Makalah Ilmu Tauhid
Makalah Ilmu Tauhid
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ( MPI )
INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI ) AL-AZHAAR
LUBUK LINGGAU
2022-2023
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliahTauhid.
Terima kasih kepada :
Agussalim,M.Pd.I, Orang tua yang telah memberikan dukungan materi serta moril
Kami merasa bahwa makalah ini banyak kekurangan, untuk itu kami
memohon kritik dan saran guna kesempurnaan tugas dan bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman mahasiswa
dan bapak ibu dosen dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan keimanan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………............................. 1
C. Tujuan penulisan ………………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………… 2
A. Pengertian Aqidah ………………………………………………………………………………… 2
a) Menurut Bahasa ……………………………………………………............................... 2
b) Menurut Al-Qur’an ……………………………………………................................... 2
c) Secara Etimologis ………………………………………………...……………………………… 2
d) Secara terminology ……………………………………………………………………………… 3
B. Aqidah Pokok ………………………………………………………………………………………… 3
a) Iman Kepada Allah SWT …………………………………………………………………………….4
b) Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah ……………………………………………………….. 4
c) Iman Kepada Kitab-Kitab Allah ………………………………………………………………..…. 6
d) Iman kepada Rosul-rosul Allah …………………………………………………………………... 7
e) Iman Kepada Hari Akhir ……………………………………………………………………….……. 9
f) Iman Kepada Qodho Dan Qodar ……………………………………………………………….. 11
C. Aqidah Cabang ……………………………………………………………………………………………12
1. Iman Kepada Allah SWT ………………………….……………………………………………….. 13
2. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah ………………………………………………………. 14
3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah ……………………………………………………………….... 14
4. Iman kepada Rosul-rosul Allah ……………………………………………………………….... 14
5. Iman Kepada Hari Akhir ……………………………………………………………………….…… 15
6. Iman Kepada Qodho Dan Qodar ……………………………………………………………….. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak terasa sudah sejak lama kita menjadi seorang muslim. Nikmat yang
besar ini patut kita syukuri, karena kenikmatan inilah yang akan menentukan
kebahagiaan dan kesengsaraan kita di hari akhir nanti. Dalam makalah ini kita
sebagai pemakalah tidak ingin menanyakan “sejak kapan kita masuk islam”
karena jawaban dari pertanyaan ini bukanlah suatu yang paling mendasar.
Namun pertanyaan paling penting yang harus kita renungkan adalah “sudah
sejauh manakah kita telah memahami dan mengamalkan ajaran kita ini?”
pertanyaan inilah yang paling penting yang harus direnungkan dan dijawab,
karena jawaban pertanyaan ini yang nantinya sangat menentukan kualitas
keislaman dan ketaqwaan kita.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita
rumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian akidah itu ?
2. Apa itu akidah pokok dan akidah cabang dalam islam ?
C. Tujuan Penulisan
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita
simpulkan tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Tauhid.
2. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai mata kuliah Tauhid.
3. Untuk memahami aqidah-aqidah pokok dan cabang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
a) Menurut Bahasa
Pengertian Aqidah (iman) menurut bahasa adalah percaya, amanat atau
titipan. Percaya adalah suatu pengakuan atau keyakinan seseorang terhadap
sesuatu. Ia mengakui dan meyakini sesuatu kebenaran dan kesalahan secara
benar. Mengakui dan meyakini sesuatu itu benar artinya meyakini sesuatu itu
sebagai kebenaran yang harus di yakini dan tidak diragukan kebenarannya.
Mengakui itu salah artinya mengakui dan meyakini bahwa sesuatu itu memang
sebagai kesalahan yang harus diyakini dan diakui sebagai kesalahan yang benar-
benar salah.
b) Menurut Al-Qur’an
Pengertian Aqidah (iman) menurut Al-Qur’an adalah suatu keyakinan
yang mantap dalam hati, yang dengannya seorang mukmin percaya dan yakin
bahwa Allah adalah satu-satunya yang maha benar, sumber kebenaran dan
pemberi kebenaran.
c) Secara Etimologis
Secara etimologis akidah berasal dari kata ‘aqada- ya’qidu- ‘uqdatan-
‘aqidatan. Artinya simpul, ikatan atau perjanjian.Jadi aqidah adalah keyakinan
yang tersimpul kuat didalam hati bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Para ulama’ mendefinisikan aqidah sebagai “sesuatu yang terikat kepadanya hati
dan hati nurani.” Dalam Al-qur’an kata “aqidah” diartikan sebagai : “wahai
orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”.
d) Secara Terminology
Secara terminology akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan
yang harus dipegang teguh oleh orang yang mempercayainya. Dan dalam hal
ini Allah SWT telah mejelaskan melalui firman-Nya dalam surah Al-Ikhas ayat
https://greatquranhadis.wordpress.com/macam-macam-tauhid-dan-
1.
penjelasannya/.
Peran Tauhid dalam kehidupan sosial
Tauhid menempati kedudukan sentral dan esensial dalam islam, tauhid
berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat,
rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai dalam islam.
Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membersihkan manusia
dari menyembah manusia, hewan, tumbuhan, matahari, berhala, dan lain-lain
kepada menyembah alloh. Dengan tauhid, kedudukan manusia sama manusia
yang lain, yang membedakan manusia dihadapan alloh adalah tingkat
ketaqwaannya(QS. Al Hujurat: 13)
Hubungan manusia tidak hanya dengan tuhannya, tetapi juga mencakup
hubungan horisontal dengan sesamanya. Maka dari itu tauhid juga memiliki
fungsi membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan
mengusahakan tegaknya nilai keadilan sosial sehingga memberikan insipirasi
pada manusia untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan
kehendak alloh. Hal ini akan memicu manusia untuk membentuk suatu misi
yang bertujuan mengubah dunia, menegakkan kebenaran, dan keadilan,
merealisasikan berbagai nilai-nilai utama dan memberantas kerusakan dimuka
bumi. Dengan misi ini akan terwujud kehidupan sosial yang adil, etis, dan
agamis.
Dalam konteks pengembangan umat, tauhid berfungsi
mentransformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang
lebih ideal dalam arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari
setiap belenggu sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
1. Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal
untuk menjalankan pesan dan perintah Allah sesuai dengan kadar
kemampuannya.
2. Menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah.
3. Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas
kehidupannya, adat istiadatnya, tradisi dan paham hidupnya.
4. Tujuan hidupnya amat jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya
hanya untuk Allah semata. Ia tidak akan terjerat ke dalam nilai-nilai palsu atau
hal-hal tanpa nilai sehingga tidak pernah mengejar kekayaan, kekuasaan dan
kesenangan hidup sebagai tujuan. Sebaliknya, hal-hal tersebut hanyalah sebagai
sarana mencapai keridlaan Allah.
5. Memiliki visi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama
manusia lain , suatu kehidupan yang harmonis antara manusia dan Tuhannya,[1]
C. Fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern
1. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada
semua makhluk.
]٣٣:٦٦[ ار يَقُولُونَ يَا لَ ْيتَنَا َأطَ ْعنَا هَّللا َ َوَأطَ ْعنَا ال َّر ُسواَل
ِ َّيَوْ َم تُقَلَّبُ ُوجُوهُهُ ْم فِي الن
]٣٣:٦٧[ ضلُّونَا ال َّسبِياَل َ َوقَالُوا َربَّنَا ِإنَّا َأطَ ْعنَا َسا َدتَنَا َو ُكبَ َرا َءنَا فََأ
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka
berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula)
kepada Rasul
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). ".( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
2. Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu,
gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.( QS. Al- Furqon : 43-
44)
http://kemanadicari.blogspot.co.id/2016/09/pengetian-tauhid-dari-segi-
2.
Dengan kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan
maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu
telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam
ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang
tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah
dan tiada Tuhan selain Dia. Dengan demikina akan terwujud keyakinan yang
kukuh dan konsekuen, sehingga tidak mudah terombang ambing oleh
perkembangan zaman dan tidak terpenaruh keyakinan yang menyesatkan.[2]
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga
akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada
manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap
manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika tidak ada manusia yang
lebih tinggi atau lebih rendah daripada mnusia lainnya di hadapan Allah, maka
juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun
suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau
bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah SWT. Yang
membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT.
satu dan dua. Yang artinya “ Katakanlah Dia-Lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah Adalah Tuhan Yang Bergantung Kepada-Nya Segala Sesuatu.” QS Al-
Ikhlas ([112]: 1-2)
B. Aqidah Pokok
Akidah pada masa Nabi masih dapat dipertahankan, yaitu ada akidah
pokok dan akidah cabang, dan dalam pembahasan Akidah Pokok yaitu Rukun
Iman antara lain:
1. Iman Kepada Allah SWT.
2. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah.
3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.
4. Iman Kepada Rosul-Rosul Allah.
5. Iman Kepada Hari Akhir/Hari Kiamat.
6. Iman Kepada Qodho Dan Qodar.
1. Iman Kepada Allah SWT
Ketika kita mengaku sebagai umat islam dan telah mengucapkan dua
kalimat syahadat ataupun kita sebagai umat islam keturunan, wajib kita percaya
akan Allah Tuhan kita. Seperti firman Allah yang artinya ;“ adakah orang ragu
tentang Allah.? Yang menciptakan langit dan bumi?” (QS Ibrahim :10). Dari
firman tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudah seharusnya kita percaya bahwa
Allah itu ada, Allah itu yang menciptakan langit dan bumi tempat kita tinggal.
Iman kepada Allah adalah meyakini dan mengakui bahwa Tiada Tuhan
Selain Allah dan meyakini dan mengakui bahwa meskipun Allah dan dzat-dzat-
Nya tidak terlihat namun kita harus meyakini dan mengakui bahwa Allah itu ada
(wujud).
Iman kepada Allah berarti kita harus ma’rifatullah (mengenal Allah),
ma’rifat kepada nama-nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi,
ma’rifat kepada dalil-dalil wujud-Nya dan fenomena-fenomena keagungan-Nya
di alam semesta ini.
