Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 4 NO.

3 ISSN : 2338 – 3003


Gultom, R. & Restuati, M. SEPTEMBER 2016
Halaman : 121 – 127

PERBANDINGANHASIL BELAJARSISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PROBLEM BASED


LEARNINGDAN DISCOVERY LEARNING PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA
MANUSIA DI KELAS VIIISMP SWASTA BRIGJEND KATAMSO

T HE C OM P ARI S ON OF S T U D ENT ’ S L E ARN ING O UT COM E S TAUGHT BY MODELS PROBLEM


BASED LEARNING WITH DISCOVERY LEARNING ON THE HUMAN DIGESTION
SYSTEM SUBJECT IN SMP SWASTA BRIGJEND KATAMSO

Romasi Gultom*, Martina Restuati


Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan,
Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan Estate Fax. (061) 614002-613319, Medan, Indonesia, 20221
*Email: romasi.gultom@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan quasi experiment. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
hasil belajar biologi siswa yang diajarkan menggunakan model Problem Based Learning dengan model
Discovery Learningpada materi sistem pencernaan makanan pada manusia. Instrument yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa adalah test objektif dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal. Kelas
eksperimen I diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan model PBL dan kelas eksperimen II
pembelajaran menggunakan model Discovery Learning.Kelompok sampel berdistribusi normal dan homogen.
Hasil uji t diperoleh thit = 4,44 dan ttabel = 1,994 sehingga thitung > ttabel yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak.
Maka ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi siswa yang diajarkan menggunakan model
Problem Based Learning dengan siswa yang diajarkan dengan model Discovery Learning pada materi sistem
pencernaan makanan pada manusia.Hasil belajar menggunakan model Problem Based Learning (80 +11,49) dan
psikomotorik (76,5/ Sangat Baik) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar menggunakan model Discovery
Learning(68,00 +12,03) dan psikomotorik (72,75/ Baik) pada materi sistem pencernaan makanan pada
manusia. Dengan perbandingan Kelas eksperimen I : Kelas eksperimen II adalah 1,17:1 pada ranah kognitif dan
perbandingan pada keterampilan proses 1,05:1.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Discovery Learning, Hasil Belajar

ABSTRACT

This research was anexperiment design. This rasearch aims to know the comparison ot student’s
learning outcomes taught by Problem based learning models and Discovery learning models on the human
digestion system. The instrument of research aims to know student’s learning is multiple choise test consist of
20 numbers test. Were experiment I as Problem Based Learning models and experiment II as Discovery
Learning models. Group sampel is normal and homogeneous. The result of hypothesis test using t test showed
tcount = 4,44 and ttable = 1,994 so there was difference tcount > ttable and significance Ha was accepted and H0
rejected. Based on the criteria Ha was accepted and H0 rejected, so there was significance difference of
student’s learning outcome taught by Problem Based Learning models and Discovery Learning models on the
human digestion system. Student’s learning make us of problem based learning (80 + 11,49) and psycomotoric
(76,5/ intensely) with Discovery Learning models (68,00 + 12,03) and psycomotoric (72,75/ good) on the human
digestion system. With the comparison class experiment I : class experiment II is 1,17 : 1 at cognitif and at of
psycomotoric is 1,05 : 1.

Keywords: Problem Based Learning, Discovery Learning, Student’s Learning

PENDAHULUAN menghasilkan Sumber Daya Manusia yang


Pendidikan merupakan salah satu faktor berkualitas tinggi baik sebagai individu maupun
pendukung yang sangat penting dalam sebagai masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas

121
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 4 NO.3 ISSN : 2338 – 3003
Gultom, R. & Restuati, M. SEPTEMBER 2016
Halaman : 121 – 127

