Anda di halaman 1dari 3

Gaya belajar anak auditori

Anak auditori cepat memahami dan mempelajari sesuatu hanya dengan mendengarkan. Gaya
belajar anak ini cocok untuk mereka yang suka menghafal. Anak dengan gaya belajar anak
auditori sangat mudah menyerap atau merekam apa yang mereka dengarkan, termasuk cerita,
dan ia sangat mampu menjelaskannya kembali dengan bahasanya sendiri.
Ciri gaya belajar anak auditori:
o Mudah mengingat kata-kata dari cerita atau lagu yang didengarnya.
o Dapat mengikuti arahan dengan mudah.
o Mampu mengulangi frasa atau komentar yang didengarnya
o Senang dibacakan apapun, termasuk buku cerita.
o Sangat senang mengkomunikasikan ide-idenya secara verbal.
Sangat tertarik dengan kegiatan yang berbau diskusi atau debat.
o Menikmati pola pembelajaran dengan anekdot atau
o Menyukai seni musik.
o Tidak tertarik membaca buku, namun senang jika dibacakan.
o Sangat mudah menyerap informasi verbal, meski kelihatannya ia tidak memperhatikan
(anak dengan gaya belajar anak auditori terkadang tampak cuek saat ada yang
berbicara, namun di luar dugaan ia mampu mengulangi informasi yang didengarnya).
Kelemahan gaya belajar anak auditori:
o Sulit konsentrasi di tempat ramai. Anak dengan gaya belajar anak auditori membutuhkan
tempat yang sangat tenang untuk dapat fokus belajar dan berkonsentrasi.
Bagaimana mengarahkannya?
o Sering-seringlah berkomunikasi, karena anak dengan gaya belajar anak auditori sangat
senang mendengarkan. Semakin sering Ibu mengajak anak dengan gaya belajar anak
auditori berbicara atau berdiskusi, semakin banyak informasi yang direkamnya.

o Sering-seringlah membacakan buku cerita atau bahkan dongeng karangan Ibu sendiri.
Anak dengan gaya belajar anak auditori akan senang menceritakan kembali apa yang
baru saja didengarnya.

o Anak dengan gaya belajar anak auditori cenderung mudah menghafal lirik lagu. Karena
itu, Ibu bisa memutarkan lagu-lagu anak setiap hari untuk mengajarinya hal-hal baru,
misalnya lagu tentang warna, huruf, atau suara-suara hewan. Dengan begitu, diharapkan
tiap hari anak dengan gaya belajar anak auditori akan mendapatkan pelajaran baru lewat
lagu-lagu yang didengarnya.

o Karena anak dengan gaya belajar anak auditori memerlukan tempat tenang untuk dapat
fokus belajar, maka ketika ia berhadapan dengan keramaian saat belajar, Ibu dapat
membantunya dengan memutarkan musik klasik yang lembut untuk mengimbangi suara-
suara berisik di sekitarnya.
Sementara itu, anak yang memiliki gaya belajar auditori atau pendengaran cenderung mudah terganggu
jika ada suara berisik. Sebab, anak dengan gaya belajar auditori lebih mudah menyerap informasi melalui
pendengarannya. Anak ini akan lebih mudah memahami sesuatu ketika dibacakan cerita, dibanding ia
membacanya sendiri tanpa suara.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Begini Cara Mengetahui Gaya Belajar
Anak", https://lifestyle.kompas.com/read/2016/09/29/200500323/begini.cara.mengetahui.gaya.belajar.ana
k.
Penulis : Dian Maharani

