Anda di halaman 1dari 4

Syarat K3 Lingkungan Kerja

Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Permenaker No. 5 Tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja meliputi:

1. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB.
2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi
standar.
3. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang bersih dan sehat.
4. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang Lingkungan
Kerja.

Sesuai Pasal 4, pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan untuk mewujudkan


Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam rangka mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan:

1. Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja.


2. Penerapan Higiene dan Sanitasi.

Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan pengendalian Lingkungan
Kerja meliputi faktor:

1. Fisika.
2. Kimia.
3. Biologi.
4. Ergonomi.
5. Psikologi.

Penerapan Higiene dan Sanitasi pada K3 Lingkungan Kerja meliputi:

1. Bangunan Tempat Kerja.


2. Fasilitas Kebersihan.
3. Kebutuhan udara.
4. Tata laksana kerumahtanggaan
Faktor Utama dalam K3 Lingkungan Kerja
Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan pengendalian Lingkungan
Kerja meliputi faktor fisika, faktor kimia, faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi. Berikut
ulasan lengkap tentang faktor utama dalam K3 Lingkungan Kerja dan turunannya.

1. Faktor Fisika
Faktor Fisik atau Fisik terbagi lagi menjadi beberapa faktor turunan di bawah ini.

1. Iklim Kerja.
2. Kebisingan.
3. Getaran.
4. Gelombang radio atau gelombang mikro.
5. Sinar Ultra Violet.
6. Medan Magnet Statis.
7. Tekanan udara.
8. Pencahayaan.

Penanganan faktor fisika ini cukup kompleks karena setiap faktor turunan memiliki cara yang
spesifik. Secara umum cara penanganan yang dilakukan adalah mengendalikan pemicu yang
membuat pekerja tidak nyaman. Informasi lengkap terkait penanganan bisa dilihat pada Permenaker
No. 5 Tahun 2018, Pasal 8-19.

2. Faktor Kimia
Faktor Kimia ini berhubungan dengan hal-hal berbau kimia dan perlindungan pada pekerja atau
masyarakat umum di sekitar perusahaan. Beberapa bahan kimia yang dianggap berbahaya
biasanya akan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yang terdiri dari:

 Mudah terbakar
 Mudah meledak
 Beracun
 Korosif
 Oksidator
 Reaktif
 Radioaktif
Selain itu bentuk dari zat kimia mulai dari padat, cair, dan gas di lingkungan juga harus diperhatikan
dengan baik. Apabila zat kimia berbahaya mengenai seseorang, kemungkinan terjadi masalah akan
besar mulai dari melepuh di kulit hingga memicu masalah yang lebih kronis lainnya. Pengendalian
faktor kimia ini bisa dilakukan dengan membuat ventilasi udara, mengisolasi, penggunaan bahan
yang lebih aman, dan lainnya. Informasi lengkap terkait pengendalian faktor kimia bisa dilihat pada
Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 21 angka 2.

3. Faktor Biologi
Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Faktor Biologi harus dilakukan pada Tempat Kerja
yang memiliki potensi bahaya Faktor Biologi. Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi:

1. Mikroorganisme dan/atau toksinnya.


2. Arthropoda dan/atau toksinnya.
3. Hewan invertebrata dan/atau toksinnya.
4. Alergen dan toksin dari tumbuhan.
5. Binatang berbisa.
6. Binatang buas.
7. Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya

Pengendalian Faktor Biologi bisa dilakukan sesuai dengan Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 22
angka 7. Beberapa cara yang bisa dilakukan meliputi.

1. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi.
2. Menggunakan baju kerja yang sesuai.
3. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
4. Memasang rambu-rambu yang sesuai.
5. Memberikan vaksinasi apabila memungkinkan.
6. Meningkatkan Higiene perorangan.
7. Memberikan desinfektan.

4. Faktor Ergonomi
Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya Faktor Ergonomi. Potensi bahaya Faktor Ergonomi meliputi:

1. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat melakukan pekerjaan.
2. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan antropometri Tenaga Kerja.
3. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja

Potensi bahaya di atas bisa dikendalikan dengan beberapa cara sesuai dengan Pasal 23 angka 4,
Permenaker No. 5 Tahun 2018 di bawah ini.

1. Menghindari posisi kerja yang janggal.


2. Memperbaiki cara kerja dan posisi kerja.
3. Mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja,
dan peralatan kerja.
4. Memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja.
5. Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat.
6. Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik.
7. Menggunakan alat bantu.

5. Faktor Psikologi
Pengukuran dan pengendalian Faktor Psikologi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya Faktor Psikologi. Potensi bahaya Faktor Psikologi meliputi.

1. Ketidakjelasan/ketaksaan peran.
2. Konflik peran.
3. Beban kerja berlebih secara kualitatif.
4. Beban kerja berlebih secara kuantitatif.
5. Pengembangan karir.
6. Tanggung jawab terhadap orang lain.

Pengendalian faktor psikologi bisa dilakukan melalui manajemen stress dengan:

1. Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja.


2. Mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja.
3. Mengadakan program konseling.
4. Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai.
5. Mmberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam proses
pengambilan keputusan.

Informasi lengkap terkait penanganan faktor psikologi bisa dilihat pada Pasal 24 angka 5,
Permenaker No. 5 Tahun 2018. Demikianlah ulasan tentang faktor utama K3 Lingkungan Kerja dan
beberapa syaratnya yang harus dimiliki oleh perusahaan. Semoga ulasan di atas bisa digunakan
sebagai rujukan untuk mendapatkan informasi terkait K3 Lingkungan Kerja.

Anda mungkin juga menyukai