Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II SISTEM TENAGA (POWER SYSTEM) ................................................ 4
2.1. DASAR TEORI ...................................................................................... 4
2.1.1. Prime Mover Unit .............................................................................. 4
2.1.2. Distribusi Tenaga Pada Rig ............................................................... 5
2.1.3. Rumus Perhitungan ............................................................................ 6
BAB III SISTEM PENGANGKAT (HOISTING SISTEM) .............................. 9
3.1. DASAR TEORI ...................................................................................... 9
3.1.1. Struktur Penyangga (Supporting Structure) .................................... 10
3.1.2. Peralatan Pengangkatan (Hoisting Equipment) ............................... 13
3.1.3. Rumus Perhitungan .......................................................................... 15
BAB IV SISTEM PEMUTAR (ROTARY SYSTEM) ..................................... 19
4.1. DASAR TEORI .................................................................................... 19
4.1.1. Peralatan Putar (Rotary Assembly) .................................................. 19
4.1.2. Rangkaian Pipa Bor (Drill String) ................................................... 21
4.1.3. Mata Bor (Bit) .................................................................................. 25
4.1.4. Specialized Down – Hole Tools ....................................................... 27
4.1.5. Coiled Tubing .................................................................................. 29
4.1.6. Top Drive System ............................................................................. 29
4.1.7. Rumus Perhitungan .......................................................................... 30
BAB V SISTEM SIRKULASI (CIRCULATING SYSTEM).......................... 32
5.1. DASAR TEORI .................................................................................... 32
5.1.1. Drilling Fluid (Fluida Pemboran) .................................................... 34
5.1.2. Preparation Area (Tempat Persiapan) ............................................. 36
5.1.3. Circulating Equipment (Peralatan Sirkulasi) ................................... 36
1
2
1
2
2. Empat, untuk pemboran yang lebih dalam memerlukan tenaga yang lebih
besar sehingga mesin yang diperlukan dapat mencapai empat mesin. Jenis
mesin yang digunakan :
1. Diesel (compression) engines.
2. Gas (spark-ignition) engines.
2.1.2. Distribusi Tenaga Pada Rig
Rig tidak berfungsi dengan baik bila distribusi tenaga yang diperoleh tidak
mencukupi. Sebagian besar tenaga yang dihasilkan mesin, didistribusikan untuk
drawwork, rotary table dan mud pump. Disamping itu juga diperlukan untuk
penerangan, instrumen rig, engines fans, air conditioner, dan tenaga transmisi.
Tenaga transmisi oleh suatu mesin atau lebih harus diteruskan ke komponen-
komponen utama rig, yaitu sistem pengangkatan, sistem pemutar dan sistem
sirkulasi.
Pada sistem pengangkatan, kebutuhan tenaganya adalah pengangkatan oleh
tenaga dari drawwork dengan komponennya driller console. Pada sistem pemutar,
kebutuhan tenaganya adalah pemutar oleh tenaga dari rotary table. Pada sistem
sirkulasi, kebutuhan tenaganya adalah sirkulasi oleh tenaga dari mud pump dengan
komponennya degasser/centrifugal pump.
Tenaga transmsi diperoleh dari salah satu metode sebagai berikut :
- Mechanical power transmission
- Electrical power transmission
Di mana:
HPD = HP Drawwork, hp
W = Beban hook, lb
Vh = Kecepatan naik turunnya travelling block, ft/min
7
Di mana:
RPM = RPM kritis
D = Diameter luar pipa, in
d = Diameter dalam pipa, in
Besarnya putaran yang dihasilkan di meja putar, tidak boleh melebihi nilai
dari RPM kritis karena hal ini dapat menyebabkan tali drill string putus
3. Torsi pada pipa pada kondisi tensile
1/2
0,096167×𝐼 𝑇𝑒 2
T = [𝑌 2 − 2
] ..................................................................(2.5)
𝑂𝐷 𝐴
𝜋
I = [𝑂𝐷 4 − 𝐼𝐷 4 ].................................................................................(2.6)
32
Di mana:
T = Maksimum torsi pada kondisi tensile, lb-ft
I = Momen Inertia polar, in4
OD = Diameter luar pipa, in
ID = Diameter dalam pipa, in
Y = Minimum yield strenght, psi
Te = Beban tensile, lb
A = Luas permukaan pipa, in2
8
Di mana:
ΔP = tekanan yang hilang pada sistem sirkulasi, psi
Q = Debit pompa, gpm
η = faktor efisiensi, % (berkisar 80% - 90%)
BAB III
SISTEM PENGANGKATAN (HOISTING SYSTEM)
Di mana:
Gh = beban horizontal yang timbul akibat bersandarnya stand, ton
G = jumlah berat seluruh stand, ton
L = panjang rata-rata stand, meter
α = sudut antara stand dengan garis vertikal, derajat
Untuk gaya akibat pengaruh angin, dapat dicari menggunakan persamaan
sebagai berikut:
W= 0,004 x V2.................................................................................................... (3.3)
Di mana:
W = wind load, lb/ft2
V = actual wind velocity, mph
17
Di mana:
Wh = beban horizontal akibat pengaruh angin, ton
Dari kedua persamaan di atas, dapat dicari nilai beban horizontal maksimum,
yaitu:
Bh max = Gh + Wh ............................................................................................ (3.5)
Di mana:
Bh max = beban horizontal maksimum, ton
b. Beban Vertikal
Beban vertikal pada operasi pemboran meliputi berat drillstring, berat
rangkaian casing, dan beratan dari block group. Persamaan-persamaan untuk
mencari beban tersebut, yakni:
1. Berat drillstring di udara
Q = QDP + QDC………………………………………………………………(3.5.1)
Di mana:
QDP = berat drillpipe keseluruhan yang digunakan, lbs
QDC = berat drillcollar keseluruhan yang digunakan, lbs
2. Berat string dalam lumpur
Qm = QA x (1-0,0015 ρm)…………………………………………………….(3.5.2)
Di mana:
c. Berat casing
18
Beban casing yang diambil adalah berat casing terberat yang digunakan dan
dihitung menggunakan persamaan berikut:
Qc = NWc x Lc…………………………………………………………(3.5.3)
Di mana:
Qc = berat casing yang terpasang, lbs
NWc = berat nominal casing terberat, lbs/ft
Lc = panjang casing yang dipasang, ft
Di mana:
Tf = tegangan pada fastline, lbs
TD = tegangan pada deadline, lbs
Bhook = beban pada hook, lbs
η = efisiensi, % (berkisar antara 80 – 90%)
BAB IV
SISTEM PEMUTAR (ROTARY SYSTEM)
4.1.2.2. Kelly
Kelly merupakan rangkaian pipa bor yang paling atas dimana bentuk irisan
luarnya dapat berbentuk segi tiga, segi empat dan segi enam. Kelly ini dimasukkan
ke kelly bushing. Dalam hal ini, kelly harus lebih panjang dari pada drill pipe agar
kelly tetap dapat meneruskan gaya putar dari rotary table setelah proses
penambahan panjang drill string.
