Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MENGULAS JURNAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pada
Kondisi Rentan
Prodi SI Kebidanan Alih Jenjang Tahun Ajaran 2021-2022

Disusun Oleh:

Amidasari (6221534)
Sartika Dwi Kusumiati (6221490)
Eti Nurhayati (6221537)
Indah Martiastutu Harahap (6221533)

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN ALIH JENJANG IKES RAJAWALI


BANDUNG KELAS F
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yaitu ” Mengulas
Jurnal Asuhan Berkelanjutan Pada Ibu Hamil Berkebutuhan Khusus. Makalah ini
kami buat untuk melengkapi tugas makalah kuliah Asuhan Kebidanan Pada
Kondisi Khusus. Selain itu makalah ini juga bertujuan agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami secara jelas mengenai prilaku merokok dan peran
bidan dalam mengatasi prilaku merokok yang ada dimasyarakat.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Sukabumi, 20 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan ......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep COC ............................................................................... 6
2.2 Kehamilan ................................................................................... 6
2.3 Persalinan .................................................................................. 10
2.4 Bayi baru lahir ........................................................................... 12
2.5 Nifas .......................................................................................... 14
2.6 Kontrasepsi ................................................................................ 16
BAB III PENUTUP ............................................................................. 18
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 18
3.2 Saran.......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 20

iii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, bayi baru lahir (neonatus) , nifas, dan keluarga


berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis / alamiah , namun
dalam prosesnya dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat
yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2015). Maka dari itu
Asuhan kebidanan Continuity Of Care merupakan asuhan yang diberikan pada
masa kehamilan, persalinan, nifas bayi baru lahir (neonatus), serta pemilihan
metode kontrasepsi / KB komprehensif sehingga mampu untuk menekan dan
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Asuhan kebidanan berkesinambungan antara lain yaitu asuhan antenatal, dimana
bertujuan memberikan asuhan yang efektif dan menyeluruh bagi ibu, bayi dan
keluarga berencana melalui tindakan skrining pencegahan dan penanganan yang
tepat . (Holmes, dkk, 2012 : 256) . Kehamilan yang normal dengan persalinan
secara normal tanpa adanya komplikasi merupakan suatu harapan bagi setiap ibu,
serta lahirnya bayi yang sehat juga dinantikan oleh keluarga.

WHO Word Healt Organization mengenai status kesehatan


nasiaonalpadacapaiantargetSustainableDelevopmentGoalsmenyatakansecaraglob
al830wanitameninggalsetiapharikarenakomplikasiselamakehamilan,persalinan,de
ngantingkatAKIsebanyak216per100.000kelahiranhidup.Danangkakematianbayi
AKBterdapat24per100.000kelahiranhidupdengankasus sebesar 151.200.Pada
tahun 2018 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
mengalamipeningkatandibandingkanpadatahun2017.DiIndonesiaAKIsebesar346
per 100.000 penduduk dan AKB 24 per 100.000 penduduk. Hasil dari rapat
Kerja Nasional 2018 sasaran AKI di Indonesia sebanyak 306 per 100.000 dan
pada AKB ditargetkan mencapai 17 per 100.000 penduduk. (Kemenkes 2018).
Sedangkan pada tahun 2017 menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2017 jumlah angka kematian ibu (AKI) sebesar 305 per 100.000
kelahiran hidup dengan kasus sebesar 14.623 kasus. Penyebab langsung
kematian ibu (AKI) yaitu disebabkan preeklamsia dan pendarahan. Angka
kematian bayi (AKB) terdapat 24 per 100.000 kelahiran hidup dengan kasus
sebesar 151.200 kasus disebabkan oleh bayi berat lahir rendah (BBLR) dan
asfiksia (Kemenkes RI 2017). Sebagian besar komplikasi tidak bisa diprediksi
artinya setiap kehamilan beresiko , penyebab utama kematian AKI kira kira 75%
kematian ibu disebabkan pendarahan parah (sebagian besar pendarahan
pascasalin), infeksi pascasalin, hipertensi saat kehamilan, partus lama, aborsi
tidak aman. Kematian AKB sebanyak 7000 bayi baru lahir didunia meninggal
setiap harinya Indonesia 185/hari dengan AKN 15/1000 kelahiran hidup. Tiga
perempat kematian AKB terjadi pada minggu pertama dan 40% meninggal
dalam 24 jam pertama, penyebab utama kematian tahun 2018 adalah : premature
komplikasi terkait persalinan asfixsia atau kesulitan bernafas saat lahir , infeksi
dan cacat lahir (birth defect). Pada tahun 2018 AKI ProvinsiJawa Timur
mencapai 522 per 100.000. kelahiran hidup. Penyebab tertinggi kematian ibu
pada tahun 2018 adalah terjadi pada ibu hamil 130 orang (25%) dan bersalin
sebanyak 109 orang (21%) untuk masa nifas 0 – 42 hari yaituse banyak 281
orang (54%) atau. Sedangkan AKB sebesar 4.028 per 1.000 angkakelahiran
hidup. Penyebab terbanyak kematian bayi disebabkan BBLR yang mencapai
1.691 bayi (42%), dan 1.007 bayi (25%) dikarenakan asfiksia serta 644 bayi
(16%) akibat kelainan bawaan. Capaian ibu hamil K1 97%. Capaian K4 87,3%
target 76%.Capaian PN 83,67%. Capaian KF 87,36%. Capaian KN lengkap
97,75% target 97%. Capaian akseptor KB aktif 63,22% target 60%, dan akseptor
KB baru 10,4%. (Data Dinkes Prov. Jatim, 2018).
Kematian ibu masih dapat terjadi pada masa kini karena perdarahan atau
sepsis. Ibu pasca persalinan yang sosial ekonomi dan pendidikan kurang dapat
potensi bahaya nifas. Masa kehamilan sangat memerlukan pendampingan tenaga
kesehatan guna untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti
anemia,pendarahan,dan komplikasi lainya yang dapat membahayakan kehamilan.
Dengan adanya kunjungan yang teratur dan rutin dari bidan atau dokter, maka
selama selama kunjungan tersebut diharapkan komplikasi yang mungkin terjadi

