Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

HUBUNGAN METODE PEMBELAJARAN DARING DENGAN


MOTORIK HALUS ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI PAUD MAWAR JINGGA DAN
PAUD HARAPAN BUNDA
TAHUN 2022

Usulan Penelitian Untuk Strata S-1

Diajukan oleh

Diko Julian Azmit


1810105052

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...................................................................2

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................3

KATA PENGANTAR...........................................................................................4

DAFTAR ISI..........................................................................................................5

DAFTAR TABEL..................................................................................................6

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................7

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1


B. Rumusan Masalah....................................................................................9
C. Tujuan ...... 10
D. Manfaat10
E. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................11
BAB IITINJAUAN PUSTAKA...........................................................................13

A. Konsep Anak Prasekolah...................................................................... 13


1. Pengertian Prasekolah.......................................................................13
2. Ciri Tahapan Perkembangan Anak Prasekolah.................................13
B. Motorik Halus........................................................................................16
1. Defenisi Motorik Halus.....................................................................16
2. Ruang Lingkup Perkembangan Motorik .........................................17
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik......................20
4. Assesmen Perkembangan Motorik Halus ........................................26
C. Pembelajaran Dalam Jaringan...............................................................34
1. Pengertian Pembelajaran Dalam Jaringan........................................34
2. Karakteristik Pembelajaran Dalam Jaringan....................................35
3. Manfaat Pembelajaran Dalam Jaringan...........................................37
4. Aplikasi Pembelajaran Daring.........................................................38
5. Penilaian Pembelajaran Daring.......................................................38
D. Kerangka Teori..................................................................................... 40
E. Kerangka Konsep.................................................................................41
F. Hipotesis Penelitian..............................................................................43

BAB IIIMETODE PENELITIAN......................................................................45

A. Desain Penelitian.................................................................................. 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 45
C. Populasi dan sampel..............................................................................45
1. Populasi ...........................................................................................46
2. Sampel ..............................................................................................46
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 46
1. DataPrimer........................................................................................46
2. Data Sekunder...................................................................................46
3. Instrusmen Penelitian........................................................................46
4. Etika Penelitian.................................................................................47
E. Teknik Pengolahan Data.......................................................................48
1. Pemeriksaan Data.............................................................................48
2. Pemberian Kode...............................................................................48
3. Proses Data.......................................................................................49
4. Memasukkan Data............................................................................49
5. Pembersihan Data............................................................................49
F. Teknik Analisis Data............................................................................49
1. Analisis Univariat............................................................................49
2. Analisa Bivariat...............................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................41
Gambar 2.2 Kerangka Konssep .............................................................................42
GAMBAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Operasional..............................................................................43
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UNICEF,2012 di Indonesia 40% balita dipedesaan mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat. WHO melaporkan bahwa 5-

25% dari anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk

gangguan perkembangan. Menurut UNICEF,2011 didapatkan data masih

tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak

balita khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3

juta anak mengalami gangguan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2018 Indeks perkembangan anak usia 36-59 bulan untuk aspek literasi sebesar

64,6%, aspek fisik sebesar 97,8%, aspek sosial emosional sebesar 69,9%, dan

aspek learning sebesar 95,2% sehingga total indeks perkembangan Indonesia

tahun 2018 sebesar 88,3%4. Untuk menurunkan gangguan motorik halus anak

pemerintah mencanangkan deteksi dini tumbuh kembang pada setiap

puskesmas disuluruh Indonesia. Namun sampai saat ini cakupan Deteksi

Tumbuh Kembang (DTKB) belum maksimal.

Pada awal tahun 2020 terjadi fenomena yang luar biasa yaitu

menyebarnya virus covid 19 yang menyebabkan perubahan pada seluruh

rutinitas sehari-hari termasuk rutinitas anak usia dini yang bersekolah. Hingga

tanggal 1 April 2020 UNESCO mencatat sebanyak 1,5 milyar anak usia

sekolah yang terdampak pandemi covid 19 di 188 negara di dunia termasuk

sekitar 60 juta diantaranya ada di Indonesia. Lebih lanjut di Indonesia,


2

berdasarkan Surat Edaran resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No

4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat

Penyebaran Covid-19 di dalamnya terdapat beberapa ketentuan mengenai

proses belajar di masa pandemi diantaranya aturan dilakukannya pembelajaran

secara daring. (Nasution & Sutapa, 2021).

Dalam pembelajaran sistem daring, ada beberapa kendala yang dirasa

kurang efektif, seperti pemberian materi pembelajaran oleh guru, melek

teknologi dari guru maupun orang tua yang akan membimbing anak, serta

keadaan ekonomi anak. Hal tersebut merupakan salah satu tantangan para

pendidik dan guru di masa pandemi ini.

Menurut Purwanti (2013) anak memerlukan pendidikan untuk

mengoptimalkan seluruh aspek perkembangannya demi masa depan dalam

menempuh jenjang berikutnya.Namun disisi lain terdapat kendala yang

menyertai proses pembelajaran jarak jauh dengan sistem daring ini, seperti

yangterdapat beberapa kendala yang dialami guru PAUD dalam mengajar di

masa pandemi, salah satunya penulis menyoroti kendala yang paling tinggi

persentasenya dilihat dari indikator materi pembelajaran dimana guru memiliki

kendala ketika menentukan kegiatan/materi yang tepat yang menyebabkan

adanya shock culture(Rahmatunnisa et al., 2020).

Shock culture biasanya terjadi karena adanya seleksi alamiah dari

lingkungan, salah satunya berdampak kepada terganggunya sistem penyesuaian

sosial dalam pembelajaran, terganggunya motivasi berprestasi, dan interaksi

pembelajaran menjadi tidak optimal. Berdasarkan hasil olah data tertutup


3

terdapat 6,3% atau 2 orang guru, 28,1% atau 9 orang guru menjawab kadang-

kadang dan 65,6% atau 21 orang guru menjawab iya dalam melaksanakan

pembelajaran secara daring selama pandemi covid-19 (Rahmatunnisa et al.,

2020).

Berdasarkan Hasil Penelitian (Chusna & Utami, 2020) dalam sistem

pembelajaran daring peran guru menjadi terbatas, guru lebih ke pengamat.

Dalam penyampaian materipun guru tak mampu secara langsung dan mendetail

karena terbatas ruang dan waktu. Berdasarkan hasil penelitian (Arum &

Susilaningsih, 2020), Dampak negatif yang dirasakan, yaitu guru di harapkan

dapat mencapai target kompetensi melalui pembelajaran daring ini, namun

nyatanya untuk mencapai target tersebut masih banyak kendala, seperti

kurangnya peserta didik dalam memberikan umpan balik secara cepat, peserta

didik kurang dalam memahami materi yang diberikan, kurangnya alat

komunikasi membuat peserta didik tidak dapat mengumpulkan tugas secara

tepat waktu, penjelasan guru tidak jelas ketika signal buruk sehingga materi

yang disampaikan tidak diterima dengan baik.

Dalam temuan lain dari kasus pelaksanaan pembelajaran online adalah

guru merasa bingung dan merasa repon yang diharapkan tidak pasti, sehingga

guru melakukan pembatasan peran atau harus melakukan perluasan peran

secara online (Forkosh-Baruch & Hershkovitz, 2014). Gaya pengajaran dalam

pembelajaran daring pun perlu diperluas, karena cukup berbeda dengan

pembelajaran yang berada dalam ruangan (Purwanto et al., 2020).