Kelly bushing berfungsi untuk meneruskan gaya putar (torsi) dari meja putar
ke kelly dan selanjutnya ke seluruh rangkaian pipa bor. Selama kelly ini tidak
dipergunakan (dilepas) misal pada waktu mencabut string, maka kelly ini
dimasukkan ke dalam rat-hole yang terdapat di lantai bor. Dalam keadaan ini kelly
bushing selalu ikut terbawa demikian pula swivel-nya.
4.1.2.2.1. Upper Kelly Cock
Merupakan suatu valve yang dipasang diantara swivel dan kelly. Fungsi
utamanya (pada saat tertutup) adalah untuk menjaga agar tidak terjadi tekanan dari
lubang bor yang bertekanan tinggi.
4.1.2.2.2. Lower Kelly Cock (Mud Silver Valve)
Mempunyai valve otomatis atau manual berfungsi untuk menahan cairan
pemboran dalam kelly pada saat dilakukan penyambungan.
4.1.2.3. Drill pipe (DP)
Merupakan bagian rangkaian pipa bor yan terpanjang, artinya jumlahnya
paling banyak dalam satu rangkaian drill string untuk mencapai kedalaman lubang
bor yang diinginkan. Fungsi utama drill pipe adalah untuk :
a. Menghubungkan kelly dengan drill collar dan mata bor di dasar
lubang bor.
b. Memberikan rangkaian panjang pipa bor, sehingga dapat menembus
formasi yang lebih dalam.
c. Memungkinkan naik-turunnya mata bor.
d. Meneruskan putaran dari meja putar ke meja bor.
e. Meneruskan aliran lumpur bor dari swivel ke mata bor.
4.1.2.3.1. Penyambung Drill Pipe
23
Setiap section atau joint drill pipe standart mempunyai tiga bagian pokok,
yaitu: tube (pipe), dan dua tool joint pada kedua ujungnya.
Tool joint terdiri dari dua jenis :
a. Pin connection : Tool joint pada bagian bawah drill pipe (DP) dimana ulir
dibuat pada bagian luar, disebut “PIN”
b. Box connection : Tool joint pada bagian atas drill pipe (DP) dimana ulir dibuat
pada bagian dalam, disebut “BOX”
4.1.2.3.2. Karakteristik Drill Pipe
a) Tipe utama drill pipe, ada 2 macam :
1. Standard drill pipe : Digunakan dari permukaan sampai pada top drill
collar. Pada umumnya drill pipe diikuti drill collar di atas mata bor
(bit).
2. Heavy weight drill pipe : Digunakan pada kondisi khusus, yaitu pada
waktu terjadi down hole problem seperti pipa terjepit, dan sebagainya.
b) Ukuran dan panjang :
1. Range 18’ – 22’ → jarang dijumpai.
2. Satu stand ditentukan oleh tinggi menara dan ring drill pipe yang
digunakan, biasanya satu stan terdiri dari 3 DP.
3. Penyimpanan drill pipe: Drill pipe joint disimpan bila tidak digunakan
pada dua rak pipe di dekat rig. Rig storage bisa dilepas Range 27’ –
30’
4. Range 39’ – 45’
c) Drill pipe joint biasanya disambung atau dilepas dari section rangkaian pipa
bor. Section ini disebut “stand”.
d) Jumlah joint dalam dari rangkaian pipa bor, drill pipe joint ditempatkan
(disandarkan) pada rak pipa di sisi menara. Near-rig storage-drill pipe joint
ditempatkan pada rak yang terletak di seberang rig.
4.1.2.4. Drill Collar (DC)
Drillcollar berbentuk seperti DP, tetapi diameter dalamnya lebih kecil dan
diameter luarnya sama dengan diameter luar “tool joint” DP. Jadi dindingnya lebih
tebal daripada DP.
24
Drill Collar ditempatkan pada rangkaian pipa bor bagian bawah diatas mata
bor. Fungsi utama dari drill colar :
• Sebagai pemberat (weight on bit = WOB), sehingga rangkaian pipa bor dalam
keadaan tetap tegang pada saat pemboran berlangsung, sehingga tidak terjadi
pembelokkan lubang.
• Membuat agar putaran rangkaian pipa bor stabil.
• Memperkuat bagian bawah dari rangkaian pipa bor agar mampu menahan
puntiran.
Dengan demikian diharapkan laju penembusan akan cepat, lubang bor yang
lurus dan kerusakan DP kecil. Diperlukan perhitungan khusus dalam penyesuaian
WOB dengan kecepatan putar (RPM) sehingga tujuan tersebut dapat tercapai.
