Anda di halaman 1dari 24

BAB II.

PEMBELAJARAN

MELAKUKAN PANEN DAN PASCA PANEN IKAN

Tujuan Akhir pembelajaran / Terminal Performance Objective (TPO) setelah


mempelajari kompetensi ini peserta diklat mampu memanen dan pasca panen
benih ikan sesuai persyaratan bila disediakan benih ikan, seser, alat panen,
peralatan pasca panen, peralatan packing.

Sub. Kompetensi Panen dan Pasca


Panen

A. Tujuan Antara / Enabling Objective (EO)


Peserta mampu memanen dan pasca panen

B. Materi Panen dan Pasca Panen

Kurangnya pengetahuan tentang pemanenan ikan sering menjadi salah satu


penyebab menurun pendapatan petani ikan. Harga ikan khususnya benih ikan
sangat ditentukan oleh kesehatan ikan. Ikan yang telah dipeliharan secara baik
selama kegiatan budidaya dapat mengalami kerugian karena kekeliruan dalam
pemanenan. Cara pemanenan setiap jenis dan ukuran ikan berbeda-beda baik
waktu panen, cara panen dan sebagainya. Perbedaan cara pemanenan tersebut
disebabkan daya toleransi ikan terhadap suhu, oksigen terlarut dan penanganan
ikan juga berbeda.

Menentukan Ukuran Ikan yang akan Dipanen


Sebelum melakukan pemanenan ikan atau benih ikan, biasanya petani ikan akan
melakukan pengamatan dan pengambilan sampel pada ikan-ikan atau benih ikan
peliharaannya. Pengambilan sampel ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ukuran ikan atau benih ikan yang dipelihara sudah mencapai ukuran untuk
dipanen.
Untuk benih atau ikan yang sudah siap dijual, bisanya ditentukan dari jenis ikan
dan kebiasaan petani dalam melakukan proses budidaya. Ada tingkatan-
tingkatan petani ikan dalam melakukan usahanya, antara lain petani pembenih
ikan, petani pendeder benih ikan dan petani pembesaran ikan.

8
Ukuran ikan yang akan dipanen sangat beragam, dari ukuran larva sampai ikan
yang siap dikonsumsi bisa dipanen tergantung pada permintaan pasar atau
pembeli. Setiap daerah memiliki ukuran yang berbeda dalam pemasaran ikan
baik ikan konsumsi maupun benih ikan. Contoh untuk ukuran ikan/benih dan
jenis ikan yang dapat dipanen :
• Ikan Mas : larva umur 3 hari, benih (ukuran 0,5-1 cm, 3-5 cm), konsumsi
(ukuran 1 kg isi 3 – 10 ekor).
• Ikan Nila : larva umur 3 hari, benih (ukuran 0,5-1 cm, 3-5 cm), konsumsi
(ukuran 1 kg isi 1 – 6 ekor).
• Ikan Lele : larva umur 3 hari, benih (ukuran 0,5-1 cm, 3-5 cm, 6-8 cm, 10 -12
cm), konsumsi (ukuran 1 kg isi 5 – 12 ekor).
• Ikan bawal : larva umur 8 hari, benih (ukuran 1 – 3 inci), konsumsi (ukuran 1
kg isi 1 – 5 ekor)
• Ikan patin : larva umur 1 hari, benih (ukuran 0,5 – 3 inci), konsumsi (ukuran 1
kg isi 1 – 2 ekor)
• Ikan gurame : larva umur 1 hari, benih (ukuran 0,5 – 5 inci), konsumsi
(ukuran 1 kg isi 1 – 2 ekor).

Ukuran ikan ditentukan permintaan pasar


Sebelum melaksanakan pemanenan ikan atau benih ikan, tentukan dulu
konsumen/pasarnya. Biasanya konsumen/pembeli yang datang ke produsen
untuk melihat produk yang dihasilkan, cocok apa tidak dengan yang diinginkan
untuk ukuran ikan atau benih yang akan dibelinya. Ukuran ikan atau benih juga
akan mempengaruhi harga jual. Makin besar ukuran benih atau ikan, makin tinggi
harga jualnya. Ini berlaku untuk ikan-ikan jenis tertentu seperti ikan gurame,
patin, dan bawal, sebaliknya pada ikan mas, lele, nila dan sebagainya semakin
murah.

Melakukan Pemanenan
Memanen Larva
Sebelum melaksanakan kegiatan pemanenan ikan, sarana dan prasarana yang
akan digunakan dalam pemanenan ikan harus sesuai dengan peruntukannya.
Banyak ragam dan jenis peralatan, wadah dan bahan yang digunakan dalam
kegiatan pemanenan ikan. Ada tiga katagori pemanenan dalam budidaya ikan,
yaitu memanen pada larva, memanen pada benih (ukuran 0.5 – 12 cm) dan

9
memanen pada ikan ukuran konsumsi. Faktor penentu keberhasilan kegiatan
atau pekerjaan dalam pemanenan adalah kelengkapan peralatan dan
ketersediaan wadah penampungan hasil panen. Untuk pekerjaan pemanenan
harus memperhitungkan berapa jumlah alat dan wadah yang akan digunakan
sehingga pekerjaan pemanenan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.

Dalam memanen larva dan benih, wadah yang digunakan untuk menampung
hasil panen harus memiliki kualitas air yang sama dari wadah penetasan atau
pendederan. Hal ini bertujuan untuk menekan serendah mungkin stress yang
diakibatkan dari kegiatan pemanenan.

Demikian juga dengan peralatan, wadah dan bahan yang akan digunakan dalam
memanen ikan harus sesuai dengan ukuran ikan yang akan dipanen, apakah
ikan masih dalam bentuk larva, benih atau ukuran ikan konsumsi. Peralatan,
wadah dan bahan yang dipergunakan ini berfungsi untuk mempermudah dalam
pekerjaan pemanenan.

