Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU TAUHID

Pengertian Aqidah Pokok Dan Cabang-


Cabangnya(Perbedaan Aqidah Pokok Dan Cabangnya Dan
Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan Sehari Hari)

Disusun Oleh Kelompok : 9


1. Emilda Novita
2. Efri martita
3. Een saputra
Dosen Pengampuh :
Agussalim,M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ( MPI )
INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI ) AL-AZHAAR
LUBUK LINGGAU
2022-2023
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Segala puji  bagi  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya kami mampu 
menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliahTauhid.
Terima kasih kepada :
Agussalim,M.Pd.I, Orang tua yang telah memberikan dukungan materi serta moril

Kami merasa bahwa makalah ini banyak kekurangan, untuk itu kami
memohon kritik dan saran guna kesempurnaan tugas dan bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman mahasiswa
dan bapak ibu dosen dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan keimanan bagi kita semua.

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………… 1
A.      Latar Belakang ……………………………………………………………………………………… 1
B.      Rumusan Masalah ………………………………………………………............................. 1
C.      Tujuan penulisan ………………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………… 2
A.      Pengertian Aqidah ………………………………………………………………………………… 2
a)      Menurut Bahasa ……………………………………………………............................... 2
b)      Menurut Al-Qur’an ……………………………………………................................... 2
c)      Secara Etimologis ………………………………………………...……………………………… 2
d)      Secara terminology ……………………………………………………………………………… 3
B.      Aqidah Pokok ………………………………………………………………………………………… 3
a)      Iman Kepada Allah SWT …………………………………………………………………………….4
b)      Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah ……………………………………………………….. 4
c)      Iman Kepada Kitab-Kitab Allah ………………………………………………………………..…. 6
d)      Iman kepada Rosul-rosul Allah …………………………………………………………………... 7
e)      Iman Kepada Hari Akhir ……………………………………………………………………….……. 9
f)       Iman Kepada Qodho Dan Qodar ……………………………………………………………….. 11
C.      Aqidah Cabang ……………………………………………………………………………………………12
1.      Iman Kepada Allah SWT ………………………….……………………………………………….. 13
2.      Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah ………………………………………………………. 14
3.      Iman Kepada Kitab-Kitab Allah ……………………………………………………………….... 14
4.      Iman kepada Rosul-rosul Allah ……………………………………………………………….... 14
5.      Iman Kepada Hari Akhir ……………………………………………………………………….…… 15
6.      Iman Kepada Qodho Dan Qodar ……………………………………………………………….. 15

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………… 16


A.      Kesimpulan……………………………………………………………………………….…………… 16
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………… vi

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Tak terasa sudah sejak lama kita menjadi seorang muslim. Nikmat yang
besar ini patut kita syukuri, karena kenikmatan inilah yang akan menentukan
kebahagiaan dan kesengsaraan kita di hari akhir nanti. Dalam makalah ini kita
sebagai pemakalah tidak ingin menanyakan “sejak kapan kita masuk islam”
karena jawaban dari pertanyaan ini bukanlah suatu yang paling mendasar.
Namun pertanyaan paling penting yang harus kita renungkan adalah “sudah
sejauh manakah kita telah memahami dan mengamalkan ajaran kita ini?”
pertanyaan inilah yang paling penting  yang harus direnungkan dan dijawab,
karena jawaban pertanyaan ini yang nantinya sangat menentukan kualitas
keislaman dan ketaqwaan kita.
B.      Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita
rumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.        Apa pengertian akidah itu ?
2.        Apa itu akidah pokok dan akidah cabang dalam islam ?
C.    Tujuan Penulisan                                            
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita
simpulkan tujuan penulisan sebagai berikut :
1.        Untuk memenuhi tugas mata kuliah Tauhid.
2.        Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai mata kuliah Tauhid.
3.        Untuk memahami aqidah-aqidah pokok dan cabang

BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Aqidah
a)      Menurut Bahasa
Pengertian Aqidah (iman) menurut bahasa adalah percaya, amanat atau
titipan. Percaya adalah suatu pengakuan atau keyakinan seseorang terhadap
sesuatu. Ia mengakui dan meyakini sesuatu kebenaran dan kesalahan secara
benar. Mengakui dan meyakini sesuatu itu benar artinya meyakini sesuatu itu
sebagai kebenaran yang harus di yakini dan tidak diragukan kebenarannya.
Mengakui itu salah artinya mengakui dan meyakini bahwa sesuatu itu memang
sebagai kesalahan yang harus diyakini dan diakui sebagai kesalahan yang benar-
benar salah.
b)     Menurut Al-Qur’an
Pengertian Aqidah (iman) menurut Al-Qur’an adalah suatu keyakinan
yang mantap dalam hati, yang dengannya seorang mukmin percaya dan yakin
bahwa Allah adalah satu-satunya yang maha benar, sumber kebenaran dan
pemberi kebenaran.
c)      Secara Etimologis
Secara etimologis akidah berasal dari kata ‘aqada- ya’qidu- ‘uqdatan-
‘aqidatan. Artinya simpul, ikatan atau perjanjian.Jadi aqidah adalah keyakinan
yang tersimpul kuat didalam hati bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Para ulama’ mendefinisikan aqidah sebagai “sesuatu yang terikat kepadanya hati
dan hati nurani.” Dalam Al-qur’an kata “aqidah” diartikan sebagai : “wahai
orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”.
d)     Secara Terminology
Secara terminology akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan
yang harus dipegang  teguh oleh orang  yang mempercayainya. Dan dalam hal
ini Allah SWT telah mejelaskan melalui firman-Nya dalam surah Al-Ikhas ayat

https://greatquranhadis.wordpress.com/macam-macam-tauhid-dan-
1.

penjelasannya/.
Peran Tauhid dalam kehidupan sosial
            Tauhid  menempati kedudukan sentral dan esensial dalam islam, tauhid
berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat,
rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai dalam islam.
            Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membersihkan manusia
dari menyembah manusia, hewan, tumbuhan, matahari, berhala, dan lain-lain
kepada menyembah alloh. Dengan tauhid, kedudukan manusia sama manusia
yang lain, yang  membedakan manusia dihadapan alloh adalah tingkat
ketaqwaannya(QS. Al Hujurat: 13)
            Hubungan manusia tidak hanya dengan tuhannya, tetapi juga mencakup
hubungan horisontal dengan sesamanya. Maka dari itu tauhid juga memiliki
fungsi membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan
mengusahakan tegaknya nilai keadilan sosial sehingga memberikan insipirasi
pada manusia untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan
kehendak alloh. Hal ini akan memicu manusia untuk membentuk suatu misi
yang bertujuan mengubah dunia, menegakkan kebenaran, dan keadilan,
merealisasikan berbagai nilai-nilai utama dan memberantas kerusakan dimuka
bumi. Dengan misi ini akan terwujud kehidupan sosial yang adil, etis, dan
agamis.
            Dalam konteks pengembangan umat, tauhid berfungsi
mentransformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang
lebih ideal dalam arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari
setiap belenggu sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
1.      Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal
untuk menjalankan pesan dan perintah Allah sesuai dengan kadar
kemampuannya.
2.      Menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah.
3.      Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas
kehidupannya, adat istiadatnya, tradisi dan paham hidupnya.
4.      Tujuan hidupnya amat jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya
hanya untuk Allah semata. Ia tidak akan terjerat ke dalam nilai-nilai palsu atau
hal-hal tanpa nilai sehingga tidak pernah mengejar kekayaan, kekuasaan dan
kesenangan hidup sebagai tujuan. Sebaliknya, hal-hal tersebut hanyalah sebagai
sarana mencapai keridlaan Allah.
5.      Memiliki visi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama
manusia lain , suatu kehidupan yang harmonis antara manusia dan Tuhannya,[1]
C.    Fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern
1.      Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada
semua makhluk.

Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang


cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu,
mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para
pemimpin mereka, tanpa daya fikirr kritis serta keberanian untuk mengkritik.
Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap
kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :

]٣٣:٦٦[ ‫ار يَقُولُونَ يَا لَ ْيتَنَا َأطَ ْعنَا هَّللا َ َوَأطَ ْعنَا ال َّر ُسواَل‬
ِ َّ‫يَوْ َم تُقَلَّبُ ُوجُوهُهُ ْم فِي الن‬
]٣٣:٦٧[ ‫ضلُّونَا ال َّسبِياَل‬ َ ‫َوقَالُوا َربَّنَا ِإنَّا َأطَ ْعنَا َسا َدتَنَا َو ُكبَ َرا َءنَا فََأ‬
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka
berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula)
kepada Rasul

Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). ".( QS. Al- Ahzaab : 66-67).

Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak ada


Tuhan selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia.
Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah”  berarti seorang muslim
telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq, maka umat
muslim mengemban tugas untuk melaksanakan “ tahrirunnasi min ‘ibadatil
‘ibad  ila ‘ibadatillahi ”  atau membebaskan manusia dari menyembah sesama
manusia kepada menyembah Allah SWT semata.

2.      Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu,
gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.

Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan,


dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan
pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-
orang seperti ini.
]٢٥:٤٣[ ‫َأ َرَأيْتَ َم ِن اتَّخَ َذ ِإ ٰلَهَهُ هَ َواهُ َأفََأ ْنتَ تَ ُكونُ َعلَ ْي ِه َو ِكياًل‬
َ ‫بَلْ هُ ْم َأ‬  ۖ‫ِإ ْن هُ ْم ِإاَّل َكاَأْل ْن َع ِام‬  ۚ َ‫َأ ْم تَحْ َسبُ َأ َّن َأ ْكثَ َرهُ ْم يَ ْس َمعُونَ َأوْ يَ ْعقِلُون‬
]٢٥:٤٤[ ‫ضلُّ َسبِياًل‬

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya


sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?

atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.( QS. Al- Furqon : 43-
44)

3.      Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi.

Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam


menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini
pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Sehingga manusia
tidak melampaui batas dalam pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya
lalai dan merasa benar hingga akhirnya membawa mereka kepada kesombongan
yang pasti berakhir dengan kehancuran. Contoh Hitler dengan tentara Nazinya,
dengan ilmunya Hitler merasa bahwa gagasan yang dia miliki mampu membawa
umat manusia menuju peradaban yang lebih maju, namun karena ilmu tersebut
tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang terjadi adalah kehancuran rezim yang
dimilikinya.

4.      Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan


kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran-
ajarannya dilaksanakan secara konsisten.

Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta


merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta
kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tancapkan dalam hati
bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.

http://kemanadicari.blogspot.co.id/2016/09/pengetian-tauhid-dari-segi-
2.

bahasa-dan.html. Diakses pada tanggal 24 September 2016


5.      Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai
pusat kesadaran intelektual mereka.

Dengan kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan
maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu
telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam
ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang
tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah
dan tiada Tuhan selain Dia. Dengan demikina akan terwujud keyakinan yang
kukuh dan konsekuen, sehingga tidak mudah terombang ambing oleh
perkembangan zaman dan tidak terpenaruh keyakinan yang menyesatkan.[2]

            Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga
akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada
manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap
manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika tidak ada manusia yang
lebih tinggi atau lebih rendah daripada mnusia lainnya di hadapan Allah, maka
juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun
suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau
bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah SWT. Yang
membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT.

satu dan dua. Yang artinya “ Katakanlah Dia-Lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah Adalah Tuhan Yang Bergantung Kepada-Nya Segala Sesuatu.” QS Al-
Ikhlas  ([112]: 1-2)