4.1.2.4.1. Karakteristik Drill Collar
a. Perbedaan antara drill pipe dengan drill collar :
Perbedaan pokoknya terletak pada ukuran, berat dan strength. Pada gambar
terlihat drill collar tidak mempunyai tool joint, karena drill collar dindingnya
tebal, sehingga ulir cukup dibuat pada dindingnya sendiri.
b. Standart drill collar parts
c. Ukuran drill collar :
• Biasanya mempunyai panjang 30 ft atau kurang.
• Tebal dindingnya 3 ½ inch atau lebih.
• Berat lebih dari 3 ton.
• Di bawah batang bor dapat dipakai 2 – 60 drill collar.
4.1.2.4.2. Jenis - Jenis Drill Collar
1) Standard drill collar, mempunyai permukaan yang halus dengan tiap box
connection terletak pada top dan tiap pin connection terletak pada bottom.
2) Spiraled drill colar, mempunyai permukaan beralur seperti spiral, digunakan
pada kondisi khusus untuk mencegah terjadinya differential wall sticking.
3) Zipped drill collar, permukaannya terdapat ceruk (lekukan) yaitu pada bagian
ujung atas drill collar dan dipergunakan untuk menjaga keseimbangan.
25
bila bit-nya rusak, nozzle bertumpu pada lubang dan tertutup secara otomatis.
Sehingga menaikkan tekanan pompa di permukaan. Balling dapat dikurangi dengan
menggunakan jet nozzle pada blade-nya.
4.1.3.2. Roller-Cone (Rock Bit)
Roller-Cone adalah bit yang mempunyai kerucut (cone) yang dapat
berputar untuk menghancurkan batuan. Bit ini pertama kali didesain oleh Howard
R. Houghes (1909) dan hingga sekarang banyak digunakan untuk pemboran di
lapangan minyak. Pada masing-masingnya terdapat gigi. Jika diperhatikan secara
seksama maka bentuk gigi tersebut untuk setiap bit berbeda. Gigi yang panjang dan
jarang letaknya atau sedikit jumlahnya digunakan untuk formasi batuan lunak.
Sedang gigi-gigi yang pendek dan rapat letaknya adalah digunakan untuk formasi
medium hard atau hard (keras).
Umumnya jumlah coner pada setiap bit adalah tiga, setiap cone
mempunyai sumbu yang berbeda, setiap asnya berpotongan pada satu titik. Panjang
jarak gigi-gigi serta pola dari bit dibuat untuk memperoleh laju pemboran yang
tertinggi dengan minimum pengaruh balling pada gigi tersebut.
Roller cone bit ada dua macam :
a. Steel tooth bit (Milled tooth bit)
Merupakan satu diantara jenis mata bor (bit) yang paling banyak
dipakai, dikenal dari gigi-gigi pemotongnya yang dibentuk dengan jalan
menggiling atau memotong cone-nya, sehingga menjadi gigi. Gigi-gigi ini
berbentuk runcing.
b. Insert bit (Tungsten carbite bit)
Gigi-gigi dibuat dari carbite tungsten yang tahan keausan. Jadi
Materialnya lebih keras dari pada cone nya. Biasanya mata bor jenis ini
digunakan untuk menembus lapisan yang paling keras atau paling abrasif.
4.1.3.3. Diamond bit
Pengeboran dengan diamond bit ini sifatnya bukan penggalian
(pengerukan dengan gigi berputar), tetapi diamond bit ini membor batuan
berdasarkan penggoresan dari butir-butir intan yang dipasang pada matriks besi
(carbite) sehingga menghasilkan laju pemboran yang relatif lambat. Kontak
27
Dengan alat tersebut maka dapat dicapai laju pemboran yang lebih cepat
karena WOB dan RPM yang optimum dapat dicapai dan juga dapat memperpanjang
umur pahat (bit).
4.1.5. Coiled Tubing
Coiled tubing adalah terobosan baru dalam dunia perminyakan, yaitu dapat
digunakan untuk operasi pengeboran, operasi logging, operasi produksi dan operasi
kerja ulang. Coiled tubing, berupa pipa/tubing yang elastis terbuat dari campuran
baja karbon yang tipis dan juga bahan-bahan titanium dan composite. Coil ini
menggantikan fungsi drill dtring. Unit-unit pelengkap juga tetap ada, seperti BOP
System, dan lain-lain. Hanya saja, jika menggunakan coiled tubing maka tidak
diperlukan menara bor lagi, melainkan sebuah Coiled Tubing Unit (truk
pengangkut, reel tempat menggulung coil dan sebagainya.)
Keuntungan dari pengeboran dengan coiled tubing :
1) Peralatan di atas permukaan tidak memerlukan lahan luas, sehingga dapat
mengurangi biaya pengangkutan.
2) Tanpa penyambungan pipa sehingga,
• Mempertahankan kestabilan lubang bor.
• Mengurangi waktu round trip.
• Menjaga keselamatan dan lingkungan.
Kerugian dari pengeboran dengan coiled tubing :
a. Tanpa rotasi pipa sehingga,
• Membuat pengeboran berarah lebih sulit, sehingga perlu special down hole
tools.
• Menambah beban tegangan pipa.
• Menambah kemungkinan patah.
b. Diameter pipa terbatas, ukuran pipa yang besar sebenarnya tersedia tetapi
masa pakainya lebih pendek dari yang ukuran kecil.
4.1.6. Top Drive System
Sejalan dengan perkembangan teknologi, sekarang sudah banyak dipakai
suatu alat gabungan (sistem angkat dan rotary), yaitu yang dikenal dengan Top
Drive System. Dengan top drive, maka tidak diperlukan lagi kelly bushing dan kelly.
30
Alat ini merupakan suatu unit yang menggabungkan traveling block, swivel, hook,
yang ditambah dengan motor pemutar. Unit ini dapat bergerak naik turun pada suatu
unit rel (guide runner) di sepanjang menara. Link dan elevator juga tetap tergantung
di samping bawah unit ini. Keuntungan penggunaannya antara lain adalah
mempercepat waktu penyambungan pipa dan proses round trip.
