Disusun Oleh :
TANJUNGPINANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
mengambil langkah strategis agar organisasi dapat terus berkembang dengan baik
sesuai dengan perubahan yang terjadi. Perubahan untuk menjadi lebih baik, tidak
akan terlepas dari sejumlah tantangan yang akan terus menghadang, apalagi di era
persaingan berbasis waktu maka siapa yang cepat dia yang menang, baik lebih
cepat dalam menawarkan produk baru dari pesaingnya (fast to market) maupun
kecepatan merespon permintaan pelanggan terhadap produk yang telah ada (fast
to product). Oleh karena itu organisasi yang ingin terus berkembang harus
kompetitif. Namun, tujuan dari organisasi seharusnya tidak hanya sampai pada
perusahaan harus melakukan kerja keras dan kreativitas ekstra agar mampu
menjawab tantangan usaha ini, yaitu dengan salah satu cara membentuk dan
melakukan proses internalisasi budaya perusahaan yang kuat dan sehat kepada
perbankan mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan
sumberdaya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan
4. Apa kode etik dan budaya yang diimplementasikan oleh CV.Suria Bintan
Perkasa
Perkasa
Bintan Perkasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya berakar
pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori prinsipal-
agen menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok
atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik secara
implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan bahwa agen
akan bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan oleh prinsipal (dalam
hal ini terjadi pendelegasian wewenang). Menurut Belkaoui (2011:188), teori agensi
mungkin berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang timbul di
antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap konflik
kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas perusahaan
sebagai suatu “penghubung (nexus) kontrak” melalui pernyataan oleh Jansen dan
Meckling yang menyatakan bahwa perusahaan adalah “cerita fiksi legal yang
Berdasarkan teori keagenan, perusahaan adalah suatu legal fiction yang berperan
"an agency relationship as a contract under which one or more persons (the
principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their
behalf which involves delegating some decision making authority to the agent"
(p.85).
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik
bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara
input diproses untuk menghasilkan output dan cara dimana hasil dari output dibagi
merupakan konsep yang tidak relevan dan fungsi manajemen adalah mengawasi
Menurut Eisenhardt (1989) dalam Emirzon (2007), Teori keagenan dilandasi oleh
beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi
tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat
manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self-
interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Asumsi
kriteria efektivitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Asumsi
diperjualbelikan.
konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Pihak pemilik (principal) termotivasi
pemenuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh investasi,
dan agen disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency problems
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal
tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sebaliknya, agen memiliki
lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan
1. Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-
didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah
Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika
pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang
pihak lain (agent) yang melakukan perkerjaan. Teori keagenan ditekankan untuk
(Eisenhardt, 1989 dalam Darmawati, 2005). Pertama adalah masalah keagenan yang
timbul pada saat (a) keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen
berlawanan dan (b) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk
telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua adalah masalah pembagian resiko yang
timbul pada saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko.
Dengan demikian, prinsipal dan agen mungkin memiliki preferensi tindakan yang
setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pascakeputusan. Peranan ini
seorang agen melapor kepada prinsipal tentang kejadian-kejadian dimasa lalu. Inilah
yang memberi akuntansi nilai umpan baliknya selain nilai prediktifnya. Dimana nilai
umpan balik menjelaskan bahwa informasi juga mempunyai peran penting dalam
dalam teori agensi muncul karena adanya hubungan kerja antara pihak
investor.
Masalah keagenan juga akan timbul jika pihak manajemen atau agen
mungkin saja manajer menetapkan gaji yang besar bagi dirinya atau
(full information)
information.
periodik. Selain itu, penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan
2.2 Peran Tata Kelola dan Tata Kelola Bisnis Untuk Mengatasi Konflik
Kepentingan
2010).
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh pihak-
Menurut Van der Stede (2007), tata kelola perusahaan merujuk pada
penilaian tata kelola perusahaan, hak pemegang saham suara, dan ancaman
(stakeholders).