2
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum.Dapat dikenali secara dini
dan dapat ditangani dengan cepat dan tepat, hal ini dapat mengurangi resiko
kematian dan kesakitan bagi ibu dan janin. Pada asuhan antenatal yang kurang
optimal dapat menimbulkan dampak atau komplikasi pada kehamilan
,persalinan,bayi baru lahir (neonatus), dan memutuskan menggunakan metode
keluarga berencana (KB). Sehingga sangat penting mendapatkan pelayanan dari
tenaga kesehatan, karena dengan begitu perkembangan kondisi setiap saat akan
terpantau dengan baik. (Marmi, 2015 : 9-11).
Upaya yang telah dilakukan Kemenkes melalui pemerintahan membentuks
uatu program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatan sehingga
selama kehamilan dan persalinannya sehat dan selamat. Adapun program-progam
yang diberikankan oleh pemerintah yaitu adanya Program Desa Siagaa tau yang
saat ini sudah diganti dengan ANC Terpadu, Program Pendampingan Bumil Resti
(bahaya ibu hamil yang besar pada saat hamil maupun persalinan), oleh kader
melalui pendampingan saat ibu hamil di dampingi oleh satukader yang dilakukan
sejak awal kehamilan sampai dengan 40 hari setelah melahirkan. Kemudian ada
pula Program PENAKIB (Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi) yang
dilaksanakan diantaranya dengan beberapa cara yaitu dengan scoring (penilaian)
factor resiko, kunjungan langsung ke Dokter SpOG dan Dokter SpA, pengadaan
kelas ibu hamil.Oleh karena itu, kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
harus ditangani oleh petugas kesehatan yang berwenang demi kesehatan dan
keselamatan ibu dan bayi. Berdasarkan kebijakan pemerintah kunjungan ideal ibu
hamil minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, 1
kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. 3 Kunjungan ibu nifas minimal
3 kali kunjungan selama masa nifas yaitu KF 1 pada 6 jam - 48 jam, KF 2 pada 4
hari-28 hari, dan KF 3 pada 29 hari-42 hari, serta kunjungan neonatus idealnya
minimal 3 kali kunjungan yaitu KN 1 pada 6 jam – 48 jam, KN 2 pada 3 hari- 7
hari, dan KN 3 pada 8 hari-28 hari.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan ibu dan anak salah
satunya yaitu melakukan asuhan secara berkelanjutan berkaitan dengan kualitas
pelayanan dari waktu- ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menurus