4.750.000
RPM = (𝐷 2 + 𝑑 2 )1/2
𝐿²
Dimana :
RPM = RPM Kritis
L = Panjang satu pipa/ rangkaian, in
D = Diameter luar pipa, in
D = Diameter dalam pipa, in
Besarnya putaran tidak boleh melebihi RPM kritis, karena akan
menyebabkan putusnya drillstring
4.1.7.2. Tipe Kawat pendulum yang terjadi pada drillstring
𝟐𝟓𝟖.𝟎𝟎𝟎
RPM = 𝑳
Dimana :
RPM = RPM Kritis
L = Panjang satu pipa/ rangkaian, ft
4.1.7.3 Torsi Pada Pipa Pada Kondisi Tensile
𝝅
A = 𝟒 ( D2-d2 )
𝝅
I = 𝟑𝟐 [ OD4- ID4]
𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒍𝒆 𝒔𝒕𝒓𝒆𝒏𝒈𝒕𝒉
Ym= 𝑨
𝟎,𝟎𝟗𝟔𝟏𝟔𝟕 × 𝑰 𝑻𝒆𝟐 1/4
T= [𝒀𝟐 − ]
𝑶𝑫 𝑨𝟐
Dimana :
T = Maksimum torsi pada kondisi tension, lb-ft
31
• Gel strength
• Laju tapisan
• Tebal ampas
• Alkanity Pf dan Mf
• Kesadahan total Ca dan Mg
• pH lumpur bor
• Kadar pasir
• Kadar garam
• Fasa padatan-cairan
Komponen-komponen lumpur pemboran:
1. Fasa cair
2. Fasa padat
• Reactive solid
• Inert solid
3. Fasa kimia
2) Preparation Area (Tempat Persiapan)
Diposisikan pada sistem sirkulasi yaitu dekat dengan pompa lumpur.
Preparation area meliputi :
• Mud house
• Steel mud pits/tanks
• Mixing hopper
• Chemical mixing barrel
• Bulk mud storage bins
• Water tank
• Reserve pit
3) Circulating Equipmet (Peralatan Sirkulasi)
Diposisikan pada tempat yang strategis di sekitar rig. Circulation equipment
meliputi :
• Discharge and return line
• Stand pipe
34
• Rotary house
• Mud pumps
• Special pumps and agitators
• Steel mud pits/tanks
• Reserve pit
4) Conditioning Area (Tempat Pengkondisian)
Diposisikan pada area di dekat rig. Conditioning area meliputi :
• Setting tanks
• Mud-gas separator
• Shale shaker
• Degasser
• Desander
• Desilter
Vc =
(d H − d p )
c) Penentuan Apparent Viscosity pada annulus drillpipe casing :
(6,66 𝑥 𝑌𝑝 𝑥 𝐼𝐷.𝐷𝑃
𝜇 = 𝜌𝑚 + ( )
𝑉𝑎
𝑃𝑏 𝑥 𝑄𝑏
BHHP = 1714
Biasanya ditempatkan pada jarak ekitar 100 meter dari rig. Accumulator
bekerja pada BOP stack dengan “High Pressure Hydraulic” (saluran hidrolik
bertekanan tinggi). Pada saat terjadi “kick”, crew dapat dengan cepat menutup
blowout preventer dengan menghidupkan kontrol pada acumulator atau pada
remote panel yang terletak pada lantai bor.
6.1.1.2. Blowout Preventer (BOP) Stack.
Ditempatkan pada kepala sumur dibawah bor. Terdiri dari sejumlah valve
(preventers) yang dapat menutup lubang bor bila terjadi “kick’.
6.1.1.3. Choke Manifold.
Ditempatkan di luar substructure. Bekerja pada BOP Stack dengan “High
Pressure Line” yang dapat memindahkan aliran lumpur bor pada saat terjadi “kick”.
6.1.1.4. Kill Line.
Saluran yang merupakan perpanjangan dari mud pump ke BOP stack.Kill
Line biasanya disambung berlawanan letaknya dengan choke line sehingga
memungkinkan pemompaan lumpur berat ke dalam lubang bor.
6.1.2. Komponen-komponen Utama.
Komponen-komponen utama Blowout prevention system terdiri dari:
6.1.2.1. BOP Stack.
Merupakan peralatan dengan valve tekanan tinggi yang didesain untuk
menahan tekanan lubang bor bila terjadi “kick”,terdiri dari :
a. Annular Preventer
Ditempatkan paling atas dari susunan BOP Stack. Annular preventer berisi
rubber packing element yang dapat menutup lubang annulus baik lubang dalam
keadaan kosong ataupun ada rangkaian pipa bor.
b. Ram Preventer
• Ram preventer hanya dapat menutup lubang annulus untuk ukuran pipa
tertentu,atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang.
• Pipe rams digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian
pipa bor barada dalam lubang.
• Blind or Blank rams digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu
rangkaian pipa bor tidak berada dalam lubang bor.
44
• Shear rams digunakan untuk memotong drill pipe dan seal sehingga
lubang bor kosong (open hole), terutama pad offshore floating rigs.
c. Drilling Spools
Drilling spool terletak di antara preventers. Drilling Spools berfungsi
sebagai tempat pemasangan choke line (yang mensirkulasikan “kick” keluar dari
lubang bor) dan kill line (yang memompakan lumpur berat). Ram preventer pada
sisa-sisanya mempunyai “cutlets” yang digunakan untuk maksud yang sama.
d. Casing Head (well head)
Merupakan alat tambahan pada bagian atas casing yang berfungsi sebagai
fondasi BOP Stack.
6.1.2.2. Accumulator
Unit accumulator dihidupkan pada keadaan darurat, yaitu untuk menutup
BOP Stack. Unit ini dapat dihidupkan dari remote panel yang terletak pada lantai
bor atau dari accumulator panel. Pada unit ini dijalankan dalam keadaan crew harus
meninggalkan lantai bor.