B.      Aqidah Pokok
Akidah pada masa Nabi masih dapat dipertahankan, yaitu ada akidah
pokok dan akidah cabang, dan dalam pembahasan Akidah Pokok yaitu Rukun
Iman antara lain:
1.      Iman Kepada Allah SWT.
2.      Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah.
3.      Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.
4.      Iman Kepada Rosul-Rosul Allah.
5.      Iman Kepada Hari Akhir/Hari Kiamat.
6.      Iman Kepada Qodho Dan Qodar.
1.      Iman Kepada Allah SWT
     Ketika kita mengaku sebagai umat islam dan telah mengucapkan dua
kalimat syahadat ataupun kita sebagai umat islam keturunan, wajib kita percaya
akan Allah Tuhan kita. Seperti firman Allah yang artinya ;“ adakah orang ragu
tentang Allah.? Yang menciptakan langit dan bumi?” (QS Ibrahim :10). Dari
firman tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudah seharusnya kita percaya bahwa
Allah itu ada, Allah itu yang menciptakan langit dan bumi tempat kita tinggal.
     Iman kepada Allah adalah meyakini dan mengakui bahwa Tiada Tuhan
Selain Allah dan meyakini dan mengakui bahwa meskipun Allah dan dzat-dzat-
Nya tidak terlihat namun kita harus meyakini dan mengakui bahwa Allah itu ada
(wujud).
Iman kepada Allah berarti kita harus ma’rifatullah (mengenal Allah),
ma’rifat kepada nama-nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi,
ma’rifat kepada dalil-dalil wujud-Nya dan fenomena-fenomena keagungan-Nya
di alam semesta ini.
Ma’rifat kepada allah dapat memancarkan perasaan-perasaan yang
agung, membangkitkan berbagai indra kebaikan, membina rasa senantiasa
diawasi Allah (muroqobah), memotivasi untuk hal-hal yang luhur dan mulia, dan
menjauhkan seseorang dari amal perbuatan yang nista dan hina.

2.      Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah


Iman kepada Malaikat adalah yakin dan membenarkan bahwa Malaikat
itu ada, diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya / nur. Malaikat adalah kekuatan-
kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah serta ketentuan Allah SWT.
Malaikat berasal dari kata malak bahasa arab yang artinya kekuatan. Dalam
ajaran agama islam terdapat 10 malaikat yang wajib kita ketahui dari banyak
malaikat yang ada di dunia dan akherat yang tidak kita ketahui yaitu antara lain :
1.      Malaikat Jibril yang  menyampaikan  wahyu Allah kepada nabi dan  rasul.
2.      Malaikat Mikail yang bertugas memberi rizki / rejeki pada manusia.
3.      Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet sangkakala di
waktu hari kiamat.
4.      Malaikat Izrail yang bertanggungjawab mencabut nyawa.
5.      Malikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan  pemeriksaan pada
amal perbuatan manusia di alam  kubur.
6.      Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada
amal perbuatan manusia di alam  kubur  bersama Malaikat Munkar.
7.      Malaikat Raqib / Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala
amal baik manusia ketika hidup.
8.      Malaikat Atid / Atit yang memiliki tanggungjawab untuk mencatat segala
perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup.
9.      Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka.
10.  Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu sorga / surga.
Fungsi iman kepada Malaikat Allah :
1.      Selalu melakukan perbuatan baik dan merasa najis serta anti melakukan
perbuatan buruk karena dirinya selalu diawasi oleh malaikat.
2.      Berupaya masuk ke dalam surga yang dijaga oleh malaikat Ridwan dengan
bertakwa dan beriman kepada Allah SWT serta berlomba-lomba mendapatkan
Lailatul Qodar.
3.      Meningkatkan keikhlasan, keimanan dan kedisiplinan kita untuk mengikuti /
meniru sifat dan perbuatan malaikat.
4.      Selalu berfikir dan berhati-hati dalam melaksanakan setiap perbuatan karena
setiap perbuatan baik yang baik maupun yang buruk akan
dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Hukum Beriman kepada Malaikat

Beriman atau meyakini kepada Malaikat, hukumnya fardu 'ain. Ini


merupakan salah satu iman nomor 2. Hal ini didasarkan dari beberapa sumber Al
Qur'an dan Hadits, salah satunya adalah Q.S. Al Baqarah (2) : 285 yang artinya

http://kalam-insani.livejournal.com/27177.html. Diakses pada tanggal 6


Juni 2011
“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya
(Al Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, dan rasul-
rasulNya. (Mereka berkata), "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari
rasul-rasulNya." Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat. Ampunilah
kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.