4

Dalam pembelajaran dalam ruangan, bahasa tubuh guru, ekspresi wajah

dan suara adalah hal yang utama. Namun, ketika beralih ke platform, mereka

menyediakan terdapat berbagai menu yang dapat dibagikan, seperti teks, video,

gambar, suara dan lainnya. Sehingga dalam pembelajaran daring guru harus

memilih strategi yang tepat dalam menyampaikan materi (Bao, 2020)

Menurut penelitian Dhawan (2020), tentang proses pembelajaran daring

di PAUD Kota Bengkulu di dapatkan data sebagian besar guru PAUD pada

gugus asparagus di Kota Bengkulu sudah melaksanakan pembelajaran secara

daring (online), sebanyak 9,4% guru menggunakan metode penugasan, 3,12

ceramah dan diskusi. Bagaimanapun juga perkembangan teknologi yang pesat

telah membuat pendidikan jarak jauh menjadi mudah, oleh karenanya

kesempatan guru dalam melaksanakan pembelajaran daring menjadi lebih

besar dan diharapkan pembelajaran dapat tetap efektif dan optimal meskipun

tidak dilaksanakan secara tatap muka sehingga tujuan pendidikan dalam

memfasilitasi proses perkembangan anak dapat terwujud(Nasution & Sutapa,

2021).

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Paud Kecamatan

Lubuk Begalung terhadap 5 orang pengajar paud, 3 pengajar mengatakan

adanya hambatan terhadap metode pembelajaran daring yang dikarenakan

keterbatasan jaringan dan pemahaman orang tua terhadap media sosial, dan 2

pengajar lainnya mengaku berhasil dalam metode pembelajaran daring di

karenakan adanya faktor pendukung dari orang tua anak anak prasekolah.
5

Dikarenakan fenomena diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul

Hubungan Metode Pembelajaran Daring Dengan Motorik Halus Anak Usia Pra

Sekolah Di Kecamatan Lubuk Begalung dengan tujuan untuk mengetahui

bentuk strategi yang dilakukan guru PAUD dalam menstimulasi perkembangan

motorik anak usia dini di era pandemi covid 19. Hasil penelitian ini

memberikan gambaran dan informasi mengenai bagaimana bentuk strategi

yang dilakukan guru PAUD dalam menstimulasi perkembangan motorik anak

di era pandemi covid 19. Selanjutnya hasil penelitian dari artikel ini dapat

dijadikan salah satu referensi strategi mengajar guru dalam menstimulasi

keterampilan motorik anak usia dini pada proses pembelajaran daring di era

pandemi covid 19.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut “Bagaimana hubungan metode

pembelajaran daring dengan motorik halus anak usia pra sekolah di Paud

Mawar Jingga dan Paud Harapan Bunda tahun 2022 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Apakah ada Hubungan metode pembelajaran daring

dengan motorik halus anak usia pra sekolah di Kecamatan Lubuk Begalung

2022

2. Tujuan Khusus
6

a. Diketahuinya distribusi frekuensi pembelajaran daring pada anak usia pra

sekolah tahun 2022

b. Diketahuinya distribusi frekuensi motorik halus anak usia pra sekolah

tahun 2022

c. Diketahuinya hubungan antara metode pembelajaran daring dengan

motorik halus anak usia pra sekolah tahun 2022

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Bagi Peneliti

Mengetahui hubungan empiris antara kejadian di lapangan dengan

teori yang diuraikan dan dapat menambah pengetahuan serta pengalaman

bagi penulis dan mengembangkan konsep-konsep penelitian serta

mengaplikasikan ilmu hasil studi yang telah diperoleh selama

perkuliahan.

b. Bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti lain dapat melakukan penelitian selanjutnya dengan

variabel yang berbeda dan metode yang berbeda untuk mengetahui

dampak dari pembelajaran daring terhadap motorik halus anak usia

prasekolah.

2. Manfaat praktisi

a. Bagi institusi
7

Dapat memberikan informasi terkait dengan metode pembelajaran daring

dengan motorik halus anak usia prasekolah.

b. Bagi Sekolah (PAUD)

Dapat memberikan gambaran hasil penelitian yang dilakukan

terkait hubungan metode pembelajaran yang di lakukan secara daring

oleh pengajar agar dapat diterima oleh motorik halus anak prasekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitan ini membahas tentang hubungan pembelajaran daring dengan

perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah di masa pandemi covid-19

di Paud. Variabel Independen (Metode Pembelajaran Daring) dan Variabel

dependen ( Motorik halus), yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana

hubungan metode pembelajaran daring dengan motorik halus anak usia

prasekolah di PAUD Mawar Jingga dan PAUD Hrapan Bunda Kecamatan

Lubuk Begalung. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah analitik deskriptif

dengan desain penelitian Retrospektif. Penelitian ini akan dilaksanakan di

Paud, pada bulan Maret – Agustus 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah

anak usia pra sekolah di Paud Mawar Jingga dan Paud Harapan Bunda

Kecamatan Lubuk Begalung sebanyak 50 sampel. Teknik pengambilan sampel

secara total sampling, Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar

Denver II. Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square (p value< 0,05),

dengan komputerisasi untuk melihat analisis univariat dan bivariat


8

BABII

TINJAUANPUSTAKA

A. Konsep Anak Prasekolah

1. Pengertian

Pendidikan prasekolah merupakan dasar bagi perkembangan sikap,

pengetahuan,keterampilan,daya cipta dan penyesuaiannya dengan

lingkungan sosialnya. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik

di luar dilingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar,yang

diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan

luar sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain meliputi pendidikan Taman

Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan Kelompok Bermain, serta

Penitipan Anak dijalur luar sekolah. Taman Kanak-kanak diperuntukan anak

usia 5 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan, sementara

kelompok bermain atau penitipan anak diperuntukan anak paling sedikit

berusia tiga tahun (Prof. Dr. Abdul Rahmat, S. Sos.I., 2020).

a. Ciri tahapan perkembangan anak prasekolah

Mustofa (2016), membagi empat ciri tahapan perkembangan anak

prasekolah yaitu:

1) Perkembangan jasmani

Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (3-6 tahun) ada ciri

yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak prasekolah.

Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat,


9

panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki. Contohnya,pada

anak prasekolah telah tampak otot-otot tubuh yang berkembang dan

memungkinkan bagi mereka melakukan berbagai keterampilan.

2) Perkembangan kognitif

Kognitif sering kali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir.

Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan

mengamati,jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang

memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggunakan

pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan

dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasi

berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat

dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.

3) Perkembangan bahasa

Dalam membicarakan perkembangan bahasa terdapat tiga

butir yang perlu dibicarakan,yaitu :

a) Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa

biasanya dipahami sebagai system tata bahasa yang rumit dan

bersifat semantik. Sedangkan kemampuan bicara terdiri dari

ungkapan dalam bentuk kata-kata.

b) Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang

bersifat pengertian/ reseptif (understanding) dan

pernyataan/ekspresif (producing). Bahasa pengertian (misalnya

mendengarkan dan membaca) menunjukkan kemampuan anak

untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan


10

kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicaradan tulisan)

menunjukkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang

lain.

c) Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas.

Anak akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal,

pada saat merencanakan menyelesaikan masalah, dan

menyerasikan gerakan mereka.

d) Perkembangan emosi dan social

Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek

perkembangan anak. Dalam periode prasekolah, anak ditunut

untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang dari

berbagai tatanan,yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya.

Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sbagai

perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan

aturan-aturan yang berlaku didalam masyarakat dimana anak

berada.

Masalahsosialdanemosionalyangseringmunculpadaanak

usiaprasekolah menurutMustofa (2016) antara lain adalah:

(1) Rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak

sesuaidengan kenyataan

(2) Kecenderungan depresi, permulaan dari sikap apatis

dan menghindar dari orang-orang di lingkungannya.

(3) Sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain


11

(4) Gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk.