3
antara pasien dengan tenaga professional kesehetan. Pelayanan kebidanan
,melahirkan dan sampai enam minggu postpartum serta keluarga berencana (KB)
(Pratami, 2014:97)
Berdasarkan masalah diatas maka penuis tertarik melakukan asuhan kebidanan
secara berkesinambungan ( Continuity of Care ). Mulai dari masa hamil Trimester
III dimulai dari (36-40 minggu). Persalinan, nifas, bayi baru lahir (neonatus), dan
keluarga berencana (KB). Pelayanan ini secara continuity of care.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu Memberikan asuhan kebidanan secara
continuity of care pada kondis Khusus pada kehamilan, persalinan,nifas,
bayi baru lahir (neonatus), dan keluarga berencana (KB). Dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan kebidanan secara Countinuity Of Care pada ibu hamil
trimester III (36-40 minggu), meliputi pengkajian, merumuskan diagnose
kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan
kebidanan, dan melakukan evaluasi serta melakukan pendokumentasian
asuhan kebidanan.
b. elakukan asuhan kebidanan secara Countinuity Of Care pada ibu
Persalinan, meliputi pengkajian, merumuskan diagnose kebidanan,
merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan, dan
melakukan evaluasi serta melakukan pendokumentasian asuhan
kebidanan.
1.3 Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan serta
penerapan Asuhan Kebidanan dalam batasan continuity of care pada
kondis rentan khususnya pada kehamilan , persalinan ,nifas, bayi baru lahir
(neonatus) dan keluarga berencana (KB).
b. Manfaat Praktis

4
1) Bagi Ibu
Mendapatkan pelayanan kebidanan secara continuity of
carepada ibu hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir (neonatus, dan
keluarga berencana (KB).
2) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat di aplikasikan apa yang telah di pelajari dari perkuliahan
kelahan praktik tentang asuhan yang diberikan pada ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan KB dalam batasan
continuity of care khususnya pada kondisi rentan.
3) Bagi Mahasiswa Kebidanan
Sebagai penerapan mata kuliah dan bisa mempraktikkan teori
secara langsung di lapangan, guna memberikan asuhan kebidanan
komprehensif ,pada ibuhamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir
(neonatus) dan keluarga berencana (KB) khususnya pada kondisi
rentan.
4) Bagi Bidan dan PMB
Sebagai bahan masukan agar tetap bisa mempertahankan mutu
layanan asuhan kebidanan sesuai dengan standart pelayanan asuhan
kebidanan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep COC

Pelayanan kesehatan ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian lebih


karena ibu dan anak termasuk golongan rentan yang dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas, maka dari itu diperlukan asuhan asuhan kebidanan
berkelanjutan yang mengetahui pertumbuhan dan perkembangan mulai dari
masa kehamilan, persalinan, nifas sampai ber KB.

2.2 Masa kehamilan


Asuhan yang berkelanjutan pada saat kehamilan yang dilakukan oleh bidansesuai
dengan jurnal penelitian Pratiwi Puju Lestari, dan Dwi Prelia, 2021yaitu:
a) Melaksanakan kunjungan ANC sesuai dengan standar
Asuhan yang diberikan pada masa kehamilan harus sesuai dengan
standar, bidan dapat Pemeriksaan semasa kehamilan harus dijadwaikan sejak
awal, jadwal pemeriksaan kehamilan dimulai dari hari pertama haid terakhir
sampai usia 28 minggu. Dalam usia ini dilakukan 4 minggu sekali. Usia
kehamilan 28-37 minggu pemeriksaan dilakukan 2 minggu sekali.
Kehamilan 36 minggu: dilakukan pemeriksaan 1 minggu sekali kecuali
jika ditemukan kelainan/faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan
medik lain, pemeriksaan harus dilakukan ibu lebih sering dan intensif.
Pada kasus yang terdapat dalam jurnal ibu dilakukan pemeriksaan
ANC umur kehamilan 35 minggu ke umur kehamilan 36 minggu sebanyak
2 kali, ibu datang untuk melakukan ANC karena ini kehamilan ibu yang
pertama sehingga ibu sangat perhatian dengan janinnya dan juga karena
ibu mengeluh saat itu dengan keluhan sering kencing. Dalam
pemeriksaan ANC tidak masalah jika ibu melakukan kunjungan sebelum
waktunya karena kunjungan ANC pun bagus untuk mengetahui keadaan