pendidikan, khususnya di Indonesia, maka kegiatan semester khususnya untuk kelas VIII pada mata
proses belajar mengajar di sekolah juga harus pelajaran IPA 65, yang mana hasil tersebut masih
ditingkatkan untuk mencapai tujuan pendidikan. jauh dari KKM, yaitu 80.
Salah satu cara dalam peningkatan mutu Berkaitan dengan itu dalam pembelajaran
pendidikan yaitu dengan menyesuaikan kurikulum. IPA, khususnya pada materi sistem pencernaan
Kurikulum 2013 melalui pendekatan saintifik dan pada manusia diperlukan suatu model
kontekstual dalam pembelajaran ini diharapkan pembelajaran yang tidak memaksakan siswa
siswa memiliki kompetensi yang seimbang antar menghafalkan fakta- fakta tetapi model
attitude (sikap), skill (keterampilan), dan pembelajaran yang mendorong siswa menerapkan
knowledge (pengetahuan) yang jauh lebih baik dari apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari- hari
sebelumnya, disamping itu hasil belajarnya dan melibatkan siswa secara aktif, sehingga siswa
diharapkan melahirkan peserta didik yang akan lebih mudah dalam memahami materi yang
produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui dipelajari dan pembelajaran berlangsung dengan
penguatan ranah sikap, keterampilan dan baik. Salah satu model pembelajaran yang cocok
pengetahuan yang terintegrasi. untuk maksud tersebut adalah model
Pada pembelajaran IPA bukan hanya pembelajaran berbasis masalah yang dikenal
untuk menguasai sejumlah pengetahuan, tetapi dengan model PBL.
juga harus menyediakan ruang yang cukup untuk Dengan menggunakan model PBL, siswa
tumbuh berkembangnya sikap ilmiah, berlatih dapat memecahkan masalah secara terstruktur
melakukan proses pemecahan masalah, dan dan bertahap sehingga diperoleh hasil pemecahan
penerapannya dalam kehidupan nyata. masalah yang tepat. Di samping itu, dengan
Kenyataannya, secara keseluruhan pada saat ini menggunakan model PBL siswa terlatih untuk
pembelajaran IPA masih jauh dari harapan. mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi
Rendahnya prestasi IPA ini ditunjukkan dari analisis permasalahan dengan cermat sehingga siswa
hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang IPA dapat mengembangkan daya nalarnya secara kritis
untuk peserta didik kelas 2 SMP, hasil studi pada untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dan
tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa lebih peranan guru dalam PBL adalah menyajikan
dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi
mencapai level menengah, sementara hampir 40% penyelidikan, mengarahkan penyelesaian masalah,
peserta didik Taiwan mampu mencapai level tinggi dan mengadakan diskusi (Trianto, 2009).
dan lanjut (Widiadnyana, 2014). Salah satu masalah pada materi sistem
Hasil belajar biasanya dapat diketahui pencernaan seperti uji bahan makanan, bahan
melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk kimia dalam makanan,mengetahui kadar vitamin C
mendapatkan data pembuktian yang akan pada buah. Untuk mengatasi masalah tersebut
menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan sebagai solusi digunakan model pembelajaran yang
dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan berpusat pada siswa (student center learning)
pembelajaran, dimana hasil belajar yang dicapai yaitu model PBL dan Discovery Learning. Model
siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pembelajaran yang berpusat pada siswa salah
faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang satunya adalah model Discovery learning yaitu
datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. model pembelajaran dimana siswa didorong untuk
Model pembelajaran guru merupakan salah satu belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif
contoh faktor luar yang dapat mempengaruhi hasil mereka sendiri dengan konsep- konsep, prinsip-
belajar siswa. prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pengalaman melakukan percobaan yang
kurangnya kualiatas IPA di SMP Swasta Brigjend memungkinkan mereka menemukan prinsip-
Katamso masih tergolong rendah pembelajaran. prinsip untuk diri mereka sendiri. Sehingga pada
Dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian akhir materi ini selain penilaian pengetahuan juga

122
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 4 NO.3 ISSN : 2338 – 3003
Gultom, R. & Restuati, M. SEPTEMBER 2016
Halaman : 121 – 127