(5) Gangguan makan, misalnya nafsu makan sangat menurun.

B. Motorik Halus

1. DefinisiMotorik Halus

Motorik berasal dari kata“motor”yang merupakansuatu dasar biologis

atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak (Gallahue).

Dengan kata lain,gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan

yang didasari oleh proses 2gerak motorik. Zulkifli (dalambuku Samsudin)

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu

yang ada hubungannya dengangerakan- gerakan tubuh. Hurlock(1978: 159)

menyatakan bahwa perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan

dari unsur kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat

gerak. Gerak ini secara jelas dibedakan menjadi gerak kasar dan halus

(Choirun Nisak Aulina, 2017).

Motorik dan fisik merupakan dua hal yang berbeda namun saling

berhubungan. Dalam perkembangan motorik pada manusia terdiri tiga

unsur, yaitu:OTOT,SARAF,OTAK. Ketiga unsur tersebut melaksanakan

masing-masing perannya secara interaksi positif,artinya unsure yang satu

saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsure

lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya.

Anak yang otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil

menggerak-gerakkan tubuhnya. Berdasarkan tiga unsur diatas bentuk


12

perilaku gerak yang dimunculkan3 terbagi menjadi dua bentuk yaitu:

motorik kasar (melibatkan otot-ototbesar,sarafdan otak) dan motorik halus

(melibatkan otot-otot kecil,sarafdan otak). Sedangkan perkembangan fisik

anak usia dini mencakup empat aspek yaitu: Perkembangan fisik merupakan

perkembangan yang signifikan bagi anak (ChoirunNisak Aulina, 2017).

2. Ruang LingkupPerkembangan Motorik

Menurut MagillRichardA, 1989:11 (ChoirunNisak Aulina,2017) adalah

berdasarkan kecermatan dalam melakukan gerakan keterampilan

dibagi menjadi dua yaitu keterampilan motorik kasar (grossmotor skill)dan

keterampilan motorik halus ( fine motor skill).

a. Keterampilan Motorik Kasar (grossmotorskill) Keterampilan motorik

kasar (gross motor skill) merupakan keterampilan gerak yang

menggunakanotot-otot besar,tujuan kecermatan gerakan bukan

merupakan suatu hal yang penting akan tetapi koordinasi yang halus

dalam gerakan adalah halyang paling penting. Motorik kasar meliputi

melompat, melempar, berjalan,dan meloncat.

b. Keterampilan Motorik Halus (finemotorskill) merupakan keterampilan

motorik halus yang merupakan keterampilan yang memerlukan control

dari otot tkecil dari tubuh untuk mencapai tujuan dari keterampilan.

Secara umum keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata

dan tangan keterampilan ini membutuhkan kecermatan yang tinggi.

Contoh motorik halus adalah:melukis, menjahit, dan mengancingkan

baju.
13

Menurut Gasell dan Ames (1940) dan Illings worth (1983) dalam

Suyanto, perkembangan motorik padaanak mengikutidelapanpolaumum

seperti berikut :

1) Continuity (bersifatkontinyu), dimulai dari yang sederhana ke yang

lebih kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak.

2) Uniform Sequence (memiliki tahapan yang sama), yaitu memiliki pola

tahapan yang sama untuk semua anak,meskipun kecepatan tiap anak

untuk mencapai tahapan tersebut berbeda.

3) Maturity (kematangan), yaitu dipengaruhi oleh perkembangan sel

syaraf. Sel syaraf telah telah terbentuk semua saat anak lahir,tetapi

proses mielinasinya masih terus berlangsung sampai beberapa tahun

kemudian.Anak tidak dapat melakukan suatu gerak motorik tertentu

yang terkoordinasi sebelu proses mielinasi tercapai.

4) Umum ke khusus, yaitu dimulai dari gerak yang bersifat umum ke

gerak yang bersifat khusus.Gerakan secara menyeluruh dari badan

terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagian-bagiannya. Hal ini

disebabkan karena otot-ototbesar (grossmuncles) berkembang lebih

dulu dari pada otot-otot halus (fine muncles).

5) Dimulai dari gerak reflex bawaan kearah gerak yang terkoordinasi.

Anak lahir didunia telah memiliki refleks, seperti menangis bila lapar,

haus, sakit, atau merasa tidak enak. Refleks tersebut akan berubah

menjadi gerak yang terkoordinasi dan bertujuan. Orang dewasa tidak

lagi menangis hanya karena lapar dan juga karena haus.


14

6) Bersifat chepalo-caudal direction, artinya bagian yang mendekati

kepala berkembang lebih dahulu dari bagian yang mendekat ekor.

Otot pada leher berkembang lebih dahulu dari pada otot kaki.

7) Bersifat proximo-distal, artinya bahwa bagian yang mendekati sumbu

tubuh (tulangbelakang) berkembang lebih dulu dari yanglebih jauh.

Otot dan syaraf lengan berkembang lebih dahulu dari pada otot jari.

Oleh karena itu anak TK menangkap bola dengan lengan,dan bukan

dengan jari, hal ini karena otot-otot halus jari-jari anak belum

berkembang.

Koordinasi bilateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi

organ yang sama berkembang lebih dulu sebelum bias melakukan

koordinasi organ bersilangan. Contoh pada anak TK melempar bola

tennis, tangan kanan terayun,disertai ayunan kaki kanan. Bagi

orangdewasa, justru kaki kiri maju, diikuti ayunan tangan

kanan(ChoirunNisakAulina,2017).

Menurut Samsudin 2008:16 (ChoirunNisakAulina,2017) secara

umum ada tiga tahap perkembangan keterampilan motorik anak usia dini,

yaitu:

1) Tahap Kognitif Pada tahap kognitif anak berusaha memahami

keterampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan

suatu gerakan tertentu.Pada tahap ini dengan kesadaran mentalnya

anak berusaha mengembangkan strategi tertentu untuk mengingat

gerakan serupa yang pernah dilakukan pada masa yang lalu.


15

2) Tahap Asosiatif pada tahap asosiasif anak banyak belajar dengan cara

coba-coba kemudian meralat (trial and error). Pada

penampilan atau geraka akan dikoreksi agar tidak melakukan

kesalahan kembali dimasa mendatang. Tahap ini adalah perubahan

strategi dari tahapan sebelumnya,yaitu dari apa yang harus dilakukan

menjadi bagaimana melakukannya.

3) Tahap Autonomous Pada tahap autonomous gerakan yang ditampilka

anak merupakan respon yang lebih efisien dengan sedikit kesalahan.

Anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis. Pada anak-anak

tertentu latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki

kemampuan motoriknya, sebab ada yang memiliki masalah pada

susunan syarafnya sehingga menghambatnya melakukan keterampilan

motorik tertentu.

3. Faktor Yang MempengaruhiPerkembangan Motorik

Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan

saja tetapi keterampilan motorik itu harus dipelajari. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan motorik menurut beberapa ahli:

Menurut Aisyah,dkk (ChoirunNisakAulina,2017) ada beberapa hal

penting dalam mempelajari keterampilan motorik, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Kesiapan belajar. Pengembangan keterampilan motorik sangat berkaitan

dengan kesiapan belajar anak. Anak yang telah memiliki kesiapan

belajar suatu keterampilan motorik akan lebih unggul bila dibandingkan


16

dengan anak yang belum memiliki kesiapan untuk mempelajari

keterampilan tersebut. Misalnya anak yang telah memiliki kesiapan

belajar suatu keterampilan motorik akan lebih unggul bila dibandingkan

dengan anak yang belum memiliki kesiapan untuk mempelajari

keterampilan tersebut. Misalnya, anak yang telah memiliki kesiapan

untuk belajar menulis maka dia akan lebih cepat dapat menulis bila

dibandingkan dengan anak yang belum memiliki kesiapan tersebut.