Ma’rifat kepada allah dapat memancarkan perasaan-perasaan yang
agung, membangkitkan berbagai indra kebaikan, membina rasa senantiasa
diawasi Allah (muroqobah), memotivasi untuk hal-hal yang luhur dan mulia, dan
menjauhkan seseorang dari amal perbuatan yang nista dan hina.
C. Aqidah Cabang
Setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah umar bin khattab tidak
dapat menahan diri dengan apa yang telah dijaga bersama. Kemudian muncul
kemelut yang pada klimaksnya melahirkan sebagian besar dari mesir yang tidak
puas dengan kebijakan politiknya. Memang secara lahir Nampak Nampak
peristiwa adalah persoalan politik yang berkembang menjadi persoalan aqidah
( teologi) yang melahirkan berbagai kelompok dan aliran teologi dengan
pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pada masa umat islam tidak
mampu lagi mempertahan kesatuan dan keutuhan aqidah karena masing masing
baru membuka persoalan aqidah yang pada masa sebelumnya terkunci. Masing
masing kelompok membawa keluar persoalan aqidah untuk di lepaskan
persoalan bersama sehingga muncul pemahaman versi kelompok tersebut, maka
lahir cabang-cabang aqidah yang ber variasi dari masing-masing aspek rukun
iman, yaitu :
1. Iman Kepada Allah
Aqidah cabang yang diperselisihkan adalah zat , sifat, dan `af`al nya.
Dalam masalah zat Tuhan muncul pendapat yang menggambarkan Tuhan
dengan sifat-sifat bentuk jasmani/fisik. Golongan ini disebut Mujassimah
(orang-orang yang merumuskan Tuhan). Dalam masalah sifatnya
Konsep asma`ul husna untuk memahami sifat-sifat allah tersebut dianggap
sebagai cara paling asli untuk mengenal allah. Karena disebutkan sendiri oleh
allah didalam berbagai surat dalam al qur`an, pandangan itu menjadi keyakinan
kaum salafiyyah, yang berati yang paling autentik atau fundamental, yang di
anut oleh anatara lain ibnu taimiyyah. Disebut autentik dan fundamental, lkarena
mengikuti langkah yang diikuti langkah sahabat nabi. Sementara itu kaum
mu`tazilah, yang mengikuti pandangan yang lebih rasional, tidak mengakui
pengertian as`maul khusna itu sebagai sifat-sifat allah, karena menurut mereka
allah tidak memiliki sifat. Nama-nama tersebut menurut mereka, bukan sifat
allah melainkan nama allah sendiri.[1]
Dan dalam af`alnya muncul perbedaan cabang, apakah allah mempunyai
kewajiban berbuat? Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai
kewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia (As Salah Al Asbah).
Sebaliknya, golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah (Asy’ariyah dan Maturidiyah)
berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban kepada makhluk-Nya.
Tuhan dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluknya karena kalau Tuhan
mempunyai kewajiban berbuat berarti kekuasaan Tuhan dan kehendak Tuhan
tidak mutlak.
2. Beriman Kepada Malaikat
Aqidah cabang yang di perselisihkan apakah iblis tergolong dari mereka dan
apakah jin tergolong dan apakah jin tergolong dari mereka.
3. Beriman Kepada Kitab-Kitab-Nya
Aqidah cabang yang diperselisihkan adalahdalam persoalan kitab
dikalanagan orang Islam ialah apakah Al-Qur’an itu Qadim (kekal) atau hadis
(baru). Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Qur’an
adalah Qadim, bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain
mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah tidak qadim karena Al-Qur’an itu
diciptakan (makhluk).
A. Kesimpulan
Aqidah (iman) menurut bahasa adalah percaya, amanat atau titipan.
Sedangkan Aqidah (iman) menurut Al-Qur’an adalah suatu keyakinan yang
mantap dalam hati, adapun Aqidah Secara etimologis akidah berasal
dari kata ‘aqada- ya’qidu- ‘uqdatan- ‘aqidatan. Artinya simpul, ikatan atau
perjanjian.Jadi aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kuat didalam hati
bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Dan Aqidah Secara terminology
akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh
oleh orang yang mempercayainya. Jadi kesimpulannya, aqidah adalah suatu
keyakinan yang tersirat di dalam hati manusia yang dimana keyakinan tersebut
adalah dasar untuk mendekatkannya kepada sang penciptanya.
Aqidah terbagi menjadi dua macam, yaitu awidah pokok dan akidah
cabang, yang keduanya terbentuk karena persoalan yang sama, namun beda
pemahaman dan presepsinya dengan apa yang sebenarnya disiratkan oleh Allah
SWT.
Aqidah pokok merupakan akidah 6 yang disebut dengan rukun iman,
yaitu iman kepada Allah, malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rosul Allah, iman
kepada hari akhir atau hari kiamat, dan yang terakhir adalah iman kepada qodho
dan qodar. Adapun akidah cabang adalah persoalan dalam aaqidah pokok yang
masih diperselisihkan.
DAFTAR PUSTAKA