Jenis-jenis peralatan, wadah dan bahan yang digunakan dalam memanen ikan
baik untuk larva, benih dan ikan konsumsi antara lain :

a. Seser/serokan, fungsinya untuk menangkap ikan. Bentuknya bisa persegi


atau bulat. Seser/serokan ini terbuat dari bahan nilon atau polyetheline
yang dilengkapi dengan tangkai dan kerangka dari kawat besar atau kayu.
Ukuran seser/serokan ini disesuaikan dengan peruntukannya (larva, benih
atau ikan konsumsi).
b. Ember/baskom/drum plastik, fungsinya untuk menampung atau
mengangkut ikan (larva, benih atau ikan konsumsi). Ember/baskom/drum
ini terbuat dari bahan plastik. Ukuran dan kapasitasnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
c. Hapa/waring/jaring, fungsinya untuk menampung/memelihara ikan.
Bentuknya empat persegi yang terbuat dari bahan polyethiline. Ukuran
disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Keranjang (konteiner), fungsinya untuk mengangkut hasil panen (ikan
ukuran benih dan ikan konsumsi) dari kolam ke tempat penampungan. Alat
ini biasa digunakan pada budidaya ikan di kolam darat. Kapasitas daya
tampung alat ini 25 – 50 kg, terbuat dari bahan plastik.
e. Timbangan gantung, fungsinya untuk menimbang hasil panen ikan ukuran
benih dan konsumsi. Kapasitas timbangan yang digunakan 50 kg.

10
f. Kantong plastik, fungsinya untuk membawa benih/ikan. Kantong ini
mempunyai kapasitas angkut sebanyak 5 – 10kg.
g. Tabung oksigen, fungsinya untuk menambah suplai oksigen pada
ikan/benih yang dikemas dalam kantong plastik.

Panen Benih Ikan.


Masa pemeliharaan ikan di kolam tidak mutlak harus sesuai waktu yang
ditentukan. Dapat saja ikan dipanen sebelum masa pemeliharaan berakhir,
asalkan sudah mencapai ukuran yang siap untuk dipelihara dikolam pembesaran
(untuk benih) dan di pasarkan (untuk ikan konsumsi). Memilih waktu panen harus
tepat. Waktu yang kurang tepat dapat menyebabkan ikan menjadi stres, terutama
akibat sinar matahari. Oleh karena itu, panen harus dilakukan saat hari teduh,
umumnya pagi atau sore hari. Pagi hari biasanya suhu air masih rendah dan
matahari tidak terlalu panas. Kalau waktunya sudah tidak memungkinkan lagi,
sebaiknya pemanenan dihentikan dan dilanjutkan keesokan harinya. Namun,
kolam atau wadah harus diairi kembali meskipun tidak penuh.
Saat melakukan panen benih, air kolam disurutkan secara perlahan hingga
mencapai ketinggian 20 – 30 cm. Pemanenan harus dilakukan hati-hati agar
tubuh benih ikan tidak lecet/luka. Untuk itu, sebaiknya panen dilakukan dua
tahap, yaitu panen awal dan panen total dengan menggunakan alat panen
(waring). Panen awal dilakukan saat menunggu air surut. Sementara panen total
dilakukan setelah air surut.
Benih yang dipanen dimasukan dalam ember dan ditampung dalam hapa besar.
Hapa ini dipasang tidak jauh dari lokasi panen. Air harus tetap mengalir dalam
hapa, tetapi bukan air dari kolam yang sedang dipanen agar benih tidak stres.
Alat panen dapat menyebabkan luka/lecet pada tubuh benih ikan. Oleh karena itu
alat panen harus terbuat dari bahan yang halus. Bila menggunakan waring,
bahannya harus dari kain. Sementara hapanya harus terbuat dari kain terilin atau
bahan nilon halus. Penampungan dalam hapa tidak boleh terlalu padat karena
dapat mengakibatkan ikan mabuk dan mati. Sebelum ditangani lebih lanjut, benih
ikan hasil panen dibiarkan selama semalam agar sehat kembali.

11
2. Panen Ikan Ukuran Konsumsi
Bila masa pemeliharaan ikan sudah berakhir atau ukurannya sudah layak
konsumsi, ikan dapat segera dipanen. Cara panen masing-masing tempat
pemeliharaan berbeda-beda.
a. Panen di kolam
Panen ikan yang dipelihara dikolam dilakukan dengan cara penangkapan.
Namun, sebelum ikan ditangkap, air kolam harus disurutkan terlebih dahulu agar
penangkapannya mudah. Cara penyurutan air kolam dengan membuka pintu
pengeluaran air. Agar ikan tidak keluar terbawa air, pintu pengeluaran air diberi
alat penyaring. Setelah air kolam surut dan ikan mulai berkumpul pada kemalir
atau kobakan yang terdapat dalam kolam, ikan mulai ditangkap dengan
menggunakan alat berupa seser.
Ikan yang ditangkap ditampung dalam ember besar atau tong plastik dan
selanjutnya ditampung dalam hapa besar. Setelah seluruh ikan dipanen, air
kolam terus disurutkan hingga kering dan dipersiapkan untuk masa pemeliharaan
selanjutnya.

b. Panen di kolam jaring apung


Seperi di kolam, ikan yang dipelihara di kolam jaring apung pun dapat dipanen
setelah masa pembesaran berlangsung 3 – 4 bulan atau sudah mencapai ukuran
konsumsi. Panen ikan di kolam jaring terapung lebih mudah dibanding di kolam
darat. Ini disebabkan air tidak perlu disurutkan, tetapi hanya dengan menarik
jaring atau menggiring ikan ke salah satu sudut jaring, lalu ikan ditangkap. Ikan
yang sudah ditangkap ditampung dalam wadah penampungan, lalu beratnya
ditimbang untuk dipasarkan atau ditangani lebih lanjut.

c. Panen di Bak / Akuarium


Panen ikan di bak / akuarium dan di kolam prinsipnya sama. Pemanenan ikan di
bak dilakukan lebih sederhana dengan menurunkan air dan selanjutnya ikan
ditangkap menggunakan seser / lambit. Ikan yang ditangkap dapat langsung
dimasukkan kedalam packing untuk diangkut. Saat pemanenan di bak / akuarium
dapat dilakukan sekaligus grading. Pemanenan ikan baik di bak, akuarium,
kolam harus dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada suhu air wadah
rendah.