Kesiapan yang memiliki oleh setiap anak tidaklah sama, oleh karena itu

pendidik diharapkan tidak membandingkan anak yang satu dengan anak

yang lain dalam hal keberhasilannya mempelajari suatu keterampilan

motorik.

b. Kesempatan belajar Banyak anak yang sebenarnya telah memiliki

kesiapan belajar suatu keterampilan motorik, namun karena tidak

memiliki kesempatan untuk mempelajarinya maka anak tersebut tidak

mencapai kemampuan tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena

lingkungan disekitarnya tidak menyediakan kesempatan belajar atau

karena orang tua atau orang disekitarnya tidak membiarkan anak belajar

keterampilan tersebut dengan alasan takut terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan. Misalnya seorang anak yang tidak mendapat kesempatan

untuk belajar menggunting maka kemungkinan besar dia tidak akan dapat

melakukan kegiatan menggunting. Oleh karenanya, pendidik sebaiknya

memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mempelajari

berbagai keterampilan motorik dengan cara menyediakan sarana dan pra


17

sarana yang aman, nyaman, dan memberi dorongan bahwa setiap anak

pasti akan dapat melakukannya.

c. Kesempatan berpraktek Untuk mempelajari suatu keterampilan motorik

seorang anak harus memiliki kesempatan untuk mencoba melakukannya

(berpraktek) sesuai dengan kebutuhannya. Seorang anak yang tidak

diberikan kesempatan untuk mencoba maka ia tidak akan pernah bias

melakukannya. Jika anak hanya diberi kesempatan melakukan dengan

intensitas yang sangat kecil maka kemungkinan kemungkinan kebiasaan

untuk melakukan hal yang salah akan lebih besar. Misalnya,

keterampilan mengguting yang hanya dilakukan anak sekali saja,

selebihnya anak hanya melihat model maka keterampilan

mengguntingnya akan sulit untuk memperoleh kemajuan dan keungkinan

menggunting dengan cara yang salah. Implikasinya adalah pendidik

harus selalu memberi kesempatan pada anak untuk melakukan sehingga

pendidik maupun anak itu sendiri dapat mengoreksi apabila ia

melakukannya dengan cara tidak benar.

d. Model yang baik Dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru

merupakan ha lyang sangat penting, maka agar anak memiliki suatu

keterampilan motorik yang baik dia memerlukan model yang baik

pula. Apabila model memberikan contoh dengan cara yang salah maka

kemungkinan besar anak akan melakukan keterampilan tersebut dengan

cara yang salah pula.Misalnya, cara memegang pensil ketika menulis.

Bila pendidik memberi contoh yang tidak benar maka besar


18

kemungkinan anak akan meniru hal tersebut dan apabila tidak dikoreksi

kebiasaan tersebut akan berlanjut sampai anak itu besar.

e. Bimbingan. Agar dapat meniru suatu model denganbenar, anak

memerlukan bimbingan. Selain itu bimbingan juga dapat membantu anak

memperbaiki suatu kesalahan sehingga kesalahan tersebut tidak terlanjur

dipelajari yang akan membuatnya menjadil ebih sulit untuk diperbaiki.

Misalnya, pendidik harus membimbing anak cara makan yang baik

sambil memberi contoh.

f. Motivasi Motivasi belajar sangat penting untuk mempertahankan minat

anak untuk mempelajari keterampilan motorik. Sumber motivasi

umumnya 15 adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan

tersebut, kemandirian dan gengsi yang diperoleh dari kelompok teman

sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam

bidang lain. Implikasinya adalah pendidik harus menyedikan

keterampilan mulai dari yang mudah ke yang sukar atau sederhana ke

kompleks agar anak selalu bisa menyelesaikannya dan tidak membuat

anak putus asa karena tidak dapat menyelesaikan tugasnya.

g. Setiap keterampilan motorik halus dipelajari secara individu.

Keterampilan motorik harus dipelajari secara individu karena tidak ada

hal yang bersifat umum dalam keterampilan tangan dan kaki. Setiap

keterampilan memiliki perbedaan dan karakteristik tertentu sehingga

keterampilan tersebut harus dipelajari secara individu. Misalnya, cara

melempar bola besar tentu saja berbeda dengan melempar bola kecil.
19

Implikasinya adalah pendidik harus memberi kesempatan pada semua

anak untuk mempelajari keterampilan tersebut dan tidak hanya satu atau

dua orang saja yang diberi kesempatan untuk mencoba melakukannya.

h. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu persatu. Apabila anak

mempelajari keterampilan motorik secara serempak, khususnya bila

menggunakan kumpulan otot yang sama maka akan membuatnya

menjadi bingung dan keterampilan yang diperoleh anak akan tidak

sesuai dengan yang diharapkan sertakan terjadi pemborosan waktu dan

tenaga. Apabila suatu keterampilan sudah dikuasi maka keterampilan lain

dapat dipelajari dengan lebih focus. Implikasinya bahwa pendidik

member latihan secara bertahap dan satu persatu. Misalnya, keterampilan

memanjat diberikan terlebih dahulu sampai anak menguasainya.

Kemudian barulah anak diajarkan keterampilan melompat atau

sebaliknya. Sebaiknya jangan mengajarkan keterampilan melompat atau

memanjat sekaligus.

Disamping beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan

motorik di atas, juga ada beberapa hal bahaya dalam perkembangan

motorik antara lain :

1) Keterlambatan keterampilan motorik.

Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan

motorik yang berada dibawah norma usia anak. Akibatnya pada usia

tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan

oleh kelompok sosialnya. Banyak penyebab terlambatnya


20

perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian

lagi tidak dapat dikendalikan. Hal ini dimungkinkan adanya kerusakan

otak pada waktu lahir atau kondisi pra lahir yang tidak

menguntungkan atau lingkungan yang tidak kondusif pada permulaan

pasca lahir.

2) Harapan keterampilan yang tidak realistis

Harapan yang tidak relistik adalah harapan yang lebihbanyak

didasarkan atas harapan dan keinginan dibandingkan dengan atas

potensi anak sendiri. Pada perkembangan keterampilan motorik

anak diharapkan dapat mengendalikan motorik dan mempelajari

keterampilan tersebut sebelum mereka matang dan siap

melakukannya. Sebagian harapan yang tidak realistis timbul dari

orangtua, sebagian dari guru, dan sebagian lagi dari anak sendiri.

Terlepas dari sumbernya, harapan yang demikian berbahaya bagi

penyesuaian sosial dan pribadi anak yang baik.

3) Kegagalan mempelajari keterampilan yang penting bagi penyesuaian

sosial dan pribadi anak.

Kegagalan mempelajari keterampilan motorik yang penting

bagian atau bagi kelompok sebaya mereka, akan merugikan

penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh ,karena anak

memerlukan keterampilan bantu diri untuk dapat mandiri, maka

anak yang tidak dapat mempelajari keterampilan tersebut pada

waktu keinginan untuk mandiri semakin kuat. Dalam tahun kedua dan
21

ketiga anak akan merasa rendah diri dan karena tidak dapat diterima

sebagai anggota kelompok sebaya, anak akan menjadi pemberang jika

mereka harus bergantung pada yang lain untuk mendapatkan

bantuan.