6
ibudan janin. Tetapi seharusnya ibu melakukan kunjungan ulang pada
umur kehamilan 36 minggu seperti yang ada diteori sesuai standar
pemerintah.
b) Melakukan pemeriksaan ANC sesuai 10 T
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Pemeriksaan tekanan darah
3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8) Test laboratorium (rutin dan khusus)
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
c) melakukan pemeriksaan fisik dan kehamilan Seperti :
1) melakukan pemeriksaan payudara
Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan
payudara ibu apakah ada kelainan atau tidak karena payudara
merupakan hal yang paling penting saat proses persalinan untuk
sumber nutrisi bayi ibu. Pemeriksaan payudara harus dilakukan untuk
memeriksa kebersihannya, putting susu menonjol atau tidak,
hiperpigmentasi pada aerola, bekas operasi dan kelenjar
Montgomery.
2) Melakukan pemeriksaan genetalia

Pada asuhan kehamilan, pemeriksaan genitalia sangat penting


dilakukan apalagi untukkunjungan pertama di trimester tiga.

7
Pemeriksaaan genetalia dilakukan untuk mengetahui adanya
tukak/luka, varises, cairan (warna, konstitensi, jumlah dan bau),
kelenjar bartholini (pembengkakan, massa atau kista dan cairan) jika
ditemukan salah satu tandabahaya tersebut maka bidan segera
melakukan pemeriksaan yang lebih.

d) Memberi dukungan pisikologis

Faktor psikis menjadi poin penting, bidan harus terlebih dahulu


membangun trust dengan ibu hamil, sehingga akan mengurangi rasa
cemas, enggan dan mempercayai bidan untuk melakukan pengkajian
data selengkap lengkapnya. Terlebih lagi subjek penelitian merupakan
primipara. Dari penelitian dikemukakan bahwa ibu hamil primipara
cenderung memiliki risiko kecemasan yang lebih besar dibanding dengan
ibu hamil multipara (Na’Im, 2010).

e) Membantu menguragi keluhan yang dirasakan


Seperti kasus yang didalam jurnal ibu mengalami keluhan umum
yang terjadi pada trimester tiga dialami subjek penelitian adalah sering
kencing. Untuk menanggulangi keluhan tersebut, bidan melakukan
konseling keluhan fisiologi pada trimester tiga. Pengaruh desakan hamil
muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi
dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh. Hemodilusi menyebabkan metabolisme air
makin lancar sehingga pembentukan urine akan bertambah
(Prawiroharjo, 2010).
f) Memberikan konseling kepada ibu hamil
Pada kunjunganANC yang ke 3, keluhan yang dikemukakan oleh
subjek penelitian adalah sakit pinggang. Telah dilakukan konseling
penanganan sakit pinggang yang sesuai yaitu dengan mereduksi

8
aktivitas untuk persiapan kehamilan pada saat umur kehamilan ibu 37
minggu. ibu mengeluh sakit pinggang pada teori dijelskan bahwa sakit
pinggang merupakan nyeri yang terjadi padaarea lumbosacral. Nyeri
punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring
pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat
pergeseran gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya (Vega Swary,
2014). Perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar. Jik
wanita tersebut tidak memberi perhatian penuh terhadap postur
tubuhnya maka ia akan berjalan dengan ayunan tubuh kebelakang
akibatpeningkatan lordosis. Lengkungan ini kemudian akan
meregangkan otot punggung dan menimbulkan area sakit atau nyeri.
Cara mengatasi nyeri bisa dilakukan dengan cara postur tubuh yang baik,
hindari membungkuk berlebihan, hindari penggunaan sepatu tumit
yangtinggi dan lainnya (Varney, 2002).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bhamada didapatkan data
kualitas hidup ibu hamil pada domain fisik dengan kategori baik lebih
banyak pada OSOC yakni 60% dibandingkan dengan Non OSOC
47%. Sedangkan kualitas hidup ibu hamil kategori kurang baik non
OSOC lebih banyak yaitu 53% dibandingkan 40% pada OSOC. Pada
domain psikologis kualitas hidup ibu hamil non OSOC pada kategori
baik lebih banyak dengan perbandingan 60% dibandingkan 53% pada
pendampingan OSOC. Selanjutnya kualitas hidup ibu hamil kategori
kurang baik pendampingan OSOC lebih banyak yaitu 47% dibandingkan
40% pada non OSOC.Kualitas hidup ibu hamil pada domain sosial
pendampingan OSOC pada kategori baik lebih banyak dengan
perbandingan 93% dibandingkan 13% pada pendampingan non OSOC.
Sedangkan pada kategori kualitas hidup kurang baik pendampingan
non OSOC lebih banyak yaitu 87% dibandingkan 7% pada pendampingan
OSOC. Kualitas hidup ibu hamil pada domain lingkungan