6.1.3. Jenis-Jenis Susunan BOP Stack
BOP stack dapat disusun dalam beberapa susunan seperti ditunjukkan
sebagai berikut :
• Annular Preventer
• Pipe Ram Preventer
• Drilling Spool
• Blind Ram
• Casing Head
6.1.4. Supporting System
6.1.4.1. Choke Manifold
Choke manifold merupakan suatu kumpulan fitting dengan beberapa outlet
yang dikendalikan secara manual dan atau otomatis. Bekerja pada BOP Stack
dengan “High Pressure Line”, disebut “Choke line”.
Bila dihidupkan, choke manifold membantu menjaga back pressure dalam
lubang bor untuk mencegah terjadinya intrusi fluida formasi. Lumpur bor dapat
dialirkan dari BOP Stack ke sejumlah valve (yang membatasi aliran dan langsung
45
ke reserve pits), mud-gas separator atau mud conditioning area back pressure
dijaga sampai lubang bor dapat dikontrol kembali.
6.1.4.2. Kill Line.
Kill Line bekerja pada BOP Stack biasanya berlawanan dengan choke
manifold (dan choke line). Lumpur berat dapat dipompakan melalui Kill Line ke
dalam lumpur bor sampai tekanan hidrostatik lumpur dapat mengimbangi tekanan
formasi.
6.1.5. Rumus Perhitungan
• Pressure yang bisa ditahan Annular Preventer
0,052 x h x Ppore
• Pressure yang bisa ditahan pipe ram
Annular preventer x 2
• BOP Pressure per section
Phd x 1,25
Keterangan:
h = Target kedalaman, ft
Ppore = Teknan pori, psi
Phd = Tekanan hidrostatis dinamis, Ploss + Ph,
BAB VII
SISTEM PERALATAN PENUNJANG
7.1.DASAR TEORI
Sistem peralatan penunjang lainnya yang penting dalam operasi pemboran
adalah :
a. Kunci-kunci
b. Casing hanger
c. Fishing tools (alat-alat pancing)
d. Laboratorium pemboran
e. Sistem listrik
f. Sistem penyediaan air
g. Organisasi pemboran
h. Gudang alat-alat pemboran
i. Alat-alat keselamatan kerja
7.1.1. Kunci-kunci
a. Kunci Wilson (make up and break out tong)
Digunakan pada waktu menyambung/melepas sambungan rangkaian pipa
bor, digantung pada menara bor dan bekerja secara mekanis.
b. Power tongs
Fungsinya sama dengan kunci wilson, tetapi bekerja secara hidrolis atau
elektris.
c. Kunci-kunci rantai
d. Tali henep
Merupakan tali yang digunakan untuk memperkeras/melepas sambungan
pipa rangkaian pipa bor. Tali henep ini dililitkan pada cathead.
47
1. Mengambil kembali benda-benda kecil yang tidak dapat dibor dari dalam
lubang bor.
2. Pengambilan bagian dari rangkaian pipa bor yang tertinggal didalam lubang
bor akibat “twist off” (patah terpelintir).
a. Junk basket
Junk basket mempunyai jari-jari yang dapat ditekuk di sekeliling fish jika
ditekan.
b. Boot junk basket
Dipasang di atas bit dan pada waktu cairan pemboran mengaduk benda-
benda, maka benda-benda tersebut akan mengendap disekeliling boot yang
berfungsi sebagai keranjang.
c. Jet-powered junk retriever
48
P = Tarikan
L = Panjang pipa
E = Modulus Elastisitas baja, 30 x 106 psi
50
735294 𝑥 𝑊 𝑥 𝑙
L = 𝑃
…………………………………………………(8.3.)
b. Flow line
Merupakan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur semen yang
dipompakan dari cementing unit ke cementing head.
c. Cementing head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang masuk ke lubang bor.
Ada dua tipe cementing head, yaitu:
1. Mac clatchie cementing head. Merupakan type cementing head yang cara
penggunaannya (pada waktu pemasukan bottom plug dan top plug) dengan
jalan membuka dan memasang kembali.
2. Plug container Type ini lebih praktis dari mac clatchie, karena pada plug
container ini memasangnya top plug dan bottom plug tidak perlu
membukanya, akan tetapi sudah terpasang sebelumnya.
8.1.2. Peralatan Dibawah Permukaan
Peralatan penyemenan dibawah permukaan meliputi :
a. Casing
Merupakan pipa selubung yang berfungsi untuk :
o Melindungi lubang bor dari pengaruh-pengaruh fluida formasi dan
tekanan-tekanan di sekitarnya.
o Melindungi lubang bor dari keguguran.
o Memisahkan formasi produktif satu dengan lainnya.
o Bersama-sama memperkuat dinding lubang bor serta mempermudah
operasi produksi nantinya.
Jenis-jenis casing:
1. Conductor casing
2. Intermediate casing
3. Production casing
Spesifikasi casing
1. Diameter : 26”, 20”, 13 3/8”, 9 5/8”, 7” dst.
2. Grade : p. 110, h. 40, j. 55, n. 80.
3. Panjang : 30 ft/stand
4. Berat : 23 lb/ft, 26 lb/ft, 29 lb/ft
53
pada dinding lubang bor, shoe ini dibuat dari bahan yang dapat dibor lagi
(drillable).
• Float shoe
Pada prinsipnya sama dengan casing shoe, hanya pada float shoe dilengkapi
dengan valve (katub), yang berfungsi untuk :
o Mencegah aliran balik, mencegah blow out melalui casing pada waktu
casing diturunkan.
o Mencegah aliran balik semen, setelah proses penyemenan selesai.
o Memperkecil beban menara, pada drilling line dan casing itu sendiri
Jadi float ini hanya dapat mengalirkan semen/lumpur ke daerah saja (satu arah).
Float shoe ini dibuat dari bahan yang dapat dibor lagi.