12
3. Penanganan Hasil Panen
Ikan atau benih ikan yang baru dipanen ada yang dapat langsung dijual dan ada
yang harus ditangani lebih lanjut. Penanganan hasil panen ini dilakukan untuk
memenuhi standar permintaan pasar. Ikan yang memenuhi standar dapat dijual
dengan harga menguntungkan. Beberapa kegiatan penanganan hasil panen
meliputi seleksi, penimbangan, pemberokan dan pengangkutan.

a. Seleksi
Dalam satu periode pemeliharaan ikan biasanya ukuran ikan sangat beragam.
Untuk itu, ikan perlu diseleksi dan dipisahkan menurut ukuran. Ikan yang
berukuran kecil atau tidak memenuhi kebutuhan standar pasar sebaiknya
dipelihara kembali dalam kolam.
Penyeleksian ikan ini sebaiknya dilakukan bersamaan dengan panen. Ikan dari
kolam sebaiknya diseleksi saat berada di dalam hapa. Caranya dengan
menggiring ikan ke salah satu sudut hapa, lalu diseleksi satu persatu. Ikan yang
dipelihara di jaring terapung pun harus digiring ke salah satu sudut jaring
sebelum diseleksi.

b. Penimbangan
Sebelum dijual, ikan yang sudah diseleksi perlu ditimbang untuk mengetahui
bobot ikan dari satu periode pemeliharaan. Dari bobot tersebut dapat diketahui
pendapatan dan keuntungan yang bakal diperoleh. Penimbangan dilakukan
bertahap atau sedikit demi sedikit. Ikan yang akan ditimbangan dimasukan dalam
jerigen plastik yang sudah dibuka bagian atasnya sebagai tempat memasukkan
ikan. Bagian bawah dan pinggirnya dilubangi 1 – 2 cm agar air dapat keluar saat
penimbangan. Pengambilan ikan yang akan ditimbang dilakukan dengan jerigen.
Setelah ditimbang, ikan dimasukkan dalam wadah berbeda.

c. Pemberokan
Pemberokan dapat diartikan sebagai kegiatan penyimpanan sementara sebelum
ikan dipasarkan dengan tujuan untuk membuang kotoran dalam tubuh ikan.
Pemberokan harus dilakukan terutama ikan konsumsi yang akan diangkut ke
daerah lain. Cara ini dapat menyebabkan air dalam wadah angkut tidak kotor.

13
Pemberokan dapat dilakukan dalam kolam atau hapa. Ikan tidak boleh diberi
makanan selama proses pemberokan. Tujuannya agar ikan tidak mengeluarkan
kotoran lagi. Pemberokan sebaiknya dilakukan selama 1 – 2 hari.

d. Pengangkutan
Benih atau ikan konsumsi hasil pemanenan dapat diangkut dengan berbagai
cara, tergantung tujuan pasar. Ikan hasil pemanenan dapat dijual ke pasar lokal,
luar daerah dan ekspor. Pasar lokal bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di sekitar lokasi pemeliharaan. Pasar luar daerah untuk memenuhi
kebutuhan daerah atau propinsi lain. Sementara pasar ekspor untuk kebutuhan
negara lain. Dengan ekspor diharapkan keuntungannya akan lebih besar dan
dapat menambah devisa negara.
Pengangkutan ikan ada bermacam-macam walaupun prinsip utamanya sama,
yaitu membuat ikan/benih ikan tetap hidup hingga di tempat tujuan. Sistem
pengangkutan sangat tergantung pada jarak, jumlah dan ukuran ikan/benih, serta
alat angkut. Namun, pada dasarnya sistem pengangkutan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.

Pengangkutan sistem terbuka


Pengangkutan sistem terbuka merupakan cara angkut yang air dalam wadah
angkutnya dapat kontak langsung dengan udara. Sistem ini hanya dapat
dilakukan untuk jarak dekat dan waktu temuh singkat. Alat angkutnya dapat
berupa keramba atau ember. Sebenarnya cara ini sangat cocok untuk
pengangkutan ikan ukuran konsumsi karena sirip-siripnya tidak akan
mengganggu alat angkut.

Pengangkutan sistem tertutup


Pengangkutan tertutup merupakan sistem angkut yang air dalam wadah
angkutnya tidak kontak langsung dengan udara. Agar kebutuhan oksigen
terpenuhi, setiap wadah diisi air dan oksigen dengan perbandingan sama.
Sistem ini sangat cocok untuk pengangkutan benih ukuran kecil karena wadah
angkutnya tidak terganggu oleh siripnya. Ikan ukuran konsunsi tidak cocok
digunakan karena siripnya dapat merusak wadah angkutnya. Jarak angkutnya
dapat jauh atau waktu tempuhnya sekitar 8 – 12 jam. Wadah angkut yang

14
digunakan adalah kantung plastik lebar 40 - 50 cm dan tinggi 60 – 80 cm dengan
ketebalan 0,2 – 0,4 mm.
Pengangkutan tertutup ini dipengaruhi oleh waktu, kepadatan dan cara
pengemasannya. Waktu pengangkutan yang baik adalah pagi atau malam hari.
Untuk itu, lamanya pengangkutan pun harus diperhitungkan agar suhu udara
tetap rendah selama pengangkutan. Kepadatan ikan atau benih tergantung
ukuran kantong. Benih berukuran kecil diangkut dengan kepadatan tinggi
dibanding berukuran besar.

Melakukan Grading
Pada proses pengemasan ikan, perlu dilakukan proses pengelompokkan dan
sortasi ikan, baik berdasarkan jenis ikan, ukuran, maupun kesehatannya.
Pengelompokkan ikan berdasarkan ukuran dilakukan untuk untuk
menyeragamkan ukuran ikan dalam suatu kemasan. Hal ini juga nantinya akan
mempengaruhi kepadatan ikan dalam satu kemasan. Pada saat pengepakan
ikan perlu dibedakan apakah ikan yang akan dikemas termasuk benih atau ikan
konsumsi. Semakin besar ukuran ikan yang akan dikemas, maka kepadatannya
semakin rendah.
Selain sortasi berdasarkan ukuran, juga dilakuakan sortasi berdasarkan
kesehatannya. Ikan yang sehat jangan disatukan dengan ikan yang sakit. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kemungkinan penularan penyakit. Jika ikan
dikemas dalam keadaan sakit, maka kondisinya lemah dan persentasi
kemungkinan mati tinggi. Ikan yang kondisi fisiknya jelek atau cacat harus
dipisahkan, karena akan mempengaruhi dari nilai jual ikan tersebut.
Selain sortasi berdasarkan ukuran, juga dilakukan sortasi berdasarkan
kesehatannya. Ikan yang sehat jangan disatukan dengan ikan yang sakit. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kemungkinan penularan penyakit. Jika ikan
dikemas dalam keadaan sakit, maka kondisinya lemah dan persentasi
kemungkinan mati tinggi. Ikan yang kondisi fisiknya jelek atau cacat harus
dipisahkan, karena akan mempengaruhi dari nilai jual ikan tersebut. Penyortiran
ikan yang akan dikemas dilakukan berdasarkan jenis atau ukuran ikan dengan
menggunakan tangan atau alat bantu seperti serok atau jaring sortir.
Setelah proses penyortiran, untuk tujuan tertentu, dilakukan proses pembiusan
ikan dengan menggunakan senyawa anestesi selama proses pengemasan dan