9
pendampingan OSOC pada kategori baik lebih banyak dengan
perbandingan 80% dibandingkan 13% pada pendampingan non
OSOC. Sedangkan pada kategori kualitas hidup kurang baik
pendampingan non OSOC lebih banyak yaitu 87% dibandingkan
20% pada pendampingan OSOC.Tabel 2.Nilai rerata Kualitas Hidup
dengan Pendampingan OSOC dan Non OSOCHasil tabel 2 menunjukkan
bahwa rerata kualitas hidup ibu hamil pada domain fisik dengan
pendampingan OSOC lebih tinggi yakni 21,53 dibandingkan dengan
rerata non OSOC 7,62. Domain psikologis kulitas hidup ibu hamil
dengan pendampingan OSOC lebih tinggi yakni 19,30 dibandingkan
dengan rerata non OSOC 7,90. Selanjutnya rerata kualitas hidup ibu
hamil pada domain sosial dengan pendampingan OSOC lebih tinggi
yakni 20,56 dibandingkan dengan rerata non OSOC 7,92. Begitu juga
rerata kualitas hidup ibu hamil pada domain lingkungan dengan
pendampingan OSOC lebih tinggi yakni 20,40 dibandingkan dengan
rerata non OSOC 10,60.Penelitian ini juga melaporkan bahwa dari semua
domain kualitas hidup ibu hamil memiliki nilai p value<0,005 sehingga
dapat disimpulkan terdapat perbedaan kualitas hidup ibu hamil
Kualitas HidupNonTrimester III pada domain fisik, psikologis, sosail
dan lingkungan dengan pendampingan OSOC dan non OSOC.
2.3 Persalinan
Menurut jurnal Pratiwi Puji Lestari, dan Dwi Prelia Asuhan berkelanjutan
yang diberikan pada saat persalinan yaitu:
a) Melakukan asuhan kala 1 sesuai dengan APN khususnya :
1) Memberikan motivasi dan dukungan psikologis pada ibu
2) Memberikan kebutuhan nutrisi dan hidrasi
3) Menghadirkan orang terdekat
b) Melakukan asuhan kala 2 sesuai APN

10
Pada kasus yang terdapat dalam jurnal bidan melakukan
tindakan episiotomi jika diperlukan pada proses pengeluaran, episiotomi
dilakukan sebagai upaya untuk memperlebar jalan lahir pada proses
pelahiran. dilakukan IMD bayi lahir langsung dikeringkan, dinilai
sepintas, jepit ikat potong tali pusat dan kemudian
dipindahkan keruang bayi, Manfaat inisiasi menyusu dini (IMD)
untuk ibu dan bayi yaitu kontak kulit antara ibudan bayi adalah
dada ibu mampu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi
merangkak mencari payudara sehingga akan menurunkan kematian
karena kedinginan (hypothermia), baik ibu maupun bayi akan
merasa lebih tenang, pernapasan dan detak jantung bayi lebihstabil
dan bayi akan jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian
energy, saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan
bakteri dari kulit ibunya melalui jilatan dan menelan bakteri
menguntungkan dikulit ibu sehingga bakteri ini akan berkembang
biak membentuk koloni disusu dan kulit bayi, menyaingi bakteri
yang merugikan (Utami, 2015)

c) Melakukan asuhan kala III sesuai APN


d) Melakukan asuhan kala IV
1) Menanyakan keluhan ibu
2) Memeriksa keadaan ibu 30 menit pada 1 jam pertama dan 15 menit
pada jam kedua seperti:
 Memeriksa tekanan darah
 Suhu
 Nadi
 Nafas
 Tfu
 Kontraksi uterus