3.      Iman Kepada Kitab-Kitab Allah


Perlu kita ketahui bahwasannya Allah SWT telah menurunkan kitab-
kitab-Nya untuk memberi petunjuk kepada manusia, kitab itu diturunkan supaya
dijadikan pedoman bagi umat manusia agar mereka mempelajari agama Allah
dan agar manusia tidak tersesat ke jalan yang tidak diridhoi Allah SWT, Seperti
yang telah di paparkan dalam firman Allah SWT. “ kitab Al-Qur’an ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (QS al-Baqarah:
2)”.
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT berarti kita harus meyakini dan
mengakui bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya melalui Para
Rosul untuk disampaikan kepada umatnya, umat manusia.
Berikut nama-nama kitab yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan
Rosul Allah :
a.         Kitab Taurat, diturunkan kepada Nabi Musa As.
b.         Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa As.
c.         Kitab Zabur, diturunkan kepada Nabi Daud As.
d.         Kitab Al-Qur’an, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.Kitab Al-Qur’an
ini diturunkan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya (Taurat, Injil dan
Zabur).

4.      Iman Kepada Rosul-Rosul Allah


Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam
rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada
para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-
orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Pengertian rasul dan nabi berbeda. Rasul adalah manusia pilihan yang
diberi wahyu oleh Allah SWT untuk dirinya sendiri dan mempunyai kewajiban
untuk menyampaikan kepada umatnya.Nabi adalah manusia pilihan yang di beri
wahyu oleh Allah SWT untuk dirinya sendiri tetapi tidak wajib menyampaikan
pada umatnya. Dengan demikian seorang rasul pasti nabi tetapi nabi belum tentu
rasul. Meskipun demikian kita wajib meyakini keduanya.
Firman Allah SWT : “Dan kami mengutus para rasul itu melainkan untuk
memberikan kabar gembira dan memberi peringatan.Barangsiapa yang beriman
dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. Al An’am 6 : 48).
Rasul rasul yang wajib diimani berjumlah 25 orang:
1.      Adam As                            10. Yaqub As                           19. Ilyas As
2.      Idris As                              11. Yusuf As                             20. Ilyasa As
3.      Nuh As                               12. Ayub As                             21. Yunus As
4.      Hud As                               13. Syu’aib As                          22. Zakaria As
5.      Sholeh As                           14. Musa As                            23. Yahya As
6.      Ibrahim As                         15. Harun As                           24. Isa As
7.      Luth As                              16. ZulkiFli As                          25. Muhammad Saw
8.      Ismail As                            17. Daud As                
9.      Ishaq As                             18. Sulaiman As