15
pengangkutan. Keuntungan dilakukannya proses pembiusan adalah sebagai
berikut :
1. Terjadi penurunan tingkat laju konsumsi O2 dan tingkat laju ekskresi CO2,
amoniak, dan buangan lain yang bersifat racun.
2. Ikan tidak banyak bergerak selama dalam pengangkutan sehingga
memperkecil resiko ikan terluka.
Pembiusan ikan selama pengangkutan hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan
yang berukuran benih untuk tujuan budidaya. Untuk ikan-ikan konsumsi harus
dilakukan secara hati-hati atau dilakukan penelitian terlebih dahulu agar tidak
berpengaruh negatif terhadap konsumen.
Selain dengan menggunakan senyawa anestesi, proses pembiusan pun bisa
dilakukan dengan menggunakan teknik suhu rendah. Proses ini jauh lebih murah
dan lebih aman dibandingkan dengan menggunakan senyawa anestesi.

Menghitung Hasil Produksi Ikan yang Dipanen


Dalam suatu kegiatan produksi budidaya ikan, pemanenan merupakan proses
akhir dari kegiatan produksi. Untuk menentukan kapan ikan atau benih ikan akan
dipanen, kita harus melihat dari permintaan pasar atau konsumen. Pasar atau
konsumen sangat menentukan bisa atau tidaknya ikan atau benih ikan dipanen.
Permintaan pasar atau konsumen terhadap ukuran ikan atau benih ikan yang
dipanen sangat bervariasi ukurannya. Misalkan untuk ikan mas, ukuran yang bisa
masuk pasar adalah dari 1 kilogram isi 10 ekor sampai 1 kilogram isi 3 ekor. Ikan
nila, dari ukuran 1 kilogram isi 6 sampai 1 kilogram isi 1 ekor. Ikan lele, dari
ukuran 1 kilogram isi 10 ekor sampai 1 kilogram isi 4 ekor.

Demikian juga halnya dengan penjualan benih ikan dipengaruhi oleh permintaan
konsumen atau pasar. Untuk ikan mas dan ikan nila, konsumen menginginkan
yang 1 kilogram isi 50 – 100 ekor. Ukuran benih sangat berpengaruh terhadap
waktu (periode) pemeliharaan. Makin besar benih yang ditebar, makin cepat
periode pemeliharaannya.

Banyaknya ikan atau benih ikan yang dipanen ditentukan oleh konsumen atau
pasar. Konsumen akan datang langsung ke tempat proses produksi berlangsung.
Sebagai contoh, seorang tengkulak/bandar ikan lele mau membeli ikan lele
ukuran konsumsi (1 kg isi 10 – 5 ekor) jika dalam satu kali panen dapat
dihasilkan paling sedikit 350 kilogram ikan.

16
Jumlah ikan atau benih ikan dalam satu periode pemeliharaan dapat diketahui
dari penghitungan. Penghitungan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
penghitungan langsung, volumetrik dan gravimetrik.

1. Penghitungan langsung
Penghitungan langsung dilakukan dengan cara ikan atau benih dihitung satu
persatu. Cara ini sangat efektif untuk ikan atau benih yang jumlahnya sedikit.
Sementara kalau jumlah ikan atau benih banyak, cara ini kurang efektif karena
membutuhkan waktu yang lama dan ikan atau benih bisa rusak.

2. Penghitungan volumetrik
Penghitungan volumetrik didasarkan pada volume benih yang ada. Sistem ini
sangat efektif untuk jumlah benih yang banyak. Penghitungan-nya diawali
dengan pengambilan beberapa sampel benih yang masing-masing bervolume
sama, misalnya satu liter. Jumlah benih masing-masing sampel dihitung, lalu
dirata-ratakan. Setelah itu, benih ditakar sehingga diketahui volume
keseluruhannya. Adapun jumlah keseluruhan benih dapat diperoleh dari
perkalian jumlah rata-rata setiap sampel dengan volume benih keseluruhan.
Selain dengan cara memakai takaran liter, penghitungan juga bisa menggunakan
sistem gelas, sendok dan tutup sirop.

3. Penghitungan gravimetrik
Penghitungan gravimetrik didasarkan pada berat ikan atau benih yang ada.
Sistem ini sangat efektif untuk jumlah ikan atau benih yang banyak. Selain itu,
dapat diketahui berat total ikan atau benih sehingga jumlah pakan selama masa
pemeliharaan dapat ditentukan.

Penghitungannya diawali dengan mengambil beberapa sampel ikan atau benih


yang masing-masing berbobot sama, misalnya 1 kilogram. Jumlah ikan atau
benih masing-masing sampel dihitung dan dirata-ratakan. Setelah itu, seluruh
ikan atau benih hasil panen ditimbang secara bertahap untuk mengetahui berat
total. Adapun jumlah keseluruhan ikan atau benih dapat diperoleh dari perkalian
jumlah rata-rata dengan berat total.

Teknik Packing Ikan


Pengepakan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam
usaha budidaya ikan. Pengepakan memegang peranan yang sangat penting,

17
terutama dalam upaya menjaga keselamatan ikan selama pengangkutan. Pada
prinsipnya, pengepakan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan
ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Metode pengepakan
ikan hidup ada 2 macam, yaitu dengan menggunakan media air dan media non-
air.