11
 Kehilangan darah
 Kandung kemih
Seperti kasus yang terdapat Dalam jurnal :Pada kala IV
pada jam 18.50 WIB, ibu mengeluh mengigil kedinginan.
Tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,60C, nadi 88 x/menit,
nafas 21 x/menit, mata tidak ikterik dan tidak anemis,
perdarahan pervaginam ± 40 cc, lochea rubra, TFU 1 jari
bawah pusat, uterus keras, kontraksi baik. Kala ini bertujuan
untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Kehilangan darah
pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat
pelepasan plasenta dan robekan pada serviks dan perineum
(Sondakh, 2013 : 7). Berdasarkan kasus diatas tidak ada
kesenjangan antara fakta dan teori, dimana kala IV berjalan
dengan normal dan fisiologis karena bidan melakukan
pemantauan intensif sebelum meninggalkan pasien.
2.4 Bayi baru lahir
Asuhan berkelanjutan pada bayi baru lahir yang diberikan menurut jurnal
penelitian Wiwik Muhidayatil,dkk, 2019 yaitu :
a) Pada perawatan 1 jam bayi baru lahir adalah:
1) memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2) melakukan pemeriksaan fisik
3) Pemberian ASI eksklusif
4) pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian
vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian
imunisasi hepatitis B1 apabila tidak diberikan pada saat lahir dan
manajemen terpadu bayi muda. Dalam pelaksanaan asuhan pada bayi
Ny. I tersebut sesuai dengan teori yang dilakukan secara cepat dan tepat.

12
b) Pada kunjungan ke III (bayi usia 6 hari)
1) memeriksa KU bayi
2) melakukan pemeriksaan fisik
3) memastikan bayi cukup asi
4) memberikan konseling
Seperti yang dilakukan bidan yang terdapat dalam jurnal bayi
klien terlihat sehat, kondisi umum baik, kesadaran composmentis, suhu
36,70C, HR 141 x/ menit, BB 4500 gr, PB 53 cm, warna kulit merah
muda, bayi nampak bergerak aktif, bayi menangis kuat, BAK (+)
cair,warna kuning,bau khas dan BAB (+) kuning, terlihat berbiji, bau
khas.
c) Kunjungan Neonatal ke-III dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai
dengan hari ke 7 setelah lahir (DepKes RI, 2010 : 20).
1) memeriksa KU bayi
2) melakukan pemeriksaan fisik
3) memastikan bayi cukup asi
4) memastikan bayi tidak ada komplikasi apapun
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak ditemukan adanya komplikasi,
By. Ny. I aktif setelah dilakukan observasi tanda-tanda vital tidak ada
tanda-tanda kelainan pada bayi.
d) Pada kunjungan neonatal IV (bayi usia 14 hari)
a) Memastikan bayi cukup asi
b) Memeriksa keadaan umum bayi
c) Melakukan pemeriksaan fisik
d) Memberikan konseling tentang kesehatan bayi
Pada kasus didalam jurnal bayi Ny. I dipastikan mendapat ASI
cukup. Kondisi umum baik, kesadaran composmentis, suhu 36,50C, HR
134 x/menit, BB 4500 gr, PB 53 cm, warna kulit merah muda, bayi
nampak bergerak aktif, bayi menangis kuat, BAK (+) cair, warna

13
kuning, BAB (+) lunak,warna kuning,bau khas, tali pusat sudah lepas.
Kunjungan Neonatal ke-3 pelayanan yang diberikan terdiri dari
penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-
3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, penyuluhan
perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif dan
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) (DepKes RI, 2014 :
112). Dari kunjungan neonatal yang dilakukan 3 kali didapatkan kondisi
bayi sehat, tidak ada penyulit dalam perawatannya dan mengalami
perkembangan yang baik.
2.5 Nifas
Asuhan berkelanjutan pada masa nifas yang diberikan menurut jurnal
penelitian Wiwik Muhidayatil,dkk, 2019 yaitu :
a) 6-8 jam post partum
1) Melakuan pemeriksaan TTV
2) Melakukam pemeriksaan fisik
3) Memeriksa lochea
4) Memeriksa payudara dan pengeluaran asi
5) Memastikan tidak adanya pendarahan
6) Memberikan konseling tentang tanda bahaya nifas
Ny. I dalam keadaan normal. Kunjungan II, 6 hari post partum ibu, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 86 x/mnt, suhu 36,60C, nafas 20 x/menit. Muka,
tidak pucat, tidak kuning, tidak terdapat edema, payudara tidak ada
benjolan, puting susu menonjol, dan kolostrum sudah keluar, TFU 3 jari
atas simpisis, kontraksi baik, uterus teraba keras, genetalia terdapat
pengeluaran darah, lokea sanguelenta.
b) Pada kunjungan II, 6 hari post partum
menurut Saifuddin (2009 : 231) adalah:
1) menilai adanya tanda-tanda demam