• collar
Merupakan suatu shock penahan yang dipasang beberapa meter di atas shoe,
berfungsi untuk menahan bottom plug dan top plug.
Dibuat dari bahan yang dapat dibor lagi (drillable).
Ada dua jenis collar:
o Guide collar : tidak dilengkapi valve, sehingga tidak dapat menahan
tekanan balik.
o Float collar: dilengkapi valve.
e. Shoe trach
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe dan collar sepanjang satu
batang atau lebih, tergantung dari ketinggian semen di annulus. Karena
ketinggian semen di annulus akan menentukan perbedaan tekanan hidrostatik
diluar dan didalam casing pada waktu memasukkan top plug. Shoe trach
berfungsi untuk menampung bubur semen yang bercampur udara atau lumpur
pendorong, agar tidak keluar annulus disekitar shoe.
f. Cementing plug
1. Bottom plug
Berfungsi untuk mencegah adanya kontaminasi antara lumpur dengan bubur
semen. Jadi untuk mendorong lumpur yang berada didalam casing dan
memisahkan casing dari semen dan juga membersihkan mud film didalam
55
dinding casing, pada bottom plug terdapat membran yang pada tekanan
tertentu dapat pecah, sehingga semen akan mengalir keluar dan terdorong
ke annulus sampai mencapai tujuan yang diharapkan. Bottom plug terbuat
dari bahan karet, pada bagian luar dan cast alluminium pada bagian
dalamnya.
2. Top plug
Berfungsi untuk mendorong bubur semen, memisahkan semen dari lumpur
pendorong agar tidak terjadi kontaminasi, membersihkan sisa-sisa semen
dalam casing. Alat ini sebagian besar terbuat dari karet dan pada bagian
bawahnya digunakan plat alluminium dan tidak mempunyai membrane
(selaput tipis). Apabila top plug ini sudah duduk (sampai pada bottom plug)
dibawah,maka tekanan pemompaan akan naik secara tiba-tiba (bumping
pressure) dan pada saat itu pemompaan dihentikan.
8.1.3. Peralatan Pada Stage Cementing (Penyemenen Bertingkat)
8.1.3.1 Peralatan diatas permukaan
Pada stage cementing adalah sama dengan peralatan penyemenan yang
telah dibahas di muka (primary cementing).
8.1.3.2 Peralatan dibawah permukaan
a. Stage cementing collar
Berfungsi untuk melewatkan bubur semen setelah penyemenan pertama
dilakukan (primary cementing).
Penyemenan bertingkat dilakukan bila:
▪ Sumur terlalu dalam
▪ Formasi di atas dan di bawah zona yang disemen cukup kompak dan
cukup jauh.
▪ Menghindari tekanan pompa yang berlebihan, sehingga dapat
mengurangi biaya.
b. Cement basket
Letak di bawah stage cementing collar, berfungsi untuk menyekat ruang
annulus antara ruang bawah dan ruang atas stage collar.
c. Trip plug
56
Setelah primary cementing selesai, maka dimasukkan trip plug. Plug ini
berfungsi untuk membuka lubang pada stage cementing collar. Karena
beratnya, trip plug ini turun kebawah yang akhirnya mencapai sampai pada
stage cementing collar (pada lower inner sleeve).
Dengan tekanan tertentu lower inner sleeve akan turun dan membuka lubang
pada stage cementing collar disebut cementing ports.
d. Shut off plug
Setelah pendorongan bubur semen selesai, kemudian dimasukkan shut off plug
yang berfungsi untuk menutup cementing port sehingga tidak terjadi aliran
balik.
Doh 2 - Dod 2
CapacityC-OH =( ) × 3,281 × L × Excess
1029,4
D 2
oh
Capacityrat hole = (1029,4) × 3,281 × L × Excess
• Surface Casing
Volume Casing to Casing
Did 2 - Dod 2
CapacityC-C =( ) × 3,281 × L
1029,4
Doh 2 - Dod 2
CapacityC-OH =( ) × 3,281 × L × Excess
1029,4
Doh 2 − Dod2
CapacityC-OH =( ) × 3,281 × L × Excess
1029,4
Doh 2
Capacityrat hole =( ) × 3,281 × L × Excess
1029,4
idD 2
Capacityshoe track = (1029,4) × 3,281 × L
= CapacityC-C + CapacityC-OH(lead)
• Intermediate I Casing
Volume Casing to Casing
Did 2 - Dod 2
CapacityC-C =( ) × 3,281 × L
1029,4
19,1242 - 13,3752
=( ) × 3,281 × 352
1029,4
= 209,617 bbl
Doh 2 - Dod 2
CapacityC-OH =( ) × 3,281 × L × Excess
1029,4
Doh 2 − Dod2
CapacityC-OH =( ) × 3,281 × L × Excess
1029,4
D 2
oh
CapacityC-OH = (1029,4) × 3,281 × L × Excess
Did 2
Capacityshoe track = ( ) × 3,281 × L
1029,4
• Intermediate II Casing
Volume Casing to Casing
Did 2 - Dod 2
CapacityC-C =( 1029,4
) × 3,281 × L
Doh 2 - Dod 2
CapacityC-OH =( ) × 3,281 × L × Excess
1029,4
Doh 2 − Dod2
CapacityC-OH =( ) × 3,281 × L × Excess
1029,4
D 2
oh
CapacityC-OH = (1029,4) × 3,281 × L × Excess
59
Did 2
Capacityshoe track = ( ) × 3,281 × L
1029,4
• Liner Casing
Volume Casing to Casing
Did 2 - Dod 2
CapacityC-C =( ) × 3,281 × L
1029,4
Doh 2 - Dod 2
CapacityC-OH =( ) × 3,281 × L × Excess
1029,4
D 2
oh
CapacityC-OH = (1029,4) × 3,281 × L × Excess
idD 2
Capacityshoe track = (1029,4) × 3,281 × L
(tug boat). Jack-up dilengkapi dengan kaki-kaki yang dapat terdiri dari tiga, empat,
lima kaki atau lebih. Pada posisi pemboran, kapal atau platform diangkat dan berdiri
di atas kaki-kakinya hingga cukup tinggi di atas air serta di atas jangkauan ombak.