4. Assesmen Perkembangan Motorik Halus

a. Pengertian Assesmen

Didalam dunia pendidikan, pengertian assesmen secara sederhana

dikatakan sebagai penilaian, yakni penilaian seorang guru terhadap

anak didiknya. Menurut Lerner (Riani, 2010) Assesmen adalah suatu

proses pengumpulan informasi selengkap-lengkapnya mengenai

individu yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan

keputusan yang berhubungan dengan individu. Dan selanjutnya istilah

asesmen akan ditukarpakaikan dengan istilah penilaian atau

evaluasi.Sedangkan Jamaris (2009:58) menyatakan bahwa assesmen

merupakan proses yang dilakukan dalam suatu kegiatan dan dilakukan

secara sistematis dalam rangka mengumpulkan informasi tentang

perkembangan serta kemajuan belajar yang dicapainya.

Longdhorst (Jamaris, 2009:58) mengemukakan pendapatnya

tentang assesmen authentic yaitu assesmen yang dapat menjelaskan

segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan hasil assesmen serta

manfaatnya pada perkembangan anak didalam proses

perkembangannya, seperti : 1. Standart perkembangan yang jelas, 2.

Dapat digunakan untuk mengukur berbagai bidang perkembangan, 3.


22

Dapat memaknai keterkaitan antara tugas-tugas perkembangan, 4.

Dapat menjelaskan kualitas perkembangan, 5. Dapat merefleksikan diri

anak yang diukur dan dinilai perkembangannya, 6. Hasil assesmen

berinteraksi secara integrative, 7. Berkesinambungan. Menurut

Sujiono, melalui asesmen guru akan mendapatkan bukti otentik anak

untuk : (1) mendeteksi perkembangan dan arahan dalam melakukan

penilaiandiagnostik ketika terindikasi, (2) mengidentifikasi minat dan

kebutuhan anak usia dini, (3) menggambarkan kemajuan

perkembangan dan belajar anak usia dini, (4) mengembangkan

kurikulum, (5) memperbaiki dan mengembangkan kegiatan

pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak

usia dini, dan (6) mengasesmen program dan lembaga. Untuk

melakukan assesmen pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara

baik secara formal maupun informal.

Assesmen formal yakni asesmen yang dilakukan dengan

menggunakan alat assesmen yang telah baku, antara lain Tes IQ, Tes

pencapaian hasil belajar baik menggunakan Wide Range Achievement

(WRAT), Tes Of Oral Linguage (TOWL), atau tes-tes formal yang

lain. Assesmen informal merupakan teknik yang selalu digunakan oleh

para pendidik dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehari-

hari, pada assesmen informal menggunakan alat-alat assesmen yang

tidak baku atau buatan guru. Asesmen informal dapat dilakukan oleh

guru dengan berbagai cara antara lain :


23

1) Observasi, merupakan suatu kegiaatan pengumpulan data untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan anak dalam belajar.

2) Pre tes dan post tes, merupakan kegiatan dengan tujuan untuk

mengetahui pencapaian pemahaman atau 148 perkembangan anak

antara sebelum mengikuti kegiatan dengan sesudah mengikuti

kegiatan.

3) Rating Scale, digunakan sebagai alat pencatat selama melakukan

pengamatan terhadap kegiatan dan kemajuan belajar siswa dalam

bidang akademik serta perkembangannya di bidang non akademik

atau di bidang social.

4) Anecdotal Record, merupakan catatan tentang peristiwaperistiwa

khusus yang dilakukan anak sehingga peristiwa tersebut perlu

direkam untuk melengkapi dokumen yang diperlukan dalam

menilai perkembangan anak.

5) Portofolio, merupakan analisis terhadap kumpulan dari sampel

kinerja anak di berbagai bidang pengembagan. Dari hasil portofolio

dapat diketahui kelemahan dan kekuatan seorang anak.

Henniger menyebutkan ada empat strategi asesmen yang umum

digunakan pada perkembangan yang layak untuk anak usia dini yaitu:

b. Tingkat Perkembangan

Tingkat perkembangan diartikan sebagai asesmen singkat yang

dibuat oleh orang dewasa untuk mengidentifikasi 149 anak yang

memiliki ketidakmampuan atau kesulitan belajar.(Meisels & Atkins


24

Burnet, 2005), Contoh dari instrument tingkat perkembangan yang

sering digunakan adalah The Denver II(Frankerburg, Dodds, archer,

Shapiro&bresnick, 1992). Dibuat untuk digunakan dengan anak dari

usia dua minggu hingga enam tahun, asesmen ini digunakan untuk

menggambarkan empat kategori: perkembangan personal/sosial,

motorik halus/adaptif, bahasa, dan motorik kasar. The Denver II

memperkirakan 20menit untuk melengkapi dan bisa diawasi oleh

guru, spesialis atau tenaga sukarelawan terlatih.

c. Observasi

Observasi merupakan hal yang penting dalam memutuskan

kebutuhan siswa dan ketertarikannya dalam proses pembelajaran yang

merupakan teknik penilaian untuk tujuan asesmen. observasi bisa

bermanfaat untuk mengdentifikasi akar masalah dan menolong

membimbing guru ketika memilih strategi yang efektif untuk

intervensi. Alasan utama kita menggunakan alat asesmen untuk

mendokumentasikan kemajuan anak pada program kita.

d. Dokumen Pekerjaan Anak

Ketika guru dan pengasuh mengumpulkan hasil seperti

pekerjaan seni anak dan menulis, fotografi, observasi, video tape dari

rekaman anak ketika anak bekerja mereka menyiapkan 150

dokumentasi pembelajaran anak (williamm 2001). Meskipun

pembelajaran didokumentasikan telah menjadi pembelajaran awal,

menjadi lebih luas Seperti popularitas program Reggio Amelia,


25

dokumentasi siswa belajar adalah pusat pendekatan untuk program

Region Amelia. Penggunaan Strategi dokumentasi haruslah

berdasarkan pada tujuan atau sasaran yang didokumentasi untuk tema

atau proyek yang dikerjakan anak dalam kelas (Kostelnik,

Soderman,2007). Seleksi hasil ditampilakan dalam berbagai cara di

dalam elas. Contohnya, pekerjaan anak bisa dikoleksi dan

digantungkan pada papan buletin atau ditempatkan di note book yang

trsedia pada salah satu pusat kelas. Jenis dokumentasi termasuk

contoh pekerjaan yang dilakukan anak sesuai dengan tema/proyek.

Beberapa contoh dokumentasi pembelajaran tentang anak usia dini

termasuk:

1) Merekam diskusi anak. Video tape dari pertanyaan anak dan

komentar tema, merupakan bukti nyata dari pemahaman mereka.

Melilbatkan rekaman pembicaraan pada saat awal, pertengahan,

dan terakhir sehingga anda dapat memproyeksikan perkembangan

anak.

2) Memfoto pekerjaan anak. foto bisa digunakan sebagai cara siswa

bekerja melalui khusus tema. 151 Jumlah dan biaya minimal dari

foto digital membuat pilihan untuk mendokumentasikan pekerjaan

anak lebih atraktif pada anak usia dini.

3) pertengahan, dan akhir tema menyediakan bukti yang lebih jauh

dari perkambangan anak usia dini. Menampilkan karya mereka

dikelas membuat anak, guru dan pengasuh, dan kesempatan


26

keluarga mendiskusikan tema.

e. Portofolio

Ketika mendokumentasikan siswa belajar tentang koleksi seni

dari semua anak secara tematik. Porofolio merupakan alat asesmen

yang penting yang digunakn oleh guru dan pengasuh untuk

menggabungkan dan mengatur informasi mengenai individu anak (mc

afee & leong, 2007). Koleksi seni untuk portofolio sering merupakan

tipe yang sama seperti yang telah disebutkan sebelumnya untuk

mendokumentasikan pebelajaran siswa hanya saja koleksi dari bahan

yang dibuat merupakan bukti pembelajaran indiviu, meskipun

peggunaan portofolio dalam pendidikan relative baru teknik asesmen,

konsep telah ada untuk jangka waktu yang lama. Artis dan fotografer

contohnya, memiliki koleksi yang digunakn untuk menunjukkan

kemampuannya terhadap yang lain.De Fina,1992 meyajikan tujuh

asumsi mengenai portofolio:

1) Mereka mewakili usaha sistematis untuk mengumpulkan pekerjaan

siswa yang bermakna, menyeleksi dan memperbaharui bahan

terbaik untuk persyaratan portofolio untuk menimbangkan rencana

dan persiapan oleh keduanya siswa dan guru. The into practice

menggabungkan sesi ini untuk menyediakan informasi tambahan

dari strategi yang efektif untuk portofolio ini

2) Anak harus terlibat secara aktif dalam memilih bahan yang akan
27

dimasukkan dalam portofolio, karena siswa membuat banyak bahan

dalam portofolionya mereka perlu menjadi partisipan utama dalam

memilih item yang akan dimasukkan.