1. Metode pengepakan menggunakan media air.


Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses pengepakan dengan media
air :

a. Oksigen
Ikan setelah ditangkap mengalami shock/stress sehingga menimbulkan
kebutuhan O2 yang banyak untuk digunakan oleh jaringan tubuhnya. Akibatnya
persediaan O2 dalam media air akan mengalami defisit. Gas O2 murni yang
disemprotkan ke dalam media air akan meningkatkan ketahanan ikan.
Kebutuhan oksigen berbeda-beda sesuai dengan jenis ikan dalam volume
pengemasan.

b. Bahan beracun
CO2 dan amoniak yang timbul dalam media air merupakan racun bagi ikan. C O2
merupakan hasil dari proses respirasi, sedangkan amoniak disekresikan oleh
ikan sebagai hasil metabolisme. Bertambahnya kandungan amoniak dalam air
akan menyebabkan tingginya pH (derajat keasaman). Nilai pH yang tinggi
meningkatkan aktivitas metabolisme ikan yang juga menyebabkan kematian.

c. Luka selama penanganan


Kekuranghati-hatian dalam penanganan ikan dapat menyebabkan kulit ikan
menjadi tergores atau luka. Hal ini menyebabkan ikan mudah terinfeksi bakteri,
sehingga daya tahan tubuhnya lemah dan lebih mudah mati saat pengangkutan

d. Pemberian senyawa anestesi


Pemberian senyawa anestesi bertujuan untuk membius ikan selama pengepakan
dan pengangkutan sehingga laju pernafasan dan metabolisme ikan akan
menurun

18
e. Suhu
Pengemasan ikan hidup sebaiknya dilakukan pada suhu rendah. Media air yang
bersuhu tinggi lebih sedikit melarutkan O2 daripada yang bersuhu rendah.
Memelihara suhu tetap rendah selama pengemasan/pengangkutan sangat
penting. Penggunaan es di sekeliling wadah pengemas dianjurkan
penggunaannya.

f. Infeksi bakteri
Ikan yang terinfeksi bakteri daya tahannya akan melemah, sehingga ikan
tersebut tidak akan mampu mengatasi perubahan lingkungan yang mendadak
selama dalam pengepakan dan pengangkutan sehingga berakibat pada
kematian.

Gambar 1. pengepakan dengan media air

2. Metode pengemasan menggunakan media non-air


Teknik pengemasan ikan hidup tanpa media air dikenal dengan sistem imotilisasi
yang menggunakan prinsip hibernasi yaitu menekan metabolisme suatu
organisme sehingga dalam kondisi lingkungan yang minimum organisme
tersebut mampu bertahan. Pada sistem kering atau tanpa media air, ikan
dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi energi dan O2
rendah.

Pengepakan ikan hidup tanpa media air mulai berkembang, tetapi


penggunaannya masih terbatas pada komoditi perikanan tertentu. Dalam cara

19
ini, air tidak dipergunakan lagi sehingga kelemahan dan kesulitan pada
pengankutan ikan dengan media air dapat teratasi.

Dalam pengepakan ikan hidup sistem media non-air digunakan bahan pengisi
atau media. Macam bahan pengisi yang dapat digunakan antara lain sekam,
serutan kayu, serbuk gergaji, dan rumput. Fungsi utama bahan pengisi adalah
untuk mencegah ikan agar tidak bergeser dalam kemasan, menjaga lingkungan
suhu rendah agar ikan tetap pingsan atau imotil, dan memberi lingkungan udara
yang memadai untuk kelangsungan hidup ikan. Dalam teknik imotilisasi terdapat
2 metode, yaitu :

a. Pembiusan dengan suhu rendah


Pembiusan atau imotilisasi ikan dengan suhu rendah lebih menguntungkan
daripada menggunakan bahan-bahan kimia atau alami. Penggunaan suhu
rendah lebih murah dan aman digunakan karena tidak meninggalkan residu kimia
yang dapat membahayakan konsumen.

Suhu imotil atau suhu saat ikan mengalami mati rasa yang diperlukan sangat
tergantung pada ukuran dan jenis ikan. Pembiusan dengan suhu rendah dapat
menyebabkan rendahnya aktivitas metabolisme.

b. Pembiusan dengan antimetabolik kimia


Pemberian senyawa anestesi bertujuan untuk membius ikan selama
pengemasan dan pengangkutan. Beberapa senyawa pembius atau bahan
anestesi yang dapat digunakan pada pengangkutan ikan hidup, diantaranya
kloroform, moacaine, amorbarbitol, natrium, barbital natrium, terfrary amil alcohol,
kloral hidrat, urenete, tiourasil, hidroksi quinaldine, MS222 (trichain methano
sulfat), phenotyethanol, minyak cengkeh, ekstrak singkong, varietas adira 2, dan
ekstrak akar pohon tuba.

20
Pembiusan/imotilisasi ikan dengan suhu rendah lebih menguntungakn daripada
menggunakan senyawa anestesi/bahan-bahan kimia/alami. Hal ini disebabkan
biaya dalam penggunaan suhu rendah leih murah dan aman digunakan karena
tidak adanya residu kimia yang membahayakan. Ada 2 metode dalam pembiusan
dengan suhu rendah :
1. Metode secara langsung, dilakukan dengan memasukkan ikan yang akan
dibius langsung ke dalam media air yang telah didinginkan sampai suhu
pembiusan.
2. Pembiusan secara bertahap, dilakukan dengan menurunkan suhu media
secara bertahap sampai suhu pembiusan tercapai.
Tabel 1. Jumlah ikan yang dapat diangkut dalam 5 liter air, dengan waktu kurang
dari 8 jam

Ukuran ikan Jumlah ikan


1 – 3 cm 2 – 3 cangkir
20 gram 250 – 300 ekor
100 gram 50 – 60 ekor
1000 gram 8 – 10 ekor

Tabel 2. Jumlah ikan yang dapat diangkut dalam 5 liter air dengan waktu
pengangkutan lebih dari 12 jam

Ukuran ikan Jumlah ikan


1 – 3 cm 2 – 3 cangkir
20 gram 40 – 50 ekor
50 gram 25 – 30 ekor
100 gram 19 – 23 ekor
1000 gram 6 – 8 ekor

21
Tabel 3. Jumlah dan lama pengangkutan ikan hidup
Ukuran Kepadatan Oksigen : air Volume Lama (jam)
(cm) (ekor) air (lt)
8 – 10 200 10:1 10 5–6
12 – 15 20 – 40 1:1 10 10 – 12
15 - 18 20 2:1 10 15 - 17

Cara pengemasan dengan menggunakan media non-air


a. Berokkan ikan selama 1 – 2 hari. Pemberokkan bertujuan untuk memperkecil
hasil metabolisme yang dikeluarkan oleh ikan tersebut
b. Bahan pengisi/media terlebih dahulu dicuci bersih, direndam dalam air, lalu
didinginkan.
c. Bius ikan yang telah diberok. Pembiusan dapat dilakukan dengan senyawa
pembius atau dengan suhu rendah.
d. Pada dasar wadah diisi bahan pengisi yang disebar merata membentuk
lapisan
tebal 0,5 – 1 cm. Masukkan ikan yang telah dibius ke dalam wadah disusun
secara berlapis. Selanjutnya di atas lapisan udang diberi bahan pengisi
kembali, begitu seterusnya sampai lapisan paling atas.
e. Sadarkan ikan sesampainya di tempat tujuan.

