Anda di halaman 1dari 31

SOSIALISASI PP 28 TAHUN

2022 TENTANG
PENGURUSAN PIUTANG
NEGARA OLEH PUPN

Direktorat PKKN – DJKN


Jakarta September 2022
1
1
LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM

Latar Belakang Dasar Hukum

1. Mempercepat penyelesaian Piutang 1. Pasal 5 ayat (2) UUD 1945


Negara 2. UU Nomor 49 Prp.Tahun 1960
2. Dukungan terhadap Satgas BLBI tentang Panitya Urusan Piutang
3. Memperkaya upaya penagihan termasuk Negara
dengan melakukan tindakan keperdataan
dan/atau penghentian layanan publik
4. Memperkuat tugas dan wewenang PUPN
POKOK-POKOK MATERI
DALAM PP 28/2022
Hal-Hal Pokok
PP 28 TAHUN 2022 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA OLEH PUPN

1. Rincian tugas dan kewenangan PUPN. 6. Pengaturan bahwa barang jaminan yang diurus
PUPN tidak dapat dilakukan eksekusi oleh pihak
lain (sita persamaan)
2. Pengaturan bahwa Penyerah Piutang harus 7. Pengaturan bahwa barang jaminan PUPN yang
memastikan adanya dan besarnya utang secara habis masa berlaku tetap dapat dilakukan
hukum. eksekusi.

3. Pengaturan perluasan debitor termasuk Pihak 8. Penegasan kewenangan PUPN untuk menyita
Yang Memperoleh Hak. harta kekayaan lain yang tidak dijaminkan.

4. Pengaturan norma “perbuatan melawan 9. Penegasan bahwa Pernyataan Bersama dan


hukum” bagi pihak yang menghalangi tugas- Surat Paksa mempunyai kekuatan yang sama
tugas PUPN. dengan putusan hakim yang in-kracht.
5. Kewajiban debitor untuk mengosongkan 10. PJPN tidak ada, langsung Surat Paksa.
jaminan yang akan dilelang.
(2) Hal-Hal Pokok
PP 28 TAHUN 2022 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA OLEH PUPN

11. Penegasan bahwa piutang negara mempunyai 16. Pengaturan pendayagunaan barang
hak mendahului untuk pembayaran tagihan. jaminan/harta kekayaan lain yang telah disita oleh
PUPN.
12. Tindakan keperdataan dan/atau penghentian 17. Pencegahan ke luar negeri bisa lebih dari 12
layanan publik bulan dengan menetapkan SK pencegahan baru.

13. Pengaturan rincian barang jaminan/harta 18. Penyerah Piutang bisa membeli sendiri
kekayaan yang dapat dialihkan secara paksa. agunannya melalui lelang

14. Kewajiban kepada seluruh K/L/Pemda untuk 19. PUPN dapat mengurus piutang badan-badan
memberikan informasi/data yang diperlukan oleh sui generis.
PUPN.
15. Pengaturan jangka waktu pemblokiran barang 20. Pembayaran utang bisa dengan uang tunai
jaminan/harta kekayaan lain adalah s.d lunas/ atau dengan penyerahan aset.
selesai/tidak diurus lagi oleh PUPN.
1. Cabut Blokir, angkat sita,
PENGELOLAAN DAN 2. Pengembalian dokumen, roya
PENAGIHAN PIUTANG OLEH PEMBLOKIRAN, PENGEMBALIAN, 3. Pembatalan pencegahan,
KL/BUN/PEMDA PENARIKAN, PENCAIRAN, sandera, keperdataan,
PENCEGAHAN PEMERIKSAAN/ penghentian layanan dll
PIUTANG MACET ASET TRACING
DITERIMA SANGGUP
MENGAKUI
PENYERAH PIUTANG
/SEPAKAT MEMBAYAR?
UANG dan/atau
Y
MEMASTIKAN ADA DAN SURAT PENERIMAAN DEBT TO SWAB
BESARNYA PIUTANG PERNYATAAN ASET
PENGURUSAN PIUTANG
NEGARA (SP3N) BERSAMA (PB)
PEMBAYARAN
SURAT
PERINGATAN
T
Siklus PENYERAHAN
(DOKUMEN) PANGGILAN pertama
dan terakhir dan
PB
/atau Pengumuman TIDAK Y
Pengurusan PENELITIAN
KPKNL
panggilan
MENGAKUI
UTANG
LUNAS?
SPPNLUNAS