3) Potofolio bisa dari guru, orangtua, teman sebaya dan administrator

sekolah. Termasuk item dari jenis sumber tambahan hingga alat

asesmen

4) Portofolio harus mmerefleksikan pembelajaran seharihari dari

aktifitas anak. portofolio harus mengukur apa yang dilakukan

setiap hari.

5) Portofolio menunjukkan kemajuan siswa kemudian pertumbuhn

adalah dokumentasi terbaik untuk periode yang lama. Idealnya

portofolio harus mengikuti perkembagan ank dari tahunke tahun.

6) Potofolio mengandung beberapa sub komponen beberapa siswa

mungkin ingin memisahkan proyek yang sudah selesai dengan

yang sedang dilakukan. Memiliki pemisahan dalam portofolio,

kemajuan aktfitas dan cara terbaik mungkni bisa membantu

mengatur prtofolio.

7) Jenis media yang bisa digunakan. Tertulis, proyek seni, audio tape

adalah contoh media yang berbeda yang bisa ditemukan di

portofolio.

Shores and Grace (1998) menyarankan 10 langkah dalam

mengembangkan portofolio, antara lain :

1) Membangun kebijakan portofolio, sebelum memulai menggunakan


28

portofolio guru perlu untuk membuat bahan singkat dari petunjuk

yang mendefinisikan apa saja yang disimpan dan baaimana bahan

terebut akan diguanakan.

2) Mengumpulkan contoh pekerjaan. Mengikuti keputusan mengenai

bahan yang akan disimpan, keduanya yaitu guru dan siswa harus

berpartisipasi dalam mengumpulkan contoh dari usaha untuk

ditempatkan dalam portofolio entah untuk sementara atau jangka

waktu yang pajang

3) Mengambil foto. Portofolio efektif harus melibatkan atfitas foto di

dalam kelas, usaha dokumen foto tidaklah 154 bisa ditempatkan

dalam portofolio(kontrksi balok atau aktiitas bermain bisa menjadi

contoh dalam tipe ini)

4) Memimpin konverensi pembelajaran. Pembelajaran ditulis oleh

guru dan siswa dengan melibatkan rekaman rencana dan

pencapaian individu anak. guru bertemu secara teratur dengan

masing-masing anak untuk berbicara tentang aktifitas terakhir

5) Membuat wawancara. Wawancara adalah luas dari pembelajaran

dan membiarkan guru mendapatkan wawasan yang lebih dalam

mengenai individu anak dan yang bisa dilakukannya.

6) Membuat rekaman sistematik. pada langkah ini guru menggunakan

observasi untuk mendapatkkan data pada isu yang spesifik dengan

mempertimbangan perkembangan yang spesifik. Guru bisa

mengembangkan kemampuan anak usia 4tahun dapat melakakan


29

skip, bahwa ini merupakan bukti kemampuannya.

7) Membuat ankedotal recort, sebagai bagian dari proses protofolio,

guru harus mengenali kegiatan spontan penting yang terjadi di

kelas dan mengambil waktu untuk mempersingkatnya, menulis

rekaman tertulis dari rekaman ini dan dimasukkan dalam portofolio

155

8) Menyiapkan laporan narasi, laporan ini bisa dilihat sebagai laporan

suatu kesimpulan kemajuan individu anak sepanjang periode

perkembangan anak

9) Memimpin konferensi portofolio dengan 3 cara. Anak

berpartisipasi pada konferensi orang tua guru dimana semua

portofolio di review untuk menunjukkan perkembangan sejak

laporan terakhir, banyak pendidik mempertimbangkan pada kinerja

terakhir dan masa depan yang penting (Smit 2000). Menggunakan

transisi portofolio, sebagai anak bergerak dari satu kelas ke kelas

berikutnya, Portofolio ini kemudian bisa digunakan untuk membuat

kurikulum dan aktifitas perencanaan keputusan untuk anak ini.

C. PembelajaranDalam Jaringan

1. Pengertian Pembelajaran Dalam Jaringan

Menurut Dick dan Carey sebagaimana dikuti oleh Hayati

menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang

disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan satu

atau berbagai media (Hayatidan Purnama, 2019). Dalam kamusBesar Bahasa


30

Indonesia(KBBI) pembelajaran adalah perbuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar. Definisi pembelajaran juga telah tertuang dalam

Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 yang menyebutkan pembelajaran merupakan sebuah

proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. pembelajaran daring merupakan pembelajaran

yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama yang

berupa elektronik seperti intranet, satelit, TV, CDROM, dan lain- lain

(Elliot Massie,Ciscoand Comellia,2000). Berbagai istilah digunakan untuk

mengemukakan gagasan mengenai pembelajaran yang memanfaatkan

elektronik,antara lain seperti elearning, on-linelearning, internet-enabled

learning, virtual learning, web-learning dan lain sebagainya.Terlepas dar

berbagai istilah yang digunakan untuk menamakan pembelajaran dalam

jaringan, pembelajaran yang memanfaatkan elektronik ini merupakan

bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan

teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet (AnitaSri, 2020).

2. Karakteristik PembelajaranDalamJaringan

Dalam konteks pembelajaran, Khoe Yao Tung (2000:15) dalam

(Mustofa, dkk :2019) mengidentifikasi karakteristik dari pembelajaran

dalam jaringan antara lain:

a. Materi ajar disajikan dalam bentuk teks,grafik,dan berbagai elemen

multimedia.

b. Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak seperti video

conference, chats rooms, atau discussion forums.


31

c. Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya.

d. Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-RO Muntuk

meningkatkan komunikasi belajar.

e. Materi ajar relatif mudah diperbaharui.

f. Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator.

g. Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal.

h. Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet.

Penjelasan mengenai karakteristik e-learning antara lain:

a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik.

b. Memanfaatkan media komputer, seperti jaringan komputer (computer

network) atau digital media.

c. Menggunakan materi pembelajaran untuk dipelajari secara mandiri (Self

learning materials).

d. Materi pembelajaran dapat disimpan di komputer sehingga dapat

diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang

bersangkutan memerlukannya.

e. Memanfaatkan komputer untuk proses pembelajaran dan juga untuk

mengetahui hasil kemajuan belajar,atau administrasi pendidikan serta

untuk memperoleh informasi yang banyak melalui berbagai sumber

informasi.

3. Manfaat Pembelajaran Dalam Jaringan

Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf (1997:15) dalam

Mustofa, dkk. (2019) disebutkan terdiri dari 4 hal,yaitu:


32

a. Meningkatkan Kadar Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan

guru atau instruktur (enhanceinteractivity).

b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana saja dan

kapan saja (timeandplace flexibity)

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potencialto reach

aglobal audience) .

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

(easy updating of content as well a saechivable capabillities) dan fungsi

pembelajaran dalam jaringan.