Menyiapkan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan dalam proses packing / pengemasan ikan
dengan media air adalah :

1. Bahan pengemas
Bahan pengemas yang umum digunakan dalam pengepakan ikan hidup adalah
plastik polietilen. Plastik ini mempunyai sifat ringan, transparan, mudah dibuat,
mudah diisi dengan oksigen dan dapat diamati selama proses pengangkutan.
Ukuran plastik polietilen yang biasa digunakan mempunyai panjang 0,8-1,1 m
dan lebar 0,4-0,5 m. Panjang plastik dapat diatur tergantung kebutuhan.
Penggunaan kantong plastik yang berukuran besar akan memperbesar angka
kematian, karena ikan menjadi bertumpuk-tumpuk selama dalam pengangkutan.
Penggunaan ukuran plastik yang sedang, pas, sesuai kebutuhan, akan

22
mempermudah penanganan ikan karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak
dan apabila terjadi kebocoran dapat segera diatasi. Untuk mencegah kebocoran
dan kerusakan dianjurkan memilih plastik yang tebal dan menggunakan 2 lapisan
kantong plastik.

2. Oksigen murni
Untuk menjamin keselamatan ikan selama pengemasan dan pengangkutan,
diperlukan oksigen murni yang dijual di depot atau toko dalam sebuah tabung
kedap udara. Perbandingan oksigen dengan air adalah 2:1.

3. Air
Air diperlukan sebagai media hidup bagi ikan selama pengepakan dan
pengangkutan. Air yang digunakan adalah air sumur yang sudah diaerasi
selama 24 jam. Air tersebut mutlak harus jernih dengan salinitas yang sama
dengan air media budidaya. Bila airnya keruh, kandungan oksigen di dalam air
akan berkurang dan laju konsumsi oksigen menjadi tinggi. Penggunaan air
sumur dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran bahan beracun seperti
pestisida dan bahan-bahan kimia lainnya. Maksud aerasi adalah untuk
membuang gas-gas berbahaya di dalam air.
4. Styrofoam/kardus
5. Karet
6. gunting
7. selang
8. Pita perekat
9. Anestesi
Bahan anestesi digunakan apabila ikan yang akan dikemas dipingsankan terlebih
dahulu untuk menurunkan proses metabolisme ikan. Macam-macam bahan
anestesi yang biasa digunakan adalah :
a. kloroform
b. moacaine
c. amorbarbitol
d. natrium
e. barbital natrium
f. terfrary amil alcohol
g. kloral hidrat

23
h. urenete
i. tiourasil
j. hidroksi quinaldine
k. MS222 (trichain methano sulfat)
l. Phenotyethanol
m. minyak cengkeh
n. ekstrak singkong varietas adira 2
o. ekstrak akar pohon tuba
10. Es
Berfungsi untuk menjaga naiknya suhu air pada susunan kantong teratas
diletakkan sebanyak 1-2 katong plastik berisi es. Suhu yang rendah
menyebabkan proses metabolisme berjalan lambat sehingga penggunaan
oksigen menjadi rendah dan pengeluaran kotoran yang berlebihan dapat
dihindari. Es juga bisa digunakan sebagai bahan anestesi untuk memingsankan
ikan dengan teknik suhu rendah.
11. Kertas label
Label berisi jenis dan jumlah ikan serta data yang sesuai/dibutuhkan.

Pengangkutan / Transportasi Ikan


Dalam pengangkutan benih maupun ikan konsumsi, ada 2 hal yang harus
diperhatikan, yaitu :

1. Persiapan pengangkutan
Persiapan matang terhadap ikan dan bahas pengemas sangat diperlukan untuk
memperlancar dan melindungi ikan agar tetap segar hingga sampai tempat
tujuan. Persiapan terhadap ikan berupa kegiatan pemuasaan dan pemilahan
ukuran. Pemuasaan bertujuan untuk menghindarkan terjadinya buangan sisa-
sisa metabolisme yang dapat menurunkan kualitas air. Lama pemuasaan sekitar
6 – 24 jam, tergantung ukuran ikan. Pemilahan ikan bertujuan untuk
menyeragamkan ukuran ikan dalam suatu kemasan.
Persiapan terhadap bahan pengangkut pun perlu diperhatikan. Bila bahannya
tidak sesuai maka kesegaran ikan hingga tiba di tempat tujuan akan menurun.
Oleh karena ada dua cara pengangkutan ikan maka bahan pengangkutnya pun
berbeda.

24
Untuk pengangkutan terbuka diperlukan bahan pengangkut berupa drum plastik
atau fiberglass, aerator atau oksigen murni, selang, dan batu aerasi.
Sementara untuk pengangkutan tertutup diperlukan kardus, styrofoam, plastik,
karet gelang, oksigen, dan pita perekat. Selain persiapan di atas, bahan lain
yang perlu disiapkan adalah air dan es.

2. Teknik pengangkutan
a. pengangkutan terbuka
pengangkutan terbuka biasanya digunakan untuk jarak angkut dekat atau
dengan jalan darat yang waktu angkut maksimal hanya 7 jam. Biasanya alat
angkut berupa kendaraan darat seperti truk. Wadah angkutnya berupa drum
plastik atau bak fiberglas yang sudah diisi air sebanyak 1/2 sampai 2/3
bagian wadah sesuai jumlah ikan.
b. pengangkutan tertutup
pengangkutan sistem tertutup merupakan cara yang paling umum digunakan
karena dianggap paling aman untuk jarak dekat maupun jauh. Pengangkutan
terttutup menggunakan bahan kemasan, baik dengan kantong plastik
maupun kardus dan styrofoam, tergantung jenis media yang digunakan pada
proses pengemasan.
Untuk keperluan pengangkutan, harus sudah dipersiapkan kendaraan roda
empat secara tepat dan cepat. Sebagai contoh, apabila kita mengangkut
sebanyak 15-20 kardus tidak perlu menggunakan truk, tetapi cukup dengan colt
kijang. Demikian sebaliknya, apabila ikan yang kita angkut banyak, maka akan
lebih hemat menggunakan satu truk daripada dua kijang.
Selama dalam pengangkutan, ikan harus sering dilihat, jangan sampai ada posisi
kardus yang berubah. Kondisi es perlu dilihat pula, apakah masih cukup baik
sebagai penurun suhu, ataukah sudah mencair sama sekali. Apabila sudah
mencair dan suhu air mulai naik, maka perlu diperhitungkan kembali, apakah
karak angkut sudah dekat ataukah masih jauh. Seandainya masih jauh, lebih
baik tambahkan lagi es batu yang baru. Apabila telah sampai ke tempat tujuan,
kardus-kardusatau styrofoam segera diturunkan dengan hati-hati.