Kedalaman laut terbatas, sesuai dengan panjang kaki.
Hingga tahun 1974 kedalaman laut maksimum dapat dicapai adalah 350 ft.
Jack-up cukup stabil, tidak terpengaruh oleh cuaca, arus dan ombak. Semua
peralatan dan material berada di atas kapal atau platform. Operasi pemboran seperti
di atas darat. Pada pemboran pengembangan biasanya sebelum pemboran dimulai,
terlebuh dahulu dipasang jacket, kemudian dipasang konduktor dan ditumbuk
hingga beberapa meter masuk ke dasar laut. Pada pemboran eksplorasi, biasanya
digunakan mudline suspension, dan dari mudline suspension casing disambungkan
ke atas sampai ke platform. Casing head dan BOP dipasang pada platform.
Penyelesaian sumur dapat dengan chrismas tree di dasar laut atau di atas platform.
9.2.2.2. Floating Platform
Tidak mempunyai “kaki”, sehingga perlu alat khusus untuk menjaga
posisinya agar tetap stabil.
9.2.2.2.1. Semi-Submersible
Semi-submersible berbentuk seperti kapal dan pada umumnya tidak
mempunyai propeller sendiri sehingga untuk menuju lokasi harus ditarik kapal
tunda. Karena sifatnya mengapung (floating), sehingga sangat dipengaruhi oleh alur
ombak dan pasang surut. Untuk mengatasi pengaruh tersebut harus dijangkar.
Sistem penjangkaran ada dua macam, yaitu:
1. Convention Mooring System
2. Dynamic Positioning
BOP dipasang di dasar laut (subsea BOP stack). Untuk penyelesaian sumur
dapat dilakukan:
1. Dengan christmast tree pada platform, tetapi terlebih dahulu harus dipasang
jacket. Casing disambung sampai permukaan, kemudian dipasang
convention well head.
2. Dengan christmast tree di dasar laut (subsea BOP stack).
9.2.2.2.2. Drill ship
64
riser juga sering dipasang tabung pengapung (buoyancy can) untuk mengurangi
berat riser didalam air.
2. Slip joint
Slip joint dipasang pada bagian teratas dari riser pipe, terdiri dari inner
barrel, dimana di atasnya sering dipasang deverter dan digantung pada kapal
dengan bantuan riser tensiduer. Diatas riser di bawah slip joint juga sering
dipasang ball joint.
3. Ball Joint
Ball joint dipasang dibawah riser, di atas BOP stack, berfungsi untuk
menghilangkan stress pada pipe riser. Ball joint kedua juga sering dipasang
dibawah slip joint.
4. Hydraulic Connector
Hydraulic connector berfungsi untuk menyambungkan casing head atau
well head dengan BOP stack dan BOP stack dengan riser system. Hydraulic
connector dioperasikan dari permukaan secara hidraulis.
9.2.3.4. Well Head
Sebagai pengganti well head dipakai serangkaian casing untuk masing-
masing casing. Masing-masing casing head mempunyai “HUG” yaitu tempat untuk
memasang hydraulic connector dan mempunyai ulir kiri untuk menyambung
dengan running tool pada saat menurunkan casing dan juga penyemenan.
9.2.3.5. Motion Compensator
Kapal bergerak vertikal secara terus menerus, karena ombak maupun
pasang surut. Pada bagian bawah atau pahat, gerakan ini harus dinetralisir agar berat
badan pada pahat (WOB) konstan.
Untuk maksud tersebut maka dipakai motion compensator atau heave
compensator. Jadi travelling block dengan seluruh beban tetap tinggal ditempat,
meskipun kapal bergerak naik turun.
Ada tiga jenis heave compensator, yaitu:
1. Bumper Sub
67
Dipakai long stroke bumper sub, yang dipasang pada drill collar. Tempat
pemasangan diusahakan pada titik netral dari drill collar. Berat drill collar
dibawah bumper sub inilah yang merupakan beban pada pahat.
2. Crown Block Compensator
Crown block compensator merupakan suatu perangkat tegangan yang
digunakan untuk menahan crown block dan drill string. Karena yang digunakan
untuk menahan crown block dengan dikontrol tension pada kompensator, maka
gerakan naik turun dari crown block dapat dihilangkan. Metode ini telah banyak
digunakan dalam operasi pemboran lepas pantai dan sangat efektif
penggunaannya.
3. Travelling Block Compensator
Travelling block compensator merupakan perangkat tensioner untuk
menahan drill string, dipasang diantara travelling block dan hook. Compensator
ini dipasang dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh gerakan pada
travelling block. Dengan pemasangan compensator pada traveling block ini,
maka masalah pembebanan pada titik tertinggi dapat dihilangkan, sehingga
posisinya lebih stabil.
Ada dua jenis travelling block compensator, yaitu:
a. Tension type cylinder
b. Compression type cylinder
9.1.4. Rumus Perhitungan
a) Buoyancy semi-submersible (Fa)
Volume column : (P x L x T) column x jumlah column
Fa : ρw x g x V
Bouyancy floating objects (Fcg)
V ballast : (P x L x T) ballast x jumlah ballast
Fcg :mxg
Total reserve buoyancy
Total reserve buoyancy = buoyancy semi submersible – buoyancy
floating object
68
• Draft transit =
𝑠𝑢𝑏𝑚𝑒𝑟𝑔𝑒𝑑 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
tinggi column – (𝑝 𝑐𝑜𝑙𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑥 𝑙 𝑏𝑎𝑙𝑙𝑎𝑠𝑡 )
𝑥 𝑗𝑙ℎ 𝑐𝑜𝑙𝑙𝑢𝑚𝑛
BAB X
PEMBORAN BERARAH (DIRECTIONAL DRILLING)
Pola continuous build dimana profil sumur ini memiliki defleksi awal yang
relatif dalam (deep). Ini membutuhkan inklinasi tertinggi dari semua jenis profil
sumur untuk mencapai target.