Menurut Codemi (Collaboration Academy Indonesia) manfaat

pembelajaran daring dapatdirasakan, karena memberikan kemudahan

mendapatkan materi yang optimal. Meliputi:

a. Menunjang Proses Pembelajaran Semua materi disampaikan secara

digitalyang memungkinkan untuk diakses dengan mudah dimana saja dan

kapan saja serta sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing

individu.

b. Waktu Belajar yang lebih Fleksibel Peserta dapat menentukan secara

fleksibel waktu belajar mereka.

c. Dapat memonitor Performa Bagi pengajar, keberadaan e- learning

mampu melacak atau memonitor perkembangan peserta latihan

khususnya terhadap pencapaian materi yang diberikan. Di sini pengajar

dapat menemukan solusi bersama dalam proses belajar mengajar yang

sesuai dirasa sesuai kebutuhan peserta belajar.


33

d. Menghemat Biaya Pembelajaran Biaya pembelajaran dapat dikurangi

berkat adanya e-learning, karena semua dilakukan secara online maka

tidak memerlukan biaya lain seperti sewa gedung untuk pelatihan,

akomodasi ataupun biaya cetak materi pembelajaran karena semua

dikemas dalam bentuk digital.

4. AplikasiPembelajaran daring

Aplikasi pembelajar daring yang dimaksud disini adalah

perangkat lunak yang dipakai guna melaksanakan pembelajaran dalam

jaringan antara pendidik dan peserta didik serta materi yang disampaikan.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan RI melakukan kerjasama dengan

pihak swasta guna menyelenggarakan pembelajaran daring yang dapat

diakses secara gratis oleh masyarakat. Beberapa aplikasi/platform tesebut

antaralain: a)GoogleIndonesia, b)Kelas Pintar, c)Microsoft,Quipper,

d)Ruangguru, e)Sekolahmu dan Zenius (https://www.kemedikbud.go.id).

Penilaian Pembelajaran Daring

Pengukuran skor data hasil angket dihitung dengan menggunakan

skala likertdengan kategori Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak

Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 2.1 Skor pembelajaran Daring

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1


Setuju 4 Setuju 2
Netral 3 Netral 3
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4
34

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5


Riduan dan Akdon (2010)

Skor ideal merupakan skor yang digunakan untuk menghitung skor

dan menentukan rating scale dan jumlah seluruh jawaban. Untuk

menghitung jumlah skor ideal (kriterium) dari seluruh item digunakan

rumus :

Skor kriterium = Nilai Skala × Jumlah Responden

Jika skor tertinggi 5 dan jumlah responden 44, maka dapat

dirumuskan menjadi

Rumus Skala
5 × 44 = 220 Sangat Baik
4 × 44 = 176 Baik
3 × 44 = 132 Cukup Baik
2 × 44 = 88 Kurang Baik
1 × 44 = 44 Sangat Kurang Baik

Selanjutnya, skor yang diperoleh kemudian dimasukkan

kedalam rating scale. Rating scale berfungsi untuk mengetahui data

angket (kuesioner) dan wawancara secara umum dan keseluruhan

yang didapat dari penilaian angket (kuesioner) dan wawancara

dengan ketentuan sebagai berikut:

Nilai Jawaban Skala


220 -132 Efektif
88 – 44 Tidak efektif
35

D. Kerangka Teori

ANAKUSIAPRA
SEKOLAH

METODEPEMBELAJARAN
MOTORIKHALUS DARING

PerkembanganMotorik Faktoryang Konsep Manfaat


Halus: Mempengaruhi PembelajaranDaring: Pembelajaran
1. Tahap Kognitif Motorik Halus: 1. MateriAjar
2. Tahap Asosiatif 1. Kesiapan Belajar Daring:
Disajikan Dalam 1. menunjang
3. TahapAuto Nomous 2. Kesempatan
Belajar BentukTeks
proses
3. Kesempatan 2. Komunikasi
pembelajaran
Berpraktek dilakukan secara
4. Model Yang Baik serentakdi 2. waktu belajar
5. Bimbingan chatroom yang fleksibel
6. Motivasi 3. Menghemat
7. Keterampilan Biaya
Motorik Harus
Dipelajari Pembelajaran

Gambar 2.1 Kerangka Teori ( Sumber modifikasi: Sigmund, F (2000)

Hubungan Metode Pembelajaran Daring dengan Motorik Halus Anak Usia

Pra Sekolah
36

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian

dapatdigambarkan seperti berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Metode Pembelajaran Motorik Halus


Daring

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Metode Pembelajaran Daring

dengan Motorik Halus Anak Usia Pra Sekolah


37

\Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur

1. Metode Pembelajaran Kuesioner Angket Diketahui Ordinal


Pembelajaran daring adalah proses pembelajaran
Daring belajar yang dilakukan daring efektif
secara virtual antara ¿ Mean /Median
pengajar dan peserta dan
didik dengan media yg pembelajaran
di gunakan seperti: daring tidak
zoom, goggle meet, efektif
whatsApp Grup dan ¿ Mean /Median
video

2. MotorikHalus Motorikhalusialah Lembar observasi Diketahui Ordinal


perkembangan observasi interpretasi
gerak yang meliputi Denver II dari nilai
koordinasi matadan denver II :
tangan Berkembang
dan Tidak
Berkembang

Tabel2.1Definisi Operasional
38

F. HipotesisPenelitian

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih lemah dan

membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat

diterima atau harus ditolak. Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis

penelitian ini,yaitu:

Ha:Terdapat hubungan metode pembelajaran daring dengan motorik halus anak

usia prasekolah dikecamatan lubuk begalung.


39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain retrospektif .

Retrospektif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dengan melihat

ke belakang. Variabel independen ( metode pembelajaran daring) dan variabel

dependen ( motorik halus).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Paud Mawar Jingga Padang dan Paud

Harapan Bunda yang dilaksanakan bulan Maret- Agustus 2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah dua paud yang terdapat di Paud

Mawar Jingga dan Paud Harapan Bunda Kecamatan Lubuk Begalung

padang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 50 peserta didik.

2. Sampel

Besar sampel pada penelitian ini di ambil untuk mewakili populasi

ang ada dan sudah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun kriteria

pada penelitian ini adalah:


40

a. Kriteria inklusi

1) Peserta didik yang terdaftar di dua paud kecamatan lubuk

begalung.

2) Bersedia menjadi sampel.

b. Kriteria eksklusi

1).Orang tua / wali yang tidak bisa baca tulis.

2). Peserta didik yang tidak hadir 3 kali pada saat proses

pengumpulan data.

Berdasarkan data populasi yang diambil dari dua paud yang terdapat

di Kecamatan Lubuk Begalung. Maka pengambilan sampel juga dihitung

pada setiap anak yang masuk di paud tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang didapatkan langsung dari responden dengan mewawancarai

langsung guru yang mengajar paud tersebut,

2. Data Sekunder

Data yang didapatkan dari Dinas Pendidikan Kota Padang dan Tata

Usaha paud yang berada di Kecamatan Lubuk Begalung yang meliputi

jumlah peserta anak usia dini tahun 2021/2022, nama dan jenis kelamin.