14
2) infeksi atau perdarahan abnormal
3) memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
4) memastikan ibu menyusui dengan baik. Berdasarkan kasus diatas tidak
terdapat kesenjangan antara fakta dan teori, dimana 6 hari post partum ibu
berjalan dengan normal dan fisiologis. Pada kunjungan III, tekanan darah
120/80 mmHg, Nadi 80 x/mnt, suhu 36,80C, nafas 20 x/menit. TFU tidak
teraba diatas simfisis, pada genetalia masih mengeluarkan lokea serosa,
bersih, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran kemampuan
ibu baru untuk secara aktif menyerap pengajarannya formal terbatas
akibat fokus yang intens pada bayinya yang baru lahir. Pada dasarnya
waktu ibu baru mengemukakan bahwa pada dasarnya waktu ibu
tersebut berfokus pada bayi dan perilakunya bergantung (fase
taking in).Penatalaksanaan puerperium awal adalah (Hidrasi, nutrisi,
tingkat aktivitas, medikasi, perawatan puerperium termasuk pemulihan
ketidaknyamanan pascapartum, penatalaksanaan ketidakmampuan
berkemih, perawatan payudara dan dukungan untuk memilih metode
menyusui, uji laboratorium sesuai kebutuhan penapisan Rh untuk
pemberian imunoglobulin Rh pada ibu Rh negatif, vaksin rubella
untuk wanita nonimun, kontrasepsi jika dimulai sebelum
kunjungan pertama pascapartum)(Astuti, 2015; Bahiyatun, 2009;
Cunningham, 1976; Kaplan H.I, 1998). Dan ibu post partum 6 jam ini
respon emosi yang dialami mungkin sangat kuat dan penuh semangat,
baik pada ibu yang sudah pernah mengalaminya maupun ibu baru.
Perubahan psikologis mayor bersifat emosi dan suasana hati ibu
tampaknya menjadi barometer yang merefleksikan kebutuhan bayi kan
pola menyusu, tidur dan menangis. Ibu baru cenderung mudah kesal
dan sangat sensitive. Rasa keseimbangan sangat mudah hilang karena
mungkin ibu merasa tertekan dan mudah marah oleh kesalahan kecil. Ibu

15
ulai memperoleh kembali rasa keseimbangan dan menjadi normal
kembali antara 6-12 minggu. Kemungkinan faktor yang paling
penting untuk dapat mendapatkan kembali normalitas adalah
kemampuan ibu untuk dapat tidur sepanjang malam (Varney, 2002)
c) Kunjungan III, 2 minggu post partum
Pada 2 minggu adalah
1) menilai adanya tanda-tanda demam,
2) nfeksi atau perdarahan abnormal
3) memastikan endapat cukup makanan dan cairan,
4) memastikan ibu menyusui dengan baik (
5) Saifuddin, 2009).
6) Menanyakan penyulit penyulit yang dirasakan oleh ibu
7) Menganjurkan ibu untuk ber KB secara dini
Pada kasus yang terdapat jurnal Hasil pemeriksaan TFU pada 2
minggu post, dari hasil pemantauan tidak ada kesenjangan dengan teori.
Kunjungan masa nifas IV, tidak ada keluhan, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80 x/mnt, suhu 36,50C, nafas 20 x/menit. Asuhan kebidanan
yang diberikan adalah memberikan konseling KB dan Ny. I bersedia
menggunakan KB suntik 3 bulan Depogestin sesuai anjurkan bidan.
Menurut Saifuddin (2009) pada kunjungan ini bidan menanyakan pada
ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami, memberikan
konseling untuk KB secara dini. Hasil pemeriksaan pada Ny. I adalah
tinggi fundus uteri sudah tidak teraba lagi dan pengeluaran lochea alba
sehingga pemantauan yang di lakukan sesuai dengan teori.
2.6 Kontrasepsi
Asuhan berkelanjutan pada masa nifas yang diberikan menurut jurnal
penelitian Wiwik Muhidayatil,dkk, 2019 yaitu:
a) Membantu ibu memilih kontrasepsi yang terbaik untuk dirinya