5.      Iman Kepada Hari Akhir


Hari akhir adalah hari di mana semua yang dilakukan manusia selama di
dunia akan  mendapat ganjarannya. Ganjaran  merupakan tuntutan yang
seharuanya ada pada suatu ujian. Setiap orang akan memperoleh ganjaran sesuai
apa yang dilakukan. Jika ganjaran  tidak berbentuk nyata di dunia ini, maka
ganjaran akan ada di kehidupan lain. Hal ini membawa kita pada keyakinan pada
hari akhir.
Allah memberi beban  tiap-tiap manusia berbeda sesuai dengan kadar
anugerah yang diberikan Allah swt. Beban yg diberikan oleh Allah kepada orang
kaya akan berbeda dengan orang miskin. Allah akan meminta
pertanggungjawaban kepada orang kaya seperti bagaimana cara mereka
memperoleh kekayannya, bagaimana cara mereka memakai hartanya, dan
bagaimana mereka dalam bersedekah, infak, dan zajat. Sedangkan pada orang
miskin akan dimintai pertanggungjawaban bagaimana cara mereka
bersyukur ,bgaimana cara mereka memperoleh rezeki yg halal.
Pertanggumgjawaban ini akan disertai dengan ganjar yang seimbang pula.
Sebagai manusia, percaya kepada adanya hari akhir adalah suatu
keharusan. Seperti yang sudah dijelaskan pada firman Allah, yang berbunyi
"sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar
supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan" (Thaha :15)
Hari akhir bersifat kekal. Nama-nama hari akhir diantaranya :
1.                   Yaumul-Ba'ts ( hari kebangkitan)
2.                   Yaumul-Khuruj (hari keluar)
3.                   Yaumul-Qiyaamah (hari kiamat)
4.                   Yaumul-Din (hari pengadilan)
5.                   Yaumul-Fashl (hari pemisahan)
6.                   Yaumul-Hasyr (hari dikumpulkan)
7.                   Yaumul-Jam (hari dikumpulkan)
8.                   Yaumul-Hisab (hari perhitungan)
9.                   Yaumul-W'iid (hari ancaman)
10.               Yaumul-Hasrah(hari kerugian)
11.               Yaumul-Khulud (hari yang kekal)
12.               Daral-Aakhirah (kampung akhirat)
13.               Daral-Qaraar (tempat tinggal abadi)
14.               Dar al-Khulud (tempet keabadian)
15.               Al-Waaqi'ah
16.               Al-Haaqqah
17.               Al-Qsari'ah (hentakan suara yang dahsyat)
18.               Al-Ghaasyiyah (jin dan manusia)
19.               Ath-Thaammah
20.               Al-Aazifah (dekat)
            Iman kepada Allah tidak akan terpisah dengan iman kepada hari akhir.
Iman kepada hari akhir adalah mempercayai dengan sepenuh hati bahwa hari
akhir benar-benar terjadi. Manusia yang mengingkari hari akhir melihat bahwa
penciptaan alam semesta ini mengandung kesia-siaan.
Allah menciptakan makhuk, manusia bukan berarti sia-sia melainkan ada
tujuan. Seperti yang dijelaskan pada ayat Al-mu'minum 115-116 yang
berbunyi "Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja Yang Sebenarny,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai
'Arsy yang mulia"
Tanda-tanda hari kiamat diantaranya adalah:
a.         Keluarnya Dajjal yang mengaku sebagai rububiyah (tuhan).
b.         Turunnya Nabi Isa a.s dan dibinasakan oleh Dajjal.
c.         Dibangkitkan kabilah-kabilah Ya'juj dsn Ma'juj
d.         Kesejahteraan merebak di seluruh penjuru bumu untuk beberaa waktu
e.         Kemudian Allah mengirimkan angin baik, dengan ini Allah mencabut semua
nyawa orang mukmin dan orang Islam
f.          Kemudian tinggal orang yang jahat dimuka bumi, lalu kiamat datang.

6.      Iman Kepada Qodho Dan Qodar


Qadhaa berasal dari kata" al-qadhaa-u" makna bhs nya asl
menyempurnakan sesuatu perkara melaksanakan dan menyelesaiab baik perkara
berupa ucapan, amalan, kehendak, ataupun yg lainnya. Sedangkan qadhar
berasal dari kata al-qadaru yang berarti 'menjelaskan keterangan jumlah' atau
memberi pengertian 'kadar ukuran tertentu', dan merupakan akar kata
lafal qadara-yaqduru dan qadara-yaqdiru.
1.         Kehendak Allah SWT untuk memaksa semua manusia meniti jalan petunjuk,
dan tidak bisa meniti yang lainnya.
2.      Kehendak Allah SWT untuk memaksa manusia meniti jalankesesatan,dan tidak
bisa meniti jalan lainnya.
3.      Kehendak Allah SWT menjadikan semua manusia mempunyai kebebasan
beriktiar. Siapa saja bebas berkehendak, boleh memilih jalankebaikan,dan boleh
pula memilih jalan keburukan.
Pada ayat ke-29 surat Al-Kahfi dijelaskan  bahwa Allah SWT
menjadikan  kehendak manusia meniti  jalan  keimanan ataukah  jalan
kekafiran. Siapa saja yang  menghendaki meniti  jalan kepada  tuhannya dengan
amal yang saleh, maka Allah akan  memasukkan  ke dalam surga-Nya dengan
keutamaan-Nya. Sedangkan siapa yang mengkehendaki penyimpangan dari jalan
yang benar,  maka berarti telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, dan
siapa saja  yang  termasuk dalam  golongan orang yang  zalim berhak
meneerima pembalasan berupa azab yang pedih.

C.      Aqidah Cabang
Setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah umar bin khattab tidak
dapat menahan diri dengan apa yang telah dijaga bersama. Kemudian muncul
kemelut yang pada klimaksnya melahirkan sebagian besar dari mesir yang tidak
puas dengan kebijakan politiknya. Memang secara lahir Nampak Nampak
peristiwa adalah persoalan politik yang berkembang menjadi persoalan aqidah
( teologi) yang melahirkan berbagai kelompok dan aliran teologi dengan
pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pada masa umat islam tidak
mampu lagi mempertahan kesatuan dan keutuhan aqidah karena masing masing
baru membuka persoalan aqidah yang pada masa sebelumnya terkunci. Masing
masing kelompok membawa keluar persoalan aqidah untuk di lepaskan
persoalan bersama sehingga muncul pemahaman versi kelompok tersebut, maka
lahir cabang-cabang aqidah yang ber variasi dari masing-masing aspek rukun
iman, yaitu :
1.       Iman Kepada Allah
Aqidah cabang yang diperselisihkan adalah zat , sifat, dan `af`al nya.
Dalam masalah zat Tuhan muncul pendapat yang menggambarkan Tuhan
dengan sifat-sifat bentuk jasmani/fisik. Golongan ini disebut Mujassimah
(orang-orang yang merumuskan Tuhan). Dalam masalah sifatnya
Konsep asma`ul husna untuk memahami sifat-sifat allah tersebut dianggap
sebagai cara paling asli untuk mengenal allah. Karena disebutkan sendiri oleh
allah didalam berbagai surat dalam al qur`an, pandangan itu menjadi keyakinan
kaum salafiyyah, yang berati yang paling autentik atau fundamental, yang di
anut oleh anatara lain ibnu taimiyyah. Disebut autentik dan fundamental, lkarena
mengikuti langkah yang diikuti langkah sahabat nabi. Sementara itu kaum
mu`tazilah, yang mengikuti pandangan yang lebih rasional, tidak mengakui
pengertian as`maul khusna itu sebagai sifat-sifat allah, karena menurut mereka
allah tidak memiliki sifat. Nama-nama tersebut menurut mereka, bukan sifat
allah melainkan nama allah sendiri.[1]
Dan dalam af`alnya muncul perbedaan cabang, apakah allah mempunyai
kewajiban berbuat? Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai
kewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia (As Salah Al Asbah).
Sebaliknya, golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah (Asy’ariyah dan Maturidiyah)
berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban kepada makhluk-Nya.
Tuhan dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluknya karena kalau Tuhan
mempunyai kewajiban berbuat berarti kekuasaan Tuhan dan kehendak Tuhan
tidak mutlak.
2.       Beriman Kepada Malaikat
Aqidah cabang yang di perselisihkan apakah iblis tergolong dari mereka dan
apakah jin tergolong dan apakah jin tergolong dari mereka.
3.       Beriman Kepada Kitab-Kitab-Nya
Aqidah cabang yang diperselisihkan adalahdalam persoalan kitab
dikalanagan orang Islam ialah apakah Al-Qur’an itu Qadim (kekal) atau hadis
(baru). Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Qur’an
adalah Qadim, bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain
mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah tidak qadim karena Al-Qur’an itu
diciptakan (makhluk).