• Horizontal drilling type
Horizontal Drilling adalah salah satu tipe drilling yang kemiringannya
mencapai 90̊ melalui reservoir section. Ini memiliki aplikasi penting dalam
meningkatkan produksi dari reservoir tertentu yang tidak ekonomis.
10.1.3. Alat Pembuat Sudut dalam Pemboran Berarah
Sebelum melakukan pemboran berarah, terlebih dahulu ditentukan
kedalaman titik beloknya (kick off point) dimana dari titik tersebut lubang bor mulai
diarahkan dengan sudut kemiringan tertentu menuju target yang telah ditentukan.
Dalam pembelokan lubang ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat
sebagai berikut :
a. Badger bit
Prinsip kerja dari alat ini adalah adanya salah satu nozzle pada bit yang
ukurannya lebih besar dari yang lainnya. Hal ini akan mengakibatkan semburan
lumpur yang lebih besar sehingga lubang akan membelok kearah dimana ukuran
nozzle yang lebih besar.
b. Spud bit
Alat ini berupa bit tanpa roller, bentuknya seperti baji dan mempunyai nozzle.
Secara umum cara kerja alat ini sama dengan badger bit tapi pada spud bit juga
ditambahkan tumbukan.
c. Knuckle joint
Merupakan suatu drill string yang diperpanjang dengan sendi peluru, sehingga
memungkinkan putaran bersudut antara drill string dan bitnya.
72
d. Whipstock
Adalah alat yang terbuat dari besi tuang yang berbentuk baji dengan saluran
yang melengkung tempat bergeraknya bit.
e. Turbo drill
Merupakan down hole mud turbin yang dapat memutar bit tanpa memutar drill
string. Kecepatan putarnya sangat tergantung pada volume lumpur dan tekanan
sirkulasi di permukaan.
f. Dyna drill
Merupakan down hole mud motor, prinsipnya sama dengan turbo drill.
10.1.4. Bottom Hole Assembly pada Pemboran Berarah
Dalam Perencanaan Pemboran Berarah, maka sangat diperlukan
pengalaman di dalam pengaturan rangkaian bottom hole assembly ini agar diperoleh
hasil yang baik di dalam suatu operasi pemboran terarah.
Penggunaan berbagai susunan rangkaian bottom hole assembly yang
umumnya digunakan sebagai dasar di dalam pemilihan posisi bottom hole assembly
di dalam suatu pemboran berarah yaitu sebagai berikut :
• Vertical BHA
Susunan rangkaian ini umumnya digunakan untuk membor tegak lurus dari
permukaan sebelum titik belok (KOP), atau bagian setelah drop off section. Adapun
susunan ini dapat digambarkan sebagai berikut : Bit - Monel DC - DC - Stab - 90'DC
- Stab - 90'DC – Stab dan seterusnya.
• Fulcrum / Build Up
Pada rangkaian ini reamer harus selalu ditempatkan di dekat bit. Adanya beban
pada bit menyebabkan bagian drill collar di atas reamer membelok dengan
kemiringan tertentu. Rate build up ini sangat tergantung kepada WOB. Rangkaian
BHA yang umumnya digunakan pada build up section ini dapat digambarkan
sebagai berikut : Bit - Sub - Reamer - Monel DC - Stab - DC - Stab - 90'DC.
• Packed hole / tangent
Tangent assembly digunakan pada bagian dari lubang bor dimana sudut arah
dan kemiringan harus dipertahankan tetap, sehingga rangkaiannya harus sekaku
mungkin. Sangat sukar menemukan tangent assemblies yang ideal atau kombinasi
73
yang tepat. Pada beberapa kasus yang lain hasil akan baik dengan banyak
ditempatkan stabilizer. susunan yang memberikan hasil yang baik yaitu sebagai
berikut : Bi t- Reamer - Monel DC – Stab – Dc – Stab – DC – Stab – dan seterusnya.
• Pendulum / Drop off
Dengan menambah jarak bit ke reamer, bagian bawah reamer mempunyai
tendensi untuk mengarah ke bawah. Karena berat rangkaiannya, perlahan-lahan
akan menghasilkan penurunan sudut pada drop off section tergantung pada WOB,
RPM dan posisi reamer serta stabilizer pada rangkaian. Umumnya drop off
assemblies ini berbentuk sebagai berikut : Bit - Monel DC - Reamer - DC - Stab -
DC - Stab -90'DC- stab.
10.1.5. Inovasi pada Pemboran Berarah
• Rotary Steereable System
Merupakan suatu teknologi yang dapat membor dengan tingkat keakuratan
yang tinggi ditunjang dengan pengembangan Point the Bit dan Push the Bit.
Peralatan ini merupakan pengembangan teknologi dari rotary system yang
dibutuhkan untuk menunjang operasi pemboran.
• Measurement While Drilling
Merupakan suatu sistem pengukuran data lubang bor yang diletakkan didekat
pahat dan mengirimkan data tersebut kepermukaan secara langsung (real time)
ketika proses pengeboran sedang berlangsung
10.3.2. Perhitungan
Berdasarkan data-data yang telah diberikan dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut :
• Penentuan radius of curvature
180⁰ 1
𝑅= ×
𝜋 𝑞
74
• Penentuan TVD 2
𝑇𝑉𝐷2 = (𝑅 × sin 𝛽) + 𝑇𝑉𝐷1
• Penentuan measurement depth hingga end of curvature
𝜋
𝐿(𝐵𝐶 ) = × 𝑅 × 𝛽 + 𝑇𝑉𝐷1
180⁰
• Penentuan total measurement depth
𝜋×𝛽×𝑅
𝐿(𝑑 ) = 𝑇𝑉𝐷1 + +
180⁰