LP Halusinasi
LP Halusinasi
OLEH:
IMAN PUTRA MALENDA
690150137
OLEH:
IMAN PUTRA MALENDA
690150137
OLEH:
IMAN PUTRA MALENDA
690150137
OLEH:
IMAN PUTRA MALENDA
690150137
OLEH:
IMAN PUTRA MALENDA
690150137
OLEH:
IMAN PUTRA MALENDA
690150137
OLEH:
IMAN PUTRA MALENDA
690150137
A. Masalah Utama:
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
2. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi
antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan
kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri
dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada
dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus
eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan
stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu
terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek, yaitu :
a. Aspek fisik :
1. Makan dan minum kurang
2. Tidur kurang atau terganggu
3. Penampilan diri kurang
4. Keberanian kurang
b. Aspek emosi :
1. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
2. Merasa malu, bersalah
3. Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
1. Duduk menyendiri
2. Selalu tunduk
3. Tampak melamun
4. Tidak peduli lingkungan
5. Menghindar dari orang lain
6. Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
1. Putus asa
2. Merasa sendiri, tidak ada sokongan
3. Kurang percaya diri
(Stuart, 2005)
3. Tanda dan Gejala:
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering
didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu,
tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang
orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu.
Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya
(apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:
1. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis :
a. Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu
mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
(Budi Anna Keliat, 2006)
4. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak
lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini
terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami
panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-
benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan.
Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain
bahkan merusak lingkungan.
Tanda dan gejala:
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak:
merampas makanan, memukul jika tidak senang.
(Keswa, 2007)
C. Pohon Masalah
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun,
Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang
memperhatikan kebersihan.
(Keliat, 2005).
E. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
Tindakan :
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalan diri
Jelaskan tujuan
Buat kontrak
Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
(Aziz R, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 2005
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 2006
Keliat B.A. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri.
Jakarta : FIK UI. 2007
Keliat B.A. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 2005
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2007
PRE PLANNING
(Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari)
ORIENTASI:
Salam Terapeutik
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan UNISSULA yang akan
merawat bapak Nama Saya Iman, senang dipanggil iman. Nama bapak siapa?
Bapak Senang dipanggil apa”
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini?”
Kontrak Topik
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya?
Kontrak Tempat dan Waktu
Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling
sering D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa
suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”
TERMINASI:
Evaluasi
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut !
Tindak Lanjut
Bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?
(Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien).
Kontrak Topik
Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua?
Kontrak Waktu dan Tempat
Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?
Dimana tempatnya? Di taman?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
Semarang, ………………………
Mahasiswa,
Iman Putra Malenda