memerlukan penilaian keterampilan proses VIII SMP Swasta Brigjend Katamso Tahun
sebagai alat ukur karena dapat mempengaruhi Pembelajaran 2015/2016.
perkembangan pengetahuan siswa serta
membentuk pola pikir siswa secara ilmiah METODE PENELITIAN
(Mahmuddin, 2010). Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan eksperimen yang dilakukan di SMP Swasta Brigjend
penelitian tentang: “Perbandingan Hasil Belajar Katamso pada bulan Maret-Juni 2016. Populasi
Siswa yang Diajar dengan Model Problem Based dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP
Learning dan Discovery Learning pada Materi Swasta Brigjend Katamso. Pengambilan Sampel
Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia di penelitian dilakukan secara random (random
Kelas VIII SMP Swasta Brigjend Katamso Tahun sampling). Sampel penelitian berjumlah 80 orang
-1
Pelajaran 2015/2016”. Untuk menghindari terlalu siswa yaitu terdiri dari kelas VIII sebagai kelas
luasnya penelitian yang direncanakan maka eksperimen 1 dengan model Problem Based
-2
masalah dibatasi pada hal- hal berikut: Learning berjumlah 40 orang dan kelas VIII
1.Parameter yang diukur adalah pada ranah sebagai kelas eksperimen 2 dengan model
Kognitif dan Psikomotorik (Keterampilan Proses Dscovery Learning berjumlah 40 orang. Variabel
siswa). penelitian ini yaitu variabel terikat Hasil belajar
2.Model pembelajaran yang digunakan adalah siswa pada ranah kognitif dan ranah Psikomotorik
Problem Based Learning (PBL) dan Discovery (Keterampilan Proses Siswa) dan variabel Bebas
Learning. yaitu Model Problem Based Learning(PBL) dan
Dari batasan masalah yang diajukan maka yang model Discovery Learning. Untuk pengumpulan
menjadi rumusan masalah dari penelitian ini yaitu datadigunakan tes objektif bentuk pilihan
bagaimanakah Perbandingan hasil belajar siswa berganda untuk mengukur hasil belajar siswa.
pada ranah kognitif dan keterampilan proses siswa Melaksanakan pengajaran dikelas
yang Diajarkan Menggunakan Model Problem eksperimen 1 dengan menerapkan model PBL dan
Based Learning (PBL) dan Discovery Learning pada melaksanakan pengajaran dikelas eksperimen 2
materi sistem pencernaan makanan pada manusia dengan menerapkan model Discovery Learning.
di kelas VIII SMP Swasta Brigjend Katamso Tahun Langkah yang selanjutnya peneliti memberikan
Pembelajaran 2015/2016”? perlakuan yang berbeda pada masing–masing kelas
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah selama 4 kali pertemuan. Pada kelas eksperimen I
untuk mengetahui Perbandingan hasil belajar pada pembelajaran menggunakan model Problem Based
ranah kognitif dan keterampilan proses siswa yang Learning (PBL) sedangkan di kelas eksperimen II
Diajar Menggunakan Model Problem Based pembelajaran menggunakan model Discovery
Learning (PBL) dan Discovery Learning pada materi Learning.
sistem pencernaan makanan pada manusia di kelas
Tabel 1. Ringkasan KBM Saat Penelitian
Pertemuan/JP Problem Based Learning Discovery Learning
1 (2 JP) Makanan/ Jajanan yang tidak sehat Makanan/ Jajanan yang tidak sehat
2 (2 JP) Uji Bahan Makanan Uji Bahan Makanan
3 (2 JP) Uji Vitamin C pada Buah Uji Vitamin C pada Buah
4 (2 JP) Hubungan makanan dengan penyakit Hubungan makanan dengan penyakit pada
pada sistem pencernaan sistem pencernaan

Data yang telah diperoleh dari tes hasil belajar homogenitas dengan taraf signifikan α= 0,05.
akan dianalisis pertama dengan uji prasyarat Tahap akhir dilakukan uji hipotesis menggunakan
analisis data berupa uji normalitas dan uji uji t dengan taraf signifikansi α= 0,05.

123
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 4 NO.3 ISSN : 2338 – 3003
Gultom, R. & Restuati, M. SEPTEMBER 2016
Halaman : 121 – 127

HASIL
Hasil pre-tes pada kelas eksperimen I 45. Dan untuk rata-rata hasil belajar keterampilan
diperoleh rata-rata 45,75 dan hasil pemberian pre- proses siswa pada kelas eksperimen I adalah 76,5
tes pada kelas eksperimen II rata-ratanya adalah dan pada kelas eksperimen II adalah 72,75.
Adapun hasil belajar dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.

Gambar 1. Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP Swasta Brigjend Katamso yang diajar Dengan
Model PBL dan Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan pada Manusia

Adapun hasil belajar Keterampilan Proses dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini.

Keterampilan Proses
77

76
Rata-Rata Hasil belajar

75

74

73 Eksperimen I Eksperimen II
72

71

70
Kelas

Gambar 2. Grafik Hasil Belajar Keterampilan Proses Siswa SMP Swasta Brigjend Katamso yang
diajar Dengan Model PBL dan Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan pada Manusia

PEMBAHASAN 1. Hasil belajar pada kelas PBL dan kelas Discovery


Learning

124
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 4 NO.3 ISSN : 2338 – 3003
Gultom, R. & Restuati, M. SEPTEMBER 2016
Halaman : 121 – 127