16
b) Melakukan konseling tentang keuntungan dan kerugian KB tersebut serta
efek sampingnya
Seperti kasus yang terdapat Dalam jurnal tersebut :Ny. “I” memilih
menggunakan KB suntik 3 bulan dengan alasan tidak mempengaruhi ASI.
Sedangkan menurut BKKBN dan DepKes R.I., (2010) KB suntik 3 bulan
mempunyai keuntungan seperti sangat efektif 0,3 kehamilan per 100
perempuan dalam 1 tahun pertama, pencegahan kehamilan jangka panjang,
tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen,
tidak mempengaruhi ASI, sedikit efek samping, dapat digunakan oleh
perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah
kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit
jinak payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul,
menurunkan krisis anemia bulan sabit (sicle cell). Hal ini sesuai dengan
kondisinya saat ini yang masih dalam masa menyusui bayinya dan tidak
berpengaruh pada produksi ASI.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Asuhan Kebidanan Kehamilan
Asuhan Antenatal yang berkelanjutan pada saat kehamilan
yaitu:Melaksanakan kunjungan ANC sesuai dengan standar, melakukan
pemeriksaan ANC sesuai 10 T, melakukan pemeriksaan fisik dan kehamilan,
memberi dukungan pisikologis, membantu menguragi keluhan yang
dirasakan, dan memberikan konseling kepada ibu hamil cv
b. Asuhan Kebidanan Persalinan
Melakukan asuhan kala 1, kala II, kala III dan kala IV sesuai APN
c. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
6-8 jam, 6 hari post partum:. 2 minggu post partum, dengan baik. 6
minggu dengan menanyakan penyulit penyulit yang dirasakan oleh ibu ,
Menganjurkan ibu untuk ber KB secara dini
d. Asuhan Kebidanan Neonatus.
Perawatan yang dilakukan Pada 1 jam bayi baru lahir, pada kunjungan ke III
(bayi usia 6 hari) , kunjungan neonatal ke-III dilakukan pada kurun waktu
hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir (DepKes RI, 2010 : 20). Dan
Pada kunjungan neonatal IV (bayi usia 14 hari)
e. Kontrasepsi
Asuhan yang diberikan pada masa kontrasepsi adalah : membantu ibu
memilih kontrasepsi yang terbaik untuk dirinya, mlakukan konseling tentang
keuntungan dan kerugian KB tersebut.
3.2 Saran
a) Bagi Penulis
Dapat meningkatkan etrampilan yang dimiliki untuk melakukan
asuhan kebidanan, pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, serta

18
KB sesuai standart profesi kebidanan dan dapat mengaplikasikan teori
dengan
perkembangan ilmu kebidanan terbaru khususnya pada ibu
dengan kondisi khusus.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi
kelainan secara ini dan mencegah
terjadinya komplikasi dalam masa kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir, serta KB
b) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan dan
menerapkannya pada pasien secara langsung.

19
DAFTAR PUSTAKA

Chiristian Hiyana, dkk, 2021 Asuhan Kebidanan One Student One Client
(OSOC) untuk meningkatkan Quality Of life (Qol) Ibu Hamil, Jurnal
Kajian Ilmiah Kesehatan Dan Teknologi, Volume No 12.
Pratiwi Puju Lestari, Dwi Pralia, 2021, Inplementasi Asuhan Kebidanan
Berkelanjutan (Continuity OF Care Midwifwry di Wilayah Kerja
Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin, Jurnal Kajian Ilmiah
Kesehatan Dan Teknologi, Volume No 3.
Wiwik Muhidayati dkk, 2019, Asuhan Kebidanan Yang Berkelanjutan Pada
NY.I Masa Kehamilan Sampai Dengan Masa Nifas Di BPM Siti
Komirayatun Amd.Keb Kecamatan Bojonogoro Tahun 2019, Jurnal
Kesehatan Ilmiah, Volume No 2

20

Anda mungkin juga menyukai