Gaya Belajar Auditori


1. Saya berbicara pada diri sendiri ketika belajar 11. Saya belajar menghafal al-Quran dengan
menghafal al-Quran. mengucapkan ayat-ayat tersebut berulang kali.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
Tidak pernah Tidak pernah
2. Saya lebih suka belajar menghafal al-Quran di 12. Saya kurang suka belajar menghafal al-Quran
tempat yang sepi. dengan suasana yang ramai.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
Tidak pernah Tidak pernah
3. Saya belajar menghafal al-Quran dengan 13. Saya belajar menghafal al-Quran dengan
mendengarkan MP3 ayat al-Quran. merekam suara sendiri ketika membaca al-
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Quran kemudian baru saya hafalkan dengan
Tidak pernah mendengarkan rekaman tersebut
4. Saya dapat melafalkan kembali ayat-ayat al-Quran a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
yang sudah saya hafalkan dengan Tidak pernah
lancar. 14. Saya dapat menghafalkan al-Quran dengan baik
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. tanpa jeda yang lama.
Tidak pernah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
5. Saya belajar menghafal al-Quran dengan cara Tidak pernah
melagukan ayat-ayat al-Quran tersebut. 15. Saya dapat mengulang kembali hafalan al-Quran
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. dengan nada yang sama seperti
Tidak pernah hafalan-hafalan saya sebelumnya.
6. Saya belajar menghafal al-Quran sambil a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
mengucapkannya keras-keras. Tidak pernah
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. 16. Saya kesulitan menghafal al-Quran jika hanya
Tidak pernah membaca tanpa mengucapkannya.
7. Ketika belajar menghafal al-Quran saya merasa a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
terganggu apabila ada teman yang Tidak pernah
menemani. 17. Aktivitas di sekeliling mengganggu saya ketika
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. belajar menghafal al-Quran.
Tidak pernah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
8. Saya lebih suka belajar menghafal al-Quran Tidak pernah
dengan mendengar bacaaan al-Quran orang 18. Saya lebih suka belajar menghafal al-Quran
lain. dengan mendengarkan musik atau lagu
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. favorit.
Tidak pernah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
9. Saya lebih suka belajar menghafal al-Quran Tidak pernah
daripada menulis al-Quran. 19. Saya dapat menghafal al-Quran dengan baik
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. walaupun saya merasa gugup.
Tidak pernah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
10. Saya belajar menghafal al-Quran dengan Tidak pernah
menirukan nada yang sama persis seperti pada 20. Saya belajar menghafal al-Quran dengan
rekaman murrotal. menirukan nada dari musik favorit saya.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e.
Tidak pernah Tidak pernah

Adapun beberapa metode yang dapat diterapkan yaitu sebagai berikut:


1. Auditori
Sejak dalam kandungan, organ tubuh manusia yang pertama kali berfungsi adalah organ pendengaran. Ketika usia
kandungan mencapai 120 hari, telinga kita mulai bekerja untuk menyerap berbagai informasi yang tentu didengar
dari sang Ibu. Itulah mengapa di dalam Al-Qur'an, kata As-Sam'u (pendengaran) selalu disebutkan terlebih dahulu
daripada Al-Bashoru (pengelihatan). 
Hal tersebut menandakan bahwa kehidupan kita dimulai dengan suara, bukan aksara. Bahkan saat lahir di muka
bumi, kita disambut dengan suara adzan dan iqamah. Pun ketika sakaratul maut, kehidupan diakhiri dengan talqin
kalimat tauhid di telinga.
Metode auditori ini sangat cocok bagi anak usia dini dan anak dengan tipe belajar "pendengar". Metode ini dapat
dilakukan dengan cara memperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an sejak usia kandungan 4 bulan hingga 5 tahun. 
Selain itu, orangtua juga harus konsisten untuk membaca Al-Qur'an setiap hari dihadapan mereka. Ketika anak
menginjak usia 2 sampai 3 tahun, talqin sedikit demi sedikit ayat yang akan dihafal setiap waktu. Tidak perlu ada
jam intensif, cukup lakukan disela-sela aktivitas anak seperti ketika bangun tidur, bermain, maupun akan tidur. In
syaa Allah meski anak belum bisa menulis dan membaca, anak mampu melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an yang sudah
diajarkan oleh orangtuanya secara telaten meskipun masih terbata-bata dan belum fasih.
2. Kaisa
Metode ini mulai hitsbeberapa tahun yang lalu, yakni ketika sebuah ajang kompetisi penghafal Al-Qur'an di salah
satu stasiun televisi menampilkan seorang anak bernama Kaisa. Anak tersebut memiliki ciri khas menghafal yang
berbeda dengan peserta lainnya, yakni menghafal dengan gerakan. Bagi kompasianer yang belum pernah
mengetahuinya bisa searchingdengan kata kunci "Metode Kaisa".
Metode ini sesuai bagi anak dengan tipe belajar kinestetik, yakni belajar dengan gerakan. Setiap potongan ayat
memiliki gerakan berbeda yang disesuaikan dengan makna ayat tersebut. Kelebihannya, anak tidak hanya dapat
menghafal Al-Qur'an, tapi juga mengerti artinya per kata. Pun ketika ada ayat yang terlupa atau terlewatkan, anak
dapat mengingatnya dengan cara mengaitkan gerakannya agar sesuai. Adapun kekurangannya, metode ini akan lebih
optimal untuk dilakukan ketika kondisi anak sedang senang dan prima daripada saat anak menjelang tidur malam
atau bangun pagi. Selain itu, metode Kaisa juga membutuhkan waktu yang lebih lama dari metode-metode lainnya
karena berfokus pada dua hal, yakni hafalan dan gerakan.
3. Kauny Quantum Memory (KQM)
Metode KQM ini dipopulerkan oleh Yayasan Askar Kauny. Yayasan ini merupakan lembaga non profit yang
bergerak di bidang sosial dan pendidikan dan memfokuskan diri pada pembinaan dan pengembangan ilmu Alquran,
khususnya Tahfizhul Quran. Banyak sekali pelatihan menghafal Al-Qur'an yang diadakan oleh yayasan ini dan
diberi nama "Master  (Menghafal Al-Qur'an Semudah Tersenyum) Training". Adapun teknik yang digunakan pada
metode KQM ini yakni dengan cara berikut:
-Anak menyimak dengan sebaik-baiknya bacaan Al-Qur'an yang hendak dihafalnya dari seorang tutor (orangtua
atau guru), baik langsung atau melalui media
-Selanjutnya anak mengucapkan kembali dari bacaan yang telah didengarkannya, kemudian tutor mengecek bacaan
tersebut agar sesuai hafalannya dengan sumber yang benar
-Anak diberi wawasan tentang ayat yang dihafalnya tersebut dengan menggunakan ilustrasi atau gerakkan tangan
dan anggota badan lainnya yang menggambarkan isi ayat tersebut
-Metode KQM sangat menekankan pemahaman terhadap ayat sehingga ketika proses menghafal juga disertakan
makna setiap kata yang akhirnya nanti membentuk satu rangkaian makna yang utuh.
4. Phonic
Metode yang satu ini saya dapatkan ketika ada pelatihan Super Tahfidz beberapa waktu yang lalu. Metode ini dibuat
oleh Ustadz Marzuqi Ihsan, foundersebuah lembaga pendidikan dan tahfidz di Malaysia. Adapun penekanan yang
ada dalam metode Phonic ini adalah keabsahan bacaan, baik tajwid maupun makhorijul hurufnya. Metode ini
menggunakan pola talqin, yaitu pendiktean bacaan untuk memastikan kebenarannya. Metode ini juga dikenal
sebagai metode menghafal Al Quran dengan otak kanan. Karena memfungsikan otak untuk merangkai dari
potongan-potongan ayat yang diingat.
Cara menghafalnya yakni dengan memotong satu ayat menjadi beberapa bagian (per kata) kemudian melafalkannya
satu per satu secara berulang-ulang. Kelebihan dari metode ini adalah dapat mengajarkan anak tentang bagaimana
mengucap huruf-huruf hijaiyyah sesuai dengan makhorijul huruf dan tajwidnya. Namun metode ini memerlukan
waktu yang cukup panjang karena harus telaten dengan setiap detail kata-kata pada sebuah ayat.

Anak Auditory adalah anak yang belajar dengan MENDENGAR. Hear it, I Learn. Indera pendengaran
anak auditory sangan tajam. Biasanya anak auditory tidak terlalu suka baca buku, tapi ia suka diceritakan
buku. Anak auditory menyukai pembelajaran yang membuat nyaman indera audionya. Cepat menghafal
apa yang ia dengar. Oleh karena anak auditory indera pendengarannya tajam, maka wajar bila ia
biasanya lebih cepat berbicara.

Anda mungkin juga menyukai