Hasil perhitungan uji-t diperolehharga 0,001 < 0,05. Dengan menerapkan model PBL
thitung > ttabel (4,44 >1,994), berdasarkan hasil siswa dapat memahami konsep–konsep yang
tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
yang diajar menggunakan model Problem Based nyata, seperti bahan kimia dalam makanan dan
Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan makanan seimbang serta bagaimana cara menjaga
hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model tubuh agar tetap sehat saat dalam mengkonsumsi
Discovery Learning. Peneliti melihat bahwa pada makanan, yang menghubungkan antar konsep
pembelajaran Biologi dengan menggunakan model dalam biologi dengan permasalahan nyata dalam
PBL maupun Discovery Learning sama-sama dapat kehidupan sehari–hari serta memberikan
meningkatkan hasil belajar siswa dalam kesempatan untuk menunjukkan kemampuan
pembelajaran. Pada penelitian ini diperoleh bahwa terbaik mereka. Siswa juga terlatih untuk
model PBL lebih baik dibandingkan dengan model mengemban suaatu tanggung jawab,
Discovery Learning. Hal ini disebabkan pada mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan
pembelajaran PBL siswa berperan langsung untuk yang lebih tinggi melalui identifikasi masalah dan
memecahkan masalah sehingga siswa lebih menciptakan solusi.
tertantang dan termotivasi untuk belajar. Terbukti Dalam penelitian Handayani dkk (2015)
saat proses yang banyak aktif mengajukan juga disebutkan bahwa partisipasi dan hasil belajar
pertanyaan seperti a)bagaimana kalau kita hanya siswa juga dapat meningkat melalui model
mengkonsumsi makanan yang mengandung Problem Based Learning. Sehingga dapat dikatakan
karbohidrat? b)Bagaimana kalau sebagian nutrisi bahwa model PBL, merupakan suatu model
dalam tubuh tidak terpenuhi? c)Bagaimana kalau pembelajaran yang dapat membawa siswa
kita banyak mengkonsumsi buah? Sementara yang memiliki kecakapan dan partisipasi aktif dalam
diperlukan tubuh kita hanya sedikit dari yang kita kegiatan pembelajaran. Dengan memilih
konsumsi? d) Bagaimana hubungan makanan pendekatan scientific juga pada model PBL dalam
dengan sistem pencernaan manusia? Dengan pembelajaran ini juga membantu tujuan
adanya pertanyaan tersebut sehingga mendorong peningkatan kompetensi siswa. Siswa akan lebih
siswa untuk memikirkan jawaban dan bekerja aktif dan kreatif (siswa lebih banyak bekerja),
dengan aktif dengan anggota kelompok saat dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan
melakukan eksperimen untuk menjawab keterampilan memecahkan masalah seperti yang
pertanyaan tersebut. Hal ini didukung dengan sudah dijelaskan sebelumnya.
penelitian oleh Sari (2012) yang mengatakan Sedangkan penerapan model Discovery
bahwa Keefektifan model ini adalah peserta didik Learning juga dapat meningkatkan hasil belajar
lebih aktif dalam berpikir dan memahami materi siswa kelas VIII SMP Swasta Brigjend Katamso
secara berkelompok dengan melakukan investigasi tetapi tidak setinggi peningkatan hasil belajar
dan inkuiri terhadap permasalahan yang nyata di dengan menggunakan model PBL. Hasil belajar
sekitarnya sehingga mereka mendapatkan kesan pada kelas eksperimen II yang diajarkan dengan
yang mendalam dan lebih bermakna tentang apa model Discovery Lerning lebih rendah, hal ini
yang mereka pelajari. Dengan menerapkan model dikarenakan tingkat pemahaman dan penerimaan
PBL pada pembelajaran IPA diharapkan peserta siswa kurang aktif. Proses pembelajaran siswa
didik akan mampu menggunakan dan dengan menggunakan model Discovery Learning
mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk kurang menarik untuk materi sistem pencernaan
menyelesaikan masalah dengan menggunakan makanan pada manusia. Karena model ini
berbagai strategi penyelesaian. membutuhkan waktu yang banyak untuk dapat
Dalam penelitian Hastuti (2015) juga melakukan setiap langkah Discovery dan
disimpulkan bahwa model PBL secara signifikan mengingat jumlah siswa pada kelas tersebut juga
meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah banyak sehingga siswa tidak semua yang dapat
kognitif siswa dengan ditunjukkan hasil sebesar bimbingan untuk tahap Discovery. Hal ini sesuai