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi,
misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan
pribadi.
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
berkesinambungan.
etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati
2.3.4 Independensi
tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu
masing.
sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hokum yang berbeda, yaitu
Sistem hukum Anglo Saxon mempunyai Sistem Satu Tingkat atau One Tier
System, dimana perusahaan hanya mempunyai satu Dewan Direksi yang pada
Eksekutif) dan Direktur Independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu
(Non Direktur Eksekutif). Pada dasarnya yang disebut belakangan ini, diangkat
Sistem Hukum Kontinental Eropa mempunyai Sistem Dua Tingkat atau Two
Tiers System. Disini perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu Dewan
diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (Dewan
dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh Dewan Komisaris. Sehingga Dewan
Dalam hal ini Dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas
dengan pihak ketiga. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diganti dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Negara-negara dengan Two Tiers
System adalah Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang. Karena sistem hukum
Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan Indonesia
Gambar 2.2
Struktur Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Dalam Two Tiers System
sendiri sesuai dengan ketetuan yang berlaku. Dalam konteks good corporate
kegiatan Direksi.
transparansi dan pasar yang efisien, konsisten dengan aturan hukum dan jelas
dan penegakan hukum yang berlaku. Dasar kerangka tata kelola perusahaan
pasar dan insentif untuk menciptakan pelaku pasar dan kenaikan pasar
umum disajikan.
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham dan para anggota non-
senior perusahaan.
suatu perusahaan.
memperoleh manfaat yang wajar atas investasinya dan merasa yakin bahwa
dalam suatu negara, tentunya pengusaha yang baik harus taat azas dan patuh
1. Formulasi Strategi
penentuan visi, misi, keyakinan dasar, nilai dasar dan tujuan perusahaan,
(3) analisis SWOT, (4) analisis portofolio, (5) permusan peluang dan
perumusan strategi.
2. Komitmen Organisasi
3. Gaya Kepemimpinan
Setiap perusahaan pasti memiliki pemimpin yang bertugas
perusahaan.
perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan
antara lain terdiri dari karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat terutama
kepentingan harus terjalin hubungan yang sesuai dengan asas kewajaran dan
berikut:
agama, ras, golongan, dan gender serta terciptanya perlakuan yang adil
perusahaan.
Asia menjelang akhir tahun 1990-an, muncul inisiatif untuk menguatkan kerangka
tata kelola perusahaan, baik di tingkat nasional maupun regional. Studi yang
kontributor utama dalam krisis ekonomi tersebut yakni lemahnya “tata keola
GCG) pertama kali pada tahun 1999, yang kemudian direvisi pada tahun
Direksi, serta elemen tata kelola perusahaan lainnya. Revisi UUPT ini
3. Pedoman-Pedoman GCG
Pedoman
Pedoman Umum Manual GCG
Sektoral
(General Code) (GCG Manual)
(Sectoral Code)
Good Corperrate
Banking (2004,
Governance Business Ethic
2013)
(2001,2006)
Whistleblowing
Good Public Insurance And
System (WBS)
Governance (2006) Reinsurance (2009)
(2008)
Good Governance
Bisnis Syariah (2011) Actuarial Audit Committee
Consultants (2011) (2002)
diikuti oleh 83 perusahaan, dan tahun 2013 diikuti oleh 234 peserta.
Penghargaan ini diadakan oleh IICD pertama kali pada tahun 2009
ASEAN.