3. Instrumen Penelitian
41

Instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti dalam

pengumpulan data (Sugiyono,2016). Alat pengumpulan data pada setiap

variabel dalam penelitian ini menggunaka kuesioner dan lembar Denver II.

a. Variabel independen yaitu metode pembelajaran daring. Skala

pengukuran pada kuesioner yaitu ordinal, dimana pembelajaran daring

efektif ¿ Mean dan pembelajaran daring tidak efektif ¿ Mean.

b.Variabel dependen yaitu motorik halus. Skala pengukuran pada lembar


Denver II yaitu ordinal, dimana interpretasi dari nilai denver II : yang apabila
berkembang ¿Mean/Median dan jika tidak berkembang ¿ Mean/Median

4. Etika Penelitian

Etika penelitian mengarah pada prinsip etis dalam penelitian dimulai

dari proposal hingga hasil penelitian. Peneliti menekankan masalah etik

sebagai berikut (Sumantri, 2015) :

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human dignity)

Hal ini berkenaan dengan pelaksanaan Informed consent sebagai

bukti persetujuan sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan

penjelasan dari pelaksanaan penelitian. Peneliti tidak boleh memaksa

kehendak, peserta didik berhak menolak dan menerima sebagai

responden. Jika responden sudah memahami, kemudian bisa diberikan

lembar persetujuan.

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (Repect for privacy and

confidentiality)

Peniliti akan menjamin kerahasiaan informasi yang berkaitan

dengan responden agar tidak diketahui orang lain. Oleh karena itu,
42

peneliti tidak boleh menampilkan informasi identitas peserta didik.

Peneliti cukup menggunakan inisial sebagai pengganti identitas

responden.

c. Keadilan dan inklusivitas (Respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti sehingga

wajib bagi peneliti untuk menjelaskan prosedur penelitian untuk

memenuhi prinsip keterbukaan seangkan untuk keadilan peneliti

menjamin bahwa setiap responden mendapat perlakuan dan keuntungan

yang sama tanpa memandang ras, agama, gender, dan lainnya.

d. Memperhitungkan manfaat dan keuntungan yang ditimbulkan (Balancing

harms and benefits).

Dengan melakukan penelitian ini peserta didik dan orang tua dapat

mengetahui tentang manfaat metode pembelajaran daring yang dilakukan

untuk motorik halus. Dalam penelitian ini peneliti meminimalkan

dampak yang akan merugikan responden yaitu dengan merahasiakan

semua data responden agar mereka tidak dirugikan termasuk instansi

tempat penelitian.
43

E. Teknik Pengolahan Data

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Setelah responden mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan

kuesioner dan memeriksa kembali kelengkapan pada kuesioner. Apabila

terjadi kesalahan maka langsung diperbaiki.

2. Pemberian Kode(Coding)

Peneliti memberikan kode pada setiap informasi atau setiap jawaban

dalam kuesioner untuk memudahkan pembelajaran daring pertanyaan positif

Sangat Setuju diberi nilai 5, Setuju diberi nilai 4, Netral diberi nilai 3, tidak

setuju diberi nilai 2, sangat tidak setuju diberi nilai 1. Dan pertanyaan

negatif Sangat Setuju diberi nilai 1, Setuju diberi nilai 2, Netral diberi nilai

3, Tidak Setuju diberi nilai 4, Sangat Tidak Setuju diberi nilai 5. Sementara

penilaian motorik halus dengan inteprestasi nilai Advanced, Normal,

Caution, dan Delay.

3. Proses Data (Processing)

Peneliti telah melakukan pemindahan data dan memasukkan data dari

lembar kuesioner kedalam komputer untuk diproses menggunakan software

statistik.

4. Memasukkan Data (Entry)

Peneliti telah memasukkan seluruh data yang sudag didapat kedalam

komputer dengan cara diinput dan diolah.

5. Pembersihan Data (Cleaning)


44

Peneliti telah melakukan pengecekkan kembali semua data yang sudah

terkumpul, apakah ada kesalahan atau tidak.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menggambarkan setiap variabel

yang di teliti, yaitu melalui tabel distribusi frekuensi dari setiap variabel

penelitian. Variabel independen yaitu metode pembelajaran daring, dan

variabel dependen motorik halus.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan jenis analisis yang menghubungkan antar

variabel penelitian ( variabel independen dan dependen ). Analisis bivariat

yang digunakan yaitu uji chi-square, yaitu suatu uji yang dilakukan dengan

tujuan untuk menganalisis adanya hubungan antara 2 variabel yang

memiliki skla ukur kategorik atau ordinal.

Uji chi-squate yang digunakan adalah memakai derajat kepercayaan

95% denganα =0,05 jika p≤0,05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak, artinya ada

hubungan antara variabel yabg diamati dan sebaliknya. Jika p≥0,005 maka

hipotesis nol (Ho) diterima artinya tidak ada hubungan antara variabel yang

diamati.
45

DAFTAR PUSTAKA

Hamidah, S., & Rizal, M. S. (2021). Pengaruh Kegiatan Melukis Terhadap

Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Pra Sekolah 4-6 Tahun. 1(1), 41–48.

Kuraedah, S., & Anhusadar, L. O. (2020). Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan

Anak Usia Dini Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak melalui

Mencetak dengan Pelepah Pisang Abstrak. 4(1), 211–223.

https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i1.299

Nasution, S. T., & Sutapa, P. (2021). Strategi Guru dalam Menstimulasi

Keterampilan Motorik AUD Pada Era Pandemi Covid 19. Jurnal Obsesi :

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1313–1324.

https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.849

Padila, P., Andari, F. N., & Andri, J. (2019). Hasil Skrining Perkembangan Anak

Usia Toddler antara DDST dengan SDIDTK. Jurnal Keperawatan Silampari,

3(1), 244–256. https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.809

Rahmatunnisa, S., Mujtaba, I., & Rizky Alfiany, A. (2020). Strategi Pendidik

Anak Usia Dini dalam Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 pada

Kelompok B KB / TK Al-. Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM

UMJ, 1–8. website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit%0AE-ISSN:

(2016). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini (Samsidar (ed.); 1st ed.).

PERDANA PUBLISHING.

Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya

Study From Home (SFH). Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran


46

(JPAP), 8(3), 465–503. file:///C:/Users/win10/Downloads/8503-Article Text-

27609-1-10-20200629 (1).pdf

Iswantiningtyas, V. (2021). Perkembangan Kognitif Anak Selama Belajar Di

Rumah. Efektor, 8(1), 9–20. https://doi.org/10.29407/e.v8i1.15835

Kahfi, A. (2021). Dampak pembelajaran daring di masa pandemi covid 19

terhadap perkembangan kognitif anak. Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan

Dasar Islam, 4(1), 14–23.

https://stai-binamadani.e-journal.id/jurdir/article/view/219

Prawanti, L. T., & Sumarni, W. (2020). Kendala Pembelajaran Daring Selama

Pandemic Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana UNNES,

286–291.

Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah

Covid-19. Biodik, 6(2), 214–224. https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759

Siska, F., & Rudagi, R. (2021). Analisis Ketimpangan Pendidikan pada Masa

Covid-19 di Nagari Sisawah Kabupaten Sijunjung. AL MA’ARIEF : Jurnal

Pendidikan Sosial Dan Budaya, 3(1), 1–11.

https://doi.org/10.35905/almaarief.v3i1.2032

Sit, M. (2019). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (E. Wahyudin (ed.); 2nd

ed.). Prenadamedia Group.

Sudrajat, C. J., Agustin, M., Kurniawati, L., & Karsa, D. (2020). Strategi Kepala

TK dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Masa Pandemi Covid 19.

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 508.

https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.582
47

Wati, yulis setyo. (2021). Implementasi Merdeka Belajar Di Paud (Turiyanto

(ed.); 1st ed.). Gava Media.

Widyangsih, O. (2020). Penerapan Pembelajaran Online (Dalam Jaringan) Di

Sekolah Dasar. Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(02), 50.

https://doi.org/10.30742/tpd.v2i2.1106

Wulandari, H., & Purwanta, E. (2020). Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini

di Taman Kanak-kanak selama Pembelajaran Daring di Masa Pandemi

Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 452.

https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.626

Anda mungkin juga menyukai