T
Piutang MENGAKUI
UTANG TAPI LUNAS?
Y
Y T
Negara ADANYA &
BESARNYA
Y
MENOLAK
TANDA TANGAN
PB
Debitor tidak mampu/raib
dan jaminan tidak ada
PASTI ? MEMENUHI Y
dalam PP PANGGILAN? PSBDT
LAKU
T
T ASSET
PENDAYA
?
28/2022 PERMINTAAN
KELENGKAPAN/EKSPOSE T SURAT
TRACING
GUNAAN
ASET

/ SURAT PENOLAKAN PAKSA SITA LELANG/


(Jaminan/HKL) LELANG NON
TUNAI

1. Tindakan keperdataan SPPBS


PSBDT = Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih 2. Penghentian layanan Publik T LUNAS
SPPBS = Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan 3. Sandera/Gijzeling ?
HKL = Harta Kekayaan Lain
PENGOSONGAN
Y
6
Kegiatan Pasca PP 28/2022 ttg Pengurusan Piutang
Negara oleh PUPN
Sosialisasi, Webinar dan/atau
Penyusunan Regulasi
FGD
1. Kementerian Negara/Lembaga/Pemda selaku Penyerah Piutang 1. Rperpres ttg PUPN (revisi Perpres 89 tahun 2006 tentang
2. Kantor Pusat/Kanwil/KPKNL PUPN);
3. Satgas BLBI 2. RPMK Turunan PP 28/2022, diantaranya:
4. Lembaga Jasa Keuangan/Bursa a. RPMK ttg Pengurusan Piutang Negara (revisi PMK
5. Media (media briefing) 240/2016)
b. RPMK ttg Petunjuk Pelaksanaan Lelang Dengan
Pembayaran Melalui Kompensasi Aset Penanggung
Eksekusi Program Utang (Lelang Non Tunai)
c. RPMK tentang Pengurusan Piutang Lembaga Sui
Generis oleh PUPN
1. Pembatasan keperdataan/penghentian layanan publik terhadap d. RPMK Keanggotaan dan Tata Kerja PUPN (revisi PMK
debitor (melibatkan kerjasama dgn: K/L, Pemda, Lembaga Jasa 102/2017)
Keuangan, KPU/KPUD, DJA, DJP, DJBC, LKPP)
2.
3.
Paksa Badan/penyanderaan
Pencegahan ke Luar Negeri
Mou/Kerja Sama
4. Lelang barang jaminan PUPN
1. OJK, LJK, Bursa
5. Pendayagunaan barang sitaan PUPN
6. Supply data debitor ke SLIK-OJK
2. Dukcapil
7. Tracing debitor dan asset 3. DJP, DJBC dan DJA
8. Dukungan kepada Satgas BLBI 4. Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP)
9. Percepatan penyelesaian Piutang Negara oleh PUPN 5. Direktorat Lelang dan Balai Lelang
6. Pemda, Samsat, POLRI.
PASAL DEMI PASAL
DALAM PP 28/2022
BAB I
KETENTUAN UMUM (Pasal 1 s.d 5)
Pasal 1: Definisi
Pasal 2: Ruang Lingkup Piutang Negara, meliputi: piutang Pemerintah Pusat/Daerah.
Penjelasan Pasal 2: Piutangnya tercatat/terkonsolidasi dalam LKPP/LKPD. Contoh; Piutang K/L,
BUN, Pemda, BLU/D. Piutang Lembaga/Komisi Negara: MPR, DPR, DPD, OJK, BI, Komnas HAM dll
Pasal 3: Piutang yang diurus adalah yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum
Pasal 4: Perluasan Penanggung Utang meliputi badan usaha, ahli waris, pengampu, Pihak Yang
Memperoleh Hak.
Pasal 5: Piutang Negara mempunyai hak mendahului terkait pembayaran tagihan pokok dan BDO

BAB II
TUGAS DAN WEWENANG PUPN
Pasal 6: Tugas PUPN sesuai UU 49 Prp.Tahun 1960 jo Putusan MK 77/2011
Pasal 7: Rincian wewenang PUPN sesuai UU 49 Prp.Tahun 1960, PMK 240/2016 dan PMK
102/2017 (Contoh: menerbitkan SP3N, PB, SP, Surat Perintah Penyitaan, SPPNLunas dll)
BAB II
Pasal 6 ayat (1) : PUPN mempunyai tugas:
a. Mengurus Piutang Negara yang diserahkan oleh Penyerah Piutang
b. Mengurus Piutang Negara tanpa menunggu penyerahan dari Penyerah Piutang;
c. Melakukan pengawasan terhadap penyaluran kredit, pembiayaan dan/atau dana talangan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat/Daerah yang berpotensi menimbulkan Piutang
Negara macet, termasuk yang disalurkan melalui mekanisme channeling dan risk sharing.