Untuk itu diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan oleh
pedoman GCG perusahaan dengan mengacu pada GCG ini dan Pedoman Sektoral
secara efektif;
bisnis;
6. Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya;
2.8 Instrumen Penilaian dan Bukti Empiris Terhadap Praktek Tata Kelola
Tata kelola perusahaan merupakan salah satu dari 12 (12) standar yang
Market Forum
pada dokumentasi yang dapat diakses oleh public, dan bertujuan agar
dengan tata kelola yang baik, dan dapat dipromosikan kepada investor
manca negara.
survey atas praktik tata kelola di Asia sejak tahun 2000. Dalam CG
STUDI KASUS
bergerak dibidang jual dan beli mobil mobil bekas yang berkualitas, yang mulai
berdiri pada Desember 2003, berlokasi di Jl.D.I.Panjaitan NO.1 -2, Melayu Kota
penjualan beli mobil bekas telah berlangsung cukup lama dan menjadikan ceruk
bisnis tersendri. Sekarang ini sudah banyak sekali perusahaan yang bergerak dibidang
mobil bekas yang menawarkan harga dan kualitas yang sepadan. Pasar mobil bekas
yang besar juga membuat para perusahaan berlomba lomba melayani konsumen
secara kredit dengan bunga yang kompetitif yang tidak kalah dengan mobil baru.
manajemen yang dijalankan dengan baik sehingga dapat mengembangkan Cv. Suria
optimalisasi untuk memberi nilai lebih kepada nasabah, masyarakat, juga para
pemangku kepentingan, selain menjadikan Cv. Suria Bintan Perkasa memiliki tingkat
korporasi yang tinggi. GCG diperlukan untuk menunjang kekuatan dan sustainability
yang juga berimplikasi pada sistem strukturisasi yang kokoh dan rapih. Implementasi
GCG di Cv. Suria Bintan Perkasa sejalan dengan ketentuan dan perundang-undangan
yang berlaku.
Indonesia (BEI), Cv. Suria Bintan Perkasa telah menerapkan prinsip-prinsip Tata
Kelola Perusahaan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Direksi dan
peraturan bagi emiten yang tercatat di BEI, yang mewajibkan seluruh perusahaan
publik untuk mengangkat pejabat dan struktur organisasi yang independen serta
keterbukaan informasi
Salah satu kunci utama untuk merealisasikan komitmen tersebut adalah penerapan
prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) secara
konsisten serta menjadikannya sebagai budaya kerja yang berlaku di dalam CV.Suria
Bintan Perkasa. Pemahaman ini mendasari untuk melaksanakan tata kelola yang baik
dalam setiap kegiatan bisnisnya demi mencapai tujuan bisnis jangka panjang yang
berkesinambungan.
Melalui peran aktif dan dukungan penuh Dewan Komisaris dan Direksi,
memastikan penerapan prinsip-prinsip GCG pada setiap aspek bisnis dan pada semua
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana
CV. Suria Bintan Perkasa telah melaksanakan langkah GCG guna mengakomodir
1. Struktur organisasi yang dibentuk Direksi sesuai dan tepat dengan Perseroan.
antara lain:
1. Transparansi
dan penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan
2. Akuntabilitas
itu CV Suria Bintan Perkasa dikelola secara sehat, terukur dan profesional
3. Responsibilitas
4. Independensi
dibawahnya tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak
Perkasa ikut dalam rating yang dilaksanakan oleh pihak independen yaitu Corporate
CV Suria Bintan Perkasa sebagai peserta CGPI ditujukan untuk memotivasi CV Suria
lingkungannya.
3.4 Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan unsur
penting di industri mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri
merupakan proses jangka panjang yang memberikan hasil berupa sustainable value.
Implementasi GCG sebagai sebuah sistem dilakukan melalui proses intern yang
GCG, mengalami perubahan yang lebih baik, terutama dengan meningkatnya kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) hingga dapat bekerja lebih efisien, efektif, kompetitif
dan profesional didukung oleh budaya dan etos kerja yang mumpuni.