4.       Beriman Kepada Rasul Allah


Aqidah  yang masih diperselisihkan dalam  kaitannya dengan iman kepada
para Nabi dan Rasul adalah mengenai jumlah. Hanya Allah yang mengetahui
jumlahnya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah
124.000 orang. Dari sejumlah itu yang diangkat menjadi Rasul ada 313 orang.

5.       Beriman Kepada Hari Akhir


Para ulama telah sepakat dalam masalah adanya hari kiamat dan hal-hal
yang terjadi didalamnya hanya saja mereka Ikhtilaf tentang apa yang akan
dibangkitkan. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang dibangkitkan meliputi
jasmani dan rohani. ini dikeluarkan oleh golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah.
Adapun pendapat kedua yang dibangkitkan adalah rohnya saja.

6.       Beriman Kepada Qadla Dan Qadar


Dalam persoalan mengimani takdir, orang Islam sepakat perlunya meyakini
adanya ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam
semesta ini. Namun berbeda dalam memahami dan mempraktekannya Gilongan
Jabariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Sahfwan berpendapat bahwa takdir
Allah berarti manusia memiliki kemampuan untuk memilih, segala perbuatan
dan gerak yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah dari Allah semata,
manusia menurut mereka sama seperti wayang yang digerakkan oleh ki dalang
karena itu manusia tidak mempunyai bagian sama sekali dalam mewujudkan
perbuatan-Nya. Pendapat lain bahwa manusia mampu mewujudkan
perbuatannya. Tuhan tidak ikut campur tangan dalam perbuatan  manusia itu dan
mereka menolak segala sesuatu terjadi karena takdir Allah SWT. Golongan
mereka disebut Aliran Qadariyah yang dipelopori oleh Ma’bad Al-Jauhari dan
Gharilan Al-Damsiki.
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Aqidah (iman) menurut bahasa adalah percaya, amanat atau titipan.
Sedangkan Aqidah (iman) menurut Al-Qur’an adalah suatu keyakinan yang
mantap dalam hati, adapun Aqidah Secara etimologis akidah berasal
dari kata ‘aqada- ya’qidu- ‘uqdatan- ‘aqidatan. Artinya simpul, ikatan atau
perjanjian.Jadi aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kuat didalam hati
bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Dan Aqidah Secara terminology
akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang  teguh
oleh orang  yang mempercayainya. Jadi kesimpulannya, aqidah adalah suatu
keyakinan yang tersirat di dalam hati manusia yang dimana keyakinan tersebut
adalah dasar untuk mendekatkannya kepada sang penciptanya.
Aqidah terbagi menjadi dua macam, yaitu awidah pokok dan akidah
cabang, yang keduanya terbentuk karena persoalan yang sama, namun beda
pemahaman dan presepsinya dengan apa yang sebenarnya disiratkan oleh Allah
SWT.
Aqidah pokok merupakan akidah 6 yang disebut dengan rukun iman,
yaitu iman kepada Allah, malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rosul Allah, iman
kepada hari akhir atau hari kiamat, dan yang terakhir adalah iman kepada qodho
dan qodar. Adapun akidah cabang adalah persoalan dalam aaqidah pokok yang
masih diperselisihkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman Hasan Habanakah Al-Maidani. 2004. Pokok-Pokok Akidah Islam.


Jakarta: Gema Insani.
Abul A’la Maududi. 1970. Dasar-Dasar Iman. Bandung: Pustaka.
Drs. Musthofa, Drs. H.M. Kholil, M.si, Karwadi, M.Ag. 2005. Tauhid. Yogyakarta:
Pokja Akdemik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Drs. Syahminan Zaini. 1983. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Sayyid Sabiq. 2010. Aqidah Islamiyyah. Jakarta: Robbani Press.

Anda mungkin juga menyukai