25
Membuat Laporan
Laporan lengkap kegiatan mengepak dan mengangkut ikan air tawar ditulis
setelah kegiatan survey termasuk pembahasan hasilnya telah selesai dilakukan.
Dengan demikian bahan-bahan dari laporan itu adalah pekerjaan-pekerjaan
survey yang telah dilakukan serta hasil-hasilnya. Laporan tersebut ditulis dengan
maksud supaya penulis dapat mengkomunikasikan pikiran tentang hasil kegiatan
secara sistematis. Di pihak lain, laporan itu ditulis supaya orang lain dapat
mengikuti, memahami, dan memberikan kritik yang konstruktif tentang hasil
kegiatan. Laporan yang dibuat harus menjelaskan mengapa kegiatan ini
dilakukan, bagaimana proses kegiatan dilakukan, dan apa kesimpulannya.

Kerangka laporan
Kerangka laporan dapat berbeda-beda sesuai dengan tujuan pelaporan, namun
pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama, yakni : bagian pendahuluan (atau
bagian pengantar) bagian isi, dan bagian penunjang.

Bagian pendahuluan terdiri dari : halaman judul, lembaran persetujuan atau


pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar
lampiran, serta abstrak atau ringkasan.

Bagian isi terdiri dari beberapa bab, yaitu :


I. Pendahuluan, yaitu : membahas tentang latar belakang, tujuan, output,
manfaat
apa yang akan diperoleh dari kegiatan pengepakan dan pengangkutan ikan.
II. Kajian Teori atau Pembahasan Kepustakaan, yaitu : membahas tentang
landasan teori dari pentingnya proses pengepakan dan pengangkutan ikan.
III. Hasil dan Pembahasan, yaitu : membahas tentang kegiatan yang meliputi
semua aspek yang berpengaruh dan pembahasannya dikaitkan dengan
landasan teori pada bab II, untuk menggiring kepada kesimpulan.
IV. Kesimpulan dan saran, yaitu : membahas tentang kesimpulan akhir dari
kegiatan
ini. Bagian penunjang terdiri dari : daftar kepustakaan, glosari, dan riwayat
hidup penulis (kalau diminta).

26
Format laporan
Format laporan juga dapat berbeda-beda, tergantung kesepakatan, namun pada
umumnya adalah sebagai berikut :
a. Kertas
Laporan pada umumnya diketik atau di print di atas kertas HVS berwarna putih
ukuran kuarto (A4) spasi 1,5.
b. Margin
Tepi kiri 4 cm, tepi kanan 3 cm, tepi bawah 3,5 cm. Antar alinea diberi jarak 3
spasi. Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih ditulis dalam satu spasi
dengan jarak 5 karakter dari pinggir kiri.
c. Penomoran halaman
Halaman-halaman awal diberi nomor halaman dengan angka Romawi i, ii, iii, iv,
dan seterusnya. Halaman isi mulai Bab Pendahuluan dan seterusnya diberi
nomor halaman dengan angka arab 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Setiap bab baru
dimulai dengan halaman baru sehingga judul bab tidak berada di tengah-tengah
halaman.
d. Acuan dan kutipan
1) Setiap kata, kalimat, atau bagian dari kalimat, yang diambil (dikutip) oleh
penulis dari sumber lain, di tempatkan di antara dua tanda kutip (”........”) dan
pada catatan kaki diberi keterangan tentang sumber dari mana informasi itu
dikutip. Jika suatu pernyataan dari penulis ingin diperkuat dengan sumber
lain, maka terhadap pernyataan itu juga perlu diberi keterangan pada catatan
kaki yang mengacu pada sumber yang mendukung itu.
2) Penulisan sumber yang dijadikan acuan pada catatan kaki adalah sebagai
berikut. Entri utama nama pengarang diikuti dengan nama kecil, tahun terbit,
judul tulisan (buku), nama penerbit, tempat penerbit, halaman tempat
pengutipan.

Bahasa
Peranan bahasa sangat penting dalam mengkomunikasikan pikiran-pikiran dan
hasil kegiatan yang disusun dalam sebuah laporan. Untuk menuangkan pikiran-
pikiran yang jelas dan komunikatif dalam bahasa, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
e. Pakailah bahasa Indonesia yang baku, ejaan dan tanda-tanda baca yang juga
telah dibakukan.

27
f. Pakailah kalimat yang sederhana, dan sedapat mungkin hindarkan
penggunaan kalimat majemuk. Lebih baik dua atau tiga kalimat sederhana
daripada sebuah kalimat majemuk yang panjang. Perhatikan susunan
kalimatnya yang terdiri atas subyek-predikat-obyek. Sedapat mungkin jangan
dimulai dengan kata penghubung, misalnya : ”dan setelah itu ........” atau ”
Karena itu..........”
g. Penulisan laporan tidak kaya dengan bahasa seperti pada tulisan novel atau
fiktif, yang ditonjolkan bukan keindahan kalimat tetapi kejelasan sebagai
kalimat laporan.
h. Informasi yang dikutip dari sumber lain merupakan masukan yang perlu
diolah supaya ada output yang bisa memperkaya tulisan. Kalau tidak, maka
kutipan itu tidak ada gunanya.