panduan yang lebih kuat. Revitalisasi tersebut dilakukan melalui penetapan budaya
Customer focus dan Excellence (TIPCE) revitalisasi visi baru menjadi ”To be
CV Suria Bintan Perkasa telah memiliki struktur dan kebijakan yang mendukung
corporate governance policy, code of conduct dan lain-lain. Selain itu CV Suria
tugasnya antara lain: tata tertib Dewan Komisaris, tata tertib Direksi, charter komite
CV Suria Bintan Perkasa telah menyusun arsitektur kebijakan dan prosedur yang
konsisten dan dipublikasi dalam portal internal sebagai pedoman dalam menyusun
prosedur dan kebijkan tertulis yang berkaitan dengan seluruh aktivitas. Kebijakan dan
terimplementasinya budaya, etika bisnis dan pengelolaan perusahaan yang baik, yakni
berupa Arsitektur Kebijakan yang dilandasi oleh Prinsip GCG, budaya perusahaan,
business ethics dan code of conduct, dimana seluruh operasional diatur melalui
tidak hanya terkait dengan prinsip-prinsip GCG, namun termasuk sosialisasi terhadap
Perkasa melakukan evaluasi. Tujuan dari sosialisasi dan evaluasi tersebut adalah agar
seluruh jajaran dapat memahami dan melaksanakan visi, misi dan strategi serta
prinsip-prinsip GCG dimaksud dengan pemahaman dan standar yang sama di seluruh
jajaran.
Dala mewujudkan tahapan ini (walking the talk) maka diperlukan keteladanan Top
Management yang berperan sebagai Change Champion dan Change Agent di setiap
unit kerja, dan sebagai role-model yang menerapkan budaya perusahaan da prinsip-
yang diharapkan dilakukan oleh insan dalam melaksanakan tugasnya. Hal Ini
merupakan standar perilaku yang wajar, patut dan dapat dipercaya untuk semua.
CV.Suria Bintan Perkasa telah memiliki Code of Conduct yang merupakan standar
perilaku yang harus dipedomani oleh seluruh jajaran yang mengatur hal-hal
mengenai:
1. Benturan kepentingan (conflict of interest)
2. Kerahasiaan
3. Penyalahgunaan Jabatan
4. Perilaku insiders
Upaya penerapan dan penegakan kode etik CV Suria Bintan Perkasa dilakukan
dengan penuh kesadaran secara terus menerus dalam bentuk sikap perbuatan,
2. Komitmen Manajemen
untuk tidak menerima dan/atau meminta hadiah atau bingkisan dalam bentuk
dan dalih apapun dari pihak nasabah, debitur, dan mitra kerja maupun pihak
4. Pakta Integritas
Penerbitan pakta integritas kepada seluruh rekanan yang bekerja sama dalam
5. Program Awareness
Program induksi Kode Etik dilakukan terhadap pegawai baru melalui program
6. Selain itu, juga dilakukan sosialisasi kepada seluruh unit kerja terkait kode
etik antara lain strategi anti fraud , budaya Kepatuhan, serta budaya layanan.
1. Trust
Membangun keyakinan dan sangka baik di antara stakeholders dalam
2. Integrity
3. Professionalism
4. Customer Focus
5. Excellence
mendapatkan nilai tambah optimal dan hasil yang terbaik secara terus-
most admired and progressive financial institution”. Melalui Visi tersebut tercermin
aspirasi untuk menjadi institusi keuangan yang selalu memiliki komitmen penuh
keuangan inovatif yang berstandar kelas dunia dan turut serta memberikan kontribusi
Target yang luar biasa tidak pernah akan dapat dicapai dengan usaha yang biasa-biasa
saja. Transformasi bisnis dan budaya yang dijalankan oleh merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua hal tersebut bagaikan dua sisi mata
uang yang saling mendukung, dimana tanpa budaya yang kuat strategi tidak bisa
melibatkan seluruh senior manajemen dengan tema The New Horizon. Adapun hasil
dari diskusi tersebut adalah dirumuskannya tatanan nilai TIPCE yang dituangkan
yang terukur
7. Menggali kebutuhan dan keinginan pelanggan secara proaktif dan
10. Inovatif dalam menciptakan peluang untuk mencapai kinerja yang melampaui
ekspektasi