125
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 4 NO.3 ISSN : 2338 – 3003
Gultom, R. & Restuati, M. SEPTEMBER 2016
Halaman : 121 – 127

dengan penelitian Suprihatin (2014) yaitu untuk 3. Temuan Siswa Setelah Praktikum pada Saat
memaksimalkan hasil belajar siswa dengan Diajarkan dengan Model PBL dan Discovery
menggunakan model Discovery Learning Suprihatin Learning
menyarankan dalam jurnalnya untuk Saat melakukan eksperimen pada kelas
menambahkan penggunaan media pada eksperimen I (PBL) dan kelas eksperimen II
pembelajaran khususnya untuk materi sistem (Discovery Learning) siswa menemukan bahwa
pencernaan makanan pada manusia. pada makanan jajanan banyak mengandung
2. Hasil Keterampilan Proses Siswa Selama pewarna dan pemanis buatan dapat dilihat saat
Pembelajaran identifikasi komposisi bahan makanan, Saat
Keterampilan proses yang dilihat peneliti melakukan eksperimen uji nutrisi bahan makanan
saat siswa melakukan eksperimen yaitu seperti siswa dapat mengetahui/ mengelompokkan bahan
keterampilan menggunakan alat dan bahan makanan yang mengandung karbohidrat, protein
praktikum, keterampilan untuk berdiskusi dengan dan lemak, dan penemuan saat melakukan
kelompok melakukan eksperimen sesuai prosedur, eksperimen uji vitamin C pada buah siswa
keterampilan mengolah data hasil praktikum, mengetahui secara langsung bahwa dari 5 buah
keterampilan menarik kesimpulan, keterampilan yang diuji pada buah jambu bijilah yang lebih
presentasi dan tanya/jawab. banyak mengandung vitamin C dibandingakan
Dari hasil keterampilan proses siswa pada dengan buah yang lain (jeruk, tomat, mangga,
kelas eksperimen I maupun di kelas eksperimen II sirsak). Perbedaannya pada kelas eksperimen II
meningkat sesuai dengan meningkatnya hasil lebih banyak membutuhkan waktu dan kurang
belajar kognitif yang diperoleh yaitu kelas tanggapnya/kurang paham siswa pada langkah
eksperimen I dengan rata-rata 76,5 dan kelas model Discovery learning tersebut.
eksperimen II dengan rata-rata 72,75. Bahwa Berdasarkan uji normalitas data, uji
Melalui pembelajaran IPA, peserta didik dapat homogenitas data, dan pengujian terhadap
memperoleh pengalaman langsung, sehingga hipotesis, berdasarkan penelitian yang telah
dapat menambah kekuatan untuk menerima, dilakukan di kelas VIII SMP Swasta Brigjend
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah Katamso dapat disimpulkan bahwa ada
dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik perbandingan yang signifikan antara hasil belajar
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai siswa yang diajar menggunakan model Problem
konsep yang dipelajari secara menyeluruh Based Learning dan model DiscoveryLearning pada
(holistik), bermakna, autentik, dan aktif. materi sistem pencernaan makanan pada manusia.
Pendekatan yang digunakan menekankan
pada keterampilan proses, memanfaatkan SIMPULAN
lingkungan, masyarakat, dan teknologi (STM). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Metode belajarnya dapat menggunakan dilakukan maka dapat disimpulankan bahwa:
eksperimen, demonstrasi, ceramah dan lain-lain. Ada perbedaan yang signifikan antara
Langkah-langkah atau sintaksnya dimodifikasi hasil belajar siswa yang diberikan pengajaran
sesuai model keterpaduan yang dipilih menggunakan model Problem Based Learning
menggunakan pendekatan saintifik. Hal ini sejalan (PBL) dengan model Discovery Learning pada
dengan Permendikbud tentang Standar Proses, materi sistem pencernaan makanan pada manusia
kegiatan pembelajaran menggunakan model . Hasil belajar siswa menggunakan model Problem
pembelajaran, metode pembelajaran, media Based Learning (PBL) (80 ± 11,49) dan
pembelajaran, dan sumber belajar yang keterampilan proses (76,5/ Sangat Baik) lebih
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa
mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning (68 ±
disarankan adalah pendekatan saintifik dan 12,65) dan keterampilan proses (72,75/ Baik) pada
penilaiannya berupa penilaian autentik. materi sistem pencernaan makanan pada manusia.

126
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 4 NO.3 ISSN : 2338 – 3003
Gultom, R. & Restuati, M. SEPTEMBER 2016
Halaman : 121 – 127

DAFTAR PUSTAKA

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran


Inovatif Progresif, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.

Mahmudin, (2010), Pelaksanaan Penilaian


Keterampilan Proses Sains, Online at
http://mahmuddin.wordpress.com/2010
/04/10/pelaksanaan-penilaian
keterampilan-proses-sains/ (diakses
tanggal 22 Maret 2011).

Widiadnyana,IW., Sadia IW., Suastra IW, (2014)


Pengaruh Model Discovery Learning
Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan
Sikap Ilmiah Siswa SMP,e-Journal
Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi IPA,
4(2- 3).

127

Anda mungkin juga menyukai