Pasal 6 ayat (2) : Ketentuan lebih lanjut mengenai:


a. Pengurusan Piutang Negara tanpa menunggu penyerahan; dan
b. Pengawasan terhadap penyaluran kredit, pembiayaan dan/atau dana talangan,
Diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
BAB II
Pasal 7 : PUPN berwenang menerbitkan:
a. SP3N, surat penolakan, surat pengembalian, PB, SP, koreksi/perubahan besaran piutang, SPP, sita
persamaan, pengangkatan sita, SPPBS, penjualan tanpa lelang, penebusan, PSBDT, pencabutan
PSBDT, persetujuan penarikan, usul pencegahan ke luar negeri, Surat Perintah Paksa Badan;
b. Surat permintaan penjelasan ke KL/Pemda/Instansi untuk menjelaskan penyaluran
kredit/pembiayaan/dana talangan;
c. Surat penyampaian daftar debitor kepada K/L/Pemda/badan lain yang berwenang untuk dilakukan
tindakan keperdataan/layanan publik
d. Surat permintaan bantuan kepada Jaksa dalam hal terbukti adanya kesalahan dalam penyaluran
kredit/pembiayaan/dana talangan;
e. Surat permintaan pengosongan barang jaminan/harta kekayaan lain yang terjual lelang;
f. Surat permintaan informasi data keuangan berupa rekening tabungan, deposito, giro, rekening efek,
data transaksi dan surat berharga milik debitor, kepada K/L/badan yang berwenang
g. Surat permintaan blokir barang jaminan/harta kekayaan lain, termasuk blokir surat berharga yang
ditransaksikan di bursa dan harta kekayaan yang tersimpan dalam Lembaga Jasa Keuangan
h. Surat permintaan pembatalan peralihan dan/atau pendaftaran hak, dalam hal barang jaminan/harta
kekayaan lain dilakukan peralihan dan/atau pendaftaran hak oleh pihak lain tidak sesuai ketentuan.
BAB III
PENYERAHAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA
Pasal 8 : Penyerah Piutang wajib menyerahkan pengurusan piutangnya kepada PUPN, jika:
a. telah dilakukan proses penyelesaian terlebih dahulu di tingkat Penyerah Piutang;
b. Telah ditetapkan adanya dan besarnya Piutang Negara telah pasti menurut hukum.
Pasal 9 : Penyerah Piutang menghentikan pembebanan bunga, denda, ongkos/biaya saat Piutang
diserahkan ke PUPN
Pasal 10 : Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan penyerahan ke PUPN diatur dalam PMK

BAB IV
PENERIMAAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA DAN PEMANGGILAN
Pasal 11 : SP3N diterbitkan oleh PUPN jika Penyerah Piutang telah memastikan adanya dan
besarnya piutang
Pasal 12 : penegasan muatan/isi SP3N
Pasal 13 : Sejak diterbitkan SP3N maka kewenangan pengurusan Piutang Negara beralih ke
PUPN, dan Penyarah Piutang wajib menyerahkan dokumen kepemilikan
Pasal 14 : berdasarkan SP3N dilakukan pemanggilan kepada debitor
Pasal 15 : ketentuan lebih lanjut mengenai SP3N dan pemanggilan diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan
BAB V
PERNYATAAN BERSAMA
Pasal 16 : Pernytaaan Bersama (PB) memuat irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan YME,” dan mempunyai kekuatan eksekutorial dan kekuatan hukum yang sama
dengan putusan pengadilan dalam perkara perdata yang sudah inkracht.
Pasal 17 : Dalam hal PB mengakui utang namun tidak sanggup memenuhi cara
penyelesaiannya, PB tetap dibuat.
Pasal 18 : PUPN memberikan peringatan, jika debitor tidak melaksanakan PB.