C. Tugas-Tugas
1). Penguasaan Konsep
• Anda akan melakukan memanen dan pasca panen benih ikan. Anda akan
melakukan pengeringan kolam, menangkap benih dan packing benih apa
tidak, jelaskan alasannya
• Apakah yang akan anda lakukan bila dalam pemanenan, banyak benih ikan
yang stress / mabuk ?
• Setelah disediakan air kolam dikeringkan, ternyata banyak benih ikan yang
mabuk, apa kira-kira yang menjadi penyebabnya
• Prosedur apa yang yang harus diikuti dalam melaksanakan panen dan
pasca panen
• Alat tangkap apa yang akan anda pilih sebagai menangkap ikan di kolam,
jelaskan alasannya.
2). Mengenal Fakta
• Melakukan observasi, peserta melakukan observasi dikoordinir oleh guru
kegiatan observasi ke masyarakat ( pengusaha perikanan / industri
perikanan) dalam pemijahan ikan secara alami
• Observasi dilakukan secara berkelompok pada tempat berbeda
• Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana masyarakat melakukan
panen dan pasca panen. Dari hasil observasi ini selanjutnya merumuskan
kegiatan apa yang dilakukan masyarakat dan mampu memberi kontribusi
secara positif tapi belum ada pada konsep dasar, mengidentiikasi apa yang

28
ada pada konsep dasar tapi belum dilakukan oleh masyarakat, dan bila
dilakukan akan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan efisiensi
dan efektifitas panen dan pasca panen. Saran apa yang bisa diberikan untuk
memperbaiki kegiatan pemanenan benih ikan
• Kegiatan mengenal fakta ini dapat dilakukan sekaligus untuk sub
kompetensi/kompetensi penetasan telur, pemeliharaan larva di
kolam/bak/fiberglas, pemberian pakan larva.
• Mereleksikan, setelah peserta diklat melakukan penguasaan konsep dan
mengenal fakta, selanjutnya peserta diklat melakukan refleksi bagaimana
anda akan melakukan panen dan pasca panenberdasarkan konsep dasar
dan hasil observasi pemijahan ikan secara alami di masyarakat.
3. Melakuka analisis dan sintesis
4. Analisis daya dukung peserta diklat melakukan kegiatan analisis terhadap
daya dukung yang tersedia di tempat praktik untuk mengetahui tingkat
kesesuaian dalam kegiatan panen dan pasca panen (lahan, iklim mikro, alat
dan bahan). Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.
5. Sintesis, peserta diklat melakukan kegiatan sintesis terhadap hasil releksi
panen dan pasca panen dan hasil analisis terhadap tingkat kesesuaian daya
dukung, peserta diklat melakukan rekonstruksi/modifikasi terhadap hasil
refleksi dalam kegiatan pemijahan ikan secara alami. Kegiatan rekonstruksi
ini tetap memperhatikan parameter pemijahan ikan secara alami.
6. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja
7. Peserta diklat secara berkelompok menyusun / membuat alternatif rencana
panen dan pasca panen, rencana kerja / proposal memuat metode
pemijahan ikan secara alami yang akan dilaksanakan, waktu pencapaian dan
jadwal kegiatan serta pembagian tugas kelompok
• Pengambilan keputusan / menetapkan rencana kerja
• Secara berkelompok peserta diklat mengambil keputusan/menetapkan
alternatif rencana panen dan pasca panen yang akan dilaksanakan, dengan
memperhatikan daya dukung dan persyaratan teknis dalam pemijahan ikan
secara alami. Apabila ada kesulitan peserta dapat mendiskusikan dengan
fasilitator.
• Penetapan peran masing-masing individu dalam kelompok
Kelompok menyusun pembagian tugas dan menentukan peran setiap
anggota kelompok

29
• Melaksanakan rencana kerja, peserta diklat melakukan kegiatan panen dan
pasca panen, mengacu pada rencana kerja panen dan pasca panen yang
telah disepakati
• Proses pengamatan dan pencatatan, peserta diklat melakukan pengamatan
dan pencatatan data kegiatan panen dan pasca panen yang dilaksanakan.
Lembar pengamatan disiapkan peserta diklat setelah mendapat persetujuan
fasilitator
• Evaluasi dan diskusi terhadap hasil kegiatan
Peserta diklat melaksnakan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan
pencapaian standar kerja yang telah ditetapkan dalam perencanaan
• Peserta dilat melakukan diskusi terhadap hasil kegiatan dan hasilnya
dibandingkan dengan rancangan kerja dan konsep-konsep yang telah
dirumuskan sebelumnya
• Proses penyusunan kesimpulan dan memberikan umpan balik
• Peserta secara berkelompok menyusun umpan balik / rekomendasi
terhadap metode panen dan pasca panen untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Perumusan umpan balik ini juga harus mempertimbangkan dasar
teori, fakta dan kondisi hasil kerja.

D. Tes

E. Daftar evidence of learning yang harus dikumpulkan


• Hasil perumusan penguasaan konsep dan tugas-tugas diskusi, presentasi
dan hasil perumusan tentang pengeringan kolam, teknik pemanenan benih
ikan, waktu pemanenan, ukuran benih ikan yang dipanen, packing benih,
pengangkutan benih.
• Hasil observasi mengenal fakta di masyarakat perikanan tentang
pengeringan kolam, teknik pemanenan benih ikan, waktu pemanenan, ukuran
benih ikan yang dipanen, packing benih, pengangkutan benih.
• Hasil refleksi tentang pengeringan kolam, teknik pemanenan benih ikan,
waktu pemanenan, ukuran benih ikan yang dipanen, packing benih,
pengangkutan benih.
• Hasil analisis tentang pengeringan kolam, teknik pemanenan benih ikan,
waktu pemanenan, ukuran benih ikan yang dipanen, packing benih,
pengangkutan benih.

30
• Hasil sintesis tentang pengeringan kolam, teknik pemanenan benih ikan,
waktu pemanenan, ukuran benih ikan yang dipanen, packing benih,
pengangkutan benih.
• Hasil penyusunan rencana kegiatan (berupa rencana / proposal
implementasi)tentang pengeringan kolam, teknik pemanenan benih ikan,
waktu pemanenan, ukuran benih ikan yang dipanen, packing benih,
pengangkutan benih.
• Hasil pengamatan/recording kegiatan tentang pengeringan kolam, teknik
pemanenan benih ikan, waktu pemanenan, ukuran benih ikan yang dipanen,
packing benih, pengangkutan benih.
• Hasil evaluasi ketercapaian tentang pengeringan kolam, teknik pemanenan
benih ikan, waktu pemanenan, ukuran benih ikan yang dipanen, packing
benih, pengangkutan benih.
• Hasil evaluasi ketercapaian tentang pengeringan kolam, teknik pemanenan
benih ikan, waktu pemanenan, ukuran benih ikan yang dipanen, packing
benih, pengangkutan benih.
• Kesimpulan dan rekomendasi / umpan balik tentang pengeringan kolam,
teknik pemanenan benih ikan, waktu pemanenan, ukuran benih ikan yang
dipanen, packing benih, pengangkutan benih.

31

Anda mungkin juga menyukai