau! Baru begitu saja sudah mau pingsan,” ejek salim.
“Ada sebuah pukat harimau yang beroperasi di daerah terlarang, namun mereka
3. Latar:
Kutipan teks:
“Tiang-tiang layar perahu bagai gemetaran dipermainkan oleh angin dan ombak, hingga
Kutipan teks:
Kutipan teks:
“Karena guncangan itu, keranjang-keranjang yang dia tenteng terlepas dan hanyut terseret ombak”
5. Alur
Cerpen tersebut berkembang maju, namun beberapa kali ditampilkan potongan flashback
Kardi menaikkan peralatan pelayaran keatas perahu yang teretak pantai. Peristiwa 1
(Maju)
Keranjang yang dibawa Kardi terlepas dan hanyut terseret ombak. maju
Melihat kardi yang kesusahan Salim dengan sigap membantu mengambil keranjang
gadis yang cantik namun semuanya berlalu saat ia gagal masuk Akabri. flahback
Selama dua tahun ia mencari pekerjaan yang cocok namun hasilnya nihil, kemudian
atas anjuran ayahnya ia ikut menjadi awak perahu milik ayahnya. mundur
Kardi dan Salim mengetahui ada pukat harimau yang beroperasi disitu. maju
maju
Kardi menolong Rukmuni, dan papan yang dimiliki Pak Ruslan diberikan kepada
2. Kardi sedang mengingat kembali masa ia masih diperebutkan para gadis. Konfik batin
3. Dialog Salim dan Kardi yang membicarakan nelayan pukat harimau dan menceritakan
4. Pak Ruslan memerintahkan agar meninggalkan laut karena badai akan segera datang.
sosial
5. Percakapan Rumini dan Kardi saat mereka sudah berada di laut dan sudah tidak terlau
bertenaga karena terlalu lama berusaha berenang untuk mencari tempat yang aman.
sosial
penghuni parehu dan Salim yang menggoda Kardi agar segera menikahi Rukmini.
sosial
Cara Watak
tokoh
a. Kardi Dilukiskan Selama dua tahun dia pun Tidak mudah menyerah
pasrah saja.
geladak.
patah."
Ruslan oleh kelam dengan medung hitam yang lingkungan dan sesama, tidak
datang!"
bagiannya masing-masing.
Haluan diputar.
Sudut Pandang
Sudut pandang dari cerita pendek Badai Laut Biru yaitu sudut pandang orang ketiga serba
tahu.
(Dia)
Bukti :
Kardi masih berbaring di pinggir geladak ketika ombak semakin ganas menghantami dinding
perahu. Dia bagaikan tidur di pinggir ayunan yang lebar dan hangat, membiarkan panas
matahari menyengati kulit tubuhnya yang cokelat kehitaman. Seolah dia sudah biasa dibakar
sinar matahari seperti itu. Dia sudah tidak pernah lagi ingin memiliki kulit tubuh yang kuning
Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam Teks “Badai Laut Biru” jelas dan puitis. Selain itu, banyak
1. Majas Personifikasi
Majas yang memberikan tingkah laku manusia, perbuatan, sifat manusia kepada benda
mati atau makhluk hidup selain manusia sehingga benda-benda tersebut seolah-olah
berbuat seperti manusia.
Contoh :
kalimat 3)
Di atas pasir hitam, tak jauh dari sebuah perahu yang terus menari, Kardi
Tiang-tiang layar perahu bagai gemetaran dipermainkan angin dan ombak, hingga
Langit telah berubah menjadi kelam dengan mendung hitam yang bergumpalan
Ketika keduanya masuk ke air, Rukmini terlepas dari pegangannya dan tenggelam
ditelan ombak.
2. Majas Simile
Majas perbandingan yang membandingkan dua hal dan ditandai dengan kata penghubung
Contoh :
Tiang-tiang layar perahu bagai gemetaran dipermainkan angin dan ombak, hingga
Perahu terayun-ayun keras bagai sepotong papan yang tak berarti, lalu perlahan-
lahan miring ke kanan dan seluruh isi geladak tiba-tiba terlempar ke laut.
Dia bagaikan tidur di pinggir ayunan yang lebar dan hangat, membiarkan panas
Ya, sama-sama hitamnya. Kalau menjadi satu semakin kelam seperti kepala kereta
api kuno.
Laut di sekeliling perahunya tampak tenang tanpa ombak sedikitpun. Bagai laut
mati.
3. Majas Hiperbola
Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan
sesungguhnya dengan kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti.
Contoh :
4. Majas Repetisi
Majas perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting
Contoh :
Kini dia pasrah saja pada kehendak alam, kehendak sang nasib, kehendak waktu.
Akan menjadi apa dia kelak, akan seperti apa kulit tubuhnya, dia pasrah saja.
5. Majas Metafora
Majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkannya dengan sesuatu yang lain
Contoh :
Lapar sih lapar, tapi itu dewimu belum selesai memasak. Rukmi, sudah masak
Contoh :
Jangan pikirkan diriku yang sudah tua begini. Kalian masih punya harapan hidup
yang panjang.
7. Majas Antitesis
Contoh :
Kardi dan Salim duduk di emper gubuk perahu, memandang langit yang tampak
kebiruan di celah-celah awan putih dan hitam, matahari timbul tenggelam di balik
awan.
8. Majas Metonimia
Pengungkapan berupa penggunaan nama atau benda lain yang menjadi merek, ciri
Contoh :
9. Majas Antiklimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama menurun.
Contoh :
Berawak sembilan orang. Enam orang lelaki dewasa, dua orang anak lelaki dan
Tarikan dan gerakan pengapung itu kadang-kadang cepat dan keras, kadang-
kadang lemah dan perlahan, tergantung pada jenis dan besar kecilnya ikan.
10. Majas Totum pro Parte
Majas yang mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan ironi, atau parodi, untuk
Contoh :
Jangan khawatir. Semuanya selamat. Cuma kau dan dewimu yang pingsan. Maklum,
Kehidupan para nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dimana di dalam cerpen ini
pengarang menggambarkan proses perjuangan mereka yang kini harus menghadapi nasib mata
pencahariannya di dalam lautan luas, dan memasrahkan diri, jiwa, dan raga mereka hanya kepada satu
Tapi bagaimana pun mereka tetap harus berangkat karena hanya itulah satu-satunya jalan mata
pencaharian mereka.
a. Nilai Estetika : Peindahan alam dan penggunaan majas (Matahari membakar pantai berpasir hitam
b. Nilai Sosial Budaya : Penggunaan bahasa daerah {bahasa Jawa} (Tir pada irenge, sir pada jalitenge).
Bahasa, mata pencarian, tarian, adat istiadat, kebiasaan, dan karya cipta.
c. Nilai Moral : Bertanggung jawab (“Kalau tadi Pak Ruslan tidak memberikan selembar papan kepda
kami entah kami sudah jadi apa. Mungkin telah tenggelam berdua dimakan hiu. Dia memang betul-
betul seorang kapten yang bertanggung jawab”). Pantang menyerah (Pada detik-detik yang
menegangkan itu, dengan cepat Kardi menarik tubuh Rukmini untuk meloncat ke laut yang
bergelombang besar.Ketika keduanya masuk ke air, Rukmini terlepas dari pegangannya dan
Kardi melihat Rukmini muncul dari dalam air dengan gelagapan. Dia cepat-cepat mengejarnya dan
dia berhasil meraih Rukmini dengan tangkas kirinya. Lalu berenang dengan susah payah. Rukmini
lemas. Tubuh Kardi juga semakin lemas.) merampok (“Ya, tapi apa gunanya undang-undang kalau
perampok-perampok ikan itu masih dapat dengan bebas dan seenaknya saja beroperasi di daerah
kita.”) perkelahian dan pembunuhan (“Kau sudah mendengar tentang perkelahian antara nelyakecil
melwan nelayan pukat harimau di pantai Jepara yang berakhir dengan tragedi pembunuhan?”).