BAB VI
SURAT PAKSA
Pasal 19: Surat Paksa diterbitkan, dalam hal:
a. Penanggung Utang tidak memenuhi pemanggilan;
b. Penanggung Utang tidak patuh pada ketentuan PB dan sudah diberikan peringatan
c. PB tidak dapat dibuat karena karena Penanggung Utang tidak mengakui jumlah utang;
d. Penanggung Utang membuat PB
BAB VI
SURAT PAKSA
Pasal 20 ayat (1) : PUPN menetapkan Surat Paksa (SP)
Pasal 20 ayat (2) : SP memuat irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan YME,” dan
mempunyai kekuatan pelaksanaan yang sama dengan putusan pengadilan dalam perkara perdata yang
sudah inkracht.
Pasal 20 ayat (3) : SP memuat perintah kepada Penanggung Utang untuk melunasi seluruh utangnya
dalam waktu 1x24 jam sejak tanggal pemberitahuan SP
Pasal 20 ayat (4): Jika Penanggung Utang tidak mempunyai kediaman yang dikenal/menghilang, SP
diberitahukan dengan:
a. menempelkan Salinan SP di papan pengumuman PUPN/KPKNL;
b. dimuat dalam surat kabar harian/situs web DJKN; dan/atau
c. dimuat dalam berita negara

Pasal 21: Pemberitahuan SP dilakukan oleh juru sita dengan 2 orang saksi
Pasal 22: Pemberitahuan SP dapat dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik secara daring
Pasal 23: Ketentuan lebih lanjut mengenai SP dan pemberitahuan SP diatur dalam PMK.
BAB VII
PEMBLOKIRAN DAN PENYITAAN
Pasal 24 ayat (1) : Pemblokiran barang jaminan/harta kekayaan lain dilakukan terhadap
barang bergerak dan/atau tidak bergerak milik debitor, termasuk:
a. Barang dalam penguasaan pihak lain;
b. Barang dibebani hak tanggungan/hipotik/fidusia;
c. Uang dan/atau harta kekayaan yang tersimpan di Lembaga Jasa Keuangan;
d. Obligasi, saham, an surat berharga lainnya;
e. Barang tidak berwujud termasuk kekayaan intelektual;
f. Piutang/tagihan
g. Penyertaan modal pada perusahaan lain;
h. Harta milik PH/PJH yang telah diwariskan;
i. Barang milik Pihak Yang Memperoleh Hak;
Pasal 24 ayat (2): Pemblokiran dilakukan sejak terbit SP3N
Pasal 25: Pemblokiran terhadap Harta Kekayaan Lain milik Penanggung Utang, dapat
dilakukan tanpa menunggu barang jaminan habis
PENYITAAN
Pasal 26 ayat (1) : Penyitaan barang jaminan/harta kekayaan lain dilakukan terhadap
barang bergerak dan/atau tidak bergerak milik debitor, termasuk:
a. Barang dalam penguasaan pihak lain;
b. Barang dibebani hak tanggungan/hipotik/fidusia;
c. Uang dan/atau harta kekayaan yang tersimpan di Lembaga Jasa Keuangan;
d. Obligasi, saham, an surat berharga lainnya;
e. Barang tidak berwujud termasuk kekayaan intelektual;
f. Piutang/tagihan
g. Penyertaan modal pada perusahaan lain;
h. Harta milik PH/PJH yang telah diwariskan;
i. Barang milik Pihak Yang Memperoleh Hak;
Pasal 26 ayat (2) : Penyitaan dapat dilakukan setelah 1x24 jam sejak Surat Paksa
diberitahukan.
Pasal 27 : Penyitaan dapat dilakukan terhadap harta kekayaan lain tanpa menunggu
jaminan habis
BAB VII
PENYITAAN (LANJUTAN)
Pasal 28 : Pihak manapun dilarang melakukan peralihan hak/pendaftaran hak terhadap aset
yang telah disita/diblokir PUPN
Pasal 29 : Pihak manapun dilarang melakukan penyitaan terhadap aset yang disita oleh
PUPN (dalam Pasal penjelasan: memuat aturan tentang sita persamaan)
Pasal 30 : Jangka waktu blokir/sita PUPN sampai dengan lunas/selesai.
Pasal 31: Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PMK

