Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS UNSUR-UNSUR INSTRINSIK CERPEN BERJUDUL

“BADAI LAUT BIRU” KARYA AHMADUN Y. HERFANDA

1. Tema : Kehidupan

Penjelasan: Dalam sebuah cerpen tersebut mengisahkan beberapa orang yang berada di tengah laut

terdapat ombak. Dalam cerpen ini ombak begitu besar sehingga mereka harus tenang dan

mencari jalan keluar atau solusi.

2. Amanat

 Tirulah sikap-sikap positif dari para nelayan dan pukat harimau seperti tolong-menolong,

gotong-royong, bekerja keras, pantang menyerah, dan bertanggung jawab dalam kehidupan

sehari-hari.

Kutipan teks:

“ Salim kembali membantunya, menarik tangan kardi sampai berhasil naik ke geladak”

“ Kardi. Rukmini. Syukurlah kalian masih hidup. Papan ini hanya cukup untuk kalian berdua.

Pakailah.” Pak Ruslam memberikan papan itu kepada mereka.

  Menilai sesuatu tak cukup dari luarnya saja. Pemikiran jelek tentang orang lain adalah

cerminan dari diri sendiri.

Kutipan teks:

“pelaut macam apa kau! Baru begitu saja sudah mau pingsan,” ejek salim.

“Ada sebuah pukat harimau yang beroperasi di daerah terlarang, namun mereka

memberitahukan bahwa aka nada badai kepada perahu Kardi”

3. Latar:

 tempat = pantai, laut.

Kutipan teks:

“Tiang-tiang layar perahu bagai gemetaran dipermainkan oleh angin dan ombak, hingga

perahu-perahu tua itu bagai menari-nari di bibir pantai”

 suasana = romantis, menegangkan, memanas, panas terik.

Kutipan teks:

“Siang itu sangat terik”

“ini Romeomu sudah kelaparan,” ucap Salim

 waktu = siang, setengah jam, seperempat jam.


Kutipan teks:

“Siang itu sangat terik”

4. Sudut pandangan : orang ketiga serba tahu.

Kutipan teks:

“Karena guncangan itu, keranjang-keranjang yang dia tenteng terlepas dan hanyut terseret ombak”

5. Alur

Cerpen Badai di Laut Biru memiliki alur campuran.

Cerpen tersebut berkembang maju, namun beberapa kali ditampilkan potongan flashback

yang menjelaskan latar belakang cerita.

 Kardi menaikkan peralatan pelayaran keatas perahu yang teretak pantai. Peristiwa 1

(Maju)

 Keranjang yang dibawa Kardi terlepas dan hanyut terseret ombak. maju

 Melihat kardi yang kesusahan Salim dengan sigap membantu mengambil keranjang

dan membantu Kardi untuk naik ke perahu. maju

 Kardi berbaring dipinggir geladak perahu, ia mengingat saat ia diperebutkan beberapa

gadis yang cantik namun semuanya berlalu saat ia gagal masuk Akabri. flahback

 Selama dua tahun ia mencari pekerjaan yang cocok namun hasilnya nihil, kemudian

atas anjuran ayahnya ia ikut menjadi awak perahu milik ayahnya. mundur

 Perlahan-lahan perahu meninggalkan daratan dan jala-jala pun mulai diturunkan

untuk menangkap ikan. maju

 Kardi dan Salim mengetahui ada pukat harimau yang beroperasi disitu. maju

 Setelah itu,, terjadilah badai yang mempora-porandakkan awak perahu. maju

 Pak Ruslaln menyuruh penghuni diperahu meyelamatkan dirinya masing-masing.

maju

 Kardi menolong Rukmuni, dan papan yang dimiliki Pak Ruslan diberikan kepada

Kardi dan Ruikmini. maju

 Pada akhirnya semuanya selamat dari terpaan badai. maju


Plot (konflik)

1. Ejekan Salim kepada Kardi. Konflik sosial

2. Kardi sedang mengingat kembali masa ia masih diperebutkan para gadis. Konfik batin

3. Dialog Salim dan Kardi yang membicarakan nelayan pukat harimau dan menceritakan

kedekatan Kardi dan Rukm ini. sosial

4. Pak Ruslan memerintahkan agar meninggalkan laut karena badai akan segera datang.

sosial

5. Percakapan Rumini dan Kardi saat mereka sudah berada di laut dan sudah tidak terlau

bertenaga karena terlalu lama berusaha berenang untuk mencari tempat yang aman.

sosial

6. Percakapan Salim dan Kardi yang membicarakan tentang keselamamatan para

penghuni parehu dan Salim yang menggoda Kardi agar segera menikahi Rukmini.

sosial

 Penokohan dalam Teks “Badai di Laut Biru”

Cara Watak

Tokoh penggambaran Bukti

tokoh

a. Kardi Dilukiskan Selama dua tahun dia pun Tidak mudah menyerah

melalui berusaha mencari pekerjaan

perilakunya yang layak sesuai dengan

ijazahnya, namun hasilnya nihil.

Dilukiskan Kemudian atas anjuran ayahnya, Mudah menyerah

oleh Kardi ikut menjadi awak perahu

prilakunya milik sang ayah sampai sekarang.

Kini dia pasrah saja pada


kehendak alam, kehendak sang

nasib, kehendak waktu. Akan

menjadi apa dia kelak, akan

seperti apa kulit tubuhnya, dia

pasrah saja.

Perilaku Dia melihat seseorang telah terjun Menolong sesama

ke air dan segera melepaskan tali

perahu yang terikat pada tonggak

di bibir pantai. Kardi segera

membantunya dengan menarik

tali itu dan menaikkannya ke

geladak.

Rukmini dengan wajah pucat Panik

berpegang erat pada tiang pintu

gubuk. Ia mejerit keras ketika

tiang layar di depannya patah

diterjang angin dan terempas ke

d. Rukmin buritan. Dan, "brruuuaaakk!"

i gubuk reyot di atas perahu itu pun

dihempaskan angin dan roboh

menghantam dinding perahu.

Perkataan "Aku tidak bisa berenang lagi, Lemah (Venny)

tokoh Mas. Rasanya kakiku ada yang Mudah menyerah (Yessica)

patah."

f. Pak Dilukiskan Langit telah berubah menjadi Peduli, peka terhadap

Ruslan oleh kelam dengan medung hitam yang lingkungan dan sesama, tidak

periakunya bergumpalan tebal berarak ke mementingkan diri sendiri,

selatan. Langit seperti mau bertanggung jawab. “Venny”

runtuh. Pak Ruslan segera melihat


berkeliling. Dia melihat tanda-

tanda yang aneh. Laut di

sekeliling perahunya tampak

tenang tanpa ombak sedikitpun.

Bagai laut mati. Dia yang sudah

berpengalaman segera memberi

perintah: "Cepat kita tinggalkan

tempat ini! Badai betul-betul akan

datang!"

perkataan Dia yang sudah berpengalaman peduli

segera memberi perintah: "Cepat

kita tinggalkan tempat ini! Badai

betul-betul akan datang!"

Para awak perahu bagai tersentak.

Semua segera kembali ke

bagiannya masing-masing.

Haluan diputar.

h. Salim Melihat Kardi kepayahan, lelaki Tangkas dan tanggap

di geladak itu, Salim, dengan

tangkas meloncat ke arah Kardi

dan mengambil alih keranjang-

keranjang yang dibawanya.

Kardi sudah tidak kuat Peduli dan membantu sesama

mengangkat tubuhnya sendiri.

Salim kembali membantunya,

menarik tangan Kardi sampai

berhasil naik ke geladak.


"Cocok sekali. Tir pada irenge , Humoris, mudah bercanda

sir pada jalitenge . Ya, sama-sama

hitamnya. Kalau menjadi satu

semakin kelam seperti kepala

kereta api kuno."

 Sudut Pandang

Sudut pandang dari cerita pendek Badai Laut Biru yaitu sudut pandang orang ketiga serba

tahu.

(Dia)

Bukti :

Kardi masih berbaring di pinggir geladak ketika ombak semakin ganas menghantami dinding

perahu. Dia bagaikan tidur di pinggir ayunan yang lebar dan hangat, membiarkan panas

matahari menyengati kulit tubuhnya yang cokelat kehitaman. Seolah dia sudah biasa dibakar

sinar matahari seperti itu. Dia sudah tidak pernah lagi ingin memiliki kulit tubuh yang kuning

seperti ketika masih sekolah di SMA dua tahun yang lalu.

 Gaya Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam Teks “Badai Laut Biru” jelas dan puitis. Selain itu, banyak

terdapat majas, antara lain :

1. Majas Personifikasi

Majas yang memberikan tingkah laku manusia, perbuatan, sifat manusia kepada benda

mati atau makhluk hidup selain manusia sehingga benda-benda tersebut seolah-olah
berbuat seperti manusia.

Contoh :

 Matahari membakar pantai berpasir hitam hingga terasa membara. (Paragraf 1

kalimat 3)

 Di atas pasir hitam, tak jauh dari sebuah perahu yang terus menari, Kardi

mengemasi bekal-bekal pelayaran, jala dan kail, juga keranjang-keranjang ikan,

lalu menaikkannya ke geladak perahunya.

 Kardi masih berbaring di pinggir geladak ketika ombak semakin ganas

menghantami dinding perahu.

 Tiang-tiang layar perahu bagai gemetaran dipermainkan angin dan ombak, hingga

perahu-perahu tua itu bagai menari-nari di bibir pantai.

 Langit telah berubah menjadi kelam dengan mendung hitam yang bergumpalan

tebal berarak ke selatan.

 Ketika keduanya masuk ke air, Rukmini terlepas dari pegangannya dan tenggelam

ditelan ombak.

2. Majas Simile

Majas perbandingan yang membandingkan dua hal dan ditandai dengan kata penghubung

perbandingan (bagai, andai, laksana, bak, dan sebagainya)

Contoh :

 Tiang-tiang layar perahu bagai gemetaran dipermainkan angin dan ombak, hingga

perahu-perahu tua itu bagai menari-nari di bibir pantai.

 Perahu terayun-ayun keras bagai sepotong papan yang tak berarti, lalu perlahan-

lahan miring ke kanan dan seluruh isi geladak tiba-tiba terlempar ke laut.

 Dia bagaikan tidur di pinggir ayunan yang lebar dan hangat, membiarkan panas

matahari menyengati kulit tubuhnya yang cokelat kehitaman.

 Ya, sama-sama hitamnya. Kalau menjadi satu semakin kelam seperti kepala kereta

api kuno.
 Laut di sekeliling perahunya tampak tenang tanpa ombak sedikitpun. Bagai laut

mati.

3. Majas Hiperbola

Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan

sesungguhnya dengan kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti.

Contoh :

 Kardi masih berbaring di pinggir geladak ketika ombak semakin ganas

menghantami dinding perahu.

 Teknologi modern kadang-kadang bahkan menjadi alat penindas rakyat kecil.

 Kardi dan Salim menceburkan diri ke dalam kesibukan itu.

 Seolah dia sudah biasa dibakar sinar matahari seperti itu.

4. Majas Repetisi

Majas perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting

untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Contoh :

 Kini dia pasrah saja pada kehendak alam, kehendak sang nasib, kehendak waktu.

 Akan menjadi apa dia kelak, akan seperti apa kulit tubuhnya, dia pasrah saja.

5. Majas Metafora

Majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkannya dengan sesuatu yang lain

secara langsung (tidak menggunakan kata-kata yang menyatakan pembanding)

Contoh :

 Cuma kau dan dewimu yang pingsan.

 Lapar sih lapar, tapi itu dewimu belum selesai memasak. Rukmi, sudah masak

belum? Ini Romeomu suda kelaparan!


6. Majas Litotesis

Majas perbandingan yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan

artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.

Contoh :

 Jangan pikirkan diriku yang sudah tua begini. Kalian masih punya harapan hidup

yang panjang.

7. Majas Antitesis

Majas Pertentangan yang menggunakan kata-kata yang berlawanan.

Contoh :

 Kardi dan Salim duduk di emper gubuk perahu, memandang langit yang tampak

kebiruan di celah-celah awan putih dan hitam, matahari timbul tenggelam di balik

awan.

 Ikan-ikan kecil banyak berloncatan di kanan kiri perahu.

8. Majas Metonimia

Pengungkapan berupa penggunaan nama atau benda lain yang menjadi merek, ciri

khas, atau atribut.

Contoh :

 Memangnya gigimu selalu kau pepsodent.

9. Majas Antiklimaks

Majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama menurun.

Contoh :

 Berawak sembilan orang. Enam orang lelaki dewasa, dua orang anak lelaki dan

seorang gadis anak Pak Ruslan sebagai tukang masak.

 Tarikan dan gerakan pengapung itu kadang-kadang cepat dan keras, kadang-

kadang lemah dan perlahan, tergantung pada jenis dan besar kecilnya ikan.
10. Majas Totum pro Parte

Majas dengan mengungkapkan keseluruhan objek dengan maksud hanya sebagian.

 Ikan-ikan kecil banyak berloncatan di kanan kiri perahu.

11. Majas Satire

Majas yang mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan ironi, atau parodi, untuk

mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan,dan lain-lainnya.

Contoh :

Jangan khawatir. Semuanya selamat. Cuma kau dan dewimu yang pingsan. Maklum,

kalian memang bukan pelaut sejati.

Unsur-unsur Ektrinsik dalam cerpen “Badai Laut Biru”

1.    Latar belakang masyarakat

Kehidupan para nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,  dimana di dalam cerpen ini

pengarang menggambarkan proses perjuangan mereka yang kini harus menghadapi nasib mata

pencahariannya di dalam lautan luas, dan memasrahkan diri, jiwa, dan raga mereka hanya kepada satu

kendaraan yang sangat tidak bisa menjamin keselamatan mereka.

Tapi bagaimana pun mereka tetap harus berangkat karena hanya itulah satu-satunya jalan mata

pencaharian mereka.

2.    Latar belakang penulis

Dalam cerpen “Badai Lut Biru” ini pengarang  mencoba menggambarkan kehidupan nelayan,

pengarang juga mencoba mmenyampaikan amanat-amanat dalam cerpen tersebut.


Analisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen “Badai Laut Biru”

a.    Nilai Estetika : Peindahan alam dan penggunaan majas (Matahari membakar pantai berpasir hitam

hingga terasa membara).

b.    Nilai Sosial Budaya : Penggunaan bahasa daerah {bahasa Jawa} (Tir pada irenge, sir pada jalitenge).

 Bahasa, mata pencarian, tarian, adat istiadat, kebiasaan, dan karya cipta.

c.    Nilai Moral : Bertanggung jawab (“Kalau tadi Pak Ruslan tidak memberikan selembar papan kepda

kami entah kami sudah jadi apa. Mungkin telah tenggelam berdua dimakan hiu. Dia memang betul-

betul seorang kapten yang bertanggung jawab”). Pantang menyerah (Pada detik-detik yang

menegangkan itu, dengan cepat Kardi menarik tubuh Rukmini untuk meloncat ke laut yang

bergelombang besar.Ketika keduanya masuk ke air, Rukmini terlepas dari pegangannya dan

tenggelam ditelan ombak. Dengan mata dan tangganya dia mencari-carinya.

     Kardi melihat Rukmini muncul dari dalam air dengan gelagapan. Dia cepat-cepat mengejarnya dan

dia berhasil meraih Rukmini dengan tangkas kirinya. Lalu berenang dengan susah payah. Rukmini

lemas. Tubuh Kardi juga semakin lemas.) merampok (“Ya, tapi apa gunanya undang-undang kalau

perampok-perampok ikan itu masih dapat dengan bebas dan seenaknya saja beroperasi di daerah

kita.”) perkelahian dan pembunuhan (“Kau sudah mendengar tentang perkelahian antara nelyakecil

melwan nelayan pukat harimau di pantai Jepara yang berakhir dengan tragedi pembunuhan?”).

Anda mungkin juga menyukai