BAB VIII
LELANG DAN PENGALIHAN HAK SECARA PAKSA
Pasal 32 ayat (1) : Lelang dilakukan jika debitor tidak melunasi kewajiban
Pasal 32 ayat (2) : Jika lelang tidak terjual, maka Penyerah Piutang dapat membeli sendiri
barang jaminan/harta kekayaan milik debitor, hasil lelang diperhitungkan sebagai
pengurang utang
Pasal 33 ayat (1) : PUPN menerbitkan SPPBS
Pasal 33 ayat (2): muatan/isi surat SPPBS, yang pada prinsipnya berupa perintah kepada
kepala KPKNL untuk melakukan lelang.
Pasal 33 ayat (3): SPPBS diberitahukan pada PH/PJH dan/atau Pihak yang Memperoleh Hak
BAB VIII
LELANG (LANJUTAN)
Pasal 34 ayat (1): Lelang harta kekayaan lain milik Penanggung Utang dapat dilakukan
tanpa menunggu barang jaminan habis
Pasal 34 ayat (2): Dalam hal Penjamin Utang melepas hak istimewa, harta kekayaan milik
Penjamin Utang dapat terlebih dahulu dilelang tanpa menunggu harta kekayaan
Penanggung Utang habis.
Pasal 35: Nilai limit ditetapkan oleh PUPN berdasarkan laporan penilaian yang masih
berlaku.
Pasal 36 ayat (1): PH/PJH/Penghuni/Pihak yang Memperoleh Hak, harus mengosongkan
objek lelang
Pasal 36 ayat (2): PUPN menerbitkan surat permintaan pengosongan.
Pasal 36 ayat (3): Juru sita menyampaikan surat permintaan pengosongan. Jika dalam
waktu 2X24 jam tidak dikosongkan maka PUPN melakukan upaya pengosongan persuasive
dengan bantuan polisi.
Pasal 36 ayat (4): Pengosongan demi hukum melalui Pengadilan
BAB VIII
PENGALIHAN HAK SECARA PAKSA
Pasal 38 ayat (1): Selain lelang, PUPN berwenang melakukan pengalihan hak secara paksa terhadap
barang jaminan/harta kekayaan lain dengan kriteria khusus, yang telah disita
Pasal 38 ayat (2): Barang jaminan/harta kekayaan lain yang dapat dilakukan pengalihan hak secara
paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Uang tunai
b. Aset digital/kripto
c. Kekayaan yang tersimpan pada lembaga jasa keuangan seperti deposito, tabungan, saldo
rekening koran, giro atau bentuk lain yang dipersamakan;
d. Obligasi, saham atau surat berharga lainnya;
e. Piutang/tagihan; dan atau
f. Penyertaan modal pada perusahaan lainnya.
Pasal 39: pengalihan hak secara paksa Harta Kekayaan Lain dapat dilakukan tanpa menunggu barang
jaminan Penanggung Utang habis.
Pasal 40: ketentuan lebih lanjut terkait permohonan lelang, nilai limit, pengosongan dan pengalihan
secara paksa diatur dalam PMK
Pasal 41: Hasil penagihan di setor ke kas negara/daerah atau Penyerah Piutang
BAB IX
PENJUALAN TANPA MELALUI LELANG DAN PENEBUSAN
Pasal 42: PH/PJH/Pihak yang Memperoleh Hak atau ahli warisnya selaku pemilik barang
jaminan/harta kekayaan lain dapat mengajukan penjualan kepada pihak ketiga tanpa melalui lelang
untuk penyelesaia utang, dengan persetujuan PUPN
Pasal 43 ayat(1): Penjamin Utang atau ahli warisnya dapat menebus barang jaminan miliknya
sebesar nilai pembebanan
Pasal 43 ayat (2): Penebusan sebesar nilai pembebanan tidak boleh diajukan oleh Penanggung Utang
atau Penjamin Utang yang menjamin seluruh utang Penanggung Utang
Pasal 44: ketentuan lebih lanjut mengenai penjualan tanpa melalui lelang dan penebusan diatur
dalam PMK
BAB X
PENCEGAHAN KE LUAR NEGERI
Pasal 45: Syarat pencegahan ke luar negeri:
a. sudah SP3N;
c jumlah utang lebih dari Rp500 juta atau kurang dari Rp500 juta tetapi sering ke luar negeri.
d. tidak menujukkan itikad baik
Pasal 46 s.d 47 : Menteri berwenang menerbitkan SK Pencegahan ke LN untuk mendukung
PUPN. Jangka waktu pencegahan adalah 6 bulan dan dapat diperpanjang 6 bulan. Jika tetap
belum melunasi maka dapat diterbitkan SK Pencegahan baru.
Pasal 48: ketentuan lebih lanjut diatur dalam PMK
BAB XI
TINDAKAN KEPERDATAAN DAN/ATAU TINDAKAN LAYANAN PUBLIK
Pasal 49: Debitor yang tidak melunasi kewajiban sesuai Surat Paksa dengan sisa kewajiban
paling sedkit Rp1 miliar, dikenakan tindakan keperdataan dan/atau penghentian layanan publik.
Pasal 50 ayat (1): Setelah SP diberitahukan, PUPN mengajukan permohonan Tindakan
keperdataan dan/atau Tindakan layanan public kepada K/L/Pemda/badan lainnnya.
Pasal 50 ayat (2): PUPN menyusun daftar PH/PJH/Pihak yang Memperoleh Hak yang dikenakan
tindakan keperdataan/layanan public.
Pasal 50 ayat (3): berdasarkan permohonan PUPN, KL/pemda/badan lainnya yang berwenang,
harus melakukan tindakan keperdataan/tindakan layanan publik.

Pasal 51 ayat (1): Tindakan keperdataan meliputi tidak memperoleh hak dan pelayanan dari
lembaga jasa keuangan.
BAB XI
RINCIAN TINDAKAN KEPERDATAAN (LANJUTAN)
Pasal 51 ayat (2)
1. Tidak diberikan layanan saat pengajuan kredit dan pembiayaan;
2. Tidak diberikan layanan saat membuka rekening tabungan, deposito dan giro;
3. Tidak diberikakan layanan dalam proses mendirikan atau mendaftarkan perusahaan yang
bergerak di sektor jasa keuangan;
4. Tidak diperbolehkan menjadi pengurusa, pengawas, direksi, komisaris, pemegang saham
pengendali, dewan pengawas, dan pejabat eksekutif pada Lembaga jasa keuangan;
dan/atau
5. Tidak diberikan layanan melakukan transaksi efek
BAB XI
RINCIAN TINDAKAN LAYANAN PUBLIK (LANJUTAN)
Pasal 51 ayat (3)
1. Penghentian layanan publik bidang perizinan:
a. perzinan di bidang perdagangan, perkebunan, kehutanan, kelautan, pertambangan
minyak, gas, batu bara, miniral dan tambang lainnya;
b. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
c. Pemberian status badan hukum atau badan usaha; dan/atau
d. Surat Izin Mengemudi
2. Penghentian layanan publik bidang keimigrasian:
a. penerbitan, perpanjangan dan perubahan data paspor; dan/atau
b. Penerbitan kartu perjalanan bisnis berikut perpanjangnnya;
3. Penghentian layanan publik dalam bisang kependudukan dan layanan masyarakat:
a. Penerbitan surat keterangan domisili/domisili perusahaan;
b. Penerbitan surat keterangan berkelakuan baik atau surat keterangan catatan
kepolisian.
BAB XI
RINCIAN TINDAKAN LAYANAN PUBLIK (LANJUTAN)
Pasal 51 ayat (3)
4. Penghentian layanan publik bidang perpajakan, kekayaan negara dan barang milik negara,
PNBP, kepabeanan dan cukai:
a. Layanan perpajakan berupa: surat keterangan fiscal, pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak; dan/atau tax holiday atau tax allowance
b. Layanan pemanfataan kekayaan negara dan BMN;
c. Keikutsertaan dalam lelang yang diselenggarakan oleh Kemenkeu dan Balai Lelang;
d. Keikutsertaan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;
e. Layanan PNBP;
f. Layanan kepabeanan dan cukai.
5. Penghentian layanan publik bidang keagrariaan dan tata ruang:
a. Pendaftaran/peralihan/perpanjangan/peningkatan hak atas tanah dan/atau tanah dan
bangunan;
b. Pendaftaran/peralihan hak tanggungan;
c. Pemblokiran hak atas tanah dan/atau tanah dan/bangunan
BAB XI
RINCIAN TINDAKAN LAYANAN PUBLIK (LANJUTAN)
Pasal 51 ayat (4)
Penghentian Tindakan keperdataan/Tindakan layanan publik s.d lunas/selesai/tidak lagi diurus
PUPN

Pasal 52
Tindakan keperdataan terkait dengan pengangkatan jabatan pada badan publik baik pada
Lembaga eksekutif, legislative, yudikatif dan badan lain yang fusngsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara baik tingkat pusat/daerah

Pasal 53
Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PMK
BAB XII
PAKSA BADAN
Pasal 54: Objek Paksa Badan: Penanggung Utang, Penjamin Utang atau Pihak Yang Memperoleh Hak
Pasal 55 ayat (1): PUPN menetapkan Surat Perintah Paksa Badan
Pasal 55 ayat (2): Surat Perintah Paksa Badan diterbitkan dalam hal: 1) debitor tidak mematuhi
ketentuan Surat Paksa, 2) sisa utang paling sedikit Rp1 miliar, 3) debitor tidak beritikad baik; dan 4)
belum berumur 80 tahun.
Pasal 56: Surat Perintah Paksa Badan dapat diterbitkan untuk debitor yang dilakukan pencegahan ke
luar negeri, dikenakan tindakan keperdataan/layanan publik; dan atau dipaksa badan untuk utang lain.
Pasal 57 ayat (1): PUPN menetapkan rencana Paksa Badan
Pasal 57 ayat (2): Surat Perintah Paksa Badan setelah memperoleh izin dari Kajati setempat.
Pasal 58: Jangka waktu Paksa Badan adalah 6 bulan dan dapat diperpanjang 6 bulan
Pasal 59: Paksa Badan dilakukan oleh Jurusita dibantu 2 orang saksi berdasarkan Surat Perintah
Paksa Badan.
Pasal 60: Paksa Badan dilaksanakan di rumah paksa badan, LP, Rutan atau rumah kediaman debitor
Pasal 61 : Paksa Badan tidak mengurangi kewajiban utang.
Pasal 62: Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PMK
BAB XIII
DATA DAN INFORMASI PIUTANG NEGARA
Pasal 63 - 65 : PUPN mengelola data dan informasi Piutang Negara. Ketentuan lebih lanjut
dalam PMK

BAB XIV PEMBAYARAN DAN KERINGANAN UTANG


Pasal 66 : Pembayaran utang dapat dengan setoran tunai dan/atau penyerahan aset.
Pasal 67 : Debitor dapat mengajukan keringanan utang. Menteri yang menyetujui/menolak
permohonan keringanan utang.
Pasal 68 : Ketentuan lebih lanjut dalam PMK

BAB XV
PSBDT
Pasal 69 : PSBDT ditetapkan oleh PUPN Cabang dalam hal: debitor tidak punya
kemampuan/tidak diketahui alamatnya dan jaminan tidak ada lagi/tidak ekonomis/bermasalah
Pasal 70 : Ketentuan lebih lanjut tentang PSBDT diatur dalam PMK
BAB XVI PELUNASAN DAN PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA
Pasal 71 : PUPN Cabang menerbitkan SPPN Lunas
Pasal 72 : PUPN Cabang menerbitkan persetujuan/penolakan penarikan Piutang Negara
Pasal 73 : PUPN Cabang menerbitkan SPPN Selesai

BAB XVII
PENGURUSAN PIUTANG LEMBAGA/BADAN LEMBAGA KHUSUS
Pasal 74 : PUPN dapat mengurus piutang dari lembaga sui generis (LPEI, LPS, BPJS,
badan hukum publik lainnya). Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PMK.
BAB XVIII KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 75 : Pihak manapun langsung maupun tidak langsung dan dengan cara apapun,
dilarang menghalang-halangi pelaksanaan tugas PUPN. Diproses pidana.
Pasal 76: PUPN tidak bertanggung jawab terhadap permasalahan hukum dan administrasi
yang terjadi saat Piutang Negara masih dalam pengelolaan penyerah piutang
Pasal 77: Upaya hukum oleh debitor tidak dapat diajukan terhadap sahnya dan kebenaran
Piutang Negara, baik di pengadilan maupun di luar Pengadilan.
Pasal 78: Tugas dan wewenang PUPN diselenggarakan oleh unit organisasi di lingkungan
Kemenkeu yang membidangi Piutang Negara

BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 79 : Peraturan yg ada masih berlaku sepanjang tidak bertentang dengan PP ini
atau belum diganti.
Pasal 80 : Peraturan ini berlaku